Anda di halaman 1dari 14

F5

4. POSBINDU DAN POSYANDU LANSIA DI DESA BARAT

Latar belakang

Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu masih banyaknya penyakit infeksi yang harus
ditangani, di sisi lain dibarengi meningkatnya Penyakit Tidak Menular (PTM). Sesuai Petunjuk Teknis Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM (Kemenkes RI 2012), bahwa saat ini kenaikan kejadian penyakit
tidak menular telah menjadi ancaman yang serius, khususnya dalam perkembangan kesehatan
masyarakat. Salah satu strategi yang dikembangkan pemerintah untuk mengendalikan penyakit tidak
menular ini kemudian dikembangkan model Pengendalian Penyakit Tidak Menular (PTM) berbasis
masyarakat melalui Pos Pembinaan Terpadu (Posbindu) PTM. Posbindu PTM merupakan bentuk peran
serta masyarakat dalam upaya untuk mengendalikan faktor risiko secara mandiri dan
berkesinambungan.Pengembangan Posbindu PTM dapat dipadukan dengan upaya yang telah
terselenggara di masyarakat. Melalui Posbindu PTM, dapat segera mungkin dilakukan pencegahan faktor
risiko PTM sehingga kejadian PTM di masyarakat Indonesia dapat dikendalikan

PERMASALAHAN

1. Meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular

2. Rendahnya kepatuhan masyarakat setempat untuk kontrol rutin di puskesmas ,dengan alasan
sudah tidak ada keluhan, puskesmas jauh, tidak ada yang mengantar ke puskesmas, obat bisa beli
sendiri ditoko dan lain – lain. Sehingga dengan adanya posbindu dapat dijadikan sebagai solusi untuk
menjangkau masyarakat.

3. Rendahnya kunjungan lansia ke Puskesmas

PERENCANAAN DAN INTERVENSI

1. Dilakukan posbindu dan posyandu lansia dimasing- masing wilayah secara rutin setiap 1 bulan
sekali dan bertempat di tempat yang mudah dijangkau warga.

2. Melakukan screening yang bertujuan untuk deteksi dini PTM sehingga apabila yang terdiagnosa
harus segera dilaporkan dan di rujuk ke PKM untuk mendapatkan tatalaksana.

3. Melakukan penyuluhan singkat terhadap masyarakat mengenai PTM dan Gaya hidup sehat

PELAKSANAAN
Kegiatan dilaksanakan di desa Barat pada tanggal 16 April 2021 pukul 08.30 – 11.00
• Kegiatan posbindu dihadiri oleh 20 warga sedangkan posyandu lansia dihadiri 15 lansia

• Kegiatan yang dilakukan :

- Melakukan screening (mengukur TB, BB, TD, GDA ) baik terhadap peserta posbindu maupun
posyandu lansia

- Jika terdiagnosa penyakit yang tidak dapat ditangani posbindu dan terdiagnosa PTM seperti
hipertensi dan Diabetes Melitus maka pasien dirujuk ke PKM (memberi tahu pasien untuk datang ke
PKM dan memberikan pasien kertas pengantar hasil pemeriksaan posbindu dan posyandu lansia)

- Memberikan KIE singkat mengenai apa itu PTM dan faktor resikonya serta memberitahu untuk
menerapkan hidup sehat

- Melakukan pengobatan dasar dan sederhana pada peserta posbindu dan posyandu lansia yang
mengalami gejala ringan seperti myalgia, ispa , alergi, dan memberikan pengobatan awal pada peserta
yang terdiagnosis hipertensi.

• Hasil kegiatan :

- Terdapat 10 orang dengan hipertensi

- Terdapat 6 orang dengan Diabetes mellitus

MONEV

- Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi masih berlangsung. (masih banyak
warga yang tidak menggunakan masker)

- Pengetahuan kader mengenai PTM masih kurang, sehingga perlu dilakukan program untuk
meningkatkan kader sehingga kader dapat lebih berperan dalam mengedukasi warga.

- Pencatatan mengenai hasil screening sudah dilakukan dengan baik oleh kader.

- Kader harus melakukan follow up pada peserta yang menderita PTM ( 10 penderita hipertensi
dan 6 orang penderita DM)

5. Penyuluhan, Screening , dan Pemberian tablet rifampisin pada warga di Desa Bodang

Latar belakang

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks.
Masalah yang dimaksud bukan hanya dari segi medis tetapi meluas sampai masalah sosial, ekonomi,
budaya, keamanan dan ketahanan nasional. Provinsi Jawa Timur merupakan wilayah high endemic kusta
di Indonesia (CDR > 10/100.000 penduduk) atau dengan kata lain jumlah kasus baru lebih dari 1000
orang per tahun

Penyakit kusta sampai saat ini masih ditakuti masyarakat, keluarga termasuk sebagian petugas
kesehatan. Hal ini disebabkan masih kurangnya pengetahuan/ pengertian, kepercayaan yang keliru
terhadap kusta dan cacat yang ditimbulkannya. Dengan kemajuan teknologi dibidang promotif,
pencegahan, pengobatan serta pemulihan kesehatan dibidang penyakit kusta, maka penyakit kusta
sudah dapat diatasi dan seharusnya tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.Akan tetapi
mengingat kompleksnya masalah penyakit kusta, maka diperlukan program penanggulangan secara
terpadu dan menyeluruh dalam hal pemberantasan, rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial ekonomi dan
pemasyarakatan eks pederita kusta

Kinerja petugas kesehatan terkait program pengendalian kusta dapat mempengaruhi penderita kusta
dalam memperoleh pengobatan segera karena keterlambatan dalam diagnosis. Hasil penelitian Ferreira
dkk memberikan kesimpulan bahwa kecacatan kusta berhubungan dengan keterlambatan diagnosis
pada penderita kusta. Salah satu penyebabnya adalah kurangnya upaya penemuan penderita secara
aktif, karena umumnya penemuan kasus baru hanya dilakukan dengan menunggu penderita yang
datang secara sukarela di Puskesmas atau layanan kesehatan lainnya. Upaya penemuan penderita baru
secara pasif dengan kondisi proporsi cacat tingkat II yang tinggi tidak akan meningkatkan angka
penemuan penderita baru. Upaya penemuan penderita baru oleh petugas Puskesmas di masyarakat
dapat dilakukan dengan melakukan kunjungan ke rumah pasien yang baru ditemukan.

Permasalahan

1. Ditemukan penderita kusta disuatu wilayah ,


2. kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar mengenai penyakit kusta
3. Kurangnya upaya penemuan penderita kusta secara aktif

Perencanaan dan intervensi

1. Dilakukan penyuluhan mengenai penyakit kusta dilingkungan sekitar tempat tinggal pasien yang
telah terdiagnosis kusta

2. Dilakukan pemeriksaan atau screening penyakit kusta dengan tujuan diagnosis dini

3. Memberikan profilaksis kepada masyarakat setempat dengan memberikan tablet rifampisin

Pelaksanaaan

• Kegiatan dilaksanakan di desa Bodang pada tanggal 29 maret 2021 pukul 09.00 – 11.00

• Kegiatan dihadiri oleh 23 warga yang berdomisili disekitar tempat tinggal penderita kusta

• Kegiatan yang dilakukan :

1. Memberikan penyuluhan mengenai penyakit kusta


2. Melakukan pemeriksaan terhadap warga yang datang

3. Memberi warga tablet rifampisin dan harus diminum di depan petugas

Monev

1. Kegiatan yang telah dilakukan hanya dihadiri oleh para ibu - ibu dan juga anak – anak, alangkah
lebih baik jika para bapak - bapak ikut serta dalam penyuluhan, pemeriksaan ,dan pemberian tablet
rifampisin sehingga kegiatan dapat berjalan efektif

2. Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi masih berlangsung. (masih banyak
warga yang tidak menggunakan masker)

3. Seharusnya selain memberikan penyuluhan secara oral dan visual para peserta yang hadir
diberikan pamflet atau selebaran mengenai penyakit kusta.

F1
F1.1 Jenis Kegiatan : F1

Judul Lap. Promosi Kesehatatan tentang Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS) di ponpes nurut tulab
LATAR Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini
BELAKANG
terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit

berbasis lingkungan yang secara epidemiologis masih tinggi di Indonesia

.Data Departemen Kesehatan menyebutkan sebanyak 30 ribu desa di 440

kabupaten di Indonesia memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Masih

banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat,

sehingga angka kesakitan masyarakat sangat tinggi terutama diare, demam

berdarah dan tipoid.


PERMASALAHA masih banyak pesantren yang belum memenuhi standart Perilaku
N
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Salah satu contoh akibat tidak

menerapkan PHBS seperti semakin banyaknya penderita penyakit

menular seperti scabies (penyakit kulit), kudis, diare, ISPA. Hal ini
sering di alami para santri di ponpok pesantren.
PERENCANAAN 1. Melakukan penyuluhan tentang cara cuci tangan yang benar,
DAN
INTERVENSI cara sikat gigi dan waktu sikat gigi yang benar, cara menjaga

kebersihan kamar dan tubuh serta kebiasaan sehat lainnya.

2. Melakukan pemeriksaan singkat kepada para santri mengenai

pemeriksaan kebersihan kuku, kulit dan gigi


PELAKSANAAN Pelaksanaaan
• Kegiatan dilaksanakan di pondok pesantren Nurut tulab di desa
kalisemut pada tanggal 17 maret 2021 pukul 08.00 – 11.00
• Kegiatan dihadiri oleh 26 santri
• Kegiatan yang dilakukan :
1. Memberikan penyuluhan mengenai cara mencuci tangan, cara
sikat gigi yang benar, penyuluhan mengenai kebersihan kulit, kuku
serta kebersihan tubuh lainnya serta memberikan penyuluhan
mengenai kebrsihan kamar
2. Melakukan pemeriksaan pemeriksaan singkat kepada para
santri mengenai pemeriksaan kebersihan kuku, kulit , rambut dan gigi
3. jika pada pemeriksaan terdapat masalah kesehatan pada santri
(ex; gigi berlubang, scabies dll) maka santri tersebut dicatat namanya
dan dilaporkan kepada pengurus pondok pesantren. Pengurus pondok
pesantren dianjurkan untuk membwa santri tersebut ke puskesmas
untuk dilakukan penanganan lebih lanjut.

MONEV 1. Pengurus pondok pesantren tidak mendampingi santrinya selama


diberikan penyuluhan, seharusnya pendamping ikut mendengarkan untuk
menambah pengetahuan
2. Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi masih
berlangsung.
3. Selain memberikan penyuluhan kepada santri seharusnya juga
memberikan penyuluhan terhadap pengurus atau manajemen ponpes agar
manajemen ponpes tersebut dapat meningkatkan PHBS dilingkungan
pondok pesantrennya.
4. kader harus memfollow up (memfollow up para santri yang ada masalah
kesehatan dan senantiasa mengingatkan jika para santri tersebut tidak
dating ke puskesmas)

F1.2 Jenis Kegiatan : F1

Judul Lap. Promosi Kesehatatan tentang Perilaku Hidup Bersih


dan Sehat (PHBS) di SDN 01 tanggung
LATAR Perilaku hidup bersih dan sehat di Indonesia saat ini masih rendah, hal ini
BELAKANG terkait dengan berbagai permasalahan kesehatan atau penyebaran penyakit

berbasis lingkungan yang secara epidemiologis masih tinggi di Indonesia

.Data Departemen Kesehatan menyebutkan sebanyak 30 ribu desa di 440

kabupaten di Indonesia memiliki sanitasi lingkungan yang buruk. Masih

banyak kabupaten yang masyarakatnya belum berperilaku hidup sehat,

sehingga angka kesakitan masyarakat sangat tinggi terutama diare, demam

berdarah dan tipoid. Sekolah merupakan institusi pendidikan yang menjadi

target PHBS, karena terdapat banyak data yang menampilkan bahwa

sebagian besar penyakit yang sering diderita anak usia sekolah (usia 6–10)

ternyata berkaitan dengan PHBS.


PERMASALAHA masih banyak sekolah- sekolah yang belum memenuhi standart
N
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Hasil observasi lapangan

banyak sekali murid yang tidak menerapkan kebiasaan mencuci tangan

menggunakan air mengalir sebelum makan, kantin yang membiarkan

makanan terbuka dan ruangan kantin yang cukup sempit, tempat sampah

yang sudah tidak layak digunakan, kebiasaan guru yang masih merokok dan

kurangnya media informasi kesehatan seperti poster dan leaflet sebagai

sarana edukasi kesehatan.

PERENCANAAN 1. Melakukan penyuluhan tentang cara cuci tangan yang benar,


DAN
INTERVENSI tidak jajan sembarangan, memotong kuku secara berkala

2. Melakukan pemeriksaan singkat kepada siswa mengenai

pemeriksaan kebersihan kuku dan kebersihan gigi


PELAKSANAAN Pelaksanaaan
• Kegiatan dilaksanakan di SDN 01 Tanggung pada tanggal 9
April 2021 pukul 08.00 – 11.00
• Kegiatan dihadiri oleh 40 siswa ( siswa kelas 3 dan kelas 4)
• Kegiatan yang dilakukan :
1. Memberikan penyuluhan mengenai cara mencuci tangan, cara
sikat gigi yang benar, penyuluhan mengenai kebersihan kuku dan
penyuluhan mengenai membuang sampah pada tempatnya.
2. Melakukan pemeriksaan pemeriksaan singkat kepada para
santri mengenai pemeriksaan kebersihan kuku dan gigi
3. jika pada pemeriksaan terdapat masalah kesehatan pada
siswa(ex; gigi berlubang ) maka siswa tersebut dicatat namanya dan
dilaporkan terhadap guru serta diberikan surat atau catatan untuk
datang ke puskesmas agar mendapat penatalaksanaan lebih lanjut.

MONEV 1. kurangnya sarana edukasi /poster/ baner mengenai PHBS disekolah. Perlu
dilakukan advokasi pada pihak sekolah agar dapat memfasilitasi sehingga
phbs disekolah dapat berjalan dengan baik ( missal perlu ditambahkan
tempat sampah, penambahan tempat mencuci tangan, memberikan sarana
kantin yang sehat)
2.Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi masih
berlangsung. Masih banyak siswa yang melepas masker .
3. Perlunya dilakukan survey terhadap kebersihan sekolah dan survey
apakah indicator PHBS disetiap sekolah sudah tercapai atau belum.

F1.3 Jenis Kegiatan : F1

Judul Lap. Penyuluhan Promosi Kesehatatan tentang HIV-AIDS


di SMPN 01 Padang
LATAR Menurut survei BKKBN 56% remaja telah melakukan hubungan seks
BELAKANG
pranikah. Penularan HIV dan AIDS di Indonesia masih tergolong tinggi,

terutama di usia produktif. Survei Litbang Kesehatan bekerjasama dengan

UNESCO menunjukkan sebanyak 5,6% remaja Indonesia sudah melakukan

seks pranikah. Dalam penelitian menunjukkan bahwa rendahnya

pengetahuan HIV/AIDS dikalangan remaja mempengaruhi sikap remaja pada

perilaku seksual pranikah sehingga dapat meningkatkan kerentanan remaja

untuk tertular HIV/AIDS.


PERMASALAHA 1. Maraknya seks bebas dikalangan remaja
N
2. Banyaknya para remaja yang hamil diluar nikah (hamil usia

dini)

3. Rendahnya pengetahuan remaja mengenai bahaya yang


dirimbulkan akibat seks bebas , salah satunya tertular HIV
PERENCANAAN 1. Melakukan penyuluhan mengenai bahaya seks bebas
DAN
INTERVENSI 2. Melakukan penyuluhan mengenai apa itu HIV (definisi, cara

penularan, gejala, cara mencegah, dll)


PELAKSANAAN Pelaksanaaan
• Kegiatan dilaksanakan di SMP 01 Padang pada tanggal 20
April 2021 pukul 08.00 – 11.00
• Kegiatan dihadiri oleh 50 siswa (siswa kelas 2 dan kelas 3)
• Kegiatan yang dilakukan :
1. Memberikan penyuluhan mengenai bahaya seks bebas .
2. Memberikan penyuluhan mengenai HIV ( definisi, gejala, cara
penularan, cara pencegahan , dll)
MONEV 1. remaja masih banyak yang tidak tahu sama sekali mengenai apa itu
HIV  jadi sebaiknya pendidikan seks harus diberikan secara berkala
dan jangan dianggap tabu karna hal tersebut sangat penting.
2.Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi masih
berlangsung. Masih banyak siswa yang melepas masker
3. Selain diberikan metode penyuluhan ceramah sebaiknya juga
diberikan selebaran atau pamflet agar nanti dapat dibaca ulang.

F3

F3.1 Jenis Kegiatan :

Judul Lap.
Kelas Ibu hamil di desa mojo kecamatan padang

LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kematian
ibu yang masih tinggi. Dalam rangka penurunan AKI maka dilakukanlah

berbagai upaya kesehatan untuk ibu yang salah satunya yaitu kelas ibu hamil.

Kelas ibu hamil ini merupakan sarana belajar bersama bagi ibu hamil tentang

kesehatan yang dilakukan dengan bentuk tatap muka dalam kelompok yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan

komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam hamil.
PERMASALAHA 1. Meningkatnya angka kematian AKI di kabupaten Lumajang
N
khususnya di kecamatan Padang

2. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kehamilan,

persalinan

3. Banyaknya ibu hamil dengan usia dini dimana pengetahuan

mengenai kehamilan sangat kurang


PERENCANAAN 1. Memberikan kelas ibu hamil secara rutin guna meningkatkan
DAN
INTERVENSI pengetahuan masyarakat mengenai kehamilan.

2. Mengajak para ibu hamil diskusi atau sharing mengenai

kehamilannya
PELAKSANAAN  Kelas ibu hamil dilaksanakan pada tanggal 31 maret 2021 di

desa mojo pada pukul 08.30 – 11.00

 Kegiatan dihadiri oleh 13 orang ibu hamil

 Kegiatan yang dilakukan

1. Memberikan materi mengenai kehamilan ( gizi seimbang

bumil, istirahat yang cukup, aktivitas fisik yang boleh

dilakukan, tanda bahaya kehamilan, masalah – masalah

pada kehamilan, pentingnya rutin ANC, pentingnya


meminum obat tablet tambah darah secara rutin dll)

2. Melakukan sesi tanya jawab seputar kehamilan

3. Memberikan kesempatan kepada beberapa ibu hamil yang

bersedia untuk menceritakan pengalaman kehamilannya.


MONEV 1. Kelas Ibu hamil harus dilakukan secara rutin

2. Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama pandemi

masih berlangsung. Masih banyak bumil yang kadang – kadang

menurunkan masker

3. Kader harus selalu memfollow up anggotanya untuk rutin ANC

ke puskesmas atau ke bidan desa

4. Kader juga sebaiknya diberikan materi lebih dalam mengenai

kehamilan dan persalinan karena pengetahuan kader juga

masih rendah.

F3.2 Jenis Kegiatan :

Judul Lap.
Kelas Ibu hamil di desa Kalisemut kecamatan padang

LATAR BELAKANG Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan angka kematian

ibu yang masih tinggi. Dalam rangka penurunan AKI maka dilakukanlah

berbagai upaya kesehatan untuk ibu yang salah satunya yaitu kelas ibu hamil.

Kelas ibu hamil ini merupakan sarana belajar bersama bagi ibu hamil tentang

kesehatan yang dilakukan dengan bentuk tatap muka dalam kelompok yang
bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, persalinan, nifas, KB pasca persalinan, pencegahan

komplikasi, perawatan bayi baru lahir dan aktivitas fisik atau senam hamil.
PERMASALAHA 1. Meningkatnya angka kematian AKI di kabupaten
N
Lumajang khususnya di kecamatan Padang

2. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai kehamilan,

persalinan

3. Banyaknya ibu hamil dengan usia dini dimana pengetahuan

mengenai kehamilan sangat kurang


PERENCANAAN 1. Memberikan kelas ibu hamil secara rutin guna
DAN
INTERVENSI meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai

kehamilan.

2. Mengajak para ibu hamil diskusi atau sharing mengenai

kehamilannya
PELAKSANAAN  Kelas ibu hamil dilaksanakan pada tanggal 23 April 2021 di

desa kalisemut pada pukul 08.30 – 11.00

 Kegiatan dihadiri oleh 15 orang ibu hamil

 Kegiatan yang dilakukan

- Memberikan materi mengenai kehamilan ( gizi

seimbang bumil, istirahat yang cukup, aktivitas fisik

yang boleh dilakukan, tanda bahaya kehamilan,

masalah – masalah pada kehamilan, pentingnya rutin

ANC, pentingnya meminum obat tablet tambah darah

secara rutin dll)

- Melakukan sesi tanya jawab seputar kehamilan


- Memberikan kesempatan kepada beberapa ibu hamil

yang bersedia untuk menceritakan pengalaman

kehamilannya.
MONEV 1. Kelas Ibu hamil harus dilakukan secara rutin

2. Tetap lakukan protokol kesehatan COVID-19 selama

pandemi masih berlangsung. Masih banyak bumil yang

kadang – kadang menurunkan masker

3. Kader harus selalu memfollow up anggotanya untuk

rutin ANC ke puskesmas atau ke bidan desa

4. Kader juga sebaiknya diberikan materi lebih dalam

mengenai kehamilan dan persalinan karena

pengetahuan kader juga masih rendah.

F3.3 Judul Lap.


Kunjungan Neonatus Resiko Tinggi (NEORISTI) di desa Padang Kecamatan Padang

LATAR Bayi yanag berusia kurang dari satu bulan memiliki risiko gangguan
BELAKANG
kesehatan paling tinggi, berbagai masalah kesehatan dapat muncul

sehingga tanpa adanya penanganan yang tepat, bisa berakibat fatal.

Kematian neonatal memiliki kontribusi terhadap kematian bayi sebesar

59% di usia 0-28 hari. Berdasarkan hasil survei Kementerian

Kesehatan RI tahun 2012, Angka Kematian Neonatus (AKN) sebesar

19 per 1.000 kelahiran hidup. Tingginya angka kematian bayi di

Indonesia mempunyai hubungan kuat dengan tidak adekuatnya

keadaan ibu, perawatan selama kehamilan, perawatan selama bersalin


dan perawatan selama neonatus. Sebanyak 2/3 kematian bayi dapat

dicegah jika bayi baru lahir mendapat perawatan yang efektif melalui

kunjungan rumah.
PERMASALAHA 1. Masih tingginya kasus AKB (Angka Kematian Bayi )di
N
kecamatan Padang

2. Kurangnya kesadaran masyarakat untuk selalu memeriksakan

bayinya ke bidan atau puskesmas

Rendahnya pengetahuan dan pemahaman masyarakat

mengenai perawatan bayi baru lahir yang benar.


PERENCANAAN 1. melakukan kunjungan langsung door to door ke rumah Ibu
DAN
INTERVENSI yang memiliki neonatus kemudian melakukan pemeriksaan dan

pemantauan pada neonatusnya.

2. Memberikan penyuluhan singkat mengenai perawatan bayi

baru lahir yang benar kepada ibu dan kleuarga dirumah.


PELAKSANAAN  kunjungan dilaksanakan di desa padang kecamatan Padang

pada tanggal 27 april 2021 pukul 09.00 – 10.30

 kunjungan dilakukan oleh dokter intership dan bidan

dipuskesmas padang

 kegiatan yang dilakukan :

1. melakukan anamnesis lengkap mengenai kondisi neonatus

maupun ibu ( mengenai keluhan, minum bayi, BAK, BAB ,

dll)

2. melakukan pemeriksaan lengkap terhadap neonatus sesuai

dengan standart (pemantauan BB juga dilakukan karena

neonates yang dikunjungi BBLR)


3. mencatat hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik pada buku

KMS atau lembar pemantauan neonates

4. memberikan penyuluhan singkat mengenai perawatan bayi

baru lahir yang benar


MONEV 1. setiap minggu dilakukan monitoring langsung ke rumah ibu

yang memiliki neonatus, berupa (Tanda Vital, status gizi,) dan

keluhan atau risiko tinggi lainnya

2. libatkan bidan desa maupun kader dalam melakukan kunjungan

Anda mungkin juga menyukai