Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PREEKLAMSIA
B. KLASIFIKASI
Menurut Mansjoer (2007), preeklampsia dibedakan menjadi dua
berdasarkan tanda dan gejala sebagai berikut :
1. Preeklampsia ringan
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia ringan adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih. Cara
pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan
jarak periksa satu jam, sebaiknya 6 jam.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklampsia berat
Tanda dan gejala yang muncul pada preeklampsia berat adalah sebagai
berikut :
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg.
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup.
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam).
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan.
e. Nyeri epigastrum dan ikterus.
f. Oedema paru
g. Trombositopenia.
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi
C. ETIOLOGI
Menurut Robson dan Waugh (2011), etiologi pasti penyebab gangguan
ini masih belum jelas. Kecurigaan pada masalah plasentasi serta endothelium
ibu, akan tetapi mekanisme yang menyebabkan disfungsi endotel dan
hubungannnya dengan plasenta masih tidak jelas.
Terdapat banyak faktor risiko yang mempredisposisi terjadinya
preeklampsia. Terdapat kecenderungan bahwa memiliki lebih banyak faktor
risiko umumnya menunjukkan keadaan yang lebih buruk. Berikut ini adalah
beberapa faktor risiko yang terkait (Nurarif Amid H & Kusuma Hardhi,
2015) :
1. Pre eklamsia pada kehamilan pertama
2. Riwayat keluarga dengan pre-eklamsia atau eklamsia
3. Ibu hamil dengan usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
4. Wanita dengan gangguan fungsi organ (diabetes, penyakit ginjal, migrain
dan tekanan darah tinggi)
5. Kehamilan kembar
D. PATOFISIOLOGI
Pada preeklampsia terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan
retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola
glomerolus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya
sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua
arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah akan naik,
sebagai usaha-usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar
oksigenasi jaringan dapat dicukupi, sedangkan kenaikan berat badan dan
oedema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan
interstitial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air dan garam.
Proteinuria dapat disebabkan oleh spasme arteriola sehingga terjadi perubahan
pada glomerolus.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Preeklamsia Ringan
a. Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi
berbaring terlentang atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih.
b. Oedema umum, kaki jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan
satu kilogram atau lebih per minggu.
c. Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kualitatif +1 atau +2
pada urin midstream.
2. Preeklamsia Berat
a. Tekanan darah sistolik ≥160 mmHg atau diastolik ≥110mmHg
b. Proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup
c. Oliguria (< 400 ml dalam 24 jam)
d. Sakit kepala yang hebat atau gangguan penglihatan
e. Nyeri epigastrum dan ikterus
f. Oedema paru
g. Trombositopenia
h. Pertumbuhan janin terhambat. Etiologi
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium meliputi :
1. Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
a. Penurunan hemoglobin (nilai rujukan untuk ibu hamil adalah 12-14 gr
%)
b. Hematokrit meningkat (nilai rujukan 37-43 vol%)
c. Trombosit menurun (nilai rujukan 150-450 ribu/mm3)
2. Urinalis
Ditemukan proteinuria didalam urin
3. Pemeriksaan fungsi hati
4. Tes Kimia Darah
Asam Urat Meningkat
5. Radiologi
G. KOMPLIKASI
1. Pada Ibu
Depresi yang tidak tertangani dengan baik akan menimbulkan
psikosis, prevalensi psikosis pada kehamilan tidak dilaporkan akan tetapi
hal ini diyakini sebagai kasus yang langka (Kornstein dan Clayton, 2002).
Marinescu et al. (2014) mengungkapkan bahwa komplikasi terkait dengan
adanya stres dan depresi antenatal pada ibu diantaranya adalah
perdarahan, terjadinya abortus spontan, ditemukannya kelainan pada
plasenta dan adanya nekrosis pada villi dan desidua, serta disfungsi
endothelial.
Ibu dengan depresi antenatal dapat menyebabkan kegagalan inisiasi
menyusu dan berkurangnya durasi laktasi. Akan tetapi, sifat kausal belum
jelas, hal ini kemungkinan terkait dengan neuroendokrin pada ibu
(Meltzer-Brody dan Stuebe, 2014).
2. Pada Bayi
Bayi yang ibunya mengalami stres, cemas, atau bahkan depresi
antenatal mempunyai peningkatan risiko untuk terjadi kelahiran prematur
(Loomans et al., 2013), menyebabkan berat bayi lahir rendah (Wado et al.,
2014; Loomans et al., 2013), serta dapat mengganggu sirkulasi maternal-
fetal (Fu et al., 2014). Stres dan adanya depresi selama kehamilan erat
kaitannya dengan munculnya gangguann perkembangan saraf janin,
kelainan plasenta, abortus yang spontan, dan kelahiran preterm
(Marinescu et al., 2014).
Anak-anak yang lahir dari ibu yang mengalami depresi antenatal
lebih mungkin mengalami penyimpangan perilaku dan masalah psikologis
misalnya depresi serta gangguan pertumbuhan dan perkembangan
(Weissman et al., 2014).
H. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Preeklampsia Ringan
Menurut Saifuddin (2008), di bawah ini adalah beberapa penatalaksanaan
pada ibu hamil dengan preeklampsia ringan :
a. Usia kehamilan kurang dari 37 minggu
1) Rawat Jalan
Memantau tekanan darah, proteinuria, refleks, dan kondisi janin,
Lebih banyak istirahat, Diit biasa, Tidak perlu diberikan obat-
obatan, Apabila rawat jalan tidak memungkinkan, maka dilakukan
perawatan di rumah sakit.
2) Rawat Inap
Diit biasa, Memantau tekanan darah dua kali dalam sehari dan
proteinuria satu kali dalam sehari, Tidak perlu obat-obatan, Tidak
perlu diuretik, kecuali jika terdapat edema paru, dekompensasi
kordis atau gagal ginjal akut, Apabila tekanan diastolik turun
sampai normal, ibu dapat dipulangkan dengan memberikan nasihat
untuk istirahat, munculnya gejala preeklampsia berat, dan kontrol
dua kali dalam seminggu.
b. Usia kehamilan lebih dari 37 minggu
1) Apabila serviks matang, lakukan induksi dengan oksitosin 5 IU
dalam 500mL dekstrose IV 10 tetes/menit atau dengan
prostaglandin.
2) Apabila serviks belum matang, berikan prostaglandin, misoprostol
atau kateter Foley, atau terminasi dengan seksio sesarea.
2. Preeklampsia Berat
Di bawah ini adalah penanganan awal yang dapat diberikan kepada pasien
dengan preeklampsia berat menurut Saifuddin (2008) :
a. Apabila tekanan diastolik lebih dari 110mmHg, berikan terapi
antihipertensi sampai tekanan diastolik di antara 90-100mmHg.
b. Pasang infus Ringer Laktat dengan jarum besar ukuran 16 gauge atau
lebih.
I. PENCEGAHAN
Pencegahan timbulnya preeklampsia dapat dilakukan dengan
pemeriksaan antenatal care secara teratur. Gejala ini ini dapat ditangani secara
tepat. Penyuluhan tentang manfaat isirahat akan banyak berguna dalam
pencegahan. Istirahat tidak selalu berarti tirah baring di tempat tidur, tetapi ibu
masih dapat melakukan kegiatan sehari-hari, hanya dikurangi antara kegiatan
tersebut, ibu dianjurkan duduk atau berbaring. Nutrisi penting untuk
diperhatikan selama hamil, terutama protein. Diet protein yang adekuat
bermanfaat untuk pertumbuhan dan perbaikan sel dan transformasi lipid.
B. DIAGNOSA MEDIS
C. INTERVENSI
D. IMPLEMENTASI
E. EVALUASI
DAFTAR PUSTKA
Wiknjosastro, Gulardi H. 2008. Buku Ilmu Kebidanan edisi Ketiga Cetakan Ketujuh.
Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohaijo. Jakarta, Indonesia.