Anda di halaman 1dari 11

Bab 3

Kebijakan
Penataan Ruang

n G asibu
nga
Lapa
Kebijakan Penataan Ruang

3 Kebijakan Penataan Ruang

P enataan ruang yang mencakup proses perencanaan tata


ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan
ruang merupakan satu kesatuan sistem yang tidak terpisahkan satu
1. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang
Pelaksanaan Hak dan Kewajiban, serta Bentuk dan Tata Cara
Peran Serta Masyarakat dalam Penataan Ruang.
dengan yang lainnya. Untuk menjamin tercapainya tujuan 2. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 1997 tentang
penataan ruang diperlukan peraturan perundang-undangan yang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional.
memberi dasar yang jelas, tegas, dan menyeluruh guna menjamin 3. Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 19 tahun 1996
kepastian hukum bagi upaya pemanfaatan ruang. Undang-undang tentang Pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang
Nomor 24 tahun 1992 tentang Penataan Ruang mengandung Daerah Tingkat I dan Tingkat II.
sejumlah ketentuan proses dan prosedur perencanaan tata ruang,
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998
pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang sebagai
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah.
dasar bagi pengaturan lebih lanjut. Undang-undang Penataan
Ruang inilah yang pada saat ini menjadi acuan utama dan sekaligus 5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 1998
dasar hukum seluruh kegiatan penataan ruang di Indonesia. tentang Tata Cara Peran Serta Masyarakat dalam Proses
Perencanaan Tata Ruang di Daerah.
UU No. 24 tahun 1992 mencakup semua aspek di bidang
penataan ruang sebagai dasar bagi pengaturan lebih lanjut yang Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kota Bandung tahun 1992
dituangkan dalam bentuk peraturan tersendiri. Peraturan- yang ditinjau kembali, sesungguhnya merupakan rencana tata
Lapangan Gasibu peraturan pelaksanaan mengenai penataan ruang yang hingga saat ruang daerah yang menjadi pedoman bagi pelaksanaan
Jl. Diponegoro ini telah diterbitkan adalah: pembangunan dan pemanfaatan ruang di kota Bandung. RUTR

32 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

2013
Kebijakan Penataan Ruang

Kota Bandung tersebut harus sesuai dan mengacu pada peraturan peningkatan partisipasi masyarakat dalam rangka meningkatkan 3.2 Isu Strategis
perundang-undangan penataan ruang yang berlaku, yaitu UU No. ketenagakerjaan, meningkatkan kesejahteraan sosial, keluarga, Dari tinjauan perkembangan dan permasalahan Kota Bandung,
24 tahun 1992 dan peraturan mengenai penataan ruang lainnya. pemuda dan olah raga serta kesetaraan gender. dapat disimpulkan bahwa dalam pengembangannya, Kota
4. Meningkatkan penataan kota, yang mencakup pemeliharaan Bandung dihadapkan pada beberapa isu strategis berikut ini :
3.1 Visi, Misi dan Tujuan Pembangunan serta peningkatan prasarana dan sarana kota agar sesuai 1. Struktur Ruang Kota
dengan dinamika peningkatan kegiatan kota dengan tetap Masih terpusatnya kegiatan perkotaan di satu pusat yaitu di
Visi Kota Bandung yang ingin dituju atau dicapai pada masa sekarang memperhatikan daya dukung lingkungan kota.
dan masa yang akan datang yaitu sebagai Kota Jasa yang Bersih, Wilayah Bandung Barat, serta terdapat beberapa sub pusat
Makmur, Taat dan Bersahabat (BERMARTABAT). Kota Bandung 5. Meningkatkan kinerja pemerintah kota secara efektif, efisien, (pusat sekunder) Kota Bandung yang tidak dapat berfungsi
sebagai kota Jasa adalah perkembangan ekonomi Kota Bandung akuntabel dan transparan, yang mencakup pemberdayaan sebagaimana yang direncanakan pada RUTRK Bandung 1992
didominasi oleh kegiatan jasa perkotaan, meliputi jasa keuangan, aparatur pemerintah dan masyarakat. 2. Perubahan Pemanfaatan Ruang
jasa pelayanan, jasa profesi, jasa perdagangan, jasa pariwisata, dan 6. Mengembangkan sistem pembiayaan kota, yang mencakup Kurang cepatnya antisipasi perkembangan terutama yang
jasa lainnya. sistem pembiayaan pembangunan yang dilaksanakan disebabkan oleh tekanan ekonomi, sehingga muncul berbagai
pemerintah, swasta dan masyarakat. persoalan perubahan pemanfaatan lahan yang pada akhirnya
Pengertian dari visi Kota Bandung sebagai ”Kota Jasa yang menurunkan kualitas lingkungan terutama pada lingkungan
BERMARTABAT” adalah: Seperti yang digariskan dalam Permendagri No. 8 Tahun 1998 perumahan.
1. Bersih adalah kualitas kota lingkungan kota yang tinggi, bersih tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang di Daerah, di dalam 3. Pelestarian Kawasan dan Bangunan
dari sampah, dan bebas polusi, serta kualitas aparat dan warga menyusun RTRW Kota terlebih dahulu haruslah ditetapkan visi, Terdesaknya bangunan-bangunan dan kawasan yang memiliki
kota yang bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. misi serta tujuan pengembangan dari kota yang direncanakan. Visi nilai sejarah oleh bangunan baru yang lebih memiliki nilai
Kota Bandung berkaitan dengan penataan ruang yang merupakan ekonomis.
2. Makmur adalah kemakmuran bagi seluruh warga kota, dengan penjabaran lebih lanjut dari visi Kota Bandung adalah: Kota
indikator antara lain tingkat pendidikan, tingkat kesehatan, dan Bandung sebagai Kota Pendidikan, Pemerintahan, Jasa 4. Fungsi Kota
daya beli masyarakat. Keuangan, dan Jasa Pelayanan yang BERMARTABAT. Berkaitan dengan penetapan fungsi Kota Bandung sebagai kota
3. Taat adalah ketaatan aparat dan warga kota terhadap hukum jasa. Untuk mendukung terciptanya Visi Kota Bandung, fungsi
dan aturan yang ditetapkan untuk menjaga keamanan, sebagai Kota Jasa ini perlu lebih diarahkan.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka misi yang akan
kenyamanan dan ketertiban kota.yang berlaku. diselenggarakan sebagai landasan arahan penataan ruang adalah: 5. Ruang Publik
4. Bersahabat adalah kualitas ruang-ruang kota yang ramah, Penggunaan ruang publik yang tidak sebagaimana mestinya.
1. Mewujudkan kota yang tertata rapi, nyaman dan layak huni
nyaman dan menarik bagi penghuni maupun pengunjung, Hal ini dapat dilihat dengan terjadinya beberapa kasus, seperti
melalui penyediaan berbagai sarana dan prasarana dalam
disertai sikap aparat dan warga kota yang menyenangkan bagi penggunaan lapangan tegallega, keberadaan sektor informal
mendukung pembangunan ekonomi, sosial, dan lingkungan.
orang yang berkunjung, bekerja, dan berusaha. pada koridor-koridor jalan, dan alihfungsi RTH.
2. Menciptakan dan meningkatkan daya tarik kota, yaitu
6. Pelayanan Publik
tertatanya sentra-sentra ekonomi secara merata di seluruh
Adapun Misi Kota Bandung yang ingin dicapai dalam rangka untuk Kualitas pelayanan publik yang belum optimal, meliputi kualitas
kota dengan didukung sistem transportasi yang memadai.
merealisasikan visi diatas adalah sebagai berikut: pelayanan yang diberikan unit pelayanan satu atap, kualitas
3. Menciptakan kemudahan investasi dan mendorong partisipasi pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat, kualitas
1. Mengembangkan sumber daya manusia yang handal dan masyarakat dalam pelaksanaan pembangunan.
religius, yang mencakup pendidikan, kesehatan dan moral kebersihan dan keindahan lingkungan kota dan masih
keagamaan 4. Menyediakan landasan yang menyeluruh dan terpadu bagi terbatasnya kemampuan dalam menyediakan air bersih
perangkat, mekanisme, manajemen, dan pengendalian melalui PDAM
2. Mengembangkan perekonomian kota yang adil, yang mencakup pembangunan.
peningkatan perekonomian kota yang tangguh, sehat dan 7. Sistem Transportasi
berkeadilan dalam rangka meningkatkan pendapatan Tingkat pelayanan (level of service) jalan yang rendah sehingga
Dasar pemikiran visi dan misi Kota Bandung di atas tidak terlepas sering menimbulkan kemacetan, gangguan lalulintas yang
masyarakat, menciptakan lapangan kerja dan kesempatan dari tujuan, fungsi dan kedudukan RTRW Kota Bandung dalam
berusaha. berasal dari kegiatan-kegiatan yang sering menggunakan badan
konteks pembangunan daerah pada umumnya, dan khususnya jalan serta masalah yang berkaitan dengan sistem terminal dan
3. Mengembangkan Sosial Budaya Kota yang ramah dan dengan produk hukum dan perencanaan-perencanaan lainnya di
berkesadaran tinggi, serta berhati nurani, yang mencakup penyediaan fasilitas pejalan kaki.
tingkat Kota Bandung.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 33


2013
Kebijakan Penataan Ruang

8. Kualitas Lingkungan Binaan dengan mempertahankan keseimbangan lingkungan dan 7. Fungsi penelitian dan pengembangan: mencakup berbagai
Perlunya penanganan dan peningkatan kualitas lingkungan pada ketersediaan sumberdaya daerah. penelitian dan pengembangan berbagai sektor kehidupan
kawasan kumuh serta rendahnya kemampuan pemeliharaan (Lapan, Pasteur, Pusat Penelitian Keramik Indonesia, LIPI,
dan pengendalian pemanfaatan ruang publik (Taman, Daerah Untuk mewujudkan tujuan tersebut, maka konsep pengembangan Puslitbang Jalan, Puslitbangkim, Pusat Air, dan lain-lain).
Milik Jalan). Kota Bandung adalah menjadikan sistem pusat pelayanan kota 8. Fungsi jasa kesehatan: mencakup layanan kesehatan tingkat
yang duosentrik (dua pusat) dengan membagi wilayah kota nsional sampai regional (Rumah Sakit Hasan Sadikin sebagai
3.3 Strategi dan Konsep pengembangan Kota menjadi 6 Wilayah Pengembangan . Kondisi yang diharapkan ini “Teaching Hospital” skala internasional, RS.Immanuel, RS.
merupakan pergeseran dari sistem pelayanan yang ada yang Boromeus, RS Advent, RS. Al-Islam, dan lain-lain).
3.3.1 Strategi Pengembangan Kota bersifat monosentrik (satu pusat).
Strategi pengembangan kota yang akan dilakukan adalah dengan Sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh pemerintah
pendekatan 5C Strategy, yaitu Core Strategy (strategi utama), A. Fungsi Kota Kota Bandung, maka sektor kegiatan yang berpotensi untuk
Consequency Strategy (strategi konsekuensi), Consumer Strategy Sesuai dengan visi dan misi Kota Bandung sebagai Kota Jasa yang dikembangkan di Kota Bandung berupa:
(strategi pelanggan), Control Strategy (strategi pengendalian) dan Genah, Merenah dan Tumaninah, maka sektor-sektor 1. Kesehatan, mencakup
Culture Strategy (strategi budaya). perekonomian yang akan dikembangkan di Kota Bandung bukan a. Pelayanan kesehatan
lagi ditekankan pada sektor industri (pengolahan), apalagi pada b. Lembaga penelitian kesehatan
Strategi utama (Core Strategy) dalam pengembangan kota adalah bidang pertanian. Hal tersebut berpijak pada perkembangan kota, 2. Pendidikan, mencakup:
melakukan pengembangan ke arah wilayah Bandung Timur dan dan perkembangan sektor jasa yang pesat. Fungsi kota yang saat a. Pendidikan tinggi (institut, universitas, politeknik, akademi,
peningkatan kualitas lingkungan di wilayah Bandung Barat. ini berkembang Kota Bandung antara lain: sekolah tinggi)
Konsekuensi dari strategi utama ini yang menjadi strategi 1. Fungsi pemerintahan dan perkantoran: mencakup b. Lembaga Penelitian
konsekuensinya (Consequency Strategy), yaitu melengkapi pemerintahan tingkat propinsi, dan tingkat kota, serta
prasarana dan sarana pendukung di wilayah Bandung Timur dan 3. Jasa, mencakup:
dekonsentrasi fungsi dari pemerintahan pusat, serta berbagai a. Perdagangan skala besar / ekspor-impor
mengembangkan kemitraan dengan swasta. kantor pusat berskala nasional, seperti PT Pos, Telkom PT b. Layanan pariwisata
Kereta Api. c. Perbankan
Strategi lain yang perlu dilakukan adalah strategi pelanggan 2. Fungsi jasa perdagangan: mencakup jasa pendukung kegiatan
(Customer Strategy) dengan memberikan insentif untuk perdagangan dan jasa distribusi produk perkotaan maupun B. Struktur Kota
pembangunan di wilayah Bandung Timur dan strategi pengendalian produk pedesaan (Pasar Induk Gedebage dan Pasar Induk
(Control Strategy). Strategi pengendalian ini dilakukan dengan Konsep struktur tata ruang yang akan dikembangkan terdiri dari 4
Caringin). (empat) arahan yang meliputi :
membatasi pengembangan dan menerapkan perangkat disinsentif di
wilayah Bandung Barat serta peningkatan kualitas lingkungan. 3. Fungsi industri: mencakup industri manufaktur non-polutif (PT 1. Mengarahkan perkembangan ke bagian timur, yaitu Wilayah
Dirgantara Indonesia, PT Pindad, dll), industri kecil-menengah, Pengembangan Ujungberung dan Gedebage.
Khusus untuk masalah pemanfaatan ruang publik, diperlukan strategi industri rumahan (Pusat Kaos Suci, Pusat Sepatu Cibaduyut,
2. Mengendalikan perkembangan di wilayah Bandung Barat dan
budaya (Culture Strategy). Strategi ini dilakukan untuk menciptakan dan lain-lain).
membatasi perkembangan di wilayah Bandung Utara.
perubahan perilaku masyarakat di dan dalam memanfaatkan ruang 4. Fungsi jasa: mencakup jasa keuangan dan perbankan, jasa
3. Mengembangkan Pusat Primer Gedebage, pusat sekunder di
publik, ketaatan terhadap hokum dan peraturan, dan manajemen, jasa konsultasi dan konstruksi, jasa iformasi dan
setiap Wilayah Pengembangan, dan pusat-pusat lingkungan
mendahulukan kewajiban daripada hak. teknologi, dan sebagainya (bank, koperasi, dan lain-lain).
yang merata.
5. Fungsi pendidikan: terutama pendidikan tinggi (ITB, Unpad,
4. Menata fungsi dan struktur jaringan jalan yang serasi dengan
3.3.2 Konsep Pengembangan Kota Unpar, Unisba, Itenas, dan lain-lain).
sebaran fungsi kegiatan primer dan sekunder.
6. Fungsi wisata: mencakup wisata lokal, regional, nasional,
Dengan mempertimbangkan isu strategis dan strategi bahkan internasional, terutama wisata kota (urban tourism),
pengembangan kota, maka konsep pengembangan Kota Bandung terutama wisata belanja, bangunan, rekreasi, dan lain-lain 3.4 Kebijakan Perencanaan Tata Ruang
bertujuan untuk mewujudkan pemerataan pertumbuhan, pelayanan (Factory Outlet, hotel, Kawasan Cihampelas, Toko Roti/Kue Kebijakan perencanaan tata ruang mencakup kebijakan struktur
dan keserasian perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah dan lain-lain). tata ruang, pola pemanfaatan ruang, serta prasarana dan sarana
kota.

34 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

2013
Kebijakan Penataan Ruang

3.4.1 Struktur Tata Ruang Agar terbentuk sistem pergerakan yang efektif dan efisien, 3.4.2 Pola Pemanfaatan Ruang
Kebijakan struktur tata ruang bertujuan untuk mewujudkan struktur jaringan jalan harus sesuai dengan struktur fungsi Pola pemanfaatan ruang diwujudkan dengan memperhatikan daya
pemerataan pertumbuhan, pelayanan dan keserasian kegiatan. Struktur jaringan jalan didasarkan pada peran primer dukung dan daya tampung lingkungan hidup. Sebagaimana yang
perkembangan kegiatan pembangunan antarwilayah dengan dan sekunder jaringan jalan, serta fungsi arteri, kolektor dan dimaksud dalam UU No. 10/1992 tentang Perkembangan
mempertahankan keseimbangan lingkungan dan ketersediaan lokal jaringan jalan sebagaimana diatur dalam UU No. 13 Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, Daya
sumberdaya daerah. Kebijakan utama struktur tata ruang adalah: Tahun 1980 tentang Jalan, dan PP No. 26 Tahun 1985 dukung dan daya tampung lingkungan hidup adalah daya dukung
tentang Jalan. Dalam hal ini kegiatan primer adalah kegiatan alam, daya tampung lingkungan binaan, dan daya tampung
1. Mengembangkan dua pusat primer untuk wilayah Bandung yang melayani skala wilayah atau lebih luas dari skala kota,
Barat dan wilayah Bandung Timur. lingkungan sosial. Kebijakan yang menyangkut tentang pola
sedangkan kegiatan sekunder adalah kegiatan yang melayani pemanfaatan ruang meliputi kebijakan pola pemanfaatan kawasan
Pengembangan dua pusat primer ini merupakan upaya untuk skala kota. Hubungan antara fungsi kegiatan dengan peran dan
mengubah struktur ruang dari monosentrik (satu pusat) menjadi lindung, kawasan budidaya serta daya dukung dan daya tampung
fungsi jalan telah diatur dalam UU No. 13/Tahun 1980 dan PP lingkungan hidup. Dengan melihat karakteristik geografis, maka
duosentrik (dua pusat). Secara geografis, dua pusat primer yang No. 26 tahun 1985 .
terletak pada wilayah Bandung Barat dan wilayah Bandung arahan pengembangan pemanfaatan ruang Kota Bandung
Timur yang sinergis dengan pusat sekunder yang direncanakan dijelaskan berikut ini.
Dalam mewujudkan struktur
akan memberikan pelayan yang lebih menyebar sehingga tata ruang kota, diperlukan Gambar 3.1
mengurangi ketergantungan warga kota terhadap pusat primer dukungan prasarana transportasi Arah Pengembangan Pemanfaatan Ruang
lama. Pusat primer baru di wilayah Bandung Timur akan yang memadai. Oleh karena itu,
berperan menunjang eksistensi wilayah kota yang telah Kebijakan pendukung
ada/berkembang, karena itu harus didukung oleh sistem pembentukan struktur tata ruang
transportasi yang andal untuk mobilitas ulang-alik antara pusat adalah sebagai berikut:
primer baru dengan pusat primer yang telah berkembang di
wilayah Bandung Barat kota. 1. Menyempurnakan dan
meningkatkan tingkat
2. Membagi wilayah kota menjadi enam wilayah pengembangan pelayanan prasarana
(WP), masing-masing dilayani oleh satu Pusat Sekunder. (jaringan) transportasi yang
Enam WP yang ditetapkan adalah mempertahankan WP yang ada untuk mendukung
telah direncanakan dalam RDTRK yang ditetapkan dengan tumbuh dan berkembangnya
Peraturan Daerah Kotamadya DT II Bandung No. 2 Tahun pusat primer dan pusat
1996 tentang RDTRK Bandung. Setiap WP akan dilayani oleh sekunder yang sudah
sebuah pusat sekunder. ditetapkan.
3. Mengembangkan pusat sub-WP dan pusat-pusat lingkungan 2. Mengembangkan jalan
secara merata dengan pembagian jenjang pelayanan di dalam alternatif dengan
setiap WP sebagai berikut: memprioritaskan pembuatan
a. Pusat sekunder untuk melayani satu WP. jalan-jalan tembus yang
b. Pusat sub-WP untuk pelayanan setingkat Kecamatan, atau sudah direncanakan.
setara dengan 120.000 penduduk. 3. Meningkatkan akses melalui
c. Pusat lingkungan untuk pelayanan setingkat Kelurahan, atau pengembangan jalan bebas
setara dengan 25.000-30.000 penduduk. hambatan dalam kota,
Di bawah pusat lingkungan masih ada pusat pelayanan untuk pembangunan jalan lingkar
setingkat RW atau setara dengan 2.500 penduduk, dan utara dan/atau akses utara-
setingkat RT atau setara dengan 250 penduduk. selatan di wilayah Bandung
4. Menata fungsi dan struktur jaringan jalan yang serasi dengan Timur.
sebaran fungsi kegiatan primer dan sekunder.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 35


2013
Kebijakan Penataan Ruang

Perkembangan kota diarahkan dan diprioritaskan ke wilayah ini terdiri dari WP Bojonagara, Cibeunying, Karees, dan Tegalega. Untuk kawasan perlindungan setempat, arahan pengembanganya
Bandung Timur yang terdiri dari WP Ujungberung dan Gedebage. Sedangkan untuk pembangunan di wilayah Bandung Utara harus adalah:
Wilayah ini relatif masih belum terbangun dan merupakan wilayah dibatasi. Hal ini dikarenakan wilayah Bandung Utara, yaitu wilayah 1. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan
perluasan kota sebagaimana ditetapkan dalam PP No. 16 Tahun di atas garis kontur 750 m dpl, merupakan kawasan berfungsi dari alih fungsi (Gambar 3.2).
1987 tentang Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat lindung bagi kawasan bawahannya, yang sebagian juga telah 2. Mengembangkan kawasan yang potensial sebagai jalur hijau
II Bandung dengan Kabupaten Daerah Tingkat II Bandung. berkembang sebagai permukiman perkotaan. Untuk lebih jelas, pengaman prasarana dalam bentuk garis sempadan sungai,
kebijakan arah pengembangan dapat dilihat pada Gambar 3.1. jalur tegangan tinggi, dan jalur rel kereta api (Gambar 3.3).
Wilayah Bandung Barat merupakan kota Bandung lama yang telah
berkembang, yang perkembangannya perlu dikendalikan. Wilayah 3. Intensifikasi dan ekstensifikasi ruang terbuka hijau.
A. Kebijakan Pola Pemanfaatan Kawasan Lindung 4. Mempertahankan fungsi dan menata RTH yang ada, dan
Secara umum arahan pengembangan kawasan lindung dilakukan mengendalikan alih fungsi ke fungsi lain.
dengan mengembangkan kawasan lindung minimal menjadi 10 % 5. Mengembalikan fungsi RTH yang telah beralih fungsi.
dari luas lahan kota, memanfaatkan kawasan budidaya yang dapat
berfungsi lindung, dan mengendalikan pemanfaatan sumber daya Arahan pengembangan kawasan pelestarian alam adalah
alam dan buatan pada kawasan lindung. Penjabaran lebih lanjut menyelamatkan keutuhan potensi keanekaragaman hayati, baik
dari arahan ini adalah sebagai berikut: potensi fisik wilayahnya (habitat), potensi sumberdaya kehidupan
serta keanekaragaman sumber genetikanya.
Untuk pengembangan kawasan yang memberikan perlindungan Khusus untuk pengembangan kawasan cagar budaya diarahkan
terhadap kawasan bawahannya dilakukan dengan dengan cara:
mempertahankan dan merevitalisasi kawasan-kawasan resapan air 1. Melestarikan dan melindungi kawasan lindung yang ditetapkan
atau kawasan yang berfungsi hidrologis untuk menjamin dari alih fungsi.
ketersediaan sumber daya air dan kesuburan tanah serta
2. Melestarikan bangunan tua, bangunan bernilai sejarah dan/atau
melindungi kawasan dari bahaya longsor dan erosi.
bernilai arsitektur tinggi, serta potensi sosial budaya
masyarakat yang memiliki nilai sejarah (Gambar 3.4).
Gambar 3.3 3. Melestarikan karakter perumahan lama yang prestisius
Ruang Terbuka (Gambar 3.5).
Hijau di Bantaran
Sungai
Sempadan sungai bisa
B. Kebijakan Pola Pemanfaatan Kawasan Budidaya
berupa ruang terbuka Untuk mendukung terciptanya pola pemanfaatan kawasan
hijau dan/atau jalan budidaya di masa yang akan datang sesuai dengan yang
inspeksi untuk diharapkan, maka pola pemanfaatan kawasan budidaya ini
melindungi sungai
dari kegiatan manusia
terutama diarahkan dengan cara:
yang dapat 1. Mengendalikan alih fungsi lahan yang tidak sesuai dengan
Gambar 3.2 mengganggu dan peruntukan yang ditetapkan dalam RTRW.
Taman merusak kualitas air
sungai, kondisi fisik 2. Mendorong perkembangan kawasan budidaya yang sesuai
Taman yang ada saat
pinggir dan dasar dengan RTRW.
ini perlu dilestarikan,
sungai serta
ditata dan dilindungi Arahan tersebut diatas tidak terlepas dari arahan masing-masing
mengamankan aliran
dari alih fungsi.
sungai. sektoral yang terdapat dalam pola pemanfaatan ruang kawasan
Dari atas ke bawah:
Taman Balaikota,
Sumber gambar: budidaya, yaitu arahan untuk kawasan perumahan, kawasan dan
Sasari Associates kegiatan pemerintahan, perdagangan, jasa, pendidikan, kesehatan,
Taman Cibeunying,
(1997). industri dan pergudangan, pariwisata dan rekreasi, serta
dan Taman Ganesha

36 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

2013
Kebijakan Penataan Ruang

pertahanan dan keamanan. Adapun arahan masing-masing sektor ketinggian lebih dari 8 lantai. Prasarana yang harus f. Membatasi luas lantai bangunan perumahan yang
tersebut dijelaskan pada uraian berikut ini. dipertimbangkan terutama ketersediaan kapasitas diperbolehkan untuk kegiatan usaha dengan menyediakan
1. Pengembangan Kawasan Perumahan. prasarana jalan dan air bersih. prasarana yang memadai terutama prasarana parkir.
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai d. Meremajakan dan merehabilitasi lingkungan yang menurun
kualitasnya, dan diupayakan dikembangkan menjadi rumah 2. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pemerintahan.
lingkungan tempat tinggal atau lingungan hunian yang dilengkapi Arahan pengembangan kawasan pemerintah yang merupakan
dengan prarasaran dan sarana lingkungan. Arahan susun sederhana sewa lengkap dengan sarana dan
prasarana lingkungannya. kawasan perkotaan pemerintahan tingkat Nasional, Propinsi
pengembangan untuk kawasan perumahan termasuk fasilitas dan Kota adalah mempertahankan kawasaan pemerintahan
pendukung perumahan berupa fasilitas sosial dan fasilitas umum e. Melestarikan lingkungan perumahan lama yang
mempunyai karakter khusus (kawasan lindung cagar pada lokasi yang sudah berkembang dan mengarahkan
lingkungan perumahan adalah: perkantoran pemerintahan ke wilayah Bandung Timur.
a. Membatasi proporsi kawasan perumahan maksimum 60 % budaya) dari alih fungsi dan perubahan fisik bangunan.
dari luas lahan kota. 3. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Perdagangan.
b. Mendorong pengembangan perumahan di wilayah bandung Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang umumnya
timur dengan pola kasiba dan lisiba yang berdiri sendiri. merupakan transaksi atau pertukaran antara barang dan uang.
c. Mengembangkan perumahan secara vertikal untuk wilayah Kawasan perdagangan adalah lokasi yang ditetapkan untuk
kecamatan dan atau kawasan yang padat penduduk dengan transaksi langsung antara pembeli dan pedagang. Wadah fisik
memperhatikan ketersediaan prasarana yang ada (Gambar dari kegiatan transaksi ini antara lain berupa pertokoan, pasar
3.6). Perumahan vertikal meliputi rumah susun dengan atau pusat belanja. Arahan pengembangan untuk kawasan dan
ketinggian maksimum 5 lantai, apartemen rendah dengan kegiatan perdagangan ini dijelaskan berikut ini.
ketinggian sampai 8 lantai, dan apartemen tinggi dengan
Untuk pengembangan kawasan pasar, terdapat beberapa
kebijakan yang disesuaikan dengan kondisinya, yaitu:

Gambar 3.4
Bangunan Bersejarah
dan Bernilai
Arsitektur Tinggi
Bangunan bersejarah, Gambar 3.6
bangunan bernilai Rumah Susun
sejarah dan/atau
Pengembangan
bernilai arsitektur
perumahan secara
tinggi perlu
vertikal seperti
dilestraikan.
Rumah Susun
Gambar atas: Gedung (Rusun) yang
Sate dibangun tahun Gambar 3.5 disertai dengan
1920, saat ini Rumah Lama/Tua fasilitasnya diarahkan
difungsikan sebagai Rumah lama/tua ke kawasan yang
Kantor Gubernur padat penduduk.
yang memiliki nilai
Propinsi Jawa Barat.
arsitektur tinggi Sumber gambar:
Gambar bawah: Hotel dan/atau karakter Dep. Permukiman
Savoy Homann prestisius, perlu dan Prasarana
didirikan tahun 1939. dilestarikan. Wilayah (2002).

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 37


2013
Kebijakan Penataan Ruang

a. Merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak perlu dilakukan.


tertata dan/atau menurun kuallitas pelayanannya dengan f. Meminimumkan eksternalitas negatif dari kegiatan-kegiatan
tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang komersial, seperti: kemacetan, sampah, gangguan
telah ditetapkan. Revitalisasi merupakan upaya peningkatan lingkungan visual, merupakan beberapa dari dampak yang
kembali fungsi kota; kegiatan untuk meningkatkan ditimbulkan oleh kegiatan-kegiatan komersial.
pemanfaatan lahan kota, agar pendapatan kota meningkat
(tujuan dan pengertiannya hampir sama dengan istilah 4. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Jasa.
peremajaan kota). Jasa adalah kegiatan ekonomi atau serangkaian kegiatan yang
Gambar 3.7
Pusat Belanja (Mall) b. Merelokasi pasar bila menimbulkan gangguan dan/atau umumnya tidak kasat mata, dan tidak berdampak kepada
di Bandung Timur tidak didukung prasarana yang memadai. kepemilikan apapun, yang ditawarkan satu pihak kepada orang
Pusat belanja c. Mengatur, menata dan mengendalikan pasar yang tidak lain, yang produknya dinikmati pada saat diproduksi, serta
semacam BSM yang tertata dan tumpah ke jalan. mempunyai nilai tambah dalam berbagai bentuk (kenyamanan,
memiliki fasilitas parkir hiburan, kemudahan, atau kesehatan). Kawasan jasa adalah
yang cukup memadai d. Menertibkan pasar bila tidak sesuai dengan peruntukannya.
lokasi yang ditetapkan untuk menyelenggarankan berbagai
perlu didorong untuk e. Memperkuat dan menata ulang pasar induk/grosir pasar
dibangun di wilayah
kegiatan pelayanan dengan wadah fisiknya berupa
induk/grosir, arahan pengembangan yang dilakukan adalah.
Bandung Timur. perkantoran, sedangkan pertokoan, eceran, mall dan
Pembangunan pusat sejenisnya tidak dikategorian sebagai jasa. Kebijakan untuk
Beberapa kebijakan untuk pengembangan pusat belanja
belanja semacam ini di pengembangan kawasan dan kegiatan jasa ini adalah:
wilayah Bandung
sebagai berikut:
a. Mengkonsentrasikan kegiatan jasa di wilayah Bandung
Barat perlu dibatasi. a. Mengarahkan pengembangan pusat belanja baru ke Barat pada lokasi yang sudah berkembang.
wilayah Bandung Timur dengan membatasi perkembangan
b. Mendorong perkembangan kegiatan jasa pada pusat-pusat
pusat belanja di wilayah Bandung Barat. Hal ini perlu
primer dan sekunder.
dilakukan karena perkembangan pusat belanja di Kota
Bandung yang terjadi cukup pesat. c. Mendorong pengembangan jasa baru ke wilayah Bandung
Timur.
b. Mengendalikan dan menertibkan pusat belanja yang
d. Membatasi pengembangan kegiatan jasa secara linier pada
mengganggu. Selain pusat belanja, pertokoan eceran
ruas jalan yang tingkat pelayanan rendah.
dan/atau gerai pabrikpun termasuk kegiatan perdagangan
yang perkembangannya cukup pesat sehingga e. Mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang
perkembangannya perlu dikendalikan dan diarahkan ke memadai bagi pengembangan kegiatan jasa.
Gambar 3.8 lokasi yang sesuai dengan peruntukannya.
Penataan Pedagang 5. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pendidikan.
Kaki Lima Untuk pengembangan kawasan dan kegiatan pendidikan,
Keberadaan sektor informal usaha kaki lima merupakan salah arahan yang dilakukan terkait dengan sebaran lokasi,
Keberadaan usaha
kaki lima harus diatur satu fenomena perkotaan pada umumnya. Kebijakan pengendalian, penyediaan parkir dan pemberian insentif dan
dan dikendalikan agar mengenai keberadaan usaha kaki lima adalah: disinsentif.
dampak negatif seperti a. Mengatur dan mengendalikan keberadaan usaha kaki lima.
kemacetan, gangguan
b. Membina kegiatan usaha kaki lima. Pembinaan ini dilakukan Berkaitan dengan sebaran lokasi, upaya yang perlu dilakukan
lingkungan, konflik
penggunaan ruang supaya secara bertahap usaha kaki lima dapat berdagang adalah mempertahankan aglomerasi kegiatan pendidikan pada
publik (seperti trotoar) tanpa memanfaatkan ruang terbuka publik lokasi yang sudah tertata dan tidak menimbulkan dampak
dapat diminimalkan. c. Mewajibkan dan memberi insentif bagi sektor formal yang negatif. Selain itu adalah mengarahkan dan memberikan
Gambar atas: PKL di menyediakan ruang untuk kegiatan kaki lima. insentif bagi pengembangan kegiatan pendidikan tinggi ke
Jl. Gelap Nyawang.
d. Menyelenggarakan kerjasama antarkabupaten/kota dalam wilayah Bandung Timur.
Gambar bawah: street
upaya penanganan usaha kaki lima merupakan hal yang
vendor di Jepang.

38 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

2013
Kebijakan Penataan Ruang

Kegiatan pendidikan seringkali menyebabkan kemacetan lalu yang mencakup kegiatan meeting-incentive-conference-
lintas karena tidak menyediakan tempat parkir yang memadai exhibition.
sehingga terjadi parkir di sisi jalan (on-street parking) yang
mengurangi kapasitas desain jaringan jalan dan menimbulkan Kegiatan pariwisata dan rekreasi yang tidak sesuai dengan
kemacetan lalu lintas. Keberadaan kawasan dan kegiatan norma agama dan/atau dengan budaya masyarakat setempat
pendidikan ini perlu upaya penataan, pengendalian dan tidak dijinkan untuk dikembangkan. Yang dimaksud dengan Gambar 3.9
mewajibkan penyediaan parkir yang memadai. wisata yang tidak sesuai dengan norma agama dan budaya Jalur Kendaraan
setempat meliputi tempat hiburan khusus yang berdiri sendiri. Peningkatan Jalur
Khusus untuk pengembangan baru dan perluasan pendidikan kendaraan (jalan)
dari segi kapasitas,
tinggi di wilayah Bandung Barat tidak diberikan ijin. Adapun 9. Pengembangan Kawasan Pertahanan dan Keamanan.
kondisi fisik dan
kegiatan pendidikan yang tidak mampu memenuhi kewajiban Kawasan pertahanan dan keamanan mencakup perkantoran penataannya
penyediaan prasarana, sarana, dan parkir, dan/atau tidak sesuai dan instalasi miliki TNI AD TNI AU, TNI AL, dan Kepolisian, termasuk
lagi lokasinya dikenakan disinsentif dan/atau direlokasikan beserta fasilitas penunjangnya. pengadaan jalur
hijau, diperlukan
Arahan pengembangan kawasan ini adalah mengamankan
6. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Kesehatan. untuk menciptakan
kawasan dan bangunan instalasi dan perkantoran Pertahanan kota yang tertata
Pengembanganan fasilitas kesehatan diarahkan ke Bandung dan Keamanan sesuai dengan rencana tata ruang pertahanan dan menghindari
Timur dan pengembangan kawasan kesehatan di wilayah keamanan. berbagai persoalan
Bandung Barat dibatasi. transportasi.
C. Kebijakan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan
7. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Industri dan Kebijakan daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup
Pergudangan. adalah:
Kawasan dan kegiatan industri besar dan kecil yang tidak 1. Meningkatkan daya dukung lingkungan alamiah dan buatan.
berwawasan lingkungan direlokasikan ke luar daerah, sedangkan 2. Menjaga keseimbangan daya tampung lingkungan untuk
industri kecil dan menengah yang dikembangkan harus menjaga proses pembangunan berkelanjutan.
berwawasan lingkungan. Pengembangan industri berwawasan
lingkungan diarahkan ke wilayah Bandung Timur. Yang
dimaksud dengan berwawasan lingkungan adalah industri yang 3.4.3 Kebijakan Sistem Transportasi
Gambar 3.10
tidak menguras air, terutama air tanah dalam, dan tidak Kebijakan sistem transportasi terkait dengan pengembangan Jalur Pejalan
menimbulkan gangguan lingkungan, antara lain pencemaran transportasi jalan, angkutan umum, bandar udara dan sistem Tersedianya Jalur
udara, suara, limbah cair, dan limbah padat berbahaya (B3). kereta api. Pengembangan transportasi jalan diarahkan melalui pejalan yang lebar
pemeliharaan serta penegasan kembali fungsi dan hirarki jalan. efektifnya memadai
Untuk kawasan industri yang tidak berwawasan lingkungan Kapasitas jaringan jalan yang ada ditingkatkan melalui dan teduh
dialihfungsikan ke kegiatan non-industri, terutama jasa. Kegiatan memberikan
pembangunan dan pelebaran jalan, pengelolaan lalu lintas serta kenyamanan bagi
pergudangan di wilayah Bandung Barat dibatasi dan diarahkan menghilangkan gangguan sisi jalan. Fasilitas parkir harus disediakan pejalan dan
ke wilayah Bandung Timur. secara memadai dan terintegrasi dengan pusat-pusat kegiatan. memberikan
gambaran citra kota
8. Pengembangan Kawasan dan Kegiatan Pariwisata dan Rekreasi. Pengembangan transportasi angkutan umum dilakukan melalui yang tertata, seperti
penataan dan peningkatan pelayanan sistem angkutan umum, di sisi Jl. Diponegoro
Jenis wisata yang akan dikembangkan adalah wisata minat
mengupayakan penyediaan angkutan umum masal cepat berbasis dan sebagian Jl.
khusus dan kegiatan pariwisata konferensi. Wisata minat khusus Cipaganti
meliputi wisata seni-budaya, wisata pendidikan, wisata belanja, rel atau jalan raya serta mengembangkan sistem terminal dalam
dan wisata lainnya yang sejenis. Adapun yang dimaksud dengan kota serta pembangunan terminal di batas kota dengan penetapan Kapasitas pelayanan Bandara Husein Sastranegara ditingkatkan
pariwisata konferensi adalah pariwisata dengan konsep MICE, lokasi yang dikoordinasikan dengan Pemerintah Daerah yang sampai bandara pengganti terbangun dan berfungsi. Kebijakan
berbatasan. sistem angkutan kereta api diarahkan melalui peningkatan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 39


2013
Kebijakan Penataan Ruang

pelayanan angkutan, serta peningkatan keamanan jaringan dan pembangunan kota.


perlintasan rel kereta api. 3. Menyusun mekanisme dan perangkat insentif untuk
mendorong pengembangan kegiatan yang sesuai dengan
3.4.4 Kebijakan Prasarana dan Sarana Kota rencana tata ruang.
Kebijakan prasarana dan sarana kota merupakan pendukung bagi 4. Menyusun mekanisme dan perangkat disinsenitf untuk
terwujudnya struktur dan pola pemanfaatan ruang kawasan mengendalikan perkembangan yang tidak sesuai dengan
budidaya. Prasarana dan sarana kota ini meliputi air baku dan air rencana tata ruang.
bersih, air limbah, drainase, persampahan, pemadam kebakaran,
Gambar 3.11
energi dan telekomunikasi serta fasilitas umum dan fasilitas sosial. 3.6 Kebijakan Pengendalian Pemanfaatan Ruang
Berikut ini diuraikan kebijakan masing-masing prasarana dan sarana Jaringan Drainase
Pelayanan jaringan Pengendalian pemanfaatan ruang mengacu kepada RTRWK, atau
kota. rencana yang lebih rinci (RDTRK) yang berlaku, dengan
drainase (saluran air)
1. Kebijakan prasarana air baku dan air bersih. perlu ditingkatkan memperhatikan ketentuan, standar teknis, kelengkapan prasarana,
Pengembangan prasarana air baku dan air bersih dilakukan untuk mengatasi kualitas ruang, dan standar kinerja kegiatan yang ditetapkan.
dengan mewujudkan keseimbangan ketersediaan air pada persoalan seperti Kebijakan pengendalian pemanfaatan ini meliputi kebijakan
banjir, genangan dan
musim hujan dan kemarau; serta peningkatan kualitas, kuantitas, meluapnya air ke
mekanisme perijinan, pengawasan dan penertiban. Masing-masing
dan efisiensi pelayanan air bersih. badan jalan. kebijakan diuraikan berikut ini:
2. Kebijakan prasarana air limbah. Gambar disamping: 1. Kebijakan mekanisme perijinan adalah:
a. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan prasarana air saluran drainase di a. Menyelenggarakan pengendalian pemanfaatan ruang
Jl. Cimandiri
limbah. melalui mekanisme perijinan yang efektif.
b. Meningkatkan kualitas pengelolaan air limbah berbahaya. b. Mempertahankan serta memelihara fasilitas sosial dan b. Menyusun ketentuan teknis, standar teknis, kualitas ruang,
3. Kebijakan prasarana drainase adalah meningkatkan pelayanan fasilitas umum yang ada. dan standar kinerja sebagai rujukan bagi penerbitan ijin
prasarana drainase dalam rangka mengatasi permasalahan banjir c. Mengarahkan pengembangan fasilitas sosial dan fasilitas yang lebih efisien dan efektif.
dan genangan. umum baru skala kota dan wilayah ke wilayah Bandung c. Menerapkan proses pengkajian rancangan dalam proses
4. Kebijakan prasarana dan sarana persampahan adalah : Timur. penerbitan perijinan bagi kegiatan yang berdampak
a. Mengurangi volume sampah yang akan dibuang ke Tempat d. Melengkapi fasilitas sosial dan fasilitas umum yang kurang di penting.
Pembuangan Sampah Akhir (TPA) dengan cara pengolahan seluruh wilayah kota. 2. Kebijakan pengawasan adalah:
setempat per-wilayah dengan teknik-teknik yang e. Menyebarkan dan memeratakan fasilitas sosial dan fasilitas a. Menyusun mekanisme dan kelembagaan pengawasan yang
berwawasan lingkungan. umum dan membatasi fasilitas yang sudah jenuh. menerus dan berjenjang dengan melibatkan aparat wilayah
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana dan sarana f. Mengendalikan dampak negatif dari berbagai fasilitas sosial dan masyarakat.
pengelolaan sampah. dan fasilitas umum. b. Menyerahkan tanggung jawab utama pengawasan teknis
5. Kebijakan sarana pemadam kebakaran adalah mengembangkan pemanfaatan ruang kepada instansi yang menerbitkan
dan meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana 3.5 Kebijakan Pemanfaatan Ruang perijinan.
pemadam kebakaran. Kebijakan pemanfaatan ruang diwujudkan berdasarkan kebijakan c. Mengefektifkan tkprd untuk mengkoordinasikan
6. Kebijakan prasarana dan sarana energi dan telekomunikasi struktur tata ruang dan pola tata ruang, yaitu: pengendalian pemanfaatan ruang kota.
adalah meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan listrik dan 1. Menjabarkan dan menyusun tahapan dan prioritas program d. Menyediakan mekanisme peran serta masyarakat dalam
telekomunikasi. berdasarkan persoalan mendesak yang harus ditangani, serta pengawasan.
7. Kebijakan fasilitas umum dan fasilitas sosial adalah : antisipasi dan arahan pengembangan masa mendatang. 3. Kebijakan penertiban adalah:
a. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum di pusat-pusat 2. Mendorong kemitraan dan kerjasama dengan swasta dan a. Mengintensifkan upaya penertiban secara tegas dan
pelayanan kota dan lingkungan sesuai dengan skala masyarakat dalam penyediaan pelayanan kota dan konsisten terhadap kegiatan yang tidak sesuai dengan
pelayanannya. rencana tata ruang dan/atau tidak berijin secara bertahap.

40 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung

2013
Kebijakan Penataan Ruang

b. Mengefektifkan fungsi Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS)


dan Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan
pelanggaran pemanfaatan ruang dan penertiban gangguan
ketertiban umum.
c. Mendayagunakan masyarakat, instansi teknis dan pengadilan
secara proporsional dan efektif untuk menertibkan
pelanggaran pemanfaatan ruang.
d. Menyusun dan menerapkan perangkat sanksi administratif
dan fiskal yang sesuai/tepat/efektif untuk setiap pelanggaran
rencana tata ruang secara konsisten.
e. Menerapkan prinsip ketidaksesuaian penggunaan yang
rasional dalam penertiban pemanfaatan ruang, yaitu kegiatan
yang sudah ada dan berijin tetapi tidak sesuai rencana tata
ruang dapat tetap diteruskan dengan ketentuan:
! Dilarang mengubah fungsi dan mengubah/ memperluas
bangunan yang ada, kecuali sesuai fungsi dalam rencana
tata ruang.
! Apabila ijin habis, maka fungsi dan ketentuan harus
mengikuti peruntukan yang ada dalam rencana tata
ruang atau ketentuan teknis yang ditetapkan.

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung 41


2013

Anda mungkin juga menyukai