I V
I V
SKRIPSI
Oleh :
MUKRIANI
NIM: 09C20201064
vi
BAB I
PENDAHULUAN
pemerintah atau swasta merupakan suatu keharusan. Jasa Cleaning Service sangat
dapat dilihat pada kebersihan lingkungan, sehingga terciptanya kenyamanan bagi para
karyawan/pekerja.
jendela dan dinding-dinding di bagian luarnya. Cleaning Service juga sering kali
harus bekerja ekstra saat acara-acara tertentu yang diadakan oleh kantor. Tuntutan
loyalitas dan penuh tanggung jawab sangat ditekankan pada pekerja Cleaning
Pada rumah sakit, baik Rumah Sakit Badan Usaha Milik Negara (RS BUMN)
atau Rumah Sakit milik swasta, beban pekerjaan Cleaning Service lebih berat. Ini
disebabkan karena pasien datang dan keluar silih berganti. Tentunya pasien-pasien
memiliki sampah di dalam ruangan, baik sampah makanan maupun yang lain.
masyarakat akan datang menjenguk kerabat yang sakit ke rumah sakit. Secara
otomatis akan meninggalkan sampah sisa makanan atau yang lainnya. Pekerjaan
cleaning service sangat diperlukan untuk mewujudkan kondisi rumah sakit yang
1
2
bersih dan sehat yang berdampak secara langsung terhadap peningkatan kualitas
pelayanan di rumah sakit. Setiap sudut ruangan dan lantai rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih, terutama di Instalasi Gawat Darurat dan Ruang Bedah.
Kegiatan cleaning service termasuk sistem kegiatan di rumah sakit yang harus
mendapat perhatian yang spesifik. Untuk itu pekerja dituntut kedisiplinan yang tinggi.
Penerapan peraturan yang adil sebagai dasar untuk perlindungan baik individu
maupun kelompok, karena tanpa peraturan yang jelas dapat dipastikan kerjasama
Dalam kegiatannya yang dituntut loyal, para cleaning service di rumah sakit
dihadapkan pada tingkat kesejahteraannya. Dalam hal ini, peneliti memilih Rumah
Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh sebagai objek penelitian.
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka pada kesempatan ini peneliti
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, pokok masalah dalam
Dhien Meulaboh?
1. Bagi Akademisi
b. Sebagai salah satu sumber referensi bagi kepentingan ilmu dalam mengatasi
2. Bagi Praktisi
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
4
Untuk memberikan gambaran yang jelas dalam penulisan skripsi ini, maka
Bab I : Pendahuluan
Bab ini berisi teori-teori yang mendasari masalah dan teori-teori yang
mendukung.
kredibilitas data.
Bab ini memuat uraian hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA
hubungan antara penelitian yang akan dilakukan sebelumnya dengan yang akan
dilakukan. Di bawah ini peneliti akan memberikan kesimpulan hasil penelitian yang
pernah dilakukan.
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan sudah pernah diteliti oleh Ayu Mega
Surakarta”. Menurut penelitian Mega Yesica Sukirman, hasil yang diperoleh dari
Penelitian tentang kesejahteraan karyawan juga pernah diteliti oleh Putra Adri
Karyawan di PTPN IV Kebun Air Batu”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
5
6
oleh Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P terletak pada pengaruh
penelitian Ayu Mega Yesica Sukirman dan Putra Adri Ananda P adalah terletak pada
umum, maka kali ini peneliti lebih spesifik tinjauannya pada pekerja Cleaning
Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
2.2 Kesejahteraan
Karyawan adalah aset perusahaan karena tanpa adanya sumber daya manusia maka
perusahaan tidak akan bisa berjalan, begitu juga karyawan tidak dapat menunjang
sekaligus implementasi dari disiplin ilmu yang mereka miliki sendiri. Maka
tenaga kerja. Jaminan sosial tenaga kerja dilaksanakan sesuai dengan peraturan
kemampuan perusahaan.
7
Setiap orang yang hidup selalu menginginkan kesejahteraan dalam hidup sebab
dengan kesejahteraan hidupnya akan menjadi tenang dan tentram. Menurut Hasibuan
(2005: h.186), kesejahteraan adalah balas jasa lengkap (materi dan non materi yang
produktifitas meningkat.
karyawan merupakan balas jasa yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan,
baik yang berbentuk uang, barang maupun jasa layanan lainnya yang dapat
merupakan suatu program yang menitik beratkan terhadap pekerjaan dan lingkungan
kerja. Kesejahteraan adalah asal kata dari sejahtera, bahwa sejahtera adalah aman
sentosa dan makmur, selamat (terlepas dari segala macam gangguan, kesukaran dan
didasarkan kepada keanggotanya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Mariot, 2005: h.279). Tujuannya
untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik dan mental karyawan, agar
sebaiknya sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh perusahaan dan tidak
keluarganya.
keperawatan karyawan yang sakit, bantuan uang untuk tabungan, pembagian saham,
kebutuhan atau keperluan yang bersifat jasmaniah dan rohaniah, baik di dalam
maupun di luar hubungan kerja, yang secara langsung atau tidak langsung dapat
mempertinggi produktivitas kerja dalam lingkungan kerja yang aman dan sehat (UU
didasarkan pada keanggotaannya sebagai bagian dari organisasi serta pegawai sebagai
9
kehidupannya secara normal dan bekerja lebih baik (Efendi Hariandja, 2002: h.76).
a) Persamaannya :
2005:h.45).
b). Perbedaannya :
dapat ditiadakan.
Hal-hal tersebut mendorong manajer yang kreatif memberikan balas jasa secara
membayar upah pekerja sesuai Upah Minimum Provinsi (UMP), serta jaminan sosial
dan hal lain yang diatur dalam UU Republik Indonesia tentang Ketenagakerjaan.
keluarganya.
manusia.
h.54).
11
2.2.3 Kompensasi
yang berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan serta kompensasi yang tidak
berkaitan langsung dengan prestasi kerja karyawan tetapi diberikan oleh pihak
atau tidak langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
kepada perusahaan (Hasibuan, 2005: h.118). Imbalan atau kompensasi adalah faktor
penting yang mempengaruhi bagaimana dan mengapa orang-orang bekerja pada suatu
berdasarkan jumlah jam kerja, semakin banyak jam kerja semakin besar upah
kerja
2. Program insentif, imbalan yang diterima karyawan selain gaji dan upah antara
cukup tinggi dalm bentuk fasilitas yang diberikan perusahaan seperti kendaraan
lain:
2. Kepuasan Kerja
Dengan balas jasa, karyawan akan dapat memenuhi kebutuhan fisik, status
3. Pengadaan efektif
4. Motivasi
Jika balas jasa yang diberikan cukup besar, manajer akan lebih mudah
memotivasi bawahannya.
5. Stabilitas Karyawan
13
Dengan program kompensasi atas prinsip adil dan layak serta eksternal
kecil.
6. Disiplin
Dengan pemberian balas jasa yang cukup besar maka disiplin karyawan akan
lebih baik.
dihindarkan.
8. Pengaruh Pemerintah
Jika pencari kerja lebih banyak dari pada lowongan pekerjaan, maka
kompensasi relatif lebih kecil. Sebaliknya jika pencari kerja lebih sedikit dari
semakin besar. Sebaliknya jika serikat buruh tidak kuat maka tingkat
Jika produktivitas kerja karyawan baik maka kompensasi akan semakin besar.
Apabila biaya hidup di daerah itu tinggi, maka tingkat kompensasi semakin
besar. Sebaliknya, jika tingkat biaya hidup di daerah rendah maka tingkat
tanggung jawabnya.
Jika pendidikan lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama maka gaji/balas
jasa akan semakin besar. Sebaliknya karyawan yang berpendidikan lebih rendah
maju (depresi) maka tingkat upah akan rendah, karena terdapat banyak
Apabila jenis dan sifat pekerjaan yang sulit dan penuh resiko (finansial,
kecakapan dan keahlian untuk mengerjakannya. Sebaliknya bila jenis dan sifat
2.2.4 Insentif
pembayaran yang dikaitkan dengan kinerja dan gain sharing, sebagai pembagian
Sistem ini merupakan bentuk lain dari kompensasi langsung di luar gaji dan upah
Tujuan utama insentif adalah untuk memberikan tanggung jawab dan dorongan
kepada karyawan dalam rangka meningkatkan kualitas dan kuantitas hasil kerjanya.
pokok bagi individu yang dapat mencapai standar prestasi tertentu. Insentif
individu bisa berupa upah per output (misalkan menggunakan per potong) dan
2. Insentif Kelompok
melebihi standar yang ditetapkan. Para anggota kerja dapat dibayar dengan tiga
cara, yaitu (a) seluruh anggota menerima pembayaran yang sama dengan yang
diterima oleh mereka yang paling tinggi prestasi kerja, (b) semua anggota
oleh mereka yang paling rendah prestasi kerjanya, (c) seluruh anggota
diterima kelompok.
Program insentif adalah salah satu cara untuk memungkinkan seluruh pekerja
dengan kinerja sedemikian rupa sehingga pembayaran itu mengikuti tujuan karyawan
dan perusahaan.
17
2.2.5 Kinerja
hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang
dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai suatu tujuan organisasi dalam
Kinerja sering disebut juga dengan prestasi kerja, unjuk kerja atau
performance. Kata kinerja merupakan kata yang sering mendapat perhatian khusus
oleh setiap individu, kelompok maupun perusahaan. Hal ini berarti kata kinerja
menunjukkan suatu hasil perilaku kualitatif dan kuantitatif yang terpilih. Kinerja
adalah perangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta
pelaksanaan suatu pekerjaan yang ada pada diri pekerja yang diminta. Kinerja
dinyatakan baik dan jika tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik.
sepenuhnya dikendalikan oleh manajemen seperti desain kerja (tugas atau aktivitas
kerja, dan sebagainya), dan tujuan-tujuan kinerja (yang seharusnya terkait dengan
tujuan-tujuan pekerjaan). Itu semua memiliki efek langsung pada tingkat dan sifat
bagi personil dalam bentuk gaji, tunjangan, jaminan pekerjaan, pengakuan dari teman
kerja dan atasan, serta kesempatan promosi bagi karyawan. Para karyawan umumnya
motivasi (motivation).
Oleh sebab itu pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan sesuai dengan
keahliannya (the right man in the righ place, the right man on the right job).
b. Faktor motivasi
suatu perasaan yang menyokong atau tidak menyokong diri pegawai yang
berhubungan dengan pekerjaan melibatkan aspek-aspek seperti upah atau gaji yang
Sedangkan perasaan yang berhubungan dengan dirinya, antara lain umur, kondisi
19
kesehatan, kemampuan, pendidikan. Pegawai akan merasa puas dalam bekerja bila
Menurut teori ini, puas atau tidak puasnya pegawai merupakan hasil dari
dirasakan seimbang (equity) maka pegawai tersebut akan merasa puas. Tetapi,
Menurut teori ini mengukur kepuasan dapat dilakukan dengan cara menghitung
selisih antara apa yang seharusnya dengan kenyataan yang dirasakan pegawai.
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau
Dua faktor yang dapat menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas
dengan hasil khusus. Hal ini menggambarkan bahwa keputusan pegawai yang
Pengharapan merupakan suatu aksi yang berhubungan dengan hasil, dari range
0-1. Jika pegawai merasa tidak mungkin mendapatkan hasil maka harapannya
a. Turnover
lebih tinggi.
(absen) tinggi. Mereka sering tidak hadir kerja dengan alasan yang tidak logis
dan subjektif.
c. Umur
Ada kecenderungan pegawai yang tua lebih merasa puas dari pada pegawai
yang berumur relatif muda. Hal ini diasumsikan bahwa pegawai yang tua lebih
pegawai usia muda biasanya mempunyai harapan ideal tentang dunia kerjanya,
d. Tingkat pekerjaan
cenderung lebih puas dari pada pegawai yang menduduki tingkat pekerjaan
menunjukkan kemampuan kerja yang baik dan aktif dalam mengemukakan ide-
keterampilan.
b. Faktor sosial, merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi sosial antar
c. Faktor fisik, merupakan faktor yang berhungan dengan kondisi fisik karyawan
sebagainya.
Produktivitas adalah sikap mental yang selalu disertai pandangan bahwa mutu
kehidupan hari ini lebih baik dari hari kemarin dan esok lebih baik dari hari ini.
2008: h.13). Jika tenaga kerja tidak mempersepsikan ganjaran intrinsik dan
eksintrik berasosiasi dengan prestasi kerja, maka kenaikan dalam prestasi tak
Motivasi untuk hadir dipengaruhi oleh kepuasan kerja dalam kombinasi dengan
jawab pekerjaan.
sehingga peningkatan dari yang satu dapat meningkatkan yang lain dan
sebaliknya yang satu mempunyai akibat yang negatif juga pada yang lain.
dari sebuah gedung atau bangunan baik di dalam (indoor) atau pun di luar
dalam aktifitas sehari-hari sebagai tujuan jangka pendeknya, dan sebagai tujuan
jangka panjangnya adalah untuk mempertahankan (life of time) semua benda yang
a. Rumah sakit dapat dimiliki dan diselenggarakan oleh pemerintah atau swasta
a) Departemen Kesehatan
b) Pemerintah Daerah
c) ABRI
a). Yayasan
Keuangan rumah sakit BUMN dan rumah sakit pemerintah prosedurnya hampir
sama yaitu income akan disetor ke induk BUMN bersangkutan. Semuanya ditunjang
oleh BUMN bersangkutan, mulai dari bangunan rumah sakitnya sampai fasilitas
kesehatan serta keuangannya. Maka dalam mengelola asetnya harus mengikuti aturan
pemerintah melalui Keppres. Disamping itu juga harus dianggarkan paling sedikit
satu tahun sebelumnya dan minta persetujuan dari pihak-pihak terkait lainnya. Bila
disetujui baru bisa diadakan pengadaan barang dan jasa sesuai dengan regulasi yang
ditetapkan.
Rumah sakit yang didirikan oleh pemerintah dan pemerintah daerah harus berbentuk
unit Pelaksana Teknis dari instansi yang bertugas di bidang kesehatan, instansi
tertentu, atau lembaga daerah dengan pengelolaan Badan Layanan Umum (BLU) atau
25
perundang-undangan.
pendapatan itu untuk membelanjakan pengeluaran yang bahkan tidak terdapat dalam
anggaran. Bisa melakukan pengadaan barang tanpa harus mengacu pada regulasi
ketiga dalam bentuk utang untuk membiayai investasi atau hanya sekedar menutup
karyawan rumah sakit dan sederet fleksibilitas lainnya yang hanya ia peroleh tatkala
1. Kelas A
Izin rumah sakit kelas A dan rumah sakit penanaman modal asing atau
daerah provinsi
2. Kelas B
Izin rumah sakit kelas B diberikan oleh Pemerintah Daerah Provinsi setelah
3. Kelas C
4. Kelas D
26
Izin rumah sakit kelas C dan kelas D diberikan oleh Pemerintah Daerah
Pekerja Cleaning Service di rumah sakit adalah orang yang dibayar pihak
rumah sakit atau pihak ketiga (perusahaan) untuk selalu menjaga situasi rumah sakit
Menurut Suparto Adikoesoemo (2003: h.22), ada tiga jenis tenaga kerja di
Karyawan full timer adalah karyawan yang termasuk di dalam core business
(bisnis inti) misalnya: perawat, analis, pinata rontgen, dokter dan sebagainya.
Tenaga part timer (paruh waktu) biasanya dokter ahli yang tidak banyak atau
Kontrak adalah karyawan yang tidak begitu penting dalam usaha ini dan
Adapun tugas-tugas yang harus dilakukan oleh setiap Cleaning Service adalah
sebagai berikut :
27
1. Kamar Mandi
Kebersihan kamar mandi rumah sakit harus sangat dijaga sebagai salah satu
tujuan untuk sanitasi lingkungan. Sangat perlu diperhatikan disini adalah mangkuk
toilet dan tuas menyiram urine yang merupakan tempat yang sangat potensial bagi
kuman dan bakteri yang berbahaya, gagang pintu kamar mandi dan daun pintu kamar
mandi juga harus sering dibersihkan mengingat adanya bakteri dari sentuhan tangan
dari seorang pasien yang dapat menular ke pasien lainnya. Kemudian kamar mandi
2. Kamar Pasien
disinfektan. Disini ditujukan pada pasien yang dapat membawa kuman menular dan
kemudian dipindahkan ke seluruh daerah ruangan baik berupa sentuhan dan lain-lain.
Sisi dan depan tempat tidur harus selalu didisinfeksi. Terutama tempat tidur pasien
bantuan, meja, laci, dan gagang pintu. Pembersihan barang-barang tersebut bertujuan
untuk menghindari resiko baik itu virus dan bakteri yang dapat menginfeksi pasien
3. Mengangkut sampah
Menurut Yoga dkk, (2007: h.19) pengangkutan sampah dalam gedung dimulai
sampah atau lift pada setiap sudut bangunan. Dalam strategi pembuangan limbah
peralatan pengangkutan limbah klinis. Peralatan pengangkutan harus jelas dan diberi
label, dibersihkan secara regular dan hanya digunakan untuk mengangkut sesuai
jenisnya.
Agar tidak tertular penyakit di rumah sakit, petugas cleaning service harus
menggunakan alat pelindung diri. Perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
petugas cleaning service harus menutupi bagian-bagian tubuh petugas mulai dari
kepala hingga telapak kaki. Alat atau perlengkapan pelindung diri yang dipakai oleh
a) Sarung tangan
tangan petugas.
Agar sarung tangan dapat dimanfaatkan dengan baik, maka sarung tangan
sebaiknya steril, atau tidak robek dan berlubang, serta ukurannya sesuai dengan
ukuran tangan petugas agar gerakan tangan atau jari selama melaksanakan
b) Masker
cukup lebar karena harus menutup hidung, mulut, hingga rahang bawah.
c) Alas kaki
bersentuhan dengan cairan yang menetes atau benda tajam yang terjatuh. Alas
kaki tersebut dapat berupa sepatu bot terbuat dari bahan kulit atau karet.
material. Berfungsi untuk melindungi kepala dari benda yang jatuh, terbang,
korosit, debu, iklim yang buruk serta menjaga kebersihan kepala dan rambut.
e) Pakaian
Pakaian yang baik adalah yang melindungi pekerja dan sangat baik bila
METODOLOGI PENELITIAN
kualitatif secara deskriptif. Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan
sosial. Pada pendekatan ini, peneliti menekankan pada sifat realitas yang terbangun
secara sosial, hubungan erat antara peneliti dan subjek yang diteliti.
kualitatif, peneliti adalah kunci. Oleh sebab itu, peneliti harus memiliki pemahaman
teori dan referensi yang kuat, serta wawasan yang luas. Sehingga menguasai bahan
saat wawancara, mampu menganalisa dan mengkonstruksi objek yang diteliti menjadi
(RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh
Barat.
30
31
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini bersumber dari dua jenis data,
yaitu:
1. Data Primer
diperlukan yaitu para pekerja cleaning service di Rumah Sakit Cut Nyak Dhien
2. Data Sekunder
internet dan sumber lainnya yang berkaitan dengan kajian penelitian yang diteliti
penulis. Data sekunder dalam penelitian ini terdiri dari dokumen yang ada pada
1. Wawancara
daftar pertanyaan terlebih dahulu. Teknik wawancara yang digunakan pada penelitian
kecepatan bicara, sensitivitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan non verbal.
2. Observasi
Informasi diperoleh dari hasil observasi antara lain: tempat, pelaku, kegiatan,
objek, perbuatan, kejadian, waktu dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi
3. Dokumentasi
Secara detail, bahan dokumentasi terbagi beberapa macam, yaitu foto, daftar
wawancara terlebih dahulu berupa catatan, dokumen laporan dan dokumen lainnya.
penelitian adalah perangkat untuk menggali data primer dari responden sebagai
sumber data terpenting dalam sebuah penelitian survey. Instrumen penelitian ilmu
Semua jenis instrumen penelitian ini berisi rangkaian pertanyaan mengenai suatu hal
pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat
Pada penelitian ini, teknik analisa data yang digunakan adalah teknik analisa
dokumentasi yang diperoleh dari penelitian lapangan diolah dan dianalisis dengan
sesuai dengan kegiatan yang direncanakan. Ada tiga komponen analisis yang harus
dilakukan sebagai proses siklus, yaitu reduksi data, penyajian data, serta verifikasi
atau penarikan suatu kesimpulan. Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif
Pengumpulan data
Reduksi data
Penyajian data
Kesimpulan
Pada Gambar 3.1 Proses analisis interaktif dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Reduksi Data
tertulis di lapangan (Miles Huberman, 2007: h.17). Reduksi data ini bertujuan untuk
menganalisis data yang lebih mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
2. Penyajian Data
Verifikasi data adalah sebagian dari suatu kegiatan utuh, artinya makna-
makna yang muncul dari data telah disajikan dan diuji kebenarannya, kekokohannya,
pada pemahaman terhadap data yang disajikan dan dibuat dalam pernyataan singkat
dan mudah dipahami dengan mengacu pada pokok permasalahan yang diteliti.
1. Perpanjangan pengamatan
yang telah dilakukan, dirasakan data yang diperoleh masih kurang memadai.
2. Peningkatan ketekunan
3. Triangulasi
cross check antara yang satu dengan lainnya. Jawaban dari beberapa pihak tersebut
dilihat persamaan dan perbedaan antara keduanya, sehingga dapat dijadikan acuan
penelitian lapangan dengan rekan mahasiswa maupun teman lainnya. Melalui hasil
diskusi dan sharing ini diharapkan diperoleh saran dan memperkaya masukan yang
berguna.
36
5. Member Check
hasil penelitian kepada sumber-sumber yang telah memberikan data untuk mengecek
kebenaran data.
2. Mengoreksi kekeliruan
pengalaman dirinya sendiri. Dalam hal ini peneliti akan memberikan data yang telah
Pada penelitian ini pihak yang dijadikan informan adalah yang dianggap
dalam penelitian ini adalah 1 orang koordinator cleaning service dan 8 orang pekerja
cleaning service. Jadi, jumlah informan dalam penelitian ini berjumlah 9 orang.
Alasan pemilihan informan tersebut karena subjek yang telah ditetapkan ini dianggap
Penentuan informan ini juga sesuai dengan metode purposive sampling, yaitu
teknik penarikan dengan sengaja atau menunjuk langsung kepada orang yang
tertentu.
BAB IV
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah
rumah sakit memiliki pemerintah yang berada dalam wilayah Kabupaten Aceh Barat.
Dibangun pada tahun 1968 di atas tanah seluas 2,8 Ha dengan status tipe D yang
233/Menkes/VI/1985 tangal 11 juni 1985 menjadi tipe C. Saat ini, di tahun 2016
Rumah Sakit Cut Nyak Dhien naik kelas menjadi Kelas B setelah keluarnya
445.1/BP2T/593/2016.
tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah serta
Sehingga Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
juga sudah menganut pola Badan Layanan Umum Daerah (BLUD). Badan Layanan
Umum Daerah (BLUD) adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) atau unit
kerja pada satuan kerja perangkat daerah dilingkungan pemerintah daerah yang
38
39
pemerintah dan/ atau pemerintah daerah dalam memajukan kesejahteraan umum dan
Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah, ada 3 syarat
utama yang harus di tempuh daerah dalam rangka mewujudkan rumah sakit menuju
BLUD yaitu:
1. Syarat teknis
Persyaratan terpenuhi apabila (1) kinerja pelayanan dibidang tugas dan fungsinya
untuk SKPD atau Kepala SKPD untuk unit kerja. (2) Kinerja keuangan SKPD sehat.
efesien dan produktif. (4) memiliki spesifikasi teknis yang terkait langsung dengan
layanan umum kepada masyarakat. (5) tingkat kemampuan pendapatan dari layanan
2. Syarat substantif
Persyaratan ini terpenuhi apabila, (1) tugas dan fungsi SKPD atau unit kerja
semi barang/jasa publik, (2) penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum untuk
layanan umum, (4) pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi
3. Syarat administrasi
meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan dan manfaat bagi masyarakat, (2) pola
tata kelola, (3) rencana strategis bisnis, (4) standar pelayanan minimal, (5) laporan
keuangan pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan dan (6) laporan audit
Ketika berubah menjadi pola BLUD, kualitas pelayanan Rumah Sakit akan
sangat tergantung pada manajemen pengelolaan Rumah sakit tersebut, yang terdiri
dan sarana rumah sakit, dan manajemen sumber daya manusia. Manajemennya
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh yang telah
menjadi BLUD juga dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas
barang/jasa layanan yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan
tersebut ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per
unit layanan atau hasil per investasi dana. Begitu pula dalam hal pengelolaan tenaga
kerja cleaning service, pihak rumah sakit tidak lagi di bawah kendali Pemerintah
Kabupaten. Akan tetapi langsung dikelola oleh pihak rumah sakit melalu jasa
pengelolanya.
41
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh menyediakan fasilitas pelayanan rawat
jalan (Poliklinik Umum, Poliklinik Spesialis dan Poliklinik Gigi) dan Rawat Inap
(Ruang Rawat bedah, Ruang Rawat anak, Ruang Rawat Penyakit Dalam, Ruang
Rawat Kebidanan, Ruang Rawat VIP dan Ruang Rawat kelas Utama). Disamping itu
juga tersedia pelayanan IGD 24 Jam, Pelayanan tindakan operasi dan persalinan dan
Adapun batas-batas Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh adalah :
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh memiliki
visi yaitu “Menjadi Rumah Sakit yang Modern, Bernuansa Islami dan Berbudaya
Aceh Sebagai Pusat Rujukan Pelayanan Kesehatan di Pantai Barat Selatan.” Untuk
b. Menciptakan tata kelola rumah sakit yang baik, berorientasi norma agama dan
budaya aceh.
Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh menerapkan sebuah motto yaitu
a. Direktur
b. Kepala bagian tata usaha, dengan dibantu oleh 3 kepala sub bagian yaitu sub
bagian umum, sub bagian kepegawaian, dan tata laksana dan sub bagian
keuangan.
c. Kepala bidang pelayanan medis, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu seksi
rawat jalan dan seksi rawat inap dan seksi rawat darurat, intersif dan bedah
sentral.
d. Kepala bidang keperawatan, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu seksi
e. Kepala penunjang medis, dengan dibantu oleh 2 kepala seksi yaitu kepala seksi
upaya rujukan.
Cleaning Service di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
kesejahteraan para pekerja Cleaning Service sudah diberikan insentif sesuai kontrak
kerja dengan pihak pengelola/penyedia jasa yaitu CV. Kontruksi Usaha Maju.
Tabel 4.1 Komposisi pekerja Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh
Kriteria Jumlah
3. Koordinator/Pengawas 1 orang
menjelaskan bahwa pekerja bekerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal
Pekerja dibagi menjadi dua shift. Shift pertama bekerja pada pagi dimulai dari jam
06.30 WIB sampai jam 12.00 WIB. Sementara pekerja yang shift kedua bekerja pada
siang hari, mulai dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Jumlah pekerja
Cleaning Service ada 26 orang petugas yang terdiri dari 20 orang pekerja perempuan
bahwa para Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh mendapatkan
kompensasi langsung sebesar Rp. 1000.000,- tiap bulannya dari pengelolanya. Para
pekerja Cleaning Service juga mendapatkan insentif, yaitu imbalan yang diterima
Dalam hal ini pihak pengelola menyebutnya sebagai uang jasa. Bila jumlah pasien
yang datang tidak menentu, tentunya insentif yang diterima para Cleaning Service ini
juga tidak menentu. Hal senada juga dikemukakan oleh Nurhayati, salah seorang
cleaning service.
“Jumlah upah yang diperoleh tiap bulan sebesar Rp. 1000.000,- cukup untuk
membiayai kebutuhan sehari-hari karena saya tidak ada tanggung jawab
pemenuhan kebutuhan di rumah tangga. Anak-anak semua sudah menikah”.
(Wawancara 14 Agustus 2016)
yang diterimanya sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hal ini karena
sudah merasa sejahtera dengan gaji yang diterimanya. Menurut teori pemenuhan
kebutuhan, pekerja akan merasa puas apabila ia mendapat apa yang dibutuhkan.
Tanggapan serupa juga didapatkan dari Romi, salah seorang tenaga kerja
“Mungkin karena belum berkeluarga, untuk saat ini masih sejahtera dengan
gaji yang saya terima sebagai cleaning service. Cukup lah untuk biaya kuliah
saya”.
Menurut Romi, gaji yang diterimanya sebagai cleaning service cukup untuk
memenuhi biaya hidup. Menurutnya kebutuhannya masih seimbang dengan gaji yang
diperoleh, ia bisa membiayai kuliahnya sendiri dari hasil bekerja sebagai cleaning
“Selain gaji Rp. 1000.000,- kami mendapatkan uang jasa sebesar Rp.
rumah tangga sangat berkaitan dengan gaji yang diperoleh. Hal ini berbeda halnya
“Gaji yang kami terima sebagai cleaning service bila dibandingkan dengan
besarnya kebutuhan sehari-hari di rumah tangga tentu belum bisa dikatakan
cukup, mengingat harga sembako semuanya naik sekarang ini. Apalagi anak-
anak harus mencukupi kebutuhannya. Selain itu, ruangan saya bekerja sangat
banyak pasien dan jadwal pulang ke rumah pun terkadang sering tidak sesuai
dengan jadwal yang sudah ditetapkan. Terkadang saya tidak sempat memasak
nasi di rumah karena keterlambatan pulang. Terpaksa uang gaji yang
seharusnya untuk kebutuhan utama, kadang harus rela untuk membeli nasi
bungkus. Jadi, saya merasa upah atau gaji yang saya terima saat ini sangat
46
kurang dan tidak memadai. Walaupun jasa dari BPJS sudah diberikan”.
(Wawancara dengan Rasma, 14 Agustus 2016).
Apa yang dialami oleh Ibu Rasma menunjukkan bahwa kesejahteraan belum
dirasakannya. Ini dipengaruhi oleh faktor pengaturan waktu dan istirahat, dimana ia
tempat bekerja. Secara teori pemenuhan kebutuhan, ia belum merasa puas karena
Cut Maheram, salah seorang pekerja cleaning service yang sudah beberapa
tahun bekerja di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh juga berkomentar sama, berikut
wawancaranya.
“Saya bekerja disini sudah lebih kurang 10 tahun namun gaji masih tetap Rp.
1000.000, -, belum naik-naik. Kadang-kadang ada diberikan jasa selain gaji
sebesar Rp. 200.000,-. Saya juga kecewa karena sudah lama tidak pernah
diperhatikan keselamatan kerja kami, seperti tidak adanya seragam cleaning
service dan kurangnya disiplin beberapa pekerja lainnya. Pengalaman ketika
saya bekerja cleaning service di Rumah Sakit lainnya di Kota Medan dan
Banda Aceh, atribut cleaning service sangat diperhatikan. Mulai dari sepatu,
pakaian, hingga masker. Kita jadi percaya diri dalam bekerja. Pasien pun bisa
membedakan yang mana pekerja cleaning service. Pernah saya dimarahi
keluarga pasien karena masuk ruangan, mereka tidak mengenal saya sebagai
cleaning service. Sudah beberapa tahun terakhir ini kami tidak memiliki tanda
pengenal sebagai cleaning service. Ini sangat mengkhawatirkan dan
memalukan bagi saya.”
(Wawancara, 14 Agustus 2016).
dalam bekerja. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi ia merasa kurang puas dan
keseimbangan gaji dengan kebutuhan hidup yang makin bertambah, tetapi gaji masih
belum bertambah. Kedua, akibat dari adanya beberapa pekerja yang kurang disiplin
kepuasan pekerja juga bergantung pada pandangan kelompok yang oleh para pegawai
dianggap sebagai kelompok acuan. Ia merasa puas bila para cleaning service
Masalah gaji yang tidak pernah naik juga dirasakan oleh Asdiana Abubakar.
“Saya merasa kecewa dengan kebijakan pengelola rumah sakit yang tidak
pernah menaikkan gaji sudah hampir sepuluh tahun bekerja sebagai cleaning
sementara gaji tak kunjung naik. Hal yang tak jauh berbeda juga dirasakan oleh Cut
“Saya sudah 12 tahun bekerja disini, belum ada tanda-tanda kenaikan gaji.
rumah tangga, makin tinggi pula gaji yang diharapkan karena tingkat kesejahteraan
makin terasa.
48
Dhien Meulaboh
Secara kontrak kerja, para pekerja Cleaning Service sudah dibayar insentif
sesuai dengan kontrak kerja yang disepakati kedua belah pihak. Apa saja hambatan
kesejahteraan para pekerja Cleaning Service di RSUD Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Berikut wawancara penulis dengan Ibu Holiana selaku koordinator bagian yang
sebagai pihak pertama dan RSUD Cut Nyak Dhien sebagai pihak kedua serta
Dari wawancara di atas penulis menyimpulkan bahwa gaji atau insentif yang
kesejahteraan pekerja. Dalam hal ini, tenaga Cleaning Service dibayar oleh pihak
ketiga/pengelola di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh.
Pihak ketiga inilah yang menentukan gaji pekerja. Maka otomatis, pekerja Cleaning
Service yang sudah sepakat dibayar gaji sesuai perjanjian harus menerima gajinya
“Semenjak Cleaning Service, tidak lagi dikelola langsung oleh Pemda kami
tidak pernah mendapatkan baju seragam lagi. Padahal kalau ada seragam, kami bisa
49
bekerja lebih nyaman karena pasien atau keluarga pasien yang kesini bisa
diberlakukannya sistem BLUD di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak
perlindungan diri pekerjanya. Ini suatu hambatan yang menjadi salah satu masalah
bagi pekerja, mereka tidak berani untuk meminta penjelasan atau kritikan kepada
pengelola.
Kasus yang dialami oleh Cut Ainidar merupakan persoalan klasik dalam
kompensasi dan insentif yang layak dan mampu mencukupi kebutuhan dasar.
Sementara di pihak perusahaan atau pengelola tidak mau ambil resiko membayar
wawancaranya berikut:
50
“Sebagai pekerja kelas bawah, kita tidak berani bersuara lantang minta
kebijakan kenaikan gaji jerih payah pada pengelola. Kita sadar diri buruh
kasar, bila tidak dibutuhkan kita bisa diganti dengan pekerja lain dari luar”.
pekerja cleaning service merasa diri sebagai pekerja umum yang mudah didapatkan
oleh perusahaan bila dibutuhkan. Sebagaimana diungkapkan dalam teori faktor yang
pekerjaan lebih banyak, maka kompensasi yang ditawarkan akan semakin relatif
kecil. Ini menjadi salah hambatan bagi pekerja cleaning service untuk berharap lebih
“Kendala kami sering tidak menentu dibayar jasa. Kita tidak berani
menanyakan langsung pada pihak pengelola. Kita tidak mau hilang pekerjaan dengan
pertanyaan-pertanyan yang bisa dianggap tidak mau bekerja, karena kita sadar
sebagai pekerja yang tidak berpendidikan tinggi dan mudah dilakukan banyak orang,
masih menjadi pengaruh besar terhadap nilai kompensasi pekerja. Jika pendidikan
lebih tinggi dan pengalaman kerja lebih lama dan langka maka kompensasi yang
diterima akan semakin besar. Sebaliknya bila pekerja yang berpendidikan lebih
rendah dan minimnya pengalaman kerja maka otomatis tingkat kompensasinya relatif
4.3 Pembahasan
Hasil penelitian di atas dapat dikatakan bahwa setiap orang yang hidup selalu
menjadi tenang dan tenteram. Maksudnya kesejahteraan pekerja merupakan balas jasa
yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan, baik yang berbentuk uang, barang
maupun jasa layanan lainnya yang dapat memberikan kepuasan kepada karyawan
dalam bekerja.
oleh kompensasi dan insentif. Akibat dari dua hal ini yang tidak ada perbaikan, maka
kinerja pekerja menjadi menurun dan berdampak pada kepuasan kerja. Terutama pada
teori kepuasan kerja pada teori pemenuhan kebutuhan (Need fulfillment theory).
Menurut teori ini, kepuasan kerja pegawai bergantung pada terpenuhi atau tidaknya
kebutuhan pegawai. Pegawai akan merasa puas apabila ia mendapat apa yang
dibutuhkannya. Makin besar kebutuhan pegawai terpenuhi, makin puas pula pegawai
tersebut.
Selain itu, faktor utama yang menjadi tolak ukur tingkat kepuasan atau
kesejahteraan yang dirasakan oleh pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum
Cut Nyak Dhien Meulaboh adalah faktor psikologis dan faktor finansial. Faktor
psikologis yaitu yang berhubungan dengan kejiwaan karyawan, yang meliputi minat,
52
besar dari mereka merasa tidak tentram sebagaimana yang dirasakan beberapa
pekerja karena tidak adanya alat keselamatan kerja seperti pakaian seragam untuk
jaminan serta kesejahteraan karyawan, yang meliputi sistem dan besarnya gaji,
sebagainya. Ini sebagaimana yang dirasakan oleh pekerja cleaning service yang sudah
bekerja dalam jangka waktu lama namun belum ada perbaikan kenaikan gaji, padahal
ketidakhadiran dan keluarnya tenaga kerja, dan dampak terhadap kesehatan. Ketiga
hal tersebut selama melakukan penelitian tidak terlihat pada dampak yang signifikan.
Sebagain besar dari pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum daerah (RSUD)
Cut Nyak Dhien Meulaboh tetap melaksanakan tugas sebagaimana adanya, tidak ada
faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja. Baik faktor kemampuan (ability) dan
Hal tersebut disebabkan oleh faktor psikologis pekerja yang memang sudah
berpengalaman keahliannya di bidang cleaning service (the right man in the righ
place, the right man on the right job). Selain itu, motivasi merupakan kondisi yang
Dhien Meulaboh
kesejahteraan tenaga cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak
Dhien terletak pada kebijakan pihak rumah sakit. Jika sebelumnya rumah sakit ini
berdampak pada sistem kerja cleaning service yang diserahkan ke pihak ketiga untuk
pengelolaannya.
Dalam hal ini pekerja cleaning service tidak bisa menuntut lebih sesuai
perjanjian karena antara pekerja dan pemberi kerja sudah setuju dengan gaji atau
kompensasi yang ditetapkan. Pada dasarnya salah satu tujuan kompensasi adalah
kepuasan kerja, akan tetapi bila dalam kenyataannya kebutuhan hidup tidak sesuai
kesejahteraan pekerja. Ini disebabkan oleh faktor pengelola yang tidak bersedia
menaikkan kompensasi. Selain itu tingkat pendidikan yang rendah dan pengalaman
pekerja yang tidak membutuhkan suatu keahlian khusus dan khusus, sehingga
Provinsi (UMP) serta jaminan sosial dan hal lain yang diatur di dalamnya. Maka gaji
pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh
dan tunjangan lain adalah masih dibawah tingkat kesejahteraan sebagaimana UMP
54
yang berlaku. Akan tetapi menjadi kendala adalah para pekerja tidak memiliki
berlaku.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum (RSUD) Cut Nyak Dhien
Meulaboh bekerja dari pukul 06.30 hingga pukul 16.00 WIB. Pekerja dibagi
menjadi dua bagian. Bagian pertama mulai pukul 06.30 WIB sampai pukul
12.00 WIB. Sementara pekerja yang bagian kedua bekerja pada siang hari,
mulai dari jam 14.00 WIB sampai jam 16.00 WIB. Pekerja dalam melaksanakan
2. Gaji yang diterima oleh pekerja cleaning service di Rumah Sakit Umum
Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh sudah sesuai dengan perjanjian
kontrak kerja dengan pengelolanya CV. Kontruksi Usaha Maju. Akan tetapi
yang diterima oleh pekerja cleaning service masih belum berpihak pada
yang rendah, serikat buruhnya yang tidak kuat dan pengelola tidak bersedia
di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cut Nyak Dhien Meulaboh relatif
55
56
5.2 Saran
1. Hasil akhir penelitian analisis kesejahteraan agar dapat lebih mendalam dan
tenaga kerja dan proses penunjukan penyedia jasa cleaning service (pihak ketiga)
2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kinerja cleaning service dan
pengelola sehingga didapatkan titik temu, sehingga pekerja dan pemberi kerja
profesional.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Adi Koesoemo, Suparto. 2003. Manajemen Rumah Sakit: Pustaka Sinar Harapan.
Jakarta
Anwar, Desy. 2001. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap: Karya Abditarna. Surabaya
Hasibuan, H Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia: Bumi Aksara.
Jakarta
Hasibuan, H Malayu S.P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia: Cetakan Kelima.
Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku
Jakarta
Permendagri Nomor 61 Tahun 2007 Tentang Pedoman teknis Pengelolaan Keuangan Badan
Prabu Mangkunegara, A.A Anwar. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia: Rosda.
Bandung
Rivai, Veithzal. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: PT.
Sabarguna, Boy S. 2008. Aspek Bisnis dan Wirausaha di Rumah Sakit: Sagung Seto.
Jakarta
Suryo P.R. 2007. Analisis Dampak Imbalan dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Suyanto, Bagong dan Sutinah Edi. 2006. Metode Penelitian Sosial: Berbagai
Yogyakarta
Yoga dkk. 2007. Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Universitas Indonesia. Jakarta
PERBANDINGAN PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR
MENURUT METODE AASHTO 1986 DAN BINA MARGA 1987
PADA JALAN TEUKU ISKANDAR DAOD AREA KAMPUS
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
TUGAS AKHIR
Disusun Oleh;
AZMIL UMUR
NIM : 09C10203049
Bidang : Transportasi
Jurusan : Teknik Sipil
AZMIL UMUR
NIM. 09C10203049
Komisi Pembimbing
1. Irfan, S.T., M.T
2. Meidia Refiyanni, S.T., M.T
ABSTRAK
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
timbul, merendahkan muka air dengan membuat drainase tanah hingga mengganti
tanah yang kurang baik.
Jalan Teuku Iskandar Daod merupakan jalan area lingkar kampus
Universitas Teuku Umar Meulaboh yang menghubungkan antar fakultas di
Universitas tersebut. Di sekitar jalan tersebut, terdapat perkebunan masyarakat
dan rawa-rawa. Jalan ini sangat mendesak seiring meningkatnya jumlah
mahasiswa/i yang studi pada perguruan tinggi ini.
2
1.4 Batasan Masalah
Penyusunan Tugas Akhir ini akan menjadi lebih jelas dan terarah, maka
dibutuhkan batasan dalam pembahasan dengan ketentuan-ketentuan antara lain
sebagai berikut:
1. Pengambilan data yang digunakan adalah data volume lalu lintas pada jalan
Nasional Meulaboh – Tapak Tuan Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh
Barat ;
2. Lokasi pengambilan sampel tanah untuk mendapatkan nilai CBR pada jalan
Teuku Iskandar Daod Area Kampus Universitas Teuku Umar.
3
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1 Umum
4
a. Hasil perhitungan volume lalu lintas dan komposisi beban sumbu
berdasarkan data terakhir (2 tahun) dari pos-pos resmi setempat.
b. Kemungkinan pengembangan lalu lintas sesuai dengan kondisi potensi
sosial ekonomi daerah yang bersangkutan terhadap jalan yang
direncanakan.
Jalan harus memberikan rasa aman dan nyaman kepada si pemakai jalan,
untuk itu konstruksi perkerasan jalan haruslah memenuhi syarat-syarat tertentu
yang dapat dikelompokkan menjadi dua (Sukirman. S, 1999) yaitu :
1) Dari segi keamanan dan kenyamanan berlalu lintas, harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut :
a. Permukaan yang rata, tidak bergelombang, tidak melendut dan tidak
berlubang
b. Permukaan cukup kaku, sehingga tidak mudah berubah bentuk akibat
beban yang bekerja diatasnya
c. Permukaan cukup kesat, memberikan gesekan yang baik antara ban
dengan permukaan jalan sehingga tidak mudah selip.
d. Permukaan tidak mudah mengkilap, tidak silau jika terkena sinar
matahari.
2) Dari segi kemampuan memikul dan menyebarkan beban, harus memenuhi
syarat-syarat :
a. Ketebalan yang cukup sehingga mampu menyebarkan beban/muatan
lalu lintas ketanah dasar
b. Kedap terhadap air, sehingga air tidak mudah merembes ke lapisan
dibawahnya
c. Permukaan mudah mengalirkan air, sehingga air hujan yang jatuh
diatasnya dapat dengan cepat dialirkan
d. Kekakuan untuk memikul beban yang bekerja tanpa menimbulkan
deformasi yang berarti.
5
2.4 Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan
6
ΔPSI = IPo – IPt ................................................................................................ ( 2.3 )
Dengan : W18 = Lintas ekivalen selama umur rencana (18 Kips ESAL)
SN = Structure Number/ Indeks tebal perkerasan (ITP)
ΔPSI = Present Serviceability Indeks/ Nilai Indeks Permukaan
Zr = Simpangan Baku Normal
So = Simpangan Baku Keseluruhan
Mr = Resilient Modulus (psi)
a = Koefisien Kekuatan Relatif bahan
D = Tebal masing-masing lapisan lapis keras
Mm = Koefisien drainase masing-masing lapisan lapis keras
IPo = Indeks permukaan pada awal umur rencana
IPt = Indeks permukaan pada akhir umur rencana
Adapun kriteria perencanaan dalam metode AASHTO 1986 antara lain adalah
sebagai berikut:
7
Dengan :
AE18KAL = Lintas ekivalen pada lajur rencana
Ai =Jumlah kenderaan untuk jenis kenderaan, dinyatakan dalam
kenderaan/ hari/ 2 arah pada tahun volume lalu lintas.
E1 = Angka ekivalen beban sumbu untuk satu jenis kenderaan
C1 = Koefisien distribusi kenderaan pada jalur rencana
a = Faktor pertumbuhan lalulintas tahunan dari perhitungan volume
lalulintas dilakukan sampai saat jalan tersebut dibuka
n’ = Jumlah tahun dari saat diadakan perhitungan volume lalu lintas dari
jalan tersebut dibuka
i = Faktor pertumbuhan lalu-lintas dari jalan tersebut dibuka sampai
pada umur pengamatan
n = Jumlah tahun pengamatan
W18 = DD .D L .W18
Wt18 = W18’ │{(1 + g) t – 1} / g │..................................................................... (2.5)
Dengan :
W18’ = Kumulatif 18 Kips ESAL
DD = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur
W18 = Lintas ekivalen 18 Kips ESAL
g = Angka pertumbuhan lalulintas
Wt18 = Kumulatif pengulangan 18 Kips ESAL
Jumlah beban sumbu ekivalen 18 Kips ESAL menunjukkan jumlah beban
untuk semua lajur dan kedua arah. Untuk perencannaan, jumlah beban ini harus
didistribusikan menurut arah dan lajur rencana. Faktor distribusi arah biasanya
505 atau tetapkan dengan cara lain, sedangkan faktor distribusi lajur dapat dilihat
pada tabel 2.1 sebagai berikut.
8
Tabel 2.1 Faktor distribusi lajur (D L)
Jumlah lajur kedua
Persen Wt18 (18 Kips ESAL) pada lajur rencana
arah
1 100
2 80 - 100
3 60 - 80
≥4 50 - 75
Sumber : AASHTO, 1986
Parameter ini adalah jaminan bahwa lalu lintas yang akan memakai jalan
tersebut dapat terpenuhi. Tingkat reabilitas (level of reability) atau R menurut
AASHTO 1986 adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Tingkat reliabilitas (R)
Fungsi Jalan Tingkat Keandalan (R) %
Urban Rural
Jalan Tol 85 – 99.9 80 – 99.9
Arteri 80 – 88 75 – 95
Kolektor 80 – 95 75 – 95
Lokal 50 - 80 50 - 80
9
Tabel 2.3 Simpangan baku normal (ZR)
Reliabilitas % Standar Normal Deviasi
50 0.00
60 -0.256
70 -0.524
75 -0.574
80 -0.841
85 -1.037
90 -1.282
91 -1.340
92 -1.405
93 -1.476
94 -1.555
95 -1.645
96 -1.751
97 -1.881
98 -2.054
99 -2.327
99.9 -3.090
99.99 -3.750
10
IPswell = Perubahan indeks permukaan akibat pengembangan tanah dasar.
Vr = Besarnya potensi merembes keatas, (Inchi).
PS = Probabilitas pengembangan (%).
Φ = Tingkat pengembangan tetap.
t = jumlah tahun yang ditinjau, dihitung dari saat jalan itu dibuka.
Kriteria kinerja jalan dinyatan dalam Po awal umur rencana dan Pt akhir
umur rencana. Tingkat pelayanan suatu perkerasan didefinisikan sebagai
kemampuan untuk melayani kendaraan yang melewati jalan tersebut. Present
Servicibility Index (PSI) yang bervariasi dari angka yang berarti jalan putus,
sampai angka 5 yang berarti jalan sempurna. Pemilihan PSI izin terendah/ tingkat
pelayanan akhir (Pt) didasarkan pada indeks terendah yang dapat diterima
sebelum perbaikan, pelapisan ulang dan rekontruksi diperlukan. Menurut
penelitian uji jalan AASTHO, nilai 2,5 lebih disarankan untuk kebanyakkan
perencana jalan. Tingkat pelayanan awal menjadi faktor yang harus
dipertimbangkan, karena waktu dari suatu perkerasan untuk mencapai suatu nilai
tingkat pelayanan akhir tergantung dari volume kendaraan dan tingkat pelayanan
awalnya (Po). Jika nilai Po dan Pt sudah ditetapkan, maka persamaan PSI = Po-Pt,
dapat digunakan untuk menentukan perubahan total tingkat pelayanan.
2.5.7 Resilient Modulus (Mr) tanah dasar/ sifat bahan lapisan perkerasan
Sifat bahan yang dimaksud adalah modulus elastisitas atau resilien yang
merupakan sifat teknis utama untuk bahan perkerasan. Modulus resilien
berpegangan pada sifat tegangan bahan dibawah kondisi pembebanan normal
(MR). Notasi lain untuk menyatakan modulus lapis pondasi bawah (Esb), untuk
pondasi atas (Ebs) dan untuk aspal beton (Eac). Perhitungan Modulus Resilien
tergantung kepada jenisnya. Untuk pengukuran elastisitas tanah dasar dinyatakan
dengan Modulus Resilien (Mr) yang dapat diperoleh dari korelasi dengan nilai
CBR dengan persamaan berikut ini:
11
Mr = 1500 x CBR (Psi) ................................................................................... (2.7)
Besarnya kerusakan relatif setiap kondisi tanah dasar dihitung dengan persamaan:
U = 1.18 x 108 x Mr -2.32 ................................................................................................................ (2.8)
12
Koefisien kekuatan relatif bahan pondasi atas ( a2),ditentukan dengan
persamaan:
a2 = 0.249 x LogEBS – 0.977 ............................................................................ (2.9)
EBS = Modulus Resilien lapis pondasi atas.
13
Dengan berdasarkan kualitas drainase dapat ditentukan koefisien drainase
dari lapis keras lentur.
AASHTO memberikan daftar koefisien drainase seperti tabel 2.6 dibawah ini.
Tabel 2.6 Koefisien drainase (m)
Persen waktu dalam keadaan lembab jenuh
Kualitas drainase
( <1 ) ( 1-5 ) ( 5-25 ) ( >25 )
Baik sekali 1.40 - 1.35 1.35 - 1.30 1.30 - 1.20 1.20
Baik sekali 1.35 - 1.25 1.25 - 1.15 1.20 - 100 1.00
Cukup 1.25 - 1.15 1.15 - 1.05 1.00 - 0.80 0.80
Buruk 1.15 - 1.05 1.05 - 0.80 0.80 - 0.75 0.60
Buruk sekali 1.05 - 0.95 0.80 - 0.75 0.75 - 0.40 0.40
Sumber : AASHTO, 1986
Pada pemilihan jenis lapisan lapis keras ini digunakan besarnya asumsi
koefisien relatif dan modulus resilient dari setiap lapisan yang akan digunakan
seperti yang terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini.
14
SN1
SN2
D1 Lapis Permukaan (Surface Course), a1
SN3
D2 Lapis Pondasi atas (Base Course), a2, m2
15
2.6 Perencanaan Tebal Perkerasan Menurut Metode Bina Marga (1987)
2.6.1 Penggunaan
Perkerasan jalan adalah bagian dari lapisan konstruksi jalan yang meliputi
lapisan tanah dasar (subgrade), lapis pondasi bawah (sub base course), lapis
pondasi atas (base course), dan lapis permukaan (surface course).
Tanah Dasar
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung dari
sifat-sifat dan daya dukung tanah dasar. Umumunya persoalan menyangkut tanah
dasar adalah sebagai berikut:
a) Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari berbagai macam tanah
tertentu akibat beban lalu lintas.
b) Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan
kadar air.
c) Daya dukung tanah yang tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti
pada daerah dengan macam tanah yang sangat berbeda sifat dan
kedudukannya, atau akibat pelaksanaan.
16
d) Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas
dari macam tanha tertentu.
e) Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah bebutir kasar (granuar soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan.
Lapis pondasi bawah (sub base course)
Fungsi lapis pondasi bawah antara lain:
a) Sebagai bagian konstruksi perkerasan untuk mendukung dan menyebarkan
beban roda.
b) Mencapai efisiensi penggunaan material yang relatif lebih murah agar
lapisan-lapisan selebihnya dapat dikurangi ketebalan (penghematan biaya
konstruksi).
c) Untuk mencegah tanah dasar masuk ke dalam lapis pondasi.
d) Sebagai lapis pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di indonesia (Sukirman. S,1999)
antara lain :
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas :
a. Sirtu / pitrun kelas A
b. Sirtu / pitrun kelas B
c. Sirtu / pitrun kelas C
2. Stabilisasi
a. Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated subbase)
b. Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated subbase)
c. Stabilisasi tanah dengan semen (soil cement stabilization)
d. Stabilisasi tanah dengan kapur (soil lime stabilization)
Lapis pondasi atas (base course)
Fungsi lapis pondasi atas antara lain:
a) Sebagai bagian perkerasan untuk menahan beban roda;
b) Sebagai perletakkan terhadap lapis permukaan.
17
Lapisan pondasi atas terletak diantara lapisan permukaan dan lapisan
pondasi bawah dengan CBR ≥50% dan plastisitas Indeks (PI) < 4% (pedoman
Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1987).
Lapis permukaan (surface course)
Berfungsi antara lain:
a) Lapisan yang mempunyai stabilitas yang tinggi, penahan beban roda
selama masa pelayanan;
b) Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan
akibat cuaca;
c) Sebagai Lapisan Aus (Wearing Course).
Bahan unuk lapis permukaan umumnya adalah sama dengan bahan lapis pondasi,
dengan persyaratan yang lebih tinggi. Penggunaan bahan aspaldiperlukan agar
lapisan dapat kedap air, disamping itu bahan aspal sendiri memberikan bantuan
tegangan tarik, yang bearti mempertinggi daya dukung lapisan terhadap beban
roda lalu lintas.
1. Lapisan yang mempunyai stabilitas yang tinggi, penahan beban roda selama
masa pelayanan
2. Sebagai lapisan rapat air untuk melindungi badan jalan dari kerusakan akibat
cuaca
3. Sebagai Lapisan Aus (Wearing Course).
Menurut Sukirman. S (1999), lapisan permukaan terbagi dua yaitu :
1) Lapisan nonstruktural / lapisan yang tidak mempunyai nilai konstruksi tetap
berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air, terdiri atas :
Burtu (laburan aspal satu lapis), terdiri dari aspal yang taburi dengan satu
lapis agregat bergradasi seragam dengan tebal maksimum 2 cm
Burda (Laburan aspal dua lapis), terdiri dari lapisan aspal ditaburi agregat
yang dikerjakan dua kali secara berurutan dengan tebal padat maksimum
3,5 cm.
Latasir (lapisan tipis aspal pasir), terdiri dari lapisan aspal dan pasir alam
bergradasi meneris dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu
dengan tebal padat 1 - 2 cm.
18
Buras (laburan aspal), terdiri dari lapisan aspal taburan pasir dengan
ukuran butir maksimum 3/8 inchi.
Latasbun (lapis tipis asbuton murni), terdiri dari campuran asbuton dan
bahan pelunak dengan perbandingan tertentu yang dicampur dalam
keadaan dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm
Lataston (Lapis tipis aspal beton), terdiri dari campuran agrergat
bergradasi timpang, mineral pengisi (filter) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu yang dicampur, dihampar dan dioadatkan dalam
keadaan panas dengan tebal maksimum 2,5 - 3 cm.
2) Lapisan struktural / lapisan yang mempunyai nilai konstruksi, yang berfungsi
dan sebagai lapisan aus, lapisan kedap air dan lapisan yang menahan serta
menyebarkan beban roda, yang terdiri dari :
Lapen (penetrasi Macadam), terdiri dari agregat pokok dan agregat
pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang diikat oleh aspal dengan
cara disemprotkan diatasnya dan dipadatkan lapis demi lapis yang tebal
satu lapisnya antara 4 -10 cm.
Lasbutag (Lapisan asbuton agregat), terdiri dari campuran antar agregat,
asbuton, dan bahan pelunak yang dicampur,dihampar dan dipadatkan
secara dingin dengan ketebalan tiap lapisan antara 3-5 cm.
Laston (lapisan aspal beton), terdiri dari campuran aspal keras dengan
agregat yang mempunyai gradasi menerus, dicampur, dihampar, dan
dipadatkan pada suhu tertentu.
19
3) Bantalan untuk lapisan permukaan.
Lapisan pondasi bawah terletak antara lapisan pondasi atas dan tanah dasar
dengan nilai CBR dan plastisitas indeks (PI) (Pedoman Perencanaan Perkerasan
Lentur Jalan Raya,1987) yang mempunyai fungsi , antar lain :
1. Sebagai konstruksi perkerasan yang menyebarkan beban roda ketanah dasar.
2. Untuk mencegah tanah dasar masuk kedalam lapisan pondasi.
3. Mencapai efisiensi penggunnaan material yang relatif murah agar lapisan di
atasnya dapat dikurangi ketebalannya.
4. Sebagai lapisan pertama agar pelaksanaan dapat berjalan lancar.
Jenis lapis pondasi bawah yang umum digunakan di indonesia (Sukirman.
S,1999) antara lain :
20
1. Agregat bergradasi baik, dibedakan atas :
a. Sirtu / pitrun kelas A
b. Sirtu / pitrun kelas B
c. Sirtu / pitrun kelas C
2. Stabilisasi
a. Stabilisasi agregat dengan semen (cement treated subbase)
b. Stabilisasi agregat dengan kapur (lime treated subbase)
c. Stabilisasi tanah dengan semen (soil cement stabilization)
d. Stabilisasi tanah dengan kapur (soil lime stabilization)
Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah setebal 5 -10 cm yang diatasnya
akan diletakkan lapisan pondasi bawah yang berfungsi sebagai penyalur semua
gaya yang ditimbulkan oleh semua beban di atasnya (Sukirman. S, 1999). Lapisan
tanah dasar dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, tanah
yang didatangkan dari tempat lain lalu dipadatkan dan tanah distabilisasikan
dengan kapur atau bahan lainnya.
Masalah-masalah yang sering ditemui menyangkut tanah dasar (Pedoman
Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya, 1987) adalah :
1. Perubahan bentuk tetap dari jenis tanah dasar tertentu akibat beban lalu lintas
2. Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan air
3. Daya dukung tanah dasar yang tidak merata pada daerah dengan macam tanah
yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya
4. Daya dukung yang tidak merata akibat pelaksanaan yang kurang baik
5. Lendutan-lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu lintas dari
macamtanah tertentu
6. Perbedaan penurunan (differential settlement) akibat terdapatnya lapisan-
lapisan lunak dibawah tanah dasar akan mengakibatkan terjadinya perubahan
bentuk tetap.
21
Menurut Sukirman. S (1999) jenis dasar dilihat dari muka tanah aslinya
dibedakan atas :
1. Lapisan tanah dasar, tanah galian.
2. Lapisan tanah dasar, tanah timbunan.
3. Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Jalur rencana merupakan salah satu jalur lalu lintas dari suatu ruas jalan
raya, yang menampung lalu lintas terbesar. Jika jalan tidak memiliki tanda
batas jalur, maka jumlah jalur ditentukan dari lebar perkerasan menurut daftar
tabel 2.8 di bawah ini:
Koefisien distribusi kendaraan (C) untuk kendaraan ringan dan berat yang
melewati pada jalur rencana ditentukan menurut daftar tabel 2.9 di bawah ini:
22
Tabel 2.9 Koefisien distribusi kendaraan (C)
Jumlah Kendaraan Ringan*) Kendaraan Berat**)
Lajur 1 arah 2 arah 1 arah 2 arah
*) berat total < 5 ton, misalnya mobil penumpang, pick up, mobil hantaran
**) berat total > 5 ton, misalnya, bus, truk, traktor, semi trailler, trailler.
Angka ekivalen (E) dari suatu kendaraan adalah angka yang menyatakan
perbandingan tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh suatu lintasan beban
sumbu tunggal kendaraan terhadap tingkat kerusakan yang ditimbulkan oleh
lintasan beban standar sumbu tunggal sebesar 8,16 ton (Standar Bina Marga,
1987). Angka Ekivalen (E) beban sumbu kenderaan seperti terlihat dalam tabel
2.10 dibawah ini.
23
Tabel 2.10 Angka Ekivalen (E) Beban Sumbu Kenderaan
Beban Sumbu Angka Ekivalen
Kg Lb Sumbu tunggal Sumbu ganda
1000 2205 0,0002 -
2000 4409 0,0036 0,0003
3000 6614 0,0183 0,0016
4000 8818 0,0577 0,0050
5000 11023 0,1410 0,0121
6000 13228 0,2923 0,0251
7000 15432 0,5415 0,0466
8000 17637 0,9238 0,0794
8160 18000 1,0000 0,0860
9000 19841 1,4798 0,1273
10000 22046 2,2555 0,1940
11000 24251 3,3022 0,2840
12000 26455 4,6770 0,4022
13000 28660 6,4419 0,5540
14000 30864 8,6647 0,7452
15000 33069 11,4184 0,9820
16000 35276 14,7815 1,2712
24
Dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LEP = ∑ LHR x C j x E j . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (2 .1 4)
25
DDT bisa juga dicari dengan menggunakan rumus:
- Keadaan medan
- Persentase kendaraan berat
- Kondisi geometrik jalan (kelandaian maksimum, tikungan tajam)
- Data curah hujan tahunan
- Pertimbangan teknis lainnya seperti ketinggian muka air tanah, kondisi
drainase yang ada dan lainnya.
Adapun nilai/ faktor regional yang diisyaratkan untuk metode analisa komponen
adalah seperti pada tabel 2.11 di bawah ini :
26
Tabel 2.11 Faktor Regional (FR)
Kelandaian I (< Kelandaian II (6- Kelandaian III (>
Curah 6%) 10%) 10%)
Hujan % Kendaraan berat % Kendaraan berat % Kendaraan berat
≤ 30 % > 30 % ≤ 30% > 30 % ≤ 30 % > 30 %
Iklim I
0,5 1,0 - 1,5 1,0 1,5 - 2,0 1,5 2,0 - 2,5
< 900 mm/th
Iklim II
≥ 900 mm/th 1,5 2,0 – 25 2,0 2,5 - 3,0 2,5 3,0 - 3,5
27
Tabel 2.12 Indeks permukaan pada akhir umur rencana (IPt)
LER = Lintas Klasifikasi Jalan
Ekivalen Rencana Lokal Kolektor Arteri Tol
1,5 -
< 10 1,0 - 1,5 1,5 2,0 -
10 - 100 1,5 1,5 - 2,0 2,0 -
2,0 -
2,0
100 - 1000 1,5 - 2,0 2,5 -
> 1000 - 2,0 - 2,5 2,5 2,5
Laston ≥4 ≤ 1000
3,9 – 3,5 > 1000
Lasbutag 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
HRA 3,9 – 3,5 ≤ 2000
3,4 – 3,0 > 2000
Burda 3,9 – 3,5 > 2000
Burtu 3,4 – 3,0 > 2000
Lapen 3,4 – 3,0 ≤ 3000
2,9 – 2,5 > 3000
Latasbum 2,9 – 2,5
Buras 2,9 – 2,5
Latasir 2,9 – 2,5
Jalan tanah ≤ 2,4
Jalan kerikil ≤ 2,4
Sumber: Bina Marga, 1987
28
2.6.12 Koefisien kekuatan relatif (a)
Batas-batas minimum ini tergantung dari bahan yang dipakai pada setiap
lapisan perkerasan.
a. Lapisan permukaan
b. Lapis pondasi atas
c. Lapis pondasi bawah
Adapun batas-batas minimum tebal lapisan perkerasan dapat dilihat pada
tabel 2.15 di bawah ini.
30
Lapisan Pondasi
Tebal Minimum
ITP Bahan
(cm)
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
< 3,00 15
stabilitas tanah dengan kapur
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
20*)
3,00 - 7,49 stabilitas tanah dengan kapur
10 Laston atas
20 Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
7,50 - 9,99 stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
Laston atas
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
10 - 12,14 20 stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
Lapen, Laston atas
Batu pecah, stabilitas tanah dengan semen,
≥ 12,25 25 stabilitas tanah dengan kapur, pondasi macadam
Lapen, Laston atas
Sumber : Bina Marga, 1987
Umum nya tidak retak hanya sedikit deformasi pada jalur roda 90 – 100%
Terlihat retak halus, sedikit deformasi pada jalur roda namun
70 - 90%
masih tetap stabil.
Retak sedang, beberapa deformasi pada jalur roda, pada dasarnya
50 – 70 %
masih menunjukkan kestabilan.
Retak banyak, demikian juga menunjukkan deformasi pada jalur
30 – 50%
roda, menunjukkan adanya ketidakstabilan.
31
Lapisan Pondasi atas
Pondasi aspal beton atau penetrasi macadam umumnya tidak
90 – 100%
retak
Terlihat retak halus, namun masih tetap stabil 70 – 90 %
Retak sedang, pada dasarnya masih menunjukkan kestabilan 50 – 70 %
Retak banyak, menunjukkan gejala ketidakstabilan 30 – 70 %
Stabilisasi tanah dengan semen atau kapur dengan Indek 70 – 90 %
Plastisitas (Plasticity Index = PI) ≤ 10
Pondasi Macadam atau batu pecah dengan Indek Plastisitas 80 – 100 %
(Plasticity Index = IP) ≤ 6
Untuk setiap nilai ITP bila digunakan pondasi bawah, tebal minimum
adalah 10 cm
Menentukan Nilai ITP perlu dengan menggunakan Nomogram
Berdasarkan Pedoman Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan Raya (1987)
nomogram yang ada digunakann untuk umur rencana 10 tahun. Jika penggunaan
nomogram bukan untuk umur rencana 10 tahun maka digunakan Faktor
Penyesuaian (FP). Ada 9 nomogram yang penggunaanya tergantung kepada nilai
IPt dan IPo. Dari nomogram yan didapatkan, selanjutnya disiapkan data-data
DDT, LER dan FR. Dengan data-data tersebut didapatkan nilai ITP perlu.
Menentukan Nilai ITP perlu dengan Menggunakan Rumus
Dengan cara coba-coba (Trial and Error), masukkan data-data IPo, IPt,
FR, DDT, dan ESA pada akhir umur rencana.
32
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
33
3.1 Subjek dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian yaitu pada jalan Teuku Iskandar Daod area lingkar
kampus Universitas Teuku Umar Kecamatan Meureubo Kabupaten Aceh Barat.
Untuk meningkatkan aksebilitas dan mobilitas wilayah dalam mendukung
bertambahnya jumlah mahasiswa yang sedang melakukan studi atau kegiatan
belajar mengajar pada Universitas Teuku Umar diperlukan kesediaan jaringan
jalan yang andal, terpadu dan berkelanjutan, dimana salah satu sasaran yang ingin
dicapai adalah meningkatnya kuantitas dan kualitas penggunaan jalan melalui
preservasi dan peningkatan kapasitas pengguna jalan Teuku Iskandar Daod area
lingkar kampus Universitas Teuku Umar Kabupaten Aceh Barat. Waktu penelitian
dan penyusunan tugas akhir ini dimulai dari bulan Agustus 2015 dengan
mengumpulkan data-data yang mendukung penelitian. Untuk mengetahui peta
lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar lampiran A.3.2 dan lampiran A.3.3.
34
data dari internet dan lain sebagainya yang bertujuan untuk mendapatkan data
instansional yang selanjutnya akan diolah dan dianalisa. Adapun data sekunder
adalah:
- Gambar potongan melintang,(Long and Cross Sections);
- Peta lokasi jalan.
Dari keseluruhan data yang diperoleh maka metode analisis data meliputi
data lapisan perkerasan lentur (flexible pavement) yang diperoleh dilapangan dari
kedua metode tersebut.
35
3.3.2 Perhitungan tebal lapisan perkerasan lentur (flexible pavement)
metode Bina Marga 1987
36
BAB IV
RENCANA HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan tebal lapis perkerasan lentur pada jalan Teuku Iskandar Daod
Area Kampus Universitas Teuku Umar dengan metode AASHTO dilakukan
dengan tahapan sebagai berikut:
37
4.1.1 Data perhitungan
MP 1 1 2 2130 4260
Bus 3 5 8 29 58
Truck 2 as kecil 2 8 10 119 238
Truck 2 as besar 5 8 13 54 108
Truck 3 as 6 14 20 8 16
b) Data pendukung
38
o Pertumbuhan Lalulintas : 5%
o Asumsi Awal : 1. SN =3
2. Pt = 2,0
3. IPo = 4,2
39
Berdasarkan lampiran didapat nilai LEF = 0,268
Total nilai LEF = 0,465 + 0,268 = 0,733
40
d) Menghitung beban sumbu selama umur rencana (W 20)
Diketahui :
Faktor Distribusi Arah = 0,5
e) Penentuan SN maksimum
41
b. ZR (simpangan baku normal), untuk R 99% digunakan Zr = -2,327
d. Mr (modulus resilien tanah dasar) sebesar 1500. CBR, maka: (1500 . 12,4
= 18.600 Psi)
e. PSI (nilai indeks permukaan) sebesar Ipo – Ipt, maka PSI = 4,2 – 2,0 = 2,2
Asumsi komponen lapisan perkerasan lentur pada ruas jalan Teuku Iskandar
Daod adalah sebagai berikut:
1. Lapisan Permukaan (Surface course)
AC (a AC = 0,44 D AC = 3cm)
SN a1 . D1 . SN 1
ATB (a AC = 0,20 D ATB = 5 cm )
Gambar Lapis Laston AC dan ATB
42
SN = a AC . D AC + a ATB . D ATB SN1 = a 1 . D1
SN = SN1, maka a AC . D AC + a ATB . D ATB = a 1 . D1
a1 = (aAC . D AC + aATB . D ATB)/D1
a1 = (0,44 . 3 + 0,2 x 5)/8 = 0,29 ≈ 0,3
sehingga:
1. Material yang digunakan adalah laston / Asphalt Concrete
2. Tebal lapisan (D 1) = 8 cm
b. Tebal lapisan D 3 = 20 cm
43
EBS = Mr = 16775,27 → 16.000 Psi
SN= (a1D1) + (a2D2 m2) + (a3D3 m3 )
3,0 = (0,3 . 8) + (0,14 . 20 . 0,8) + (0,12 . D3 . 0,8)
D3 = 20 cm
Lapis Pondasi
Atas (base course)
Gambar 4.1
SN1
SN2
D1 = 8 cm Lapis Permukaan (Surface Course), a1
SN3
D2 = 20 cm
Lapis Pondasi atas (Base Course), a2, m2
44
4.2 Perhitungan Perkerasan Lentur dengan Metode Bina Marga 1987
Di rencanakan Tebal Perkerasan untuk jalan 2 jalur, data lalu lintas tahun
2016 seperti di bawah ini, umur rencana 20 tahun. Pertumbuhan Lalu Lintas 5 %
per tahun, FR : 1,0 dan CBR tanah 12,4 %.
Tabel 4.4 Data LHR Rata-rata
Jumlah
Jenis Kendaraan
Kendaraan
MP 2130
Bus 29
Truk 2 as kecil 119
Truk 2 as besar 54
Truk 3 as 8
LHR 2016 2340
MP 2149,4
Bus 48,4
Truk 2 as kecil 138,4
Truk 2 as besar 73,4
Truk 3 as 27,4
45
LHR pada tahun ke-20 (akhir umur rencana)
MP 2200.7
Bus 99.7
Truk 2 as kecil 189.7
Truk 2 as besar 124.7
Truk 3 as 78.7
Menghitung LEP
46
Truck 2 as kecil : 0,50 x 189,7 x 0,3500 = 33,197
Truck 2 as besar : 0,50 x 124,7 x 0,1531 = 9,545
Truck 3 as : 0,50 x 78,7 x 0,3174 = 12,489
LEA20 = 76,826
3) Menghitung LET
2,8 = (a1.D1)
2,8 = (0,20D1)
D1 = 5 cm
ITP = (a1 D2 + a2 D2 )
47
2,8 = (0,20.5) + (0,12D2)
2,8 = ( 1 ) + ( 0,12D2)
D2 = 15 cm
D3 = 21,5 ≈ 22 cm
Susunan perkerasan:
a) Lapen mekanis = D1 = 5 cm
b) Lapis pondasi atas (base course) D2 = 15 cm
c) Lapis pondasi bawah (subbase course) D3 = 22 cm
Lapis Pondasi
D2 = 15 cm Atas (base course)
48
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
5.2 SARAN
49
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Irwan, lie Keng Wong, Oktober 2013. Studi Perkerasan Jalan Metode
Bina Marga dan AASHTO dengan Menggunakan Uji Dynamic
Cone Penetration (Ruas Jalan Bungku – Funuasingko
kabupaten Morowali), Konferensi Teknik Sipil 7 (Konteks 7)
Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Hendarsin, Shirley L, 2000. Perencanaan Teknik Jalan Raya, Politeknik
Bandung, Bandung.
Sukirman, Silvia, 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova,
Bandung.
Sukoto, Imam, 1984. Mempersiapkan Lapisan Dasar Konstruksi, Badan
Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta.
Sudarsono, 1979. Konstruksi Jalan Raya, Yayasan Badan Penerbit
Pekerjaan Umum, Jakarta.
Suprapto, 1994. Bahan dan Struktur Jalan Raya, Biro Penerbit Teknik
Sipil UGM, Yogyakarta.
50