Anda di halaman 1dari 12

KONSEP DASAR MEDIS

1. Defenisi
Arthritis reumathoid merupakan penyakin inflamasi Non-bakterial yang
bersifat sistemik,progresif,cenderung kronik dan mengenai sendi serta
jaringan ikat sendi secara simetris.

Artritis reumatoid adalah penyakit inflamasi sistemik kronis yang tidak di


ketahui penyebabnya. Karakteristik artritis rheumatoid adalah terjadinya
kerusakan dan proliferasi pada membrane synovial, yang menyebabkan
kerusakan pada tulang, sendi, ankilosis dan deformitas.

Atritis rheumatoid adalah gangguan kronis, inflamasi sistemik yang dapat


mempengaruhi banyak jaringan dan organ, terutama menyerang fleksibel
(synovial) sendi.

2. Etiologi
Penyebab utama kelainan ini tidak di ketahui. Ada beberapa teori yang di
kemukakan mengenai penyebab arthritis reumatoid yaitu :
1. Infeksi streptokokus hemolitikus dan streptokokus Non-hemolitikus.
2. Endokrin
3. Autoimun
4. Metabolic

Pada saat ini, arthritis reumatoid duga di sebabkan oleh faktor


autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor
injeksi mungkin di sebabkan oleh virus dan oraganisme mikroplasma atau
grou difterioid yang menghasilkan antigen kolagen tipe II dari tulang rawan
sendi penderita.

Kelainan yang dapat terjadi pada penyakit ini yaitu :


1. Kelainan pada daerah artikuler
a. Stadium I (stadium sinovitis)
b. Stadium II (stadium destruksi)
c. Stadium III (stadium deformitas)

2. Kelainan pada jaringan ekstra-artikuler


Perubahan patologis yang dapat terjadi pada jaringan ekstra-artikuler
adalah:
a. Otot : terjadi miopati
b. Nodul subkutan
c. Pembuluh darah perifer : terjadi proloferasi tunika intima, lesi pada
pembuluh dara arteriol dan venosa.
d. Kelenjar limfe : terjadi pembesaran limfe yang berasal dari aliran
limfe sendi, hiperplasi folikuler, peningkatan aktivitas sistem
retikuloendotelial dan proliperasi yang mengakibatkan spenomegali.
e. Saraf : terjadi nekrosis fokal, reaksi epiteloid serta imfiltrasi leukosit
f. Visera

3. Patofisiologi
Inflamasi mula-mula mengenai sendi-sendi sinovial seperti edema,
kongesti vaskular, eksudat febrin dan infiltrasi selular.  Peradangan yan
berkelanjutan, sinovial menjadi menebal, terutama pada sendi artikular
kartilago dari sendi.  Pada persendian ini granulasi membentuk pannus, atau
penutup yang menutupi kartilago.  Pannus masuk ke tulang sub chondria.
Jaringan granulasi menguat kerena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kartilago artikuer. Kartilago menjadi nekrosis.
Tingkat erosi dari kartilago menentukan tingkat ketidakmampuan sendi. 
Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan
sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). 
4. Manifestasi klinis
Pasien–pasien dengan RA akan menunjukan tanda dan gejala seperti :
a. Nyeri persendian
b. Bengkak
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Sendi-sendi terasa panas
e. Demam
f. Anemia
g. Berat badan menurun
h. Tampak warna kemerahan di sekitar sendi

Pada tahap yang lanjut akan di temukan tanda dan gejala seperti :

a. Gerakan menjadi terbatas


b. Adanya nyeri tekan
c. Deformitas
d. Kelemahan
e. Kerusakan sendi

5. Pemeriksaan penunjang
Adapun pemeriksaan penunjang yang di lakukan pada penyakit arthritis
rematoid adalah :
1) Faktor reumatoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
2) Laju endap darah : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)
3) Protein C-reaktif selama masa eksaserbasi.
4) Sel darah putih : meningkat pada saat timbul proses inflamasi.
5) Hemoglobin : umumnya menunjukkan anemia sedang.
6) Lg (lg M dan lg G ) : peningkatan besar menunjukan proses autoimun
sebagai penyebar AR.
7) Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan
lunak ,erosi sendi,dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan
(perubahan awal ) berkembang menjadi formasi kista tulang ,memperkecil
jarak sendi dan subluksasio. Perubahan osteoartristik yang terjadi secara
bersamaan.
8) Scan radionuklida : identifikasi peradangan sinovium.
9) Artroskopi langsung : visualisasi dari area yang menunjukkan
irregularitas/ degenerasi tulang pada sendi.
10) Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukan volume yang lebih besar
dari normal : buram,berkabut,munculnya warna kuning.
11) Biopsi membran sinovial : menunjukkan perubahan inflamasi dan
perkembangan panas.

6. Penatalaksanaan
Adapun penatalaksanaan yang dapat di berikan :
1. pendidikan pada pasien mengenai penyakitnya dan penatalaksanaan yang
akan di lakukan.
2. OAINS di berikan sejak dini untuk mengatasi nyeri sendi akibat inflamasi
yang sering di jumpai. OAINS yang dapat diberikan yaitu :
a. Aspirin
b. Ibuprofen, naproksen, piroksikam, diklofenak, dll.
3. DMARD (disease-modifying antirheumatic drugs) di gunakan untuk
melindungi rawan sendi dan tulang dari proses destruksi akibat artritis
reumatoid. Jenis-jenis yang di gunakan adalah :
a. Klorokuin, efektivitasnya lebih rendah de bandingkan dengan yang
lain. Dosis yang di anjurkan klorokuin fosfat 250 mg/hari.
b. Sulfasalazin dalam bentuk tablet bersalut enteric di gunakan dalam
dosisi 1 x 500mg/hari, di tingkatkan 500 mg perminggu, sampai
mencapai dosis 4 x 500 mg.
c. D-penisilamin, kurang di sukai karena bekerja sangat lambat.
d. Obat imunosupresif atau imunoregulator, metottreksat sangat mudah
di gunakan dan waktu mula terjadinya relatif pendek.
e. Kortikosteroid, hanya di pakai untuk pengobatab arthritis reumatoid
dengan komplikasi berat dan mengancam jiwa, karena obat ini
memiliki efek samping yang sangat berat.

4. Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan tindakan untuk mengembalikan tingkat
kemampuan pasien artritis reumatoid dengan tujuan :
a. Mengurangi rasa nyeri
b. Mencegah terjadinya kekakuan dan keterbatasan gerak sendi
c. Mencegah terjadinya atrofi dan kelemahan otot
d. Mencegah terjadinya deformitas
e. Meningkatkan rasa nyaman
f. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak tergantun dengan orang
lain.

7. Komplikasi

a. Dapat menimbulkan perubahan pada jaringan lain, seperti adanya proses


granulasi di bawah kulit yang disebut subkutan nodule
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot
c. Pada pembuluh darah terjadi tromboemboli
d. Terjadi splenomegali
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN

1. Riwayat Keperawatan

 Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan atau pada tungkai.

 Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien


mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.

2. Pemeriksaan Fisik

 Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),


amati warna kulit,ukuran, lembut tidaknya kulit dan pembengkakan.

 Lakukan pengukuran pasif range of motion pada sensi-sendi synovial

a. catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)

b. catat bila ada krepitasi

c. catat bila terjadi nyeri saat sendi di gerakkan

 Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral

a. catat bila ada atrofi,tonus yang berkurang

b. ukur kekuatan otot

 Kaji tingkat nyeri,derajat dan mulainya

 Kaji aktifitas/kegiatan sehari-hari


B. DIAGNOSA

1) Nyeri berhubungan dengan agen pencedera, distensi jaringan oleh


akumulasi cairan/ proses inflamasi, destruksi sendi.
2) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
penurunan, kekuatan otot.
3) Gangguan Citra Tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan

tubuh,sendi,bengkok,deformitas.

4) Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan musculoskeletal,


penurunan kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
C. INTERVENSI

NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1. Nyeri berhubungan dengan agen  Pain level Pain Managemennt :
pencedera, distensi jaringan oleh  Pain control  Kaji nyeri secara
akumulasi cairan/ proses inflamasi,  Comfort level komprehensif
destruksi sendi. termasuk lokasi,
Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik : karakteristik,
 Mampu mengontrol
 Perubahan selera makan durasi, frekuensi,
nyeri (tahu
 Perubahan tekanan darah kualitas dan faktor
penyebab nyeri,
 Laporan isyarat presipitasi
mampu
 Sikap melindungi area nyeri  Observasi reaksi
menggunakan
 Melaporkan nyeri secara verbal nonverbal dari
tekhnik non
ketidak nyamanan
farmakologi untuk
 Ajarkan tentang
mengurangi nyeri,
tekhnik non
mencari bantuan)
farmakologi
 Melaporkan bahwa
 Kolaborasi
nyeri berkurang
pemberian
dengan
analgetik untuk
menggunakan
mengurangi nyeri
management nyeri
 Menyatakan rasa
nyaman setelah
nyeri berkurang

2. Gangguan mobilitas fisik  Joint movement Exercise therapy :


berhubungan dengan deformitas  Self care : ADLS ambulation
skeletal, nyeri, penurunan, kekuatan  Mobility level  Monitor vital sign
otot.  Kaji kemampuan
Kriteria Hasil :
Batasan karakteristik : pasien dalam
 Klien meningkat
 Kesulitan membolak-balikkan mobilisasi
dalam aktivitas fisik
posisi  Latih pasien dalam
 Mengerti tujuan dari
 Perubahan cara berjalan pemenuhan
peningkatan
 Keterbatasan rentang pergerakan kebutuhan ADLs
mobilitas
sendi secara mandiri
 Pergerakan lambat sesuai dengan
kemampuan
 Berikan alat bantu
jika pasien
memerlukan
 Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan.

3. Gangguan Citra Tubuh berhubungan Body image Body image


dengan perubahan penampilan Kriteria Hasil : enhancement
tubuh,sendi,bengkok,deformitas.  Body image positif  Kaji secara verbal
Batasan karakteristik :  Mempertahankan dan non verbal
 Perilaku menghindari tubuh interaksi sosial respon klien
individu  Mengungkapkan terhadap tubuhnya
 Mengungkapkan persepsi yang perasaan dan masalah  Monitor frekuensi
mencerminkan perubahan yang di alami pasien. mengkritik dirinya
individu dalam penampilan  Dorong klien untuk
mengungkapkan
permasalahanya
 Beri dorongan
untuk merawat diri
sesuai toleransi

4. Defisit perawatan diri berhubungan Self care status Self care


dengan kerusakan musculoskeletal, Kriteria Hasil :  Diskusikan tingkat
fungsi umum (0-4)
penurunan kekuatan, daya tahan,  Melaksanakan
sebelum timbul
aktivitas perawatan
nyeri pada waktu bergerak, depresi. awitan/ eksaserbasi
diri pada tingkat yang
penyakit dan
Batasan karakteristik : konsisten dengan
potensial perubahan
kemampuan
 Ketidak mampuan untuk yang sekarang
individual
diantisipasi.
menjaga personal hygiene
 Mendemonstrasikan
 Ketidakmampuan berdiri terlalu perubahan teknik/
 Pertahankan
lama di toilet gaya hidup untuk
mobilitas, kontrol
memenuhi kebutuhan
 Adanya hambatan dalam terhadap nyeri dan
perawatan diri.
program latihan.
pergerakan
Mengidentifikasi
 Kaji hambatan
sumber-sumber pribadi/ terhadap partisipasi
dalam perawatan
komunitas yang dapat
diri. Identifikasi
memenuhi kebutuhan /rencana untuk
modifikasi
perawatan diri.
lingkungan

 Kolaborasi: Konsul
dengan ahli terapi
okupasi.

D. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah tindakan keperawatan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelummelaksanakan tindakan yang telah direncanakan,
perawat perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih
sesuai dan dibutuhkan oleh klien saat ini. Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual dan teknial yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan.

E. EVALUASI

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil


implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
Evaluasi disusun dengan menggunakan SOAP yang operasional dengan
pengertian:
S : Adalah ungkapan perasaan adan keluhan yang dirasakan secara subjektif
oleh klien dan keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan.
O : Adalah keadaan objektif yang didefinisikan oleh perawat mengunakan
pengamatan yang objektif setelah implementasi keperawatan
A : Merupakan analisis perawat setelah mengetahui respon subjektif dan
objektif klien yang dibandingkan denmgan kriteria dan standar yang telah
ditentukan mengacu pada tujuan rencana keperawatan klien
P : Adalah perencanaan selanjutnya setelah perawat melakukan
analisis.kekerasan karena dalam makalah kami tentunya masih banyak
kekurangannya.
DAFTAR PUSTAKA

Lukman dan Ningsih, Nurha. 2013. Asuhan keperawatan pada klien dengan
gangguan sistem moskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika.

Noor Helmi, Zairin. 2014. Buku ajar gangguan moskuloskeletal. Jakarta:


Salemba Medika.

Nurarif, Amin Huda dan Kusuma, Hardi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
bersadarkan diagnosa medis dan nanda nic-noc edisi revisi jilid 3.
Jogjakarta: MediactionPublishing.

Suratun, dkk. 2011. Klien dengan gangguan sistem moskuloskeletal : seri


asuhan keperawatan. Jakarta: ECG.

Wahid, Abdul. 2013. Asuhan keperawatan dengan gangguan sistem


moskuloskeletal. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai