Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
TINJAUAN PUSTAKA
Dibutuhkan suatu solusi untuk memperkecil resiko yang terjadi akibat gempa
pada suatu struktur gedung bertingkat tinggi. Perencanaan terbaru suatu struktur gedung
setidaknya harus mengacu pada peraturan SNI 03-1726-2010, yaitu Tata Cara Perencanaan
Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung dan SNI 03-2847-
2002, yaitu Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung. Sedangkan
untuk bagian yang tidak ada dalam peraturan tersebut, selama belum terbit peraturan baru
dapat menggunakan referensi lain. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
merencanakan suatu struktur, khususnya struktur gedung bertingkat tinggi.
Pada perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi ini akan didisain dengan
menggunakan metode Sistem Rangka Pemikul Momen (Moment Resisting Frame Systems)
dengan konfigurasi keruntuhan struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK).
Sistem ini diharapkan struktur gedung dapat berperilaku daktail, karena struktur yang
bersifat daktail memiliki kapasitas disipasi energi yang besar dan mempunyai kemampuan
daya dukung yang baik di dalam menahan beban gempa. Sistem Rangka Pemikul Momen
merupakan konfigurasi struktur dengan rangka penahan momen yang terdiri dari kolom
dan balok, sedangkan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) direncanakan
menggunakan konsep strong column-weak beam dimana kolom harus dibuat lebih kuat
dari balok, agar sendi plastis terbentuk terlebih dahulu pada balok ketika struktur gedung
memikul pengaruh gempa rencana. Joint-joint pada pertemuan kolom dan balok harus
5
6
didisain agar tidak terjadi keruntuhan terlebih dahulu. Oleh karena itu kolom didisain 20%
lebih kuat dari balok pada suatu hubungan balok-kolom (HBK). Sistem ini dapat
digunakan untuk perencanaan suatu struktur gedung bertingkat tinggi pada daerah zonasi
gempa yang telah ditentukan. Kestabilan pembebanan Sistem Rangka Pemikul Momen
dibagi dua, yaitu:
1) Kestabilan gravitasi
Beban gravitasi ditahan oleh rangka ruang berupa elemen struktural, seperti kolom
dan balok. Rangka ruang didisain untuk memikul beban gravitasi secara lengkap, yang
berarti bahwa rangka ruang tidak boleh runtuh akibat perubahan bentuk lateral
inelastis oleh beban gempa rencana.
2) Kestabilan lateral
Sistem struktural utama yang menahan beban lateral berupa pelat lantai sebagai
diafragma kaku yang menahan gaya lateral akibat beban lateral, seperti angin atau
gempa dan menyalurkan gaya-gaya ini ke sistem vertikal, yaitu balok dan kolom yang
kemudian meneruskannya ke tanah.
gaya lentur saja dan tidak dirancang untuk menerima gaya lateral akibat gempa,
sehingga dalam perhitungan analisisnya dihitung secara terpisah dengan struktur
primer. Struktur sekunder diantaranya adalah tangga, balok anak, balok lift, pelat
lantai, atap, dan lain-lain.
2.3.3. Pemodelan
1. Pemodelan Beban
a) Beban mati
1) Beban mati sendiri (Dead load)
Beban mati sendiri adalah berat beban struktur utama dan tambahan
dari suatu struktur gedung. Beban mati sendiri otomatis dihitung dalam
analisis program SAP2000 v10 sebagai self weight (berat sendiri).
2) Beban mati tambahan (Super dead load)
Beban mati tambahan adalah berat beban yang timbul akibat beban dari
finishing, mesin-mesin, serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang
tak terpisahkan dari gedung tersebut. Beban ini harus ditambahkan secara
manual dalam program SAP2000 v10 secara vertikal.
b) Beban hidup
Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau
penggunaan suatu gedung, dan ke dalamnya termasuk beban-beban pada lantai
9
yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah dan/atau beban akibat air
hujan pada atap. Beban ini juga harus ditambahkan secara manual dalam
program SAP2000 v10 secara vertikal.
c) Beban gempa
Beban gempa dimodelkan dengan membuat spektrum gempa yang kemudian
dimasukan ke dalam program SAP 2000 v10 untuk dianalisis. Model spektrum
gempa dapat dilihat pada Gambar 2.1.
2. Beban dinamik
Beban dinamik adalah beban yang berubah-ubah dengan variasi perubahan
intensitas beban menurut fungsi waktu yang cepat. Beban dinamis ini terdiri dari
beban:
a) Beban gempa (Eartquake load)
Semua beban statik ekuivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung
yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Gempa
bumi adalah fenomena getaran yang dikaitkan dengan kejutan pada kerak bumi.
Beban kejut ini dapat disebabkan oleh banyak hal, tetapi salah satu faktor
utamanya adalah benturan atau gesekan kerak bumi yang mempengaruhi
permukaan bumi. Lokasi gesekan ini disebut fault zone. Kejutan tersebut akan
menjalar dalam bentuk gelombang. Gelombang ini menyebabkan permukaan
bumi dan bangunan di atasnya bergetar. Pada saat struktur gedung bergetar
timbul gaya-gaya karena adanya kecenderungan dari massa bangunan untuk
mempertahankan dirinya dari gerakan. Gaya yang timbul disebut gaya inersia.
Besar beban gempa tergantung pada banyak faktor, yaitu:
1) Lokasi bangunan
2) Kategori risiko bangunan gedung
3) Faktor keutamaan gempa
4) Kelas situs tanah
5) Parameter percepatan spektral disain
12
Beban gempa ini biasanya diberi notasi E. (PPIUG 1983 Bab – 5).
1) 1,4D L
2) 1,2D L + 1,6L L
3) 1,32D D + 0,5D L ± 1,3E X ± 0,39E Y
4) 1,32D D + 0,5D L ± 0,39E X ± 1,3E Y
5) 0,78D D ± 1,3E X ± 0,39E Y
6) 0,78D D ± 0,39E X ± 1,3E Y .
2.5.1. Gempa rencana, Faktor keutamaan, dan Kategori Risiko Struktur Bangunan
(SNI 03-1726-2010 Pasal 4.1)
2.5.1.2. Faktor Keutamaan dan Kategori Risiko Struktur Bangunan (SNI 03-1726-
2010 Pasal 4.1.2)
Gempa rencana akan menyebabkan struktur bangunan gedung mencapai kondisi
di ambang keruntuhan tetapi masih dapat berdiri, sehingga dapat mencegah jatuhnya
korban jiwa. Berbagai kategori risiko bangunan gedung dan struktur lainnya untuk beban
gempa menurut SNI 03-1726-2010 Pasal 4.1.2 Tabel 1, tergantung pada tinggi rendahnya
risiko terhadap jiwa manusia pada saat terjadinya kegagalan, pengaruh gempa rencana
terhadapnya harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan gempa menurut SNI 03-1726-
2010 Pasal 4.1.2 Tabel 2.
14
2.5.2. Prosedur Klasifikasi Situs untuk Disain Seismik (SNI 03-1726-2010 Pasal 5)
Penentuan kriteria disain seismik suatu bangunan di permukaan tanah atau
amplifikasi besaran percepatan gempa puncak dari batuan dasar ke permukaan tanah untuk
suatu situs perlu diadakannya klasifikasi. Situs ini harus diklasifikasikan sesuai dengan
SNI 03-1726-2010 Pasal 5.3 Tabel 3, berdasarkan profil tanah lapisan 30 meter paling atas.
S M1 = Fv × S1
Keterangan:
S S = Parameter respons spektral percepatan gempa MCE R terpetakan untuk perioda
pendek
S 1 = Parameter respons spektral percepatan gempa MCE R terpetakan untuk perioda 1
detik.
2
S DS = S MS
3
2
S D1 = S M1
3
Keterangan:
S
T0 = 0,2 D1
S DS
S D1
TS =
S DS
Tmaks = C u Ta
Keterangan :
h n = ketinggian struktur, dalam m, di atas dasar sampai tingkat tertinggi struktur,
dan koefisien C t dan x ditentukan dari Tabel 15
Cu = koefisien untuk batas atas pada perioda yang dihitung, koefisien C u
ditentukan dari Tabel 14.
2) Sebagai alternatif, diijinkan untuk menentukan perioda fundamental pendekatan
(T a ) dalam detik, dari persamaan berikut untuk struktur dengan ketinggian tidak
melebihi 12 tingkat di mana sistem penahan gaya gempa terdiri dari rangka penahan
momen beton atau baja secara keseluruhan dan tinggi tingkat paling sedikit 3 m, yaitu:
Ta = 0,1N
Keterangan:
N = jumlah tingkat.
2.5.4. Prosedur Analisis Berdasarkan Superagam Posisi atau MSA (SNI 03-1726-
2010 Pasal 7.9)
2.5.4.1. Jumlah Ragam (SNI 03-1726-2010 Pasal 7.9.1)
Analisis harus dilakukan untuk menentukan ragam getar alami untuk struktur.
Analisis harus menyertakan jumlah ragam yang cukup untuk mendapatkan partisipasi
massa ragam terkombinasi sebesar paling sedikit 90 persen dari massa aktual dalam
masing-masing arah horisontal ortogonal dari respons yang ditinjau oleh model.
18
2. Cek syarat komponen struktur yang harus dipenuhi balok yang didisain, yaitu:
a) Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada balok tidak melebihi 0,1A g f' c
b) Bentang bersih komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektif elemen struktur
c) Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah
tegak lurusnya tidak kurang dari 0,3.
f' c
3. Luas tulangan tarik tidak boleh kurang dari: As min = b w d dan tidak boleh lebih
4f y
1,4
kecil dari: As min = b w d.
fy
1,4
c) ρ min = .
fy
As' es' a
c
d
h d - a/2
d - d'
As
d'
ey Ts
Gambar 2.4. Penampang Batang dan Diagaram Regangan-Tegangan
C c = 0,85 × f' c × a × b
Ts = ρ × b × d × f y
a
+ C s (d − d')
Mn
= Cc d −
φ 2
a
+ A s ' f s (d − d')
Mn
= 0,85f' c × a × b d −
φ 2
c −d
× ε cu × E c × (d − d') Persamaan 4.6.
Mn a
= 0,85f ' c × βc × b × (d − ) + 0,5ρ × b × d ×
φ 2 c
a
Mn 8670c 2 c−d
× ε × E × (d − d' )
≤ 0,85f' c × βc × b × (d − ) + 0,5 × × b × d ×
φ 2
86240000c − 6468000(c − 61)
c cu c
Persamaan 4.7.
Nilai c diperoleh dengan cara trial end error menggunakan program Excel 2007,
sehingga memenuhi persamaan 4.7.
Syarat: ϕM n ≥ M u -
Luas tulangan tarik (A s ): As = ρ x b x d
Luas tulangan tekan (As ’): As ’= 0,5As
6. Kontrol kekuatan
a) Tulangan tarik
b) Tulangan tekan
Asumsi:
Tulangan tekan belum leleh:
21
ε s' ε
= cu
c−d '
c
c − d'
ε s' = × ε cu
c
'
C s = A s × ε s' × Es
C c = 0,85f' c × a × b
ε s' ≥ ε s
11. Konsep dasar perencanaan beton bertulang suatu penampang persegi dengan
tulangan ganda pada kondisi plastis, diagram distribusi regangan, dan tegangan yang
terjadi ditampilkan pada Gambar 2.5. berikut:
23
As' es' a
c
d
h d - a/2
d - d'
As
d'
ey Ts
Gambar 2.5. Tegangan, Regangan, dan Gaya
yang Terjadi pada Balok
C c = 0,85f' c × a × b
Tulangan tarik sudah leleh (kondisi plastis):
Ts = 1,25A s × f y
φ f' c A 2 cp
Tc =
12 Pcp
Suatu penampang mampu menerima momen torsi apabila memenuhi syarat:
V 2 f' c
2 2
Vu Tu Ph
+ 2
≤ φ c +
3
b w d 1,7A oh bwd
25
A t f yv 2
Al = ph cot θ
s f
yt
5 f' cA cp A t f yv
A l min = − ph
12f y s f
yt
A lmin
n=
Al
Keterangan:
A cp = luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton (mm2)
A o = luas bruto yang dibatasi oleh lintasan aliran geser (mm2)
A oh = luas yang dibatasi garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm2)
At = luas kaki sengkang tertutup yang menahan puntir sejarak s (mm2)
Al = luas tulangan longitudinal yang memikul puntir (mm2)
f yh = kuat leleh yang disyaratkan untuk tulangan geser (MPa)
f yt = kuat leleh tulangan torsi lungitudinal (MPa)
f yv = kuat leleh tulangan sengkang torsi (MPa)
p cp = keliling luar penampang beton (mm)
p h = keliling dari garis pusat tulangan sengkang torsi terluar (mm)
s = spasi tulangan geser arah paralel tulangan longitudinal (mm).
dan aksial dapat dibandingkan dengan diagram interaksi antara beban aksial dan momen
(diagram interaksi P-M). Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Tata Cara Perhitungan Struktur
Beton untuk Bangunan Gedung Pasal 23.4 langkah-lagkah perhitungan penulangan kolom
adalah sebagai berikut:
1. Menentukan gaya aksial terfaktor maksimum yang merupakan hasil dari analisis
struktur menggunakan program SAP2000 v10
2. Cek struktur rangka portal berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.11.4.2, dimana
kolom suatu struktur dibedakan antara kolom tidak bergoyang dan bergoyang.
Dianggap tak bergoyang apabila nilai Q tidak melebihi 5% dari momen-momen ujung
orde-satu
Q=
∑P Δ u 0
≤ 0,05
Vu c
Keterangan:
Q = perbesaran momen-momen ujung akibat pengaruh orde-dua
ΣP u = beban vertikal total pada tingkat yang ditinjau
Δ o = simpangan relatif antar tingkat orde-pertama pada tingkat yang ditinjau
akibat V u
V u = gaya geser lantai total pada tingkat yang ditinjau
lc = panjang komponen struktur tekan pada sistem rangka yang diukur dari
sumbu ke sumbu joint.
3. Cek kelangsingan kolom dimana komponen tekan yang tidak ditahan terhadap
goyangan samping, pengaruh batas kelangsingan boleh diabaikan apabila berdasarkan
SNI 03-2847-2002 Pasal 12.13.2
k. u
≤ 22
r
Keterangan:
ℓ u = panjang bersih kolom
I
r = jari-jari girasi =
A
k = rasio kelangsingan.
Ik
∑ E c
.
nk
ψ=
I
∑ E c . b
nb
Keterangan:
Ψ = ratio dari EI/Ψ kolom terhadap EI/Ψ balok
nk = jarak pusat ke pusat kolom
EI kolom =
(0,2E I + E s Is )
c g
1+ βd
Untuk ρ g ≤ 3% digunakan rumus:
0,4E c I g
EI kolom =
1+ βd
Nilai β d tergantung kepada dua kondisi berikut:
M 2 = M 2ns + δs M 2s
Keterangan:
M1 = momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada komponen tekan
M2 = momen ujung terfaktor yang lebih besar pada komponen tekan
M 1ns = nilai yang lebih kecil dari momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan
kesamping
M 1s = nilai yang lebih kecil dari momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan akibat beban yang menimbulkan goyangan kesamping
M 2ns = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan akibat beban yang tidak menimbulkan goyangan
kesamping
M 2s = nilai yang lebih besar dari momen ujung terfaktor yang lebih kecil pada
komponen tekan akibat beban yang menimbulkan goyangan kesamping
δs = pembesaran momen untuk rangka yang mengalami goyangan
kesamping.
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 12.13.4(3), dapat ditentukan jika
perhitungan δs M s pada portal bergoyang adalah:
Ms
δs Ms = ≥ Ms
ΣPu
1−
0,7 ∑ Pc
Dimana:
π 2 EI k
Pc =
(k × u )2
P c = Beban aksial kritis.
29
4. Cek syarat komponen struktur yang harus dipenuhi kolom yang didisain, yaitu:
a. Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada kolom melebihi 0,1A g f' c
φP n maks
dengan φ = 0,65
b) Kondisi balance (seimbang)
Kondisi dimana tulangan tarik sudah mengalami leleh (f s = fy)
c) Kondisi lentur murni (P u = 0)
Kondisi dimana nilai P u = 0 dan e = ~
Pu = (0,85f' c × a × b) + A st f s − A st f y
7. Membuat diagram interaksi dari dimensi penampang dan penulangan kolom yang
telah ditentukan
8. Cek kekuatan kolom (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.4.2.2)
Kolom direncanakan 20% lebih kuat dari balok pada hubungan balok-kolom, yaitu:
6
∑M e ≥ ∑ M g
5
30
Keterangan:
ΣM e = Jumlah momen pada pusat hubungan balok-kolom, sehubungan dengan
tersebut. Kuat lentur kolom harus dihitung untuk gaya aksial terfaktor,
kolom tersebut.
9. Cek tinjauan lentur biaksial kolom menggunakan metode beban berlawanan Bresler
M ux
ey = > e min
Pu
M uy
ex = > e min
Pu
Dari grafik diagram interaksi P-e pada kolom yang direncanakan didapat
1 1 1 1
= + −
Pni Pnx Pny Po
10. Perencanaan kebutuhan tulangan transversal
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 23.4.5(1), kuat gaya geser rencana V e pada
Gambar 2.6., ditentukan dari kuat momen maksimum, M pr dari setiap ujung
komponen struktur yang bertemu di hubungan balok kolom. Pasal tersebut juga
dibatasi bahwa V e tidak perlu lebih besar dari gaya geser rencana yang ditentukan dari
kuat hubungan balok-kolom berdasarkan M pr balok-balok melintang dan tidak boleh
diambil kurang dari gaya geser terfaktor hasil analisis struktur dengan menggunakan
SAP2000 v10.
31
M ut + M ub
Vu =
n
Dimana:
Vu = Gaya geser yang bekerja pada kolom
M ut = M ut = Momen terfaktor yan g bekerja pada ujung – ujung kolom
n = Jarak bersih antar kolom.
a. Dalam bentang l o
1) Perhitungan V e tidak perlu lebih besar dari:
M prob_top DFtop + M prob_btm DFbtm
Vsway =
n
Keterangan:
DF = faktor distribusi momen di bagian atas dan bawah yang di disain
M prob_top dan M prob_btm = jumlahan momen kapasitas balok pada sendi plastis.
Tapi, V sway tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis.
2) Nilai V c harus diambil = 0, jika:
a. V e akibat gempa lebih besar dari 0,5V u
b. Gaya aksial terfaktor tidak melampaui Ag f’c/20
Selain itu, V c dapat dihitung dengan:
32
N u f' c
Vc = 1 + × b ×d
14A 6 w
g
Check apakah:
Ve
Vn =
φ
Ve 1
≥ × Vc
φ 2
Ve
≤ Vc
φ
f' c
Vs = × bw × d
3
Trial spasi dan diameter tulangan melalui persamaan:
As × f y × d
Vs terpasang =
s
b. Diluar bentang l o
N u f' c
Vc = 1 + × b ×d
14A 6 w
g
Vu
Jika Vc < untuk bentang di luar l o , sengkang dibutuhkan untuk geser.
φ
Vu
Apabila Vc ≥ , maka sengkang tidak dibutuhkan untuk geser tapi hanya untuk
φ
tulangan transversal.
Luas total penampang sengkang tertutup persegi tidak boleh kurang daripada
salah satu terbesar antara:
sh × f' c A g
A sh = 0,3 c − 1
f A
yh ch
0,09sh c × f' c
A sh =
f yh
Keterangan:
h c = dimensi penampang inti kolom diukur dari sumbu ke sumbu tulangan
pengekang (mm)
A ch = luas penampang komponen struktur dari sisi luar ke sisi luar tulangan
transversal (mm2).
Diambil nilai yang terbesar, spasi maksimum adalah yang terkecil di antara:
1) 1/4 dimensi kolom terkecil
33
c. Menghitung M e = (∑ M pr ) × DF
d. Dimana Vsway = 2 × M e /H
Vu (kolom)
C2 = T2 T1 = 1,25 As fy
T2 = 1,25 As fy C1 = T1
Vu (kolom)
Kanan : T1 = 1,25 × A s × f y
Kiri : T2 = 1,25 × A s × f y
35
100db/(f'c^0.5) 100db/(f'c^0.5)
db.fy/(4f'c^0.5)
36
Parameter pada perencanaan struktur tangga sesuai Gambar 2.10. adalah sebagai berikut:
1. Tinggi antar lantai 6. Jumlah anak tangga
2. Lebar tangga 7. Lebar anak tangga
3. Lebar antrede 8. Lebar bordes
4. Tinggi optrede 9. Tebal pelat tangga
5. Kemiringan tangga 10. Tebal selimut beton.
O = tan α x A
2 x O + A = 61~ 65
Keterangan:
O = Optrade (langkah naik)
A = Antrede (langkah datar)
Tinggi dari pelat tangga minimal (h min ) adalah sebagai berikut:
L
h min =
27
Tinggi h adalah
O
h' = h min + × cos α
2
Langkah-langkah perencanaan penulangan tangga adalah:
1) Menghitung kombinasi pembebanan (W U ) dari beban mati (D) dan beban hidup (L)
38
2) Menentukan tebal selimut beton (p), diameter tulangan rencana (D), dan tinggi
efektif arah-x (d x ) dan arah-y (d y)
3) Dari analisis SAP2000 v10 didapatkan nilai momen pada pelat tangga dan bordes
4) Menghitung penulangan pelat tangga dan bordes
d' ey
Ts
As
d - a/2
h
d
c
a
relatif sangat kaku terhadap momen puntir dan juga di dalam pelaksanaan pelat lantai akan
di cor bersamaan dengan balok atau monolit.
Pelat lantai merupakan panel beton bertulang yang mungkin bertulangan dua atau
satu arah saja tergantung sistem strukturnya. Pada struktur pelat lantai perbandingan
bentang panjang terhadap lebar kurang dari 3, maka akan mengalami lendutan pada kedua
arah sumbu. Beban pelat lantai dipikul pada kedua arah oleh balok pendukung sekeliling
panel pelat lantai, dengan demikian pelat lantai akan melentur pada kedua arah. Dengan
sendirinya pula penulangan untuk pelat lantai tersebut harus menyesuaikan. Apabila
panjang pelat lantai sama dengan lebarnya, perilaku keempat balok keliling dalam
menopang pelat lantai akan sama. Sedangkan bila panjang tidak sama dengan lebar, balok
yang lebih panjang akan memikul beban lebih besar dari balok yang pendek atau
penulangan satu arah.
Langkah-langkah perencanaan pelat lantai berdasarkan SNI 03-2847-2002 untuk
Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung adalah sebagai berikut:
1. Menentukan syarat-syarat batas dan bentang pelat lantai
Panjang bentang diambil jarak dari pusat ke pusat tumpuan sebagai berikut:
a) Diketahui l y
b) Diketahui l x
ly
c) Mencari β =
lx
Keterangan:
1) β > 3 = one way slab
2) β ≤ 3 = two way slab
2. Menentukan tebal pelat lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5.3, maka tebal pelat lantai adalah:
Pada pelat 2 arah jika a. α m < 0,2 maka h ≥ 120 mm
fy
l n 0,8 +
1500
b. 0,2 ≤ α m ≤ 2 maka h =
36 + 5β (α m − 0,2)
h ≥ 120 mm
fy
l n 0,8 +
1500
c. α m > 2 maka h =
36 + 9β
h ≥ 90 mm
Keterangan:
40
3. Menghitung beban yang bekerja pada pelat lantai, yaitu beban mati (D L )
dan beban hidup (LL )
4. Menentukan nilai momen
a) Berdasarkan analisis program SAP2000 v10 nilai momen yang bekerja
pada pelat lantai akan diperoleh
b) Berdasarkan peraturan CUR 1 Bab 4 Pasal 7, pada pelat lantai yang
menahan dua arah dengan terjepit pada keempat sisinya bekerja empat
macam momen lentur pada jalur selebar 1 meter dengan masing-masing
pada arah-x dan arah-y, yaitu:
1) Ml x adalah momen lapangan maksimum per meter lebar arah-x
Ml x = 0,001 x Wu x l x 2 x koef
2) Ml y adalah momen lapangan maksimum per meter lebar arah-y
Ml y = 0,001 x Wu x l x 2 x koef
3) Mt x adalah momen tumpuan maksimum per meter lebar arah-x
Mt x = – 0,001 x Wu x l x 2 x koef
4) Mt y adalah momen tumpuan maksimum per meter lebar arah-y
Mt y = – 0,001 x Wu x l x 2 x koef.
5. Menghitung penulangan dan jarak antar tulangan pelat lantai
Langkah-langkah perhitungan pelat lantai adalah sebagai berikut:
a) Menentukan syarat-syarat batas dan bentang perencanaan pelat lantai
b) Menentukan tebal pelat lantai
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 15.3.6, rasio kekakuan lentur
balok terhadap pelat lantai ditentukan dengan langkah sebagai berikut:
E cb I b
α =
E cp I p
41
Mn
R n =
2
b × d x
fy
m =
0,85 × f' c
1
R nb = ρ b × f y 1 − × ρ b × m
2
R maks = 0,75 × R nb
Dengan:
1) R n < 0,75 R nb (dipakai tulangan tunggal)
2) 0,75 R nb < R n < R nb (dipakai tulangan rangkap)
3) R n > R nb (penampang diperbesar)
Pemeriksaan syarat rasio penulangan ( ρ min < ρ < ρ maks )
42
Q ult = A × f' c + As × fy
Keterangan:
43
N1 + N 2
Nb =
2
Keterangan:
N 1 = Harga N pada ujung tiang pancang
Keterangan:
Maka:
Q ult
Qall =
SF
Keterangan:
Berdasarkan SNI 03-1726-2010 pasal 7.1.5, struktur bawah tidak boleh gagal lebih
dulu dari struktur atas, maka struktur bawah harus dapat memikul pembebanan gempa
maksimum akibat pengaruh Gempa Rencana,V mpr yang dapat diserap oleh struktur
atas dalam kondisi di ambang keruntuhan:
Vmpr = f × Vn
Keterangan:
V n = pembebanan gempa akibat pengaruh gempa rencana yang menyebabkan
pelelehan pertama di dalam struktur gedung
f = faktor kuat lebih struktur akibat kehiperstatikan struktur gedung yang
menyebabkan terjadinya redistribusi gaya-gaya oleh proses pembentukan
sendi plastis yang tidak serempak bersamaan.
Perkiraan kebutuhan tiang tanpa effisiensi:
Pu
n=
Qall
Jarak antar as tiang pancang kelompok (pile group) adalah:
a) Syarat jarak tiang (jarak antar as tiang)
2,5D < s < 3D
b) Syarat jarak as tiang ke tepi
s > 1,25D
Berat sendiri pile cap adalah:
w 1 = γ b .Vp
Berat sendiri tiang adalah:
w 2 = γ b .Vt
Keterangan:
φ (a − 1)b + (b − 1)a
Eff = 1 − a
90 a×b
Keterangan:
Maka:
D
φ = arc tan
s
Pijin = Pall = Eff × Q all
Pgroup = n × Pijin
Checking:
Pgroup ≥ ΣPv
V = (2 x M pr ) / ln
c) Gaya lateral H u yang diterima masing-masing tiang arah-y:
Hu = V/n
d) Mencari momen inersia tiang pancang:
π
Ip = (D 4 − d 4 )
64
e) Mencari modulus elastisitas:
46
E p = 4700 f' c
f) Mencari modulus reaksi subgrade (nh) berdasarkan tabel yang telah dibuat oleh
(Davisson – Prakash, 1963)
g) Faktor kekakuan:
EI
T=5
nh
h) Menentukan jenis tiang pancang:
1) L < 2T = tiang pendek dan bebas
2) L ≥ 2T = tiang panjang dan jepit.
f) Mencari gaya lateral ijin dengan menggunakan grafik Broms Ultimate Lateral
Resistance (Das, 2004) sesuai pada Gambar 2.11.
bo = 4 × (B + d )
Keterangan:
Ø = faktor reduksi kekuatan untuk lentur, tekan, geser, dan tumpu pada beton
polos struktural = 0,55
β c = rasio sisi panjang terhadap sisi pendek dari beban terpusat atau daerah
tumpuan.
Agar tidak terjadi geser pons harus dipenuhi persyaratan: Pu < φVc
Maka:
1 2
Vc = 1 + f' c × b o × h
9 βc
Namun, tidak perlu lebih besar dari:
2
Vc = f' c × b o × h
9
φVc = 0,55V
c
Checking:
Pu < φVc
7. Perhitungan tulangan pile cap
Wtiang = A b × L × γ b
W pile cap = Vpci × γ b
Keterangan:
W tiang = Berat sendiri tiang pancang
Ab = Luas penampang tiang pancang
L = Panjang tiang pancang
V pc I = Volume pile cap yang ditinjau.
8. Potongan x – x:
M x = [((P − Wtiang ) × jarak pusat ke acuan) − (Wpile cap × jarak pusat ke acuan)]
9. Potongan y – y:
M y = [((P − Wtiang ) × jarak pusat ke acuan) − (Wpile cap × jarak pusat ke acuan)]
Mn
R n =
2
b × d x
Keterangan:
P maks kolom = gaya aksial terbesar pada kolom yang akan diikat oleh tie beam.
1. Perencanaan tie beam berdasarkan analisis struktur dengan menggunakan Sistem
Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), harus memenuhi detailing yang telah
ditentukan dalam SNI 03-2847-2002.
a) Balok‐balok tie beam harus diberi tulangan longitudinal yang menerus yang
ditanamkan melewati kolom‐kolom yang ditumpu atau diangkur kedalam poer atau
pondasi telapak pada setiap titik pemberhentian.
b) Balok tie beam harus direncanakan dengan ukuran penampang minimum ≥ 1/20
bentang bersihnya, tapi tidak perlu lebih besar daripada 450 mm. Sengkang tertutup
harus dipasang dengan spasi ≤ setengah dimensi terkecil penampang dan 300 mm.
c) Balok tie beam yang merupakan bagian pondasi pelat yang memikul lentur dari
kolom yang memikul beban‐beban gempa harus dirancang sesuai balok SRPMK.
2. Perhitungan tulangan longitudinal
Menentukan konfigurasi diameter penulangan dan jumlah tulangan yang akan
digunakan. Cek apakah 0,01 < ρg < 0,06 dengan menggunakan program PCACOL
A st
ρg =
b×h
3. Perhitungan tulangan transversal
49
geser minimum.
Av bw
=
s 3f y