Indonesia mulai menggunakan energi terbarukan sebagai sumber pembangkit listrik.
Salah satu buktinya yaitu dengan dibangunnya Pembangkit Listrik Tenaga Bayu Sidrap di Desa Mattirotasi dan Lainungan, Kecamatan Watangpulu, Kabupaten Sidenreng Rappang, Provinsi Sulawesi Selatan. Pembangkit ini merupakan pembangkit komersial skala besar pertama di Indonesia, sehingga turbin yang digunakan merupakan turbin horizontal. Turbin ini dibangun sejak Agustus 2015 dan diresmikan pada Juli 2018 oleh Presiden Jokowi dan telah diuji coba interkoneksi dengan PLN sejak minggu pertama Januari 2018. PLTB ini dibangun di daerah dengan kecepatan angin mencapai 7m/s oleh PT UPC Sidrap Bayu Energi yang merupakan konsorium dari UPC Renewables Asia I, UPC Renewables Asia III, Sunedison, dan Binatek Energi Terbarukan. Pengelolaannya juga dilakukan oleh perusahaan yang sama. Jenis turbin ini yaitu model turbin dari Gamesa Eolica Corporation yang diimpor dari Madrid, Spanyol dengan berat masing-masing 20 ton. Baling-balingnya sepanjang 57 meter dengan luas perputarannya 10,2 meter persegi. Sementara, tinggi menaranya yaitu 80 meter. Jumlah turbin yang dibangun sebanyak 30 turbin yang masing-masing jika terkoneksi berkapasitas 2,5 Mega Watt sehingga total kapasitaasnya mencapai 75 Mega Watt. Energi tersebut dapat digunakan untuk melistriki hingga 70.000 pelanggan rumah di Sulawesi Selatan dengan daya 900 Volt Ampere. Proyek ini bernilai investasi sebesar 150 juta dollar Amerika Serikat yang setara dengan hampir 2 triliun (jika kurs dollar 13.000 rupiah). Saat pengerjaan, proyek ini melibatkan lebih dari 100 kontraktor dan 709 tenaga kerja yang 95%-nya merupakan Warga Negara Indonesia. Setelah PLTB ini beroperasi lebih dari 1 tahun, diketahui bahwa produksi energi listrik yang dihasilkan oleh turbin angin tersebut paling banyak terjadi saat Bulan April hingga Oktober, sementara produksi energi rata-rata lebih rendah pada Bulan November hingga Maret. Hal ini disebabkan oleh Bulan November hingga Maret merupakan bulan dimana musim hujan terjadi, dimana kecepatan angin menurun. Bulan November merupakan waktu dimana hembusan angin paling rendah sehingga dapat digunakan untuk perawatan dan perbaikan infrastruktur.