6.bab 2
6.bab 2
TINJAUAN PUSTAKA
6
7
menjelang tidur yang dilakukan untuk mempersiapkan istirahat tidur malam agar
tidur atau istirahat dalam keadaan tenang.
b. Berdasarkan tempat
1) Personal hygiene pada kulit
Kulit merupakan bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi dari
berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang baik
dalam mempertahankan fungsinya, diantaranya;
a) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat serta
penguapan.
b) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh menerima rangsangan dari
luar karena kulit memiliki reseptor saraf yang peka terhadap suhu,
sentuhan, tekanan dan rasa nyeri.
c) Sebagai alat sekresi melalui pengeluaran keringat yang mengandung air,
garam dan nitrogrogen.
d) Menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban.
e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
f) Menghasilkan dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau
pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.
(1) Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang. Seperti
halnya pada bayi yang kondisi kulitnya masih relatif muda maka,
sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi kulit sudah memiliki
kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
(2) Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh
struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi
perubahan pada struktur kulit.
8
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, serta gangguan pada fisik pada kuku.
b. Dampak pisiko sosial
Masalah sosial yang berhubunagna dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dam mencintai, kebutuhan hargadiri,
aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
c. Dampak spirtual
Ganguan pada personal
hygiene dapat derdampak pada masalah spiritual, yaitu distres spritul. Distres
spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lian,lingkungan atau tuhan (PPNI ,2017). Seseorang yang Gangguan personal
hygiene saat akan melakukan sprtual akan merasa drinya tidak suci atau tidak
bersih.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau responden individu, keluarga, atau komunitas pada masalah keperawatan,
pada resiko masalah keperawatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 diagnosa yang muncul pada kasus personal hygiene
yang bekaitan dengan kondisi klinis atritis reumotoid adalah:
a. Defisit perawatan diri
1) Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri
2) Penyebab/etiologi
a) Gangguan muskuloskeletal
b) Gangguan neuro muskular
c) Kelemahan
d) Gangguan pisikologis dan/atau pisikotik penurunan motivasi atau
minat
3) Gejala Dan Tanda Mayor
Gejala dan tanda mayor subjektif yaitu klien menolak melakukan
perawatan diri. Objektif yaitu: klien tidak mampu mandi, mengenakan
pakaian, makan, ke toilet, berhias secara mandiri dan minat melakukan
perawatan dari kurang
4) Gejala dan tanda minor
Gejala dan tanda mayor baik subjektif mauoun objktif tidak tersedia.
3. Rencana Keperawatan
Intervensi kperawatan merupakan segala bentuk tepi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan
komunitas (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Observasi
1) Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan
2) Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3) Monitor kebersihan tubuh (misalnya: Sabun, rambut, mulut, kulit, kuku)
4) Monitor integritas kulit.
b. Teraupetik
1) Sediakan peralatan mandi (Sabun, sikat gigi, shamphoo, pelembab kuit)
2) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
4) Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5) Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6) Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
c. Edukasi
1) Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
2) Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien jika perlu.
4. Implementasi keperawatan
18
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses kontinu yang paing penting untuk
memanajemen kualitas dan tetepatan tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien
selalu berubah dengan cepat dan perencanaan pun selalu memerlukan revisi dan
pembaharuan dengan menambah informasi klien yang baru berkembang
(Doengoes, 2012). Menurut Sude Moorhead, 2016 pengukuran outcomes
kesehatan meliputi:
Mempertahankan 1 2 3 4 5
penampilan yang
rapih
Mempertahankan
kebersihan tubuh 1 2 3 4 5
(Sue Moorhead, 2016)
mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia
sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2016 (Bureau,
2016).
Lansia yang tidak melakukan aktivitas personal hygiene dengan baik akan
berdampak pada masalah fisik dan pisikososial. Masalah fisik yang di alami lansia
seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak pada masalah
pisikososial seperti gangguan kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan mencintai dan
dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, gangguan interaksi sosial.
Personal hygiene penting untuk dilakukan dan harus senantiasa terpenuhi oleh
semua orang, karena merupakan pencegahan primer yang spesifik untuk
meminimalkan pintu masuk mikroorganisme bakteri. Yang dapat mencegah
seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015). Namun pada kenyataanya tidak semua
kebutuhan personal hygiene seseorang terpenuhi karena ada hambatan yang
mempengaruhinya yaitu : status kesehatan, budaya, status ekonomi, tingkat ekonomi,
tingkat pengetahuan dan perkembangan, cacat jasmani dan rohani dan mental, citra
tubuh.
Gangguan personal hygiene banyak terjadi pada lansia hal ini dikarenakan
lansia mengalami penurunan fungsi berbagai organ tubuh akibat kerusakan sel-sel
karena proses menua sehngga produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh berkurang yang dapat menyebabkan cacat fisik
salah satunya adalah artritis reumatoid. Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit
inflamasi non-bakterial yang bersifat sistematik, progresif, cenderung kronik dan
mengenai sendi serta jaringan-jringan ikat sendi secara sistematis (Nurarif & Kusuma
Hardhi, 2015). Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan tubuh. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas 40
tahun. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan pria dan siapa pun di luar usia
tersebut terjangkit penyakit ini. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan
jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas
keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan, termasuk aktivitas
kebersian diri.
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari
22
2. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai
belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering
dicurigai sebagai pencetusnya. Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa
beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi lingkungan pun ikut
berperan dalam timbulnya RA ( Williams & Wilkins, 1997).
1) Genetik
Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita
mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
2) Hormon Sex
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih
banyak menderita penyakit ini.
3) Infeksi
Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara
mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh
bakteri, mikroplasma atau virus. d.Heart Shock Protein (HSP), HSP
merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh
sebagai respon terhadap stres.
23
3. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular
Chairuddin, 2003.
Kriteria pada American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987,
adalah:
a) Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
b) Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang
(hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan
dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan
c) Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
d) Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama; tidak mutlak
bersifat simetris pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis
simultaneously).
e) Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
f) Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid
serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok control.
g) Terdapat perubahan gambaran radiologis
h) yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau
24
4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma Hardhi, 2015 dituliskan pemeriksaan penunjang pada
atritis reumtoid adalah:
a) Faktor Reumotoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
b) Laju endap darah : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)mungkin
kembali normal swaktu gejala-gejala meningkat
c) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
d) Sel darah puti meningkat ada waktu timbul proses inflamasi
e) Hemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang
f) Ig (Ig M dan Ig G) ; peningkatan besar menunjykan proses auto imun
sebagai penyebar atritis reumotoid
g) Sinat X dari sendi yang sakit; menunjukan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan sublukasasio. Perubahan osteoartstk yang terjad secara bersamaan
h) Scan radionuklida: identvkasi peradangan sinovium
i) Atroskopi langsung, aspirasi caran sinoval
j) Bopsi membran sinovial : menunjukan perubahan imflamasi dan
perkembangan panas
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi
dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain:
a) Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian
aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAID untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
b) Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat
secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.
Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu
akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
c) Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk
mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
25
6. Patofisiologi
Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk
memahami lebih dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian
diartrodial atau sinovial. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap
sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang
tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat
digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet
untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi
untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan
26