Anda di halaman 1dari 4

KEDAULATAN DIRI DAN NEGARA SERTA

CARA MEWUJUDKANNYA
Makna “kedaulatan” dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai suatu istilah yang
lazim digunakan untuk menjelaskan pengertian kekuasaan yang tertinggi, khususnya
kekuasaan dalam suatu negara. Dalam hukum tata negara kedaulatan Tuhan (theokrasi)
dibedakan dengan kedaulatan rakyat (demokrasi).

Bangsa Indonesia secara umum telah sepakat menganut kedaulatan rakyat.


Maksudnya kekuasaan tertinggi dalam suatu negara adalah rakyat karena asal kekuasaan
berasal dari rakyat. Sebagai konsekuensinya segala kebijakan pemerintah harus berlandaskan
kemauan rakyat (Nugroho, 2004). Pemerintah dalam menjalankan tugasnya berkewajiban
menjaga kedaulatan negara sekaligus memfasilitasi berkembangtumbuhnya kedaulatan diri
warga negara Indonesia secara maksimal.

Para pendiri bangsa berjuang tidak hanya berusaha memperoleh kedaulatan negara
sebagai negara yang merdeka. Mereka justru sudah berani merealisasi dirinya sebagai
pribadi-pribadi yang berdaulat sebelum bangsanya memperoleh kedaulatan. Kedaulatan
negara akan digunakan untuk membangun pribadi warga negara yang berdaulat agar warisan
mental kolonial dapat segera ditinggalkan. Kedaulatan yang diperjuangkan oleh para pendiri
bangsa tidak dipertentangkan antara kedaulatan diri dengan kedaulatan negara. Keduanya
justru dijadikan sebagai dua sisi yang saling ada dan menguatkan.

Kedaulatan diri adalah kekuasaan tertinggi yang ada pada dirinya dan memiliki nilai
adil dalam dirinya pula. Contohnya adalah pada umumnya orang Indonesia makan tiga kali
(pagi, siang, dan sore/malam). Ketika bulan puasa seseorang tersebut memiliki kekuasaan
tertinggi untuk mengubah kebiasaan makan tiga kali menjadi dua kali (petang/waktu berbuka
dan dini hari/waku sahur). Dalam keadaan normal atau pun puasa kekuasaan tetinggi harus
adil terhadap dirinya, ketika merasa haus harus minum, ketika lapar harus makan supaya
tidak merusak pada komponen dalam dirinya.

Kedaulatan negara merupakan salah satu kedaulatan yang mengatakan bahwa


kedaulatan itu ada pada negara. Negaralah yang menciptakan hukum, jadi segala sesuatu
harus tunduk pada negara. Negara disini dianggap sebagai suatu keutuhan yang menciptakan
peraturan-peraturan hukum, jadi adanya hukum itu akibat dari adanya negara, dan tiada satu
hukumpun yang berlaku jika tidak dikehendaki oleh negara.
Kedaulatan suatu negara tidak lagi bersifat mutlak atau absolut, akan tetapi pada
batas-batas tertentu harus menghormati kedaulatan negara lain, yang diatur dalam Hukum
Internasional. Hal inilah yang kemudian dikenal dengan istilah kedaulatan negara bersifat
relative (Relative Sovereignty of State). Dalam konteks hukum Internasional, negara yang
berdaulat pada hakikatnya harus tunduk dan menghormati hukum Internasional, maupun
kedaulatan dan integritas wilayah negara lain.

Kedaulatan suatu negara dalam implementasinya dimanifestasikan menjadi 3


(tiga) aspek utama yaitu :

1. Kedaulatan internal (ke dalam)


Kedaulatan secara internal memiliki pengertian bahwa hal itu merupakan
kewenangan tertinggi yang dimiliki oleh sebuah negara di dalam wilayah
kekuasaannya. Kedaulatan internal berarti merupakan kekuasaan tertinggi suatu
negara untuk mengatur masalah-masalah dalam negerinya. Kedaulatan internal dari
suatu negara diwujudkan dalam otoritas negara dalam menentukan bentuk negara,
bentuk sistem pemerintahan yang dipilih oleh negara tersebut, sistem politik,
kebijakan -kebijakan dalam negeri, maupun hal-hal yang berkaitan dengan
pembentukan sistem hukum nasional, dimana dalam menentuan kesemua hal tersebut
tidak dapat dicampuri oleh negara lain.
2. Kedaulatan eksternal (ke luar)
Pengertian kedaulatan secara eksternal ialah kemampuan negara-negara dalam
melakukan hubungan internasional. Sisi eksternal dari kedaulatan negara
dimanifestasikan dalam wujud kekuasaan dan kemampuan suatu negara untuk
mendapatkan pengakuan dari negara lain dan menjalin kerja sama atau hubungan
internasional. Kemampuan dan kewenangan tersebut antara lain berupa peran serta
dalam perundingan, konfrensi internasional, penandatanganan perjanjian internasional
dalam berbagai bidang, terlibat dalam organisasi internasional, dan lain sebagainya.
3. Kedaulatan teritorial
Pengertian dari kedaulatan teritorial ialah bahwa kekuasaan penuh dan ekslusif yang
dimiliki oleh negara atas individu-individu dan benda -benda yang terdapat di wilayah
tersebut.

Usaha untuk mengktualisasikannya secara optimal adalah sebagai berikut :


Pertama adalah memahami pergeseran makna kedaulatan serta praksis yang terjadi di
Indonesia dari perspektif sejarah. Realitas kedaulatan yang berkembang saat ini tidak relevan
lagi dilihat dari dimensi mitologi dan atau ideologi semata. Eksplanasi ilmiah yang kritis
perlu menjadi rujukan utama dalam memahami realitas.

Kedua melakukan reorientasi terhadap proses pembangunan bangsa. Pembangunan


tidak hanya diorientasikan untuk mengatasi kebutuhan kekinian melainkan lebih pada
realisasi untuk mencapai kesejahteraan bangsa sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri
bangsa. Negara memang harus kuat. Tetapi itu tidak berarti bahwa ketika negara kuat
kedaulatan rakyat harus dikebiri. Pandangan dikotomis yang mempertentangkan negara dan
rakyat perlu dievaluasi. Berdirinya negara sejak awal dipahami untuk kesejahteraan rakyat
bukan mengebiri hak-hak fundamental rakyat.

Ketiga, menyikapi relasi politik ekonomi internasional di era globalisasi secara kritis
dan bijak. Memang dari paparan sebelumnya nampak bahwa posisi bangsa Indonesia
cenderung lemah dan sering dirugikan. Namun hal tersebut tidak harus disikapi dengan
menerapkan politik isolasi atau menentang Barat secara frontal dan vulgar. Diperlukan
strategi dan keberanian moral yang cerdas dalam mengantisipasi dominasi, eksploitasi dan
hegemoni pasar global yang kini terjadi.

Memang upaya menegakkan kedaulatan dalam bidang politik, ekonomi dan budaya
harus dilakukan secara silmultan dan holistik. Masing-masing bidang saling terkait dalam
merealisasi kedaulatan. Langkah strategis yang mendesak untuk dilakukan adalah melakukan
”revolusi budaya”. Kita perlu melakukan ”imaginasi kreatif” terhadap nilai-nilai luhur
peradaban bangsa secara cerdas. Pancasila sebagai dasar negara sekaligus pandangan hidup
bangsa yang digali dari mutiara budaya Indonesia dapat menjadi titik tolak sekaligus tolok
ukur dalam melakukan ”revolusi budaya”.

Melalui revolusi budaya diharapkan akan terjadi perubahan radikal terhadap cara
hidup dan cara kerja (way of life), cetak pikir (mindset), nilai (values) dan cara pandang (way
of thinking) serta ethos kerja. Melalui revolusi budaya bangsa Indonesia dapat bersama-sama
berusaha dan berjuang mencapai kemerdekaan pikiran dan hati bangsa Indonesia.
Sebagaimana yang disampaikan oleh Soekarno dalam sidang BPUPKI tanggal 1 Juni 1945
”Di dalam Indonesia Merdeka itulah kita memerdekakan rakyat kita! Di dalam Indonesia
Merdeka itulah kita memerdekakan hatinya bangsa kita!”.
Dalam bidang budaya kita perlu tegar dan percaya diri dengan nilai-nilai luhur yang
kita warisi dari nenek moyang. Bahasa Indonesia sebagai bagian dari produk budaya
sekaligus menjadi salah satu identitas utama bangsa Indonesia perlu kita aktualisasikan secara
konsisten.

Anda mungkin juga menyukai