Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Personal Hygiene


1. Definisi personal hygiene
Kebutuhan kebersihan diri atau dikenal dengan personal hygiene merupakan
kebuthan perawatan diri sendiri atau perorangan yang dilakukan untuk
mempertahankan kesehatan baik fisik maupun pisikologis (Kasiati & Rosmalawati
Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
pisikis (Kasiati & Rosmalawati Ni Wayan Dwi, 2016).
Personal hygine harus senantiasa terpenuhi karena merupakan pencegahan
primer yang spesifik karena merupakan tindakan pencegahan primer yang spesifik
untuk meminimalkan pintu masuk (port de entry), pencegahan personal hygiene juga
harus senantiyasa dilakukan oleh lansia (Efendi, 2013). Hal ini dikarenakan lansia
mengalami penurunan fungsi dari berbagai penurunan fungsi dari berbagai organ-
organ tubuh akibat kerusakan sel-sel karena proses menua (Maryam, 2011).

2. Jenis personal hygine


Menurut Aziz Alimul (2006) personal hygiene dibagi menjadi dua yaitu; berdasarkan
waktu pelaksanaannya dan berdasarkan tempatnya.
a. Berdasarkan waktu pelaksanaan
Berdasarkan waktu pelaksanaan, personal hygiene dapat dibagi menjadi
empat jenis diantaranya: pertama, perawatan dini hari, merupakan perawatan
yang di lakukan pada waktu bangun tidur, untuk melakuan tindakan, seperti
persiapan dalam pengambilan bahan pemeriksaan (urin atau feses). Kedua,
perawatan pagi hari, perawatan yang dilakukan setelah melakukan makan pagi
dengan melakukan perawatan diri, seperti melakukan pertolongan dalam
pemenuhan kebutuhan eliminasi (buang air besar dan kecil). Ketiga, perawatan
siang hari, perawatan yang dilakukan seteah melakukan berbagai aktivitas
pengobatan atau pemertiksaan dan setelah makan siang. Keempat, perawatan

6
7

menjelang tidur yang dilakukan untuk mempersiapkan istirahat tidur malam agar
tidur atau istirahat dalam keadaan tenang.
b. Berdasarkan tempat
1) Personal hygiene pada kulit
Kulit merupakan bagian penting dari tubuh yang dapat melindungi dari
berbagai kuman atau trauma, sehingga diperlukan perawatan yang baik
dalam mempertahankan fungsinya, diantaranya;
a) Mengatur keseimbangan tubuh dan membantu produksi keringat serta
penguapan.
b) Sebagai indra peraba yang membantu tubuh menerima rangsangan dari
luar karena kulit memiliki reseptor saraf yang peka terhadap suhu,
sentuhan, tekanan dan rasa nyeri.
c) Sebagai alat sekresi melalui pengeluaran keringat yang mengandung air,
garam dan nitrogrogen.
d) Menghasilkan minyak untuk menjaga kelembaban.
e) Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit yang bertugas mencegah
pengeluaran cairan tubuh secara berlebihan.
f) Menghasilkan dan menyerap vitamin D sebagai penghubung atau
pemberi vitamin D dari sinar ultraviolet matahari.

Perubahan dari kebutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor,


diantaranya:

(1) Usia. Perubahan kulit dapat ditentukan oleh usia seseorang. Seperti
halnya pada bayi yang kondisi kulitnya masih relatif muda maka,
sangat rawan terhadap berbagai trauma atau masuknya kuman.
Sebaliknya pada orang dewasa, kondisi kulit sudah memiliki
kematangan sehingga fungsinya sebagai pelindung sudah baik.
(2) Jaringan kulit. Perubahan dan keutuhan kulit dapat dipengaruhi oleh
struktur jaringan kulit. Apabila jaringan kulit rusak, maka terjadi
perubahan pada struktur kulit.
8

(3) Kondisi/keadaan lingkungan. Beberapa keadaan lingkungan yang


dapat mempengaruhi keadan kulit secara utuh adalah keadaan panas,
adanya nyeri akibat sentuhan atau tekanan
2) Personal hygiene pada kuku dan kaki
Kuku merupakan lapisan lempengan kratin transparan yang berasal
dari invaginasi epidermis. Secara anatomis, kuku terdiri dari atas dasar
kuku, badan kuku, dinding kuku, kantung kuku, akar kuku dan laluna.
Pertumbuhan kuku berlngsung terus-menerus seumur hidup, tetapi pada
usia muda kuku tumbuh lebih cepat. Menjaga kebersihan kuku merupakan
aspek penting dalam mempertahankan perawatan diri karena berbagai
kuman dapat masuk kedalam tubuh melalui kuku. Gangguan pada kuku,
diantaranya:
a) Tinea pedis: terdapat guratan kekuningan pada lempengan kuku
yang pada akhirnya menyebabkan seluruh kuku menjadi tebal,
berubah warna dan rapuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi
jamur epiermophyton, trichophyton.
b) Ingrown nail : kuku tangan tidak tumbuh dan terasa sakit di bagin
tersebut
c) Pronychia: radang di sekitar jaringan kuku
d) Bau tidak sedap: reaksi mikroorganisme pada kuku atau kaki yang
menyebabkan bau tidak sedap.
3) Personal hygiene pada rambut
Rambut merupakan struktur kulit. Secara anatomis, rambut terdiri
dari bagian batang, akar rambut, sarung akar, folikel rambut serta kelenjar
sebasea. Normalnya rambut tumbuh karena mendapat suplai darah dari
pembuluh darah disekitar rambut. Beberapa hal yang dapat mengganggu
pertumbuhan rambut adalah panas dan kondisi malnutrisi. Adapun ciri-ciri
rambut yang sehat adalah rambut terlihat mengkilap, tidak kering atau
tidak berminyak, tidak bercabang dan tidak mudah patah, berikut
gangguan pada rambut diantaranya
a) Ketombe yaitu pelapisan kulit kepala disertai gatal.
b) Kutu, misalnya pediculotis cepitis. Kutu ini menyebabkan gatal dan
menyerap darah
9

c) Seborheic dermatitis. Merupakan radang ada kulit kepala yang


ditumbuhi rambut.
4) Perawatan gigi dan mulut
Gigi dan mulut merupakan bagian pertama dari sistem
pencernaan dan merupakan bagian tambahan dari sistem pernafasan. Di
dalam rongga ini terdapat gigi, lidah, kelenjar ludah (sublingualis dan
portalis), tonsil, dan uvula. Dalam rongga mulut dan gigi dan lidah
berperan penting dalam proses perencanaan awal. Selain itu, ada pula
saliva yang penting untuk membersihkan mulut secara mekanik. Mulut
merupakan rongga yang tidak bersih dan penuh dengan bakteri, karenanya
harus selalu dibersihkan. Adapun salah satu tujuan perwatan gigi dan
mulut adalah untuk mencegah penyebaran penyakit yang diturunkan
melalui mulut. Berikut gangguan pada gigi dan mulut:
a) Karies gigi (radang pada gigi) adalah lubang akibat kerusakan pada
gigi yang berhubungan dengan kekurangan kalsium.
b) Halitosis adalah bau nafas yang tidak sedap bisa dikarenakan oleh
kuman ataupun yang lainnya.
c) Plak adalah lapisan transparan yang sangat tipis terdiri dari mukus
dan bakteri yang menyelimuti permukaan gigi, plak dapat
menyebabkan karies, kalkulis (karang gigi), gingivitis (radang pada
gusi), periodonitis (radang pada jaringan penyangga gigi.
d) Periodonatal disease adalah gigi mudah bengkak dan berdarah
e) Stomatitis (sariawan) adalah radang yang terjadi pada daerah mukosa
atau rongga mulut. Hal ini dapat terjadi karena defisiensi vitamin,
infeksi bakteri atau virus dan kemterapi.
f) Glositis adalah radang yang terjadi pada lidah
g) Kilosis adalah bibir yang pecah-pecah. Hal ini dapat terjadi karena
hipersalivasi, nafas mulut dan defisiensi riboflavin.
5) Personal hygiene pada kelamin
Perawatan diri pada alat kelamin atau genetalia pada perempuan
adalah perawatan genatalia eksterna yang terdiri atas mins veneris, labiya
mayora, labiya minora, klitoris, uretra, vagina, erinium dan anus,
sedangakan ada laki-laki difokuskan pada daerah ujung penis untuk
10

mencegah penumpukan sisa urine.Tunjun dilakukannya personal hygiene


pada kelamin yaitu:
a) Mencegah dan mengontrol infeksi
b) Mencegah kerusakan kulit
c) Meningkatkan kenyamanan
d) Mempertahankan kebersihan diri

3. Tujuan perawatan personal hygiene


Tujuan dari personal hygiene adalah untuk memelihara kebersihan diri,
menciptakan keindahan, serta meningkatkan derajat kesehatan individu sehingga
dapat mencegah terjadinya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain, baik secara
sendiri/mandiri maupun dengan menggunakan bantuan dari orang lain, serta
mencitakan penampilan yang sesuai dengan kebutuhan kesehatan (Maulida Debi.
2017)

4. Faktor yang mempengaruhi personal hygiene


Menurut (Potter & Perry, 2009), pilihan hygiene klien terpenuhi oleh beberapa
faktor sehingga individu memiliki pariasi praktik hygiene.
Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Citra tubuh (body image)
Body image seseorang berpengaruh dalam pemenuhan personal hygiene
karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak perduli dengan
kebersihannya. Penampilan umum pasien dapat menggambarkan pentingnya
personal hygiene pada orang tersebut.
b. Praktik sosial
Kelompok sosial mempengaruhi bagaimana pasien dalam melaksanakan
praktik personal hygiene. Termasuk produk dan frekuensi perawatan pribadi.
Selama masa kanak-kanak, kebiasaan keluarga mempengaruhi personal hygiene,
misal frekuensi mandi, waktu mandi dan jenis hygiene mulut. Pada masa remaja,
hygiene pribadi dipengaruhi oleh teman. Misalnya remaja wanita mulai tertarik
ada penampian pribadi dan mulai memakai riasan wajah. Pada masa dewasa,
teman dan kelompok kerja membentuk harapan tentang penampilan pribai
sedangkan pada lansia beberapa praktik hygiene berubah karena hidupnya dan
sumber yang tersdia . pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
11

kemungkinan akan menjadi perubahan pola personal hygiene, beberapa praktik


hygiene pada lansia berubah karena kondisi hidunya dan sumber yang tersedia.
c. Status sosial dan ekonomi
Status ekonomi akan mempengaruhi jenis dan sejauh mana praktek hygiene
dilakukan. Kondidi sosisl ekonomi seseorang mempengaruhi kemampuan
seseorang untuk mempengaruhi sarana dan prasarana yang dibutuhkan untuk
mempertahankan kebersihan diri.
d. Pengetahuan dan motivasi kesehatan
Pengetahuan tentang kesehatan dan implikasinya bagi kesehatan dapat
mempengaruhi praktek hygiene. Meskipun demikian, pengetahuan sendiri
tidaklah cukup. Klien juga harus termotifasi untuk memelihara kesehatan diri.
Seringkali, pembelajaran tentang penyakit mampu mendorong klien untuk
meningkatan hygine
e. Variabel budaya
Kepercayaan kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan
hygine. Orang dari luar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktek keperawatan
diri yang berbeda
f. Kebiasaan atau pilihan pribadi
Setiap klien memiliki keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk
mandi, bercukur dan melakukan perawatan rambut. Klien memiliki produk yang
berbeda (misalnya sampho, sabun mandi, pasta gigi) menurut pilihan dan
kebutuhan pribadi. klien juga memiliki pilihan mengenai bagaimana melakukan
hygiene.
g. Kondisi fisik seseorang
Pada keadaan sakit tertentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya atau yang menjalani oprasi seringkali
kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan hygiene pribadi.
seseorang klien yang mengguanakan gips pada tangannya atau mengguanakan
traksi membutuhkan bantuan mandi yang lengkap.

5. Dampak masalah personal hygiene


Seseorang yang mengalami masalah personal hyiene akan berdapak pada fisik,
pisikososial, dan spiritualnya (Maulida Debi. 2017). Berikut dampak dari personal
hygiene:
12

a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharannya
kebersihan perorangan dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, serta gangguan pada fisik pada kuku.
b. Dampak pisiko sosial
Masalah sosial yang berhubunagna dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dam mencintai, kebutuhan hargadiri,
aktualisasi diri, dan gangguan interaksi sosial.
c. Dampak spirtual
Ganguan pada personal
hygiene dapat derdampak pada masalah spiritual, yaitu distres spritul. Distres
spiritual adalah gangguan pada keyakinan atau sistem nilai berupa kesulitan
merasakan makna dan tujuan hidup melalui hubungan dengan diri, orang
lian,lingkungan atau tuhan (PPNI ,2017). Seseorang yang Gangguan personal
hygiene saat akan melakukan sprtual akan merasa drinya tidak suci atau tidak
bersih.

6. Penatalaksanaan personal hygiene


Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada kulit yang
mengalami atau beresiko terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada
daerah yang mengalami tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi
terjadinya luka dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan
keperawatan pada pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya
adalah membersihkan kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman,
membasmi kutu atau ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem
peredaran darah di bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara
membersihkan dan menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini
mencegah infeksi pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut,
membantu menambah nafsu makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut.
Tindakan keperawatan pada pasien yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri.
Tujuannya adalah menjaga kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau
infeksi akibat garukan dari kuku (Solica, 20116). Berikut penatalaksanaan pada
personal hygiene:
13

a. Personal Hygiene pada kulit


Salah satu cara membersihkan diri adalah dengan mandi. Hal-hal yang perlu
diperhatikan tentang mandi adalah:
1) Membersihkan diri sebanyak dua kali sehari atau setelah beraktivitas.
2) Menggunakan sabun yang tidak iritatif. Jangan menggunakan sabun mandi
untuk mencuci muka.
3) Menyabuni seluruh tubuh, terutama pada daerah lipatan kulit, misalnya sela-
sela jari.
4) Mengeringkan tubuh dengan handuk yang lembut segera setelah mandi.
b. Personal Hygiene pada kuku
1) Kuku jari tangan dapat dipotong dengan pengikir atau memotongnya dalam
bentuk oval atau mengikuti bentuk jari. Sedangkan kuku jari kaki dipotong
dalam bentuk lurus.
2) Jangan memotong kuku terlalu pendek karena bisa melukai selaput kulit dan
kulit disekitar kuku.
3) Jangan membersihkan kotoran dibalik kuku dengan benda tajam, sebab akan
merusak jaringn kuku.
4) Potong kuku seminggu sekali atau sesuai dengan kebutuhan.
5) Khusus untuk jari kaki, sebaiknya dipotong dengan segra setelah mandi atau
direndam dengan air hangat terlebih dahulu.
6) Jangan menggigit kuku karena akan merusak jaringan kuku.
c. Personal hygiene pada mata
Usap kotoran pada mata dari sudut mata bagian dalam kesudut mata bagian luar.
Saat mengusap mata menggunakan kain yang paling lembut dan bersih. Lindungi
mata dari kemasukan debu dan kotoran
d. Personal hygiene pada hidug
1) Jaga lubang hidung agar tidak kemasukan air atau benda kecil
2) Jangan memberikan benda kecil masuk ke hidung karena dapat menyebabkan
benda kecil terhisap dan menyumbat saluran pernafasan serta menyebabkan
membran mukosa terluka.
3) Sewaktu mengeluarkan debu dari lubang hidung, hembuskan secara berlahan
dan biarkan kedua lubang hidung tetep terbuka.
4) Jangan mengeluarkan kotoran hidung dengan menggunakan jari, karena dapat
mengiritasi membran mukosa.
14

e. Personal hygiene pada gigi dan mulut


1) Tidak makan-makanan yang terlalu manis dan asam.
2) Tidak menggunakan gigi untuk menggigit atau mencongkel benda keras
seperti membuka tutup botol.
3) Menghindari kecelakaan seperti jatuh yang dapat menyebabkan gigi patah.
4) Menyikat gigi sesudah makan dan khususnya seblum tidur.
5) Memakai sikat gigi yang berbulu banyak, halus dan kecil sehingga dapat
menjangkai bagian dalam gigi.
6) Leletakan sikat gigi pada sudut 45° di pertemuan antar gigi dan gusi dan sikat
menghadap kearah yang sama dengan gusi

f. Personal hygiene pada telinga


1) Bila ada kotoran yang menyumbat telinga keluarkan secara berlahan dengan
menggunakan penyedot telinga.
2) Bila menggunakan air yang disemprotkan, lakukan dengan hati-hati agar tidak
menyebabkan kerusakan pada telinga akibat dari tekanan air yang berlebihan.
3) Aliran yang masuk hendaklah diarahkan kesaluran telinga dan bukan
langsung ke gendang telinga.
4) Jangan mengguanakan peniti atau jepit rambut untuk membersihkan kotoran
telinga karena dapat merusak gendang telinga.
g. Personal hygiene pada genetalia
1) Wanita: perawatan perinium dan area genetalia eksterna dilakukan pada saat
mandi ( 2x sehari)
2) Pria: perawatan dilakukan 2 x sehari pada saat mandi, pada pria terutama
yang belum sirkumsisi, karena adanya kulup pada penis yang menyebabkan
urine mudah terkumpul di sekitar gland penis.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pesonal Hygiene


1. Pengkajian
Pengkajian meupakan langkah awal dalam asuhan keperawatan melalui
pendekatan proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan data atau
informasi, analisis data, dan penentuan permasalahan atau diagnosis keperawatan.
Manfaat pengkajian keperawatan adalah membantu mengidentifikasi status
kesehatan, pola petahanan klien, kekuatan serta merumuskan diagnos kepewatan
15

yang terdiri dari tiga tahap yaitu pengumpulan, pengelompokan, dan


perorganisasian serta menganalisa dan merumuskan diagnosa keperawatan (Solica,
2016). Berikut hal yang perlu di tanyakan dalam masalah personal hygiene:
a. Tanyakan tentang pola kebesihan individu sehari-hari, sarana dan prasarana
yang dimiliki, serta yang mempengaruhi personal hygiene individu baik faktor
pendukung maupun pencetus.
b. Pemeiksaan fisik
Pada pemeriksaan fisik, kaji pesonal hygiene individu, mulai dai ekstermitas
atas sampai bawah:
1) Rambut: amati kondisi rambut (wana, tekstur, kualitas), apakah tampak
kusam? Apakah ditemukan kotoran?
2) Kepala: amati dengan seksama kebersihan kuit kepala. Perhatikan adanya
ketombe, kotoran, atau tanda-tanda kemerahan.
3) Mata: amati tanda-tanda adanya ikterus, konjungtiva pucat, sekret pada
kelopak mata, kemerahan pada kelopak mata.
4) Hidung: amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis, perdarahan
hidung, tanda-tanda pilek yang tidak kunjung sembuh, tanda-tanda alergi
atau peubahan pada daya penciuman.
5) Mulut: amati kondisi mukosa mulut dan kaji kelembabannya. Perhatikan
adanya lesi, tanda-tanda radang gusi/sariawan, kekeringan, atau pecah-
pecah
6) Gigi: amati kondisi dan kebersihan gigi. Perhatikan adanya tanda-tanda
karang gigi, karies, gigi pecah-pecah, atau gigi palsu.
7) Telinga: amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya serume,
lesi, infeksi, atau perubahan daya pendengaan
8) Kulit: amati kondisi kulit. Perhatikan adanya perubahan pada wana kulit
keriut, sesi atau puitus.
9) Kuku tangan dan kaki. Amati bentuk dan kebersihan kuku. Perhatikan
adanya kelainan pada kuku.
10) Genatalia: amati kondisi dan kebersihan genetalia, pada laki-laki
perhatikan adanya kelainan pada skrotum dan testisnya.
11) Personal Hygiene secara umum: amati kondisi dan kebersihan kulit secara
umum, pastikan adanya kelainan pada kulit atau bentuk tubuh.
16

2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap pengalaman
atau responden individu, keluarga, atau komunitas pada masalah keperawatan,
pada resiko masalah keperawatan atau pada proses kehidupan (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 diagnosa yang muncul pada kasus personal hygiene
yang bekaitan dengan kondisi klinis atritis reumotoid adalah:
a. Defisit perawatan diri
1) Definisi: tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas
perawatan diri
2) Penyebab/etiologi
a) Gangguan muskuloskeletal
b) Gangguan neuro muskular
c) Kelemahan
d) Gangguan pisikologis dan/atau pisikotik penurunan motivasi atau
minat
3) Gejala Dan Tanda Mayor
Gejala dan tanda mayor subjektif yaitu klien menolak melakukan
perawatan diri. Objektif yaitu: klien tidak mampu mandi, mengenakan
pakaian, makan, ke toilet, berhias secara mandiri dan minat melakukan
perawatan dari kurang
4) Gejala dan tanda minor
Gejala dan tanda mayor baik subjektif mauoun objktif tidak tersedia.

5) Kondisi klinis terkait


a) Stroke
b) Cidera medula spinalis
c) Depresi
d) Atritis reumotoid
e) Retardasi mental
f) Delirium
g) Demensia
h) Gangguan amnestik
i) Skizofrenia dan gangguan pisikotik lain
17

j) Fungsi penilaian terganggn


6) Keterangan
Diagnosis ini dispesifikasikan mejadi salah satu atau lebih dari:
a) Mandi
b) Makan
c) Berpakaian
d) Toileting
e) Berhias

3. Rencana Keperawatan
Intervensi kperawatan merupakan segala bentuk tepi yang dikerjakan oleh
perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai
peningkatan, pencegahan, dan pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan
komunitas (PPNI, 2018).
Menurut PPNI, 2018 intervensi keperawatan pada klien dengan gangguan
pemenuhan personal hygiene adalah sebagai berikut:
a. Observasi
1) Identifikasi usia dan budaya dalam membantu kebersihan
2) Identifikasi jenis bantuan yang dibutuhkan
3) Monitor kebersihan tubuh (misalnya: Sabun, rambut, mulut, kulit, kuku)
4) Monitor integritas kulit.
b. Teraupetik
1) Sediakan peralatan mandi (Sabun, sikat gigi, shamphoo, pelembab kuit)
2) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman
3) Fasilitasi menggosok gigi, sesuai kebutuhan
4) Fasilitasi mandi, sesuai kebutuhan
5) Pertahankan kebiasaan kebersihan diri
6) Berikan bantuan sesuai tingkat kemandirian
c. Edukasi
1) Jelaskan manfaat mandi dan dampak tidak mandi terhadap kesehatan
2) Ajarkan kepada keluarga cara memandikan pasien jika perlu.

4. Implementasi keperawatan
18

Implementasi keperawatan adalah proses pengelolaan dan perwujudan dari


rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. (Solica, 2016).

5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi keperawatan adalah proses kontinu yang paing penting untuk
memanajemen kualitas dan tetepatan tindakan asuhan keperawatan yang
dilakukan dan keefektifan rencana keperawatan dalam memenuhi kebutuhan klien
selalu berubah dengan cepat dan perencanaan pun selalu memerlukan revisi dan
pembaharuan dengan menambah informasi klien yang baru berkembang
(Doengoes, 2012). Menurut Sude Moorhead, 2016 pengukuran outcomes
kesehatan meliputi:

a. Perawatan diri: kebersihan


Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk mempertahankan kebersihan diri dan
menjaga penampilan secara mandiri tanpa alat bantu.
Tabel 2.1 Tabel Skala Outcomes Perawatan Diri : Kebersihan
Skala outcome Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
kesekuruhan ter- ter- ter- ter- ter-
ganggu ganggu ganggu ganggu ganggu
(1) (2) (4) (5) (5)
Memcuci tangan 1 2 3 4 5
Membersihkan area 1 2 3 4 5
perinium
Menggunakan 1 2 3 4 5
pembalut
Membersihkan 1 2 3 4 5
telinga
Menjaga hidung 1 2 3 4 5
untuk kebersihan
berbafas dan bersih
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kebersihan mulut
Mengeramas 1 2 3 4 5
rambut
(Sue Moorhead,2016)

b. Perawatan diri: mandi


Tujuan yang ingin di capai yaitu mampu membersihkan badannya secara
mandiri atau tanpa alat bantu.
Tabel 2.2 Tabel Outcome Perawatan Diri: Mandi
19

Skala outcome Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak


keseluruhan ter- ter- ter- ter- ter-
ganggu ganggu ganggu ganggu ganggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Masuk dan keluar 1 2 3 4 5
kamar mandi
Mengambil 1 2 3 4 5
alat/bahan mandi
Mendapat air 1 2 3 4 5
mandi
Menyalakan keran 1 2 3 4 5
Mengatur air 1 2 3 4 5
Mengatur aliran air 1 2 3 4 5
Mandi di bak cuci 1 2 3 4 5
Mandi di bak 1 2 3 4 5
mandi
Mandi dengan 1 2 3 4 5
bersiram
Mencuci wajah 1 2 3 4 5
Mencuci badan 1 2 3 4 5
bagian atas
Mencuci badan 1 2 3 4 5
bagian bawah
Membersihkan area 1 2 3 4 5
perinium
Mengeringkan 1 2 3 4 5
badan
(Sue Moorhead,2016)

c. Perawtan diri : rambut


Tujuan yang ingin di capai yaitu untuk dapat merawat rambut sendiri
secara mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Tabel 2.3 Tabel Skala Outcomes Perawatan Diri : Rambut
Skala outcome Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
keseluruhan ter- ter- ter- ter- ter-
gannggu ganggu ganggu ganggu ganggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Menyisir rambut 1 2 3 4 5
Mencukur rambut 1 2 3 4 5
Menggunakan 1 2 3 4 5
riasan wajah
Mempertahankan 1 2 3 4 5
kuku jari tangan
Memperhatikan 1 2 3 4 5
kuku kaki
Menggunakan kaca 1 2 3 4 5
rias
Memasukan 1 2 3 4 5
makanan ke mulut
dengan jari
20

Mempertahankan 1 2 3 4 5
penampilan yang
rapih
Mempertahankan
kebersihan tubuh 1 2 3 4 5
(Sue Moorhead, 2016)

d. Perawatan diri: mulut


Tujuan yang ingin di capai yaitu dapat merawat mulut dan giginya secara
mandiri dengan atau tanpa alat bantu
Tabel 2.4 Tabel Skala Outcome Perawatan Diri: Mulut
Sekala outcome Sangat Banyak Cukup Sedikit Tidak
keseluruhan ter- ter- ter- ter- ter-
gannggu ganggu ganggu ganggu ganggu
(1) (2) (3) (4) (5)
Menyikat gigi 1 2 3 4 5
Membersihkan 1 2 3 4 5
sela-sela gigi
dengan benang
(gigi) yang
halus
Menggunakan 1 2 3 4 5
cairan kumur
Membersihkan 1 2 3 4 5
mulut, gusi dan
lidah
Membersihkan 1 2 3 4 5
gigi palsu atau
alat gigi
Menggunakan 1 2 3 4 5
flour
Mendapatkan 1 2 3 4 5
perawatan gigi
secara reguler
(Sue Moorhead, 2016)

C. Konsep Lansia Dengan Atrits Reumotoid


Diperkirakan pada tahun 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah
lansia sebesar 41,4%, yang merupakan peningkatan tertinggi di dunia (WHO, 2010).
WHO memperkirakan bahwa di tahun 2025 jumlah warga lansia mencapai kurang
lebih 60 juta jiwa. Penduduk lansia (usia 60 tahun keatas) di dunia tumbuh dengan
sangat cepat bahkan tercepat di bidang kelompok usia lainnya. Penduduk lansia
21

mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2015, jumlah penduduk lansia
sebesar 18,96 juta jiwa dan meningkat menjadi 20.547.541 pada tahun 2016 (Bureau,
2016).
Lansia yang tidak melakukan aktivitas personal hygiene dengan baik akan
berdampak pada masalah fisik dan pisikososial. Masalah fisik yang di alami lansia
seperti gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada
mata dan telinga serta gangguan fisik pada kuku. Sedangkan dampak pada masalah
pisikososial seperti gangguan kebutuhan rasa aman nyaman, kebutuhan mencintai dan
dicintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, gangguan interaksi sosial.
Personal hygiene penting untuk dilakukan dan harus senantiasa terpenuhi oleh
semua orang, karena merupakan pencegahan primer yang spesifik untuk
meminimalkan pintu masuk mikroorganisme bakteri. Yang dapat mencegah
seseorang terkena penyakit (Kuntoro, 2015). Namun pada kenyataanya tidak semua
kebutuhan personal hygiene seseorang terpenuhi karena ada hambatan yang
mempengaruhinya yaitu : status kesehatan, budaya, status ekonomi, tingkat ekonomi,
tingkat pengetahuan dan perkembangan, cacat jasmani dan rohani dan mental, citra
tubuh.
Gangguan personal hygiene banyak terjadi pada lansia hal ini dikarenakan
lansia mengalami penurunan fungsi berbagai organ tubuh akibat kerusakan sel-sel
karena proses menua sehngga produksi hormon, enzim, dan zat-zat lain yang
diperlukan untuk kekebalan tubuh berkurang yang dapat menyebabkan cacat fisik
salah satunya adalah artritis reumatoid. Artritis reumatoid (RA) merupakan penyakit
inflamasi non-bakterial yang bersifat sistematik, progresif, cenderung kronik dan
mengenai sendi serta jaringan-jringan ikat sendi secara sistematis (Nurarif & Kusuma
Hardhi, 2015). Rheumatoid arthritis terjadi saat sistem kekebalan tubuh menyerang
jaringan tubuh. Penyakit ini lebih sering diderita oleh wanita, terutama di atas 40
tahun. Namun, hal ini tidak menutup kemungkinan pria dan siapa pun di luar usia
tersebut terjangkit penyakit ini. Seiring waktu, peradangan ini bisa menghancurkan
jaringan persendian dan bentuk tulang. Efek dari kondisi ini akan membatasi aktivitas
keseharian, seperti sulit untuk berjalan dan menggunakan tangan, termasuk aktivitas
kebersian diri.
Penderita arthritis rheumatoid pada lansia diseluruh dunia telah mencapai
angka 355 juta jiwa, artinya 1 dari 6 lansia didunia ini menderita reumatik.
Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari
22

25% akan mengalami kelumpuhan. Organisasi kesehatan dunia (WHO) melaporkan


bahwa 20% penduduk dunia terserang penyakit arthritis rheumatoid, dimana 5-10%
adalah mereka yang berusia 5-20 tahun dan 20% mereka yang berusia 55 tahun
(WHO, 2012). Angka morbilitas dan mortilitas reumatoid atritis di Indonesia masih
sangat tinggi seiring bertambahnya usia (Depkes RI, 2004). Tercatat bahwa 30%
lansia di Tresna Werda Garut, terserang penyakit atritis reumatoid, dari 44 jumlah
penyakit yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Weda Garut 26 diantaanya
mendeita penyakit reumatoid atitis dan 20 lansia mengalami gangguan pada personal
hygiene (Kompas,2012).
1. Definisi atritis reumotid
Rheumathoid Arthritis (RA) adalah penyakit inflamasi sistemik kronik
yang menyebabkan tulang sendi destruksi dan deformitas, serta mengakibatkan
ketidakmampuan (Meiner & Luekenotte, 2006). Rheumathoid Arthritis (RA)
adalah suatu penyakit autoimun dan inflamasi sistemik kronik terutama mengenai
jaringan sinovium sendi dengan manifestasi utama poliarthritis progresif dan
melibatkan seluruh organ tubuh (Manjoer, 1999).

2. Etiologi
Penyebab Rheumatoid Arthritis sampai saat ini masih belum diketahui
dengan pasti. Penyebab Rheumatoid Arthritis ini masih terus diteliti di berbagai
belahan dunia, namun agen infeksi seperti virus, bakteri, dan jamur, sering
dicurigai sebagai pencetusnya. Sejumlah ilmuwan juga berpendapat, bahwa
beberapa faktor resiko seperti faktor genetik dan kondisi lingkungan pun ikut
berperan dalam timbulnya RA ( Williams & Wilkins, 1997).

1) Genetik
Terdapat hubungan antara HLA-DW 4 dengan RA seropositif yaitu penderita
mempunyai resiko 4 kali lebih banyak terserang penyakit ini.
2) Hormon Sex
Faktor keseimbangan hormonal diduga ikut berperan karena perempuan lebih
banyak menderita penyakit ini.
3) Infeksi
Dengan adanya infeksi timbul karena permulaan sakitnya terjadi secara
mendadak dan disertai tanda-tanda peradangan. Penyebab infeksi diduga oleh
bakteri, mikroplasma atau virus. d.Heart Shock Protein (HSP), HSP
merupakan sekelompok protein berukuran sedang yang dibentuk oleh tubuh
sebagai respon terhadap stres.
23

4) Radikal Bebas Radikal


Superoksida dan lipid peroksidase yang merangsang keluarnya prostaglandin
dan pembengkakan.
Menurut Meiner & Lueckenotte, 2006 penyebab RA belum diketahui
dengan jelas, namun teori yang paling banyak diterima menyebutkan bahwa RA
merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan peradangan pada sendi dan
jaringan penyambung. Insiden meningkat dengan bertambahnya usia terutama
pada wanita. Insiden puncak adalah antara 40-60 tahun dan penyakit ini
menyerang orang diseluruh dunia dan berbagai suku bangsa (Price & Wilson,
2005).

3. Manifestasi klinis
Gejala awal terjadi pada beberapa sendi sehingga disebut poli artritis
rheumatoid. Persendian yang paling sering terkena adalah sendi tangan,
pergelangan tangan, sendi lutut, sendi siku pergelangan kaki, sendi bahu serta
sendi panggul dan biasanya bersifat bilateral/simetris. Tetapi kadang-kadang
hanya terjadi pada satu sendi disebut artritis reumatoid mono-artikular
Chairuddin, 2003.
Kriteria pada American Rheumatism Association (ARA) yang di revisi 1987,
adalah:
a) Kaku pada pagi hari (morning stiffness). Pasien merasa kaku pada
persendian dan di sekitarnya sejak bangun tidur sampai sekurang-
kurangnya 1 jam sebelum perbaikan maksimal.
b) Arthritis pada 3 daerah. Terjadi pembengkakan jaringan lunak atau
persendian (soft tissue swelling) atau lebih efusi, bukan pembesaran tulang
(hyperostosis). Terjadi pada sekurang-kurangnya 3 sendisecara bersamaan
dalam observasi seorang dokter. Terdapat 14 persendian yang memenuhi
kriteria, yaitu interfalang proksimal, metakarpofalang, pergelangan tangan,
siku, pergelangan kaki, dan metatarsofalang kiri dan kanan
c) Arthritis pada persendian tangan. Sekurang-kurangnya terjadi
pembengkakan satu persendian tangan seperti tertera di atas.
d) Arthritis simetris. Maksudnya keterlibatan sendi yang sama; tidak mutlak
bersifat simetris pada kedua sisi secara serentak (symmetrical polyartritis
simultaneously).
e) Nodul rheumatoid, yaitu nodul subkutan pada penonjolan tulang atau
permukaan ektensor atau daerah jukstaartikular dalam observasi seorang
dokter.
f) Faktor rheumatoid serum positif. Terdapat titer abnormal faktor rheumatoid
serum yang diperiksa dengan cara yang memberikan hasil positif kurang
dari 5% kelompok control.
g) Terdapat perubahan gambaran radiologis
h) yang khas pada pemeriksaan sinar rontgen tangan posteroanterior atau
pergelangan tangan, yang harus menunjukkkan adanya erosi atau
24

dekalsifikasi tulang yang berlokalisasi pada sendi atau daerah yang


berdekatan dengan sendi.

4. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif & Kusuma Hardhi, 2015 dituliskan pemeriksaan penunjang pada
atritis reumtoid adalah:
a) Faktor Reumotoid, fiksasi lateks, reaksi-reaksi aglutinasi
b) Laju endap darah : umumnya meningkat pesat (80-100 mm/h)mungkin
kembali normal swaktu gejala-gejala meningkat
c) Protein C-reaktif: positif selama masa eksaserbasi.
d) Sel darah puti meningkat ada waktu timbul proses inflamasi
e) Hemoglobin: umumnya menunjukan anemia sedang
f) Ig (Ig M dan Ig G) ; peningkatan besar menunjykan proses auto imun
sebagai penyebar atritis reumotoid
g) Sinat X dari sendi yang sakit; menunjukan pembengkakan pada jaringan
lunak, erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan
awal) berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi
dan sublukasasio. Perubahan osteoartstk yang terjad secara bersamaan
h) Scan radionuklida: identvkasi peradangan sinovium
i) Atroskopi langsung, aspirasi caran sinoval
j) Bopsi membran sinovial : menunjukan perubahan imflamasi dan
perkembangan panas
5. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan reumatoid artritis adalah mengurangi nyeri,
mengurangi inflamasi, menghentikan kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi
dan kemampuan mobilisasi penderita.
Adapun penatalaksanaan umum pada rheumatoid arthritis antara lain:
a) Pemberian terapi. Pengobatan pada rheumatoid arthritis meliputi pemberian
aspirin untuk mengurangi nyeri dan proses inflamasi, NSAID untuk
mengurangi inflamasi, pemberian corticosteroid sistemik untuk
memperlambat destruksi sendi dan imunosupressive terapi untuk
menghambat proses autoimun.
b) Pengaturan aktivitas dan istirahat. Pada kebanyakan penderita, istirahat
secara teratur merupakan hal penting untuk mengurangi gejala penyakit.
Pembebatan sendi yang terkena dan pembatasan gerak yang tidak perlu
akan sangat membantu dalam mengurangi progresivitas inflamasi. Namun
istirahat harus diseimbangkan dengan latihan gerak untuk tetap menjaga
kekuatan otot dan pergerakan sendi.
c) Kompres panas dan dingin. Kompres panas dan dingin digunakan untuk
mendapatkan efek analgesic dan relaksan otot. Dalam hal ini kompres
hangat lebih efektive daripada kompres dingin.
25

d) Diet. Untuk penderita rheumatoid arthritis disarankan untuk mengatur


dietnya. Diet yang disarankan yaitu asam lemak omega-3 yang terdapat
dalam minyak ikan.
1) Mengkonsumsi makanan seperti tahu untuk pengganti daging, memakan
buah beri untuk menurunkan kadar asam urat dan mengurangi
inflamasi.
2) Hindari makanan yang banyak mengandung purin seperti bir dari
minuman beralkohol, ikan anchovy, sarden, herring, ragi, jerohan,
kacang-kacangan, ekstrak daging, jamur, bayam, asparagus, dan
kembangkol karena dapat menyebabkan penimbunan asam urat
dipersendian.
e) Banyak minum air untuk membantu mengencerkan asam urat yang terdapat
dalam darah sehingga tidak tertimbun di sendi. (Nurarif & Kusuma Hardhi,
2015).
f) Gizi. Pemenuhan gizi pada atritis reumatoid adalah untuk mencapai dan
mempertahankan status gizi yang optimal serta mengurangi peradangan
pada sendi. Adapun syarat–syarat diet atritis rheumatoid adalah protein
cukup, lemak sedang, cukup vitamin dan mineral, cairan disesuaikan
dengan urine yang dikeluarkan setiap hari. Rata–rata asupan cairan yang
dianjurkan adalah 2 – 2 ½ L/hari, karbohidrat dapat diberikan lebih banyak
yaitu 65 – 75% dari kebutuhan energi total.
g) Pembedahan. Pembedahan dilakukan apabila rheumatoid arthritis sudah
mencapai tahap akhir. Bentuknya dapat berupa tindakan arhthrodesis untuk
menstabilkan sendi, arthoplasty atau total join replacement untuk mengganti
sendi.

6. Patofisiologi
Sebelum memahami patofisiologi penyakit reumatik penting untuk
memahami lebih dahulu tentang anatomi normal dan fisiologi persendian
diartrodial atau sinovial. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap
sendi sinovial memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang
tidak mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat
digerakkan.
Pada sendi sinovial yang normal, kartilago artikuler membungkus
ujung tulang pada sendi dan menghasilkan permukaan yang licin serta ulet
untuk gerakan. Membran sinovial melapisi dinding dalam kapsula fibrosa dan
mensekresikan cairan ke dalam ruangan antar-tulang. Cairan sinovial ini
berfungsi sebagai peredam kejut dan pelumas yang memungkinkan sendi
untuk bergerak secara bebas dalam arah yang tepat.
Sendi merupakan bagian tubuh yang paling sering terkena inflamasi
dan degenerasi yang terlihat pada penyakit reumatik. Inflamasi akan terjadi
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang terjadi merupakan
26

proses sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan


sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Kartilago artikuler memainkan dua peranan mekanis yang penting
dalam fisiologi sendi. Pertama, kartilago artikuler memberikan permukaan
penahan beban yang licin secara nyata, dan bersama cairan sinovial, membuat
gesekan (friksi) yang sangat rendah dalam gerakan. Kedua, kartilago akan
meneruskan beban atau tekanan pada tulang sehingga mengurangi stres
mekanis. Kartilago artikuler maupun tulang dapat normal tetapi beban (gaya
yang dihasilkan oleh berat tubuh) berlebihan pada sendi menyebabkan
jaringan tersebut gagal, atau beban pada sendi secara fisiologis masih banyak
tetapi kartilago artikuler atau tulangnya tidak normal (Muttaqin, 2005).
Reaksi auto imun pada artritis rheumatoid terjadi pada jaringan
sinovial. Proses fagositosis menghasilkan enzim-enzim dalam sendi. Enzim-
enzim tersebut akan memecah kolagen sehingga terjadi edema, proliferasi
membran sinovial, dan akhirnya membentuk panus. Panus akan
menghancurkan tulang rawan dan menimbulkan erosi tulang, akibatnya
menghilangkan permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot
akan turut terkena karena serabut otot akan mengalami perubahan generatif
dengan menghilangnya elastisitas otot dan kekuatan kontraksi otot.
Respon imun Antigen mengaktivasi CD4+ sel T yang menstimulasi
monosit, makrofag dan syinovial fibroblas untuk memproduksi interleukin-1,
interleukin-6 dan TNF-α untuk mensekresikan matrik metaloproteinase
melalui hubungan antar sel dengan bantuan CD69 dan CD11 melalui
pelepasan mediator-mediator pelarut seperti interferon-γ dan interleukin-17.
Interleukin-1, interlukin-6 dan TNF-α merupakan kunci terjadinya inflamasi
pada rheumatoid arthritis.
Aktifasi CD4+ sel T juga menstimulasi sel B melalui kontak sel secara
langsung dan ikatan dengan α1β2 integrin, CD40 ligan dan CD28 untuk
memproduksi immunoglobulin meliputi rheumatoid faktor. Sebenarnya fungsi
dari rhumetoid faktor ini dalam proses patogenesis reumatoid artritis tidaklah
diketahui secara pasti, tapi kemungkinan besar reumatoid faktor
mengaktiflkan berbagai komplemen melalui pembentukan immun
kompleks.aktifasi CD4+ sel T juga mengekspresikan osteoclastogenesis yang
secara keseluruhan ini menyebabkan gangguan sendi. Aktifasi makrofag,
limfosit dan fibroblas juga menstimulasi angiogenesis sehingga terjadi
peningkatan vaskularisasi yang ditemukan pada synovial penderita reumatoid
artritis.

Anda mungkin juga menyukai