KEDAULATAN
KEDAULATAN
CARA MEWUJUDKANNYA
Makna “kedaulatan” dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai suatu istilah yang
lazim digunakan untuk menjelaskan pengertian kekuasaan yang tertinggi, khususnya
kekuasaan dalam suatu negara. Dalam hukum tata negara kedaulatan Tuhan (theokrasi)
dibedakan dengan kedaulatan rakyat (demokrasi).
Para pendiri bangsa berjuang tidak hanya berusaha memperoleh kedaulatan negara
sebagai negara yang merdeka. Mereka justru sudah berani merealisasi dirinya sebagai
pribadi-pribadi yang berdaulat sebelum bangsanya memperoleh kedaulatan. Kedaulatan
negara akan digunakan untuk membangun pribadi warga negara yang berdaulat agar warisan
mental kolonial dapat segera ditinggalkan. Kedaulatan yang diperjuangkan oleh para pendiri
bangsa tidak dipertentangkan antara kedaulatan diri dengan kedaulatan negara. Keduanya
justru dijadikan sebagai dua sisi yang saling ada dan menguatkan.
Kedaulatan diri adalah kekuasaan tertinggi yang ada pada dirinya dan memiliki nilai
adil dalam dirinya pula. Contohnya adalah pada umumnya orang Indonesia makan tiga kali
(pagi, siang, dan sore/malam). Ketika bulan puasa seseorang tersebut memiliki kekuasaan
tertinggi untuk mengubah kebiasaan makan tiga kali menjadi dua kali (petang/waktu berbuka
dan dini hari/waku sahur). Dalam keadaan normal atau pun puasa kekuasaan tetinggi harus
adil terhadap dirinya, ketika merasa haus harus minum, ketika lapar harus makan supaya
tidak merusak pada komponen dalam dirinya.
Ketiga, menyikapi relasi politik ekonomi internasional di era globalisasi secara kritis
dan bijak. Memang dari paparan sebelumnya nampak bahwa posisi bangsa Indonesia
cenderung lemah dan sering dirugikan. Namun hal tersebut tidak harus disikapi dengan
menerapkan politik isolasi atau menentang Barat secara frontal dan vulgar. Diperlukan
strategi dan keberanian moral yang cerdas dalam mengantisipasi dominasi, eksploitasi dan
hegemoni pasar global yang kini terjadi.
Memang upaya menegakkan kedaulatan dalam bidang politik, ekonomi dan budaya
harus dilakukan secara silmultan dan holistik. Masing-masing bidang saling terkait dalam
merealisasi kedaulatan. Langkah strategis yang mendesak untuk dilakukan adalah melakukan
”revolusi budaya”. Kita perlu melakukan ”imaginasi kreatif” terhadap nilai-nilai luhur
peradaban bangsa secara cerdas. Pancasila sebagai dasar negara sekaligus pandangan hidup
bangsa yang digali dari mutiara budaya Indonesia dapat menjadi titik tolak sekaligus tolok
ukur dalam melakukan ”revolusi budaya”.
Melalui revolusi budaya diharapkan akan terjadi perubahan radikal terhadap cara
hidup dan cara kerja (way of life), cetak pikir (mindset), nilai (values) dan cara pandang (way
of thinking) serta ethos kerja. Melalui revolusi budaya bangsa Indonesia dapat bersama-sama
berusaha dan berjuang mencapai kemerdekaan pikiran dan hati bangsa Indonesia.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945
”Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia
Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita!”.
Dalam bidang budaya kita perlu tegar dan percaya diri dengan nilai-nilai luhur yang
kita warisi dari nenek moyang. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari produk budaya
sekaligus menjadi salah satu identitas utama bangsa Indonesia perlu kita aktualisasikan secara
konsisten.