Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

FARINGITIS

I. KONSEP MEDIS
A. PENGERTIAN
Faringitis adalah suatu peradangan pada tenggorokan (faring).Faringitis (dalam
bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok
atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorokan ( Nurarif Amin Huda,
Kusuma Hardhi, 2015).

B. KLASIFIKASI
Secara umum faringitis dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Faringitis Akut
Faringitis virus atau bakterialis akut adalah penyakit yang sangat penting.
Beberapa usaha dilakukan pada klasifikasi peradangan akut yang mengenai
dinding faring. Yang paling logis untuk mengelompokkan sejumlah infeksi-infeksi
ini dibawah judul yang relatif sederhana “Faringitis Akut”. Disini termasuk
faringitis akut yang terjadi pada pilek biasa sebagai akibat penyakit infeksi akut
seperti eksantema atau influenza dan dari berbagai penyebab yang tidak biasa
seperti manifestasi herpesdan sariawan.
2. Faringitis Kroni
a. Faringitis Kronis Hiperflasi
Pada faringitis kronis hiperflasi terjadi perubahan mukosa dinding posterior.
Tampak mukosa menebal serta hipertofi kelenjar limfe di bawahnya dan di
belakang arkus faring posterior (lateral band). Dengan demikian tampak
mukosa dinding posterior tidak rata yang disebut granuler.
b. Kronis Atrofi (Faringitis sika)
Faring kronis atrofi sering timbul bersama dengan rinitis atrofi.Pada rinitis
atrofi udara pernapasan tidak diatur suhu serta kelembapannya sehingga
menimbulkan rangsangan serta infeksi faring.
c. Faringitis Spesifik
d. Faringitis Luetika
1) Stadium Primer
Kelainan pada stadium ini terdapat pada lidah, palatum mole, tonsil, dan
dinding faring posterior.Kelainan ini berbentuk bercak keputihan di tempat
tersebut.
2) Stadium Sekunde
Stadium ini jarang ditemukan.Pada stadium ini terdapat pada dinding faring
yang menjalar ke arah laring
3) Stadium Tersier
Pada stadium ini terdapat guma.Tonsil dan pallatum merupakan tempat
predileksi untuk tumuhnya guma.Jarang ditemukan guma di dinding faring
posterior.
4) Faringitis Tuberkulosa
Kuman tahan asam dapat menyerang mukosa palatum mole, tonsil, palatum
durum, dasar lidah dan epiglotis. Biasanya infeksi di daerah faring
merupakan proses sekunder dari tuberkulosis paru, kecuali bila terjadi
infeksi kuman tahan asam jenis bovinum, dapat timbul tuberkulosis faring
primer.

C. ETIOLOGI
Bakteri atau virus yang ditularkan secara droplet infection atau melalui bahan
makanan / minuman / alat makan. Penyakit ini dapat sebagai permulaan penyakit lain,
misalnya : morbili, Influenza, pnemonia, parotitis , varisela, arthritis, atau radang
bersamaan dengan infeksi jalan nafas bagian atas yaitu: rinitis akut, nasofaringitis,
laryngitis akut, bronchitis akut. Kronis hiperplastik terjadi perubahan mukosa dinding
posterior faring. Tampak mukosa menebal serta hipertropi kelenjar limfe dibawahnya
dan dibelakang arkus faring posterior (lateral band). Adanya mukosa dinding posterior
tidak rata yang disebut granuler. Sedangkan faringitis kronis atropi sering timbul
bersama dengan rinitis atropi, udara pernafasan tidak diatur suhu serta kelembabannya,
sehingga menimbulkan rangsangan serta infeksi pada faring.
D. MANIFESTASI KLINIS
Baik pada infeksi virus maupun bakteri, gejalanya sama yaitu nyeri tenggorokan dan nyeri
menelan. Selaput lendir yang melapisi faring mengalami peradangan berat atau ringan dan
tertutup oleh selaput yang berwarna keputihan atau mengeluarkan nanah. Gejala lainnya adalah:
1. Demam
2. Pembesaran kelenjar getah bening di leher
3. Peningkatan jumlah sel darah putih.
Gejala tersebut bisa ditemukan pada infeksi karena virus maupun bakteri, tetapi lebih
merupakan gejala khas untuk infeksi karena bakteri. Kenali gejala umum radang tenggorokan
akibat infeksi virus sebagai berikut:
1. Rasa pedih atau gatal dan kering.
2. Batuk dan bersin.
3. Sedikit demam atau tanpa demam.
4. Suara serak atau parau.
5. Hidung meler dan adanya cairan di belakang hidung.

E. PATOFISIOLOGI
Organisme yang menghasilkan eksudat saja atau perubahan kataral sampai yang
menyebabkan edema dan bahkan ulserasi dapat mengakibatkan faringitis.Pada stadium
awal, terdapat hiperemia, kemudian edema dan sekresi yang meningkat.Eksudat mula-
mula serosa tapi menjadi menebal atau berbentuk mukus dan kemudian cenderung
menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring.
Dengan hiperemia, pembuluh darah dinding faring menjadi melebar. Bentuk
sumbatan yang berwarna putih, kuning atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan
limfoid. Tidak adanya tonsilia, perhatian biasanya difokuskan pada faring dan tampak
bahwa folikel limfoid atau bercak-bercak pada dinding faring posterior atau terletak
lebih ke lateral, menjadi meradang dan membengkak. Tekanan dinding lateral jika
tersendiri disebut faringitis lateral. Hal ini tentu saja mungkin terjadi, bahkan adanya
tonsilia, hanya faring saja yang terkena.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pada pemeriksaan dengan mempergunakan spatel lidah, tampak tonsil membengkak, hiperemis,
terdapat detritus, berupa bercak (folikel, lakuna, bahkan membran). Kelenjar submandibula
membengkak dan nyeri tekan, terutama pada anak.
1. Pemeriksaan Biopsi
Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring)
dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop
untuk mengetahui adanya peradangan akibat bakteri atau virus.
2. Pemeriksaan Sputum
Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis
etiologi penyakit.Warna bau dan adanya darah merupakan petunjuk yang berharga.
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Sel darah putih (SDP)
Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau
inflamasi.
b. Analisa Gas Darah
Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar
paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

G. KOMPLIKASI
1. Otitis media purulenta bakterialis
Daerah telinga tengah normalnya adalah steril. Bakteri masuk melalui tube eustacius
akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.
2. Abses Peritonsiler
Sumber infeksi berasal dari penjalaran faringitis/tonsilitis akut yang mengalami
supurasi, menembus kapsul tonsil.
3. Glomerulus Akut
Infeksi Streptokokus pada daerah faring masuk ke peredaran darah, masuk ke ginjal.
Proses autoimun kuman streptokokus yang nefritogen dalam tubuh meimbulkan
bahan autoimun yang merusak glomerulus.
4. Demam Reumatik
Infeksi streptoceal yang awalnya ditandai dengan luka pada tenggorok akan
menyebabkan peradangan dan pembentukan jaringan parut pada katup-katup
jantung, terutama pada katup mitral dan aorta.
5. Sinusitis
Sinusitis adalah radang sinus yang ada disekitar hidung dapat berupa sinusitis
maksilaris / frontalis. Sinusitis maksilaris disebabkan oleh komplikasi peradangan
jalan napas bagian atas (salah satunya faringitis), dibantu oleh adanya faktor
predisposisi. Penyakit ini dapat disebabkan oleh kuman tunggal dan dapat juga
campuran seperti streptokokus, pneumokokus, hemophilus influenza dan kleb siella
pneumoniae.
6. Meningitis
Infeksi bakteri padadaerah faring yang masuk ke peredaran darah, kemudian masuk
ke meningen dapat menyebabkan meningitis. Akan tetapi komplikasi meningitis
akibat faringitis jarang terjadi.

E. PENATALAKSANAAN
1. Antibiotik golongan penicilin atau sulfanomida
a. Faringitis streptokokus paling baik diobati peroral dengan penisilin (125-250 mg
penisilin V tiga kali sehari selama 10 hari)
b. Bila alergi penisilin dapat diberikan eritromisin (125 mg/6 jam untuk usia 0-2
tahun dan 250 mg/6 jam untuk usia 2-8 tahun) atau klindamisin.
c. Tirah Baring
d. Pemberian cairan yang adekuat
e. Diet ringan
f. Obat kumur hangat.
Berkumur dengan 3 gelas air hangat. Gelas pertama berupa air hangat sehingga
penderita dapat menahan cairan dngan rasa enak. Gelas kedua dan ketiga dapae
diberikan air yang lebihhangat.Anjurkan setiap 2 jam. Obatnya yaitu:
g. Cairan saline isotonik (½ sendok teh garam dalam 8 oncesair hangat)
Bubuk sodium perbonat (1 sendok teh bubuk dalam 8 ounces air hangat). Hal ini
terutama berguna pada infeksi vincent atau penyakit mulut. (1 ounce = 28 g)
Pendidikan Kesehatan.
Instruksikan pasien menghindari kontak dengan orang lain sampai demam hilang.
Hindari penggunaan alkohol, asap rokok, tembakau dan polutan lain.
2. Anjurkan pasien banyak minum. Berkumur dengan larutan normal salin dan pelega
tenggorokan bila perlu.
II. KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas pasien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan
2. Identitas Pennggung Jawab
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, pendidikan, pekerjaan, agama,
suku/bangsa, status pernikahan, hubungan dengan pasien
3. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
b. Riwayat Keluhan Utama
c. Riwayat Kesehatan Masa lalu
d. Riwayat kesehatan keluarga
4. Pengkajian Fisik
a. Head to toe
b. Data Fokus

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan)
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan mucus pada jalan nafas
3. Hipertermia b/d dehidrasi

C. INTERVENSI
DX 1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (peradangan)

NOC NIC
- Kontrol nyeri Manajemen Nyeri
Indikator : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
- Mengenali kapan nyeri terjadi komprehensif
dipertahankan pada skala 3 (kadang- 2. Observasi adanya petunjuk non verbal
kadang menunjukan) 3. Anjurkan metode farmakologi untuk
- Menggunakan tindakan nyeri menurunkan nyeri
dipertahankan pada skala 2 (jarang
menunjukan) ditingkatkan ke skala 4 Pemberian Analgetik
(sering menunjukan) 4. Cek adanya riwayat alergi obat
- Melaporkan nyeri terkontrol 5. Berikan analgetik sesuai dengan resep
dipertahankan pada skala 2 (jarang dokter
menunjukan) ditingkatkan ke skala 4
(sering menunjukan)

DX. 2 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b/d penumpukan mucus pada jalan nafas

NOC NIC
- Status Pernafasan : kepatenan jalan Monitor Pernafasan
nafas 1. Monitor tanda-tanda vital
Dengan Kriteria hasil : 2. Monitor kecepatan, irama,
kedalaman, dan kesulitan bernafas
- Pernafasan cuping hidung
3. Monitor suara nafas tambahan
dipertahankan pada skala 3 (cukup)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
Manajemen Jalan Nafas
- Akumulasi sputum dipertahankan pada
4. Berikan posisi yang nyaman (semi
skala 2 (berat) ditingkatkan ke skala 5
fowler)
(tidak ada)
5. Instruksikan pasien melakukan
- Dyspneu saat istirahat dipertahankan
batuk efektif
pada skala 4 (berat) ditingkatkan ke
6. Kolaborasikan penyedotan lendir
skala 4 (ringan)
(suction)
- Dyspneu dengan aktivitas ringan
7. Ajarkan teknik pengobatan yang
dipertahankan ke skala 3 (cukup)
tepat (Mis, Inhaler, Nebulizer)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)
- Suara nafas tambahan dipertahankan
Terapi Oksigen
pada skala 2 (berat) ditngkatkan ke
8. Berikan oksigen sesuai dengan
skala 5 (tidak ada)
kebutuhan
- Penggunaan otot bantu pernapasan
dipertahankan pada skala 2 (berat)
ditingkatkan ke skala 5 (tidak ada)

DX 3. Hipertermia b/d proses peradangan

NOC NIC
- Termogulasi 1. Monitor tanda-tanda vital
Dengan kriteria hasil : 2. Selimuti pasien
- Peningkatan suhu tubuh dipertahankan 3. Berikan kompres dingin
pada skala 2 (cukup berat) ditingkatkan 4. Anjurkan pasien untuk
ke skala 5 (tidak ada) beristirahat
- Dehidrasi dipertahankan pada skala 2 5. Kolaborasikan pemberian
(cukup berat) ditingkatkan ke skala 5 antipiretik
(tidak ada)
- Berkeringat saat panas dipertahankan
pada skala 3 (cukup terganggu)
ditingkatkan ke skala 4 (sedikit
terganggu)

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dalam masalah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan yang
lebih baik.

E. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien
dengan tujuan yang telah ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2017 Nursing
Intervention Classification (NIC) (Edisi Keenam ed.). (B. Indonesia, Ed.) Elsevier
Mocomedia.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2015-2017). Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi
(10 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Moorhead, S., Jhonson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2017) Nursing Outcomes
Classification (NOC) (Edisi kelima ed.). (B. Indonesia, Ed.) Elsevier Mocomedia.

Nurarif, A.H. & Kusuma, Hardhi. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Jogjakarta: Media Action.

PENYIMPANGAN KDM

Anda mungkin juga menyukai