Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

Mahasiswa, itulah salah satu kata yang mencerminkan sesuatu yang berintelektual.
Mahasiswa merupakan maha dari siswa, yang berarti kedudukannya lebih tinggi daripada
kelas-kelas dibawahnya. Mahasiswa juga mengemban tugas yang besar demi memajukan
Indonesia yang lebih baik, diantaranya sebagai Agent of Change, Iron Stock, Social Control,
dan Moral Force. Akan tetapi, semua itu hanya omong kosong jika mahasiswa itu sendiri
tidak paham dengan etika. Semua kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa seakan-akan
tidak ternilai jika mahasiswa tidak memiliki etika yang baik. Padahal mengaku sebagai
mahasiswa, tetapi tidak bisa berperilaku dengan baik. Sebuah ironi dan suatu keniscayaan
yang patut dikritisi lebih lanjut.

Disini penulis tidak mengatakan bahwa semua mahasiswa tidak memiliki etika yang
baik, hanya sebagian saja atau oknum-oknum tertentu. Penulis tertarik mengangkat kasus
etika mahasiswa FISIP UB di kampus karena penulis merasa etika sudah dinomorduakan oleh
sebagian mahasiswa, apalagi etika di dalam kampus. Di tempat dimana penulis belajar (FISIP
UB), banyak oknum-oknum mahasiswa yang tidak peduli dengan etika dalam kampus.
Padahal mahasiswa yang beretika mencerminkan mahasiswa yang mampu menjadi panutan
masyarakat. Kesampingkan dulu segala kecerdasan yang dimiliki oleh mahasiswa, karena
dari semuanya etika merupakan yang nomor satu.

Dalam dunia kerja saja yang dilihat pertama-tama adalah etikanya, bukan
kecerdasannya. Dunia kampus memiliki kesamaaan dengan dunia kerja. Orang-orang disana
lebih mengedepankan etikanya dibandingkan dengan intelektualnya. Hampir mayoritas dosen
menyukai mahasiswa yang berintelektual rendah tetapi beretika baik, dibandingkan dengan
mahasiswa yang berintelektual tinggi tetapi beretika buruk. Etika yang baik mencerminkan
orang yang baik pula dan tahu tata krama lingkungannya, bukan orang yang berintelektual
mencerminkan orang yang baik. Orang yang pintar tidak selalu memiliki etika yang baik.
Bisa dilihat koruptor-koruptor yang saat ini sudah ada di dalam bui. Mereka memang
memiliki kecerdasan yang luar biasa, akan tetapi mereka tidak memiliki etika yang baik.
Sebut saja Gayus Tambunan, Nazaruddin, Andi Malarangeng, dan lain-lain. Jika etika baik
dalam kampus terus diusung tinggi oleh seluruh mahasiswa FISIP UB, diharapkan
mahasiswa-mahasiswinya selain memiliki kecerdasan juga memiliki etika yang baik pula.
BAB II

LANDASAN TEORI

Sebelum penulis mambahas lebih lanjut etika mahasiswa FISIP UB di dalam kampus,
penulis akan membahas terlebih dahulu apa itu etika. Secara etimologis, etika berasal dari
bahasa Yunani yaitu “Ethos” yang berarti watak. Menurut Kriyantono (2015), Etika adalah
filsafat atau pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan
moral. Etika juga bisa berarti nilai-nilai atau norma-norma moral yang menjadi pegangan
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Etika itu mengatur apa
yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan oleh manusia. Selain itu, etika juga membentengi
manusia agar tidak melanggar aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat, khususnya
aturan yang tidak tertulis. Contoh aturan yang tidak tertulis salah satunya cara berkomunikasi
dengan orang yang lebih tua. Aturan yang tertulis saja tidak dihiraukan oleh sebagian
mahasiswa, apalagi aturan yang tidak tertulis. Disini lah peran etika sangat diperlukan untuk
membuat aturan yang tidak tertulis berkedudukan sama dengan aturan yang tertulis.

Etika merupakan kumpulan asas atau nilai moral, misalnya kode etik. Kode etik
merupakan suatu aturan yang tertulis. Disini penulis akan membahas kode etik mahasiswa
FISIP UB di dalam kampus. Menurut Kriyantono (2015), Etika mahasiswa di dalam kampus
dibagi menjadi 2, yaitu etika perilaku atau pergaulan dan etika akademis. Kode etik pergaulan
atau perilaku meliputi disiplin waktu, cara berkomunikasi dengan dosen, busana di kampus,
tata karma di kelas maupun di luar kelas, dan lain-lain. Sedangkan kode etik akademis
meliputi kehadiran di kelas, aturan tentang plagiasi, serta bentuk kecurangan apapun yang
berkaitan dengan akademik.
BAB III

ANALISIS

A. Etika Perilaku atau Pergaulan

Dari penjelasan etika mahasiswa di kampus menurut Kriyantono sebelumnya, tidak


bisa dipungkiri banyak mahasiswa/i FISIP UB yang seringkali melanggar aturan yang
berlaku. Dari etika perilaku atau pergaulan, masih banyak mahasiswa FISIP UB yang
kedapatan merokok di dalam gedung. Padahal, aturan dilarang merokok di dalam gedung
sudah tertera dengan jelas. Selain itu, sudah disediakan smoking area di luar gedung yang
seharusnya tidak menjadi masalah. Banyak sekali smoking area yang ada di FISIP UB.
Menurut analisis penulis, kebanyakan mahasiswa khususnya laki-laki yang merokok di dalam
gedung dikarenakkan ingin “gaya” dan merasa ingin “eksis” sehingga dia sengaja melanggar
peraturan dengan merokok di dalam gedung.

Selanjutnya yang harus dikritisi adalah masalah sampah. Penulis tekankan sekali lagi
bahwa petugas kebersihan bukanlah office boy yang selalu hadir untuk membersihkan
sampah. Masih banyak sampah-sampah berserakan baik di dalam gedung FISIP maupun
diluar gedung. Perlu adanya kesadaran dari masing-masing individu dan sanksi tegas
terhadap mahasiswa/i FISIP yang membuang sampah tidak pada tempatnya. Setelah sampah,
masalah yang masih hangat diperbincangkan adalah soal parkir. Baik mahasiswa maupun
mahasiswi sama saja tidak memarkir kendaraannya dengan benar dan semestinya. Juru parkir
harus turun tangan untuk merapikan kendaraan dari mahasiswa/i FISIP. Sampai ada beberapa
kasus soal parkir dimana si juru parkir memarahi mahasiswa/i FISIP yang memarkir
kendaraannya semaunya sendiri. Sampai-sampai si juru parkir terpaksa “menggembosi”
kendaraan si mahasiswa/i untuk efek jera. Disini bukanlah juru parkirnya yang salah, karena
mereka memang selayaknya melakukan tugasnya. Akan tetapi malah sebaliknya mahasiswa/i
yang salah memarahi balik si juru parkir. Suatu hal yang menurut penulis merupakan hal
yang tidak masuk di akal.

Penulis mendapati mahasiwa


FISIP UB yang memarkir
kendaraannya tidak sesuai
aturan
Masalah selanjutnya adalah soal penggunaan fasilitas yang ada di FISIP, masih
banyak mahasiswa FISIP UB khususnya laki-laki yang merusak fasilitas di FISIP dengan
sengaja. Padahal, fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang digunakan semua warga FISIP
termasuk mahasiswa yang merusaknya, seperti meja, kursi, wastafel, dan lain-lain.
Selanjutnya soal disiplin waktu dan busana mahasiswa di kampus. Masih banyak penulis
temui mahasiswa/i yang telat saat jam kuliah. Lebih parahnya lagi terdapat mahasiswa/i yang
sampai telat setengah jam. Padahal sudah tertera dengan jelas di peraturan dalam perkuliahan
bahwa maksimal ketelatan mahasiswa adalah 15 menit. Telat merupakan budaya orang
Indonesia dan harus diminimalisir bahkan ditinggalkan. Persepsi mahasiswa/i FISIP UB
terhadap ketelatan adalah telat merupakan hal yang sepele. Akan tetapi hal yang sepele
tersebut dapat berubah menjadi hal yang besar. Bisa dinamakan bahwa telat merupakan
korupsi waktu. Bisa jadi korupsi waktu bisa berkembang menjadi korupsi yang lebih besar
yaitu korupsi uang. Oleh karena itu sebagai generasi penerus bangsa, mahasiswa harus
meninggalkan perilaku-perilaku yang dapat merusak martabat bangsa.

Kemudian masalah busana mahasiswa di dalam kampus. Sebelumnya sangat hangat


diperbincangkan tentang fenomena “jilboobs” yang melanda mahasiswi FISIP UB. Selain
“jilboobs”, banyak pula mahasiswi FISIP yang berpakaian tidak senonok dalam perkuliahan.
Selain mahasiswi, mahasiswa juga banyak yang berpakaian tidak semestinya. Penulis
seringkali menjumpai mahasiswa FISIP yang memakai kaos dan sandal saat datang ke
kampus. Menurut penulis, perlu ada sanksi yang tegas dalam menyikapi masalah busana di
kampus agar proses perkuliahan bisa berjalan dengan lancar.

Penulis mendapati mahasiswi FISIP UB yang berpakaian tidak semestinya

Jika sebelumnya penulis membahas secara keseluruhan tata krama mahasiswa/I FISIP
di luar kelas, selanjutnya penulis akan membahas tentang masalah tata krama mahasiswa di
dalam kelas dan cara komunikasi dengan dosen. Hampir setiap hari ketika penulis masuk
dalam kelas mendapati mahasiswa/i FISIP yang bermain HP di saat dosen memberikan materi
perkuliahan. Sangat disayangkan karena dosen sudah memberikan materi perkuliahan dengan
maksimal, tetapi dosen malah mendapatkan feedback yang jelek dari mahasiswanya. Hampir
sebagian mahasiswa menurut penulis melakukan hal yang seperti itu. Nantinya mahasiswa itu
sendiri yang mendapatkan materi dengan tidak maksimal kerena kurangnya fokus terhadap
proses perkuliahan. Selanjutnya masalah etika komunikasi dengan dosen. Sangat disayangkan
banyak mahasiswa yang tidak tahu bagaimana cara berkomunikasi yang baik dengan dosen.
Penulis masih mendapati mahasiswa yang memakai kosakata sehari-hari selayaknya
berbicara dengan temannya, padahal dia sedang berkomunikasi dengan dosen, baik langsung
maupun tidak langsung (menggunakan HP). Semestinya sebagai orang yang berpendidikan,
mahasiswa harus tahu etika jika berkomunikasi dengan dosen. Dosen merupakan orang yang
lebih tua dari kita, oleh karena itu kita juga harus menggunakan kosakata yang selayaknya
kita gunakan ketika kita berkomunikasi dengan orang yang lebih tua dibanding kita.

B. Etika Akademis

Jika sebelumnya penulis sudah membahas panjang lebar tentang etika perilaku atau
pergaulan mahasiswa dan mengaitkannya dengan etika perilaku atau pergaulan mahasiswa
FISIP UB , selanjutnya penulis akan membahas tentang etika akademis. Etika akademis
seperti dijelaskan sebelumnya mencakup jumlah kehadiran di kelas, aturan tentang plagiasi,
serta bentuk kecurangan apapun yang berkaitan dengan akademik. Aturan tentang plagiasi
merupakan masalah yang paling penting dan harus dikritisi lebih dalam. Mahasiswa saat ini
sebagian besar hanya ingin menginginkan hal-hal yang instan saja. Plagiat merupakan salah
satu cara instan yang ditempuh mahasiswa untuk memperoleh sesuatu dengan cepat.
Kebanyakan mahasiswa seringkali mengopi tugasnya dalam sebuah situs yang sumbernya
tidak relevan. Oleh karenanya saat ini sedang gencar-gencarnya dilakukan kampanye anti
plagiasi oleh mahasiswa-mahasiswa maupun dosen, karena plagiasi merupakan salah satu
kejahatan tingkat atas yang ada dalam dunia pendidikan. Plagiasi tidak hanya berdampak
pada jangka pendek saja, tetapi juga jangka panjang. Plagiasi dapat dikatakan sebagai korupsi
dalam dunia pendidikan. Jika ini dibiasakan maka akan membuat mahasiswa/i tidak kreatif
dan tidak kritis akan sesuatu.

Selanjutnya masalah yang terkait dengan etika akademis adalah masalah kehadiran di
kelas. Selain plagiasi, fenomena “titip absen” juga melanda mahasiwa/i zaman sekarang.
Sama halnya dengan plagiasi, fenomena “titip absen” juga seringkali dilakukan mahasiwa
FISIP UB. Titip absen yang sering disebut “TA” juga bisa dibilang sebagai korupsi di dunia
pendidikan. Mungkin titip absen dianggap hal yang sepele bagi mahasiswa/i saat ini, akan
tetapi titip absen bisa membuat nama mahasiswa itu sendiri menjadi tercoreng. Selain nama
mahasiswa itu sendiri, nama tempat dimana dia menempuh pendidikan juga menjadi jelek.
Sebagai mahasiswa kita tidak boleh mengesampingkan tujuan utama yaitu menuntut ilmu
dibangku kuliah. Jika kita sudah masuk dunia akademisi, kita juga harus ikut patuh pada
peraturan akademik yang berlaku yaitu kehadiran saat kuliah. Karena saat proses perkuliahan,
terjadi komunikasi antara dosen dan mahasiswa untuk mentransfer ilmu yang diajarkan, jika
kita tidak berangkat atau TA saja komunikasi tidak akan berjalan.

Perlu adanya sanksi yang tegas untuk menyikapi plagiasi dan titip absen, karena dua
hal tersebut merupakan kejahatan kelas atas dalam dunia pendidikan. Selain itu, kembali lagi
kepada individu mahasiswa itu sendiri, harus ada intopeksi dalam diri masing-masing.
Dengan intropeksi dari mahasiswa, maka diharapkan fenomena TA dan plagiasi lama
kelamaan akan hilang dan lulusan akademisi tidak hanya menguasai ilmu dari bidang yang di
tekuninya, tetapi juga memilki karakter yang kuat serta memiliki etika dan moral yang baik
pula. Karena selain pendidikan, kesadaran dan kejujuran adalah kunci utama bagi mahasiswa
untuk dapat memajukan bangsa.

Daftar Pustaka

http://rachmatkriyantono.lecture.ub.ac.id/files/2014/02/Etika-di-Kampus.pdf
http://fisip.ub.ac.id/wp-content/uploads/2015/08/KODE-ETIK-PERILAKU-DI
KAMPUS.docx

UJIAN AKHIR SEMESTER MATA KULIAH FILSAFAT DAN ETIKA


KOMUNIKASI
ETIKA MAHASISWA FISIP UB DI KAMPUS

Disusun Oleh:

Billyandri Herfiantara Firsa

145120201111078

Ilmu Komunikasi

D-Kom-3

Dosen Pengampu: Abdul Wahid, S.I.Kom., MA

FISIP

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

2016

Anda mungkin juga menyukai