Oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
Oleh:
FAKULTAS KEDOKTERAN
MEDAN
2017
Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Efusi pleura adalah akumulasi cairan abnormal di rongga pleura yang diakibatkan
oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura dan merupakan
komplikasi dari berbagai penyakit. Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam
rongga pleura dan merupakan masalah umum dalam medis. Tujuan penelitian ini
adalah untuk meneliti tentang karakteristik efusi pleura di RSUP Haji Adam Malik.
Penelitian ini bersifat retrospektif dan deskriptif. Total sampel yang didapatkan
adalah sebanyak 108 orang yang memenuhi kriteria inklusi. Data pasien Efusi Pleura
dikumpulkan melalui rekam medik.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dari jenis kelamin, laki-laki adalah
sebanyak 56,6 % dan perempuan sebanyak 43,5%, Distribusi berdasarkan umur
menunjukkan prevalensi paling banyak berlaku efusi pleura adalah pada kategori
lansia akhir (>55-65 tahun) (23,1%) diikuti dengan manula sebanyak 21,3% dan yang
paling sedikit adalah kategori remaja akhir (17-25 tahun) sebanyak (7,4%). Keluhan
utama pada pasien dengan efusi pleura adalah dispnea dengan jumlah sebanyak
53,7%. Untuk lokasi cairan efusi pleura, lokasi dekstra adalah paling banyak dengan
persentase (45,4%). Etiologi yang terbesar adalah eksudat dengan persentase
sebanyak (59,3%).
Karakteristik yang didapatkan pada pasien efusi pleura di RS Haji Adam Malik bisa
memberikan manfaat pada pihak peneliti,pihak Rumah Sakit dan Dinas Kesehatan
sehingga dapat meningkatkan dan memberikan pengetahuan tentang pasien efusi
pleura, etiologi dan lokasi cairan yang sering terjadi pada pasien efusi pleura.
The result of this study showed that of the gender, 56.6 % are men and 43.5% are
women. The distribution by age are highest with percentage of in the late elderly
category (>55-65 years) 23.1 %, followed by the aged adult with 21,3% and the least
from the category of adolescent (17-25) with 7.4 % .The main complaints in patient
with pleural effusion is dyspnea with a total of 53.7%. Base on the location of the
pleural effusion, dextra (right) is the most common with 45.5%. Exudate is the
highest cause with the percentage as much as 59.3%
Characteristics that is obtained from patient of pleural effusion in Haji Adam Malik
Hospital can provide benefits and provide knowledge about patient with pleural
effusion, etiology of pleural effusion and location of fluid that often occurs in patients
with pleural effusion.
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN..........................................................................i
ABSTRAK.............................................................................................................ii
ABSTRACT...........................................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................iv
DAFTAR ISI............................................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................,..............................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................viii
DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................ix
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................3
1.3. Tujuan Penelitian...............................................................................3
1.4. Manfaat Penelitian.............................................................................4
6.1. Kesimpulan....................................................................................36
6.2 Saran...............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................37
LAMPIRAN.......................................................................................................39
DAFTAR TABEL
PENDAHULUAN
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan dalam rongga pleura dan merupakan
masalah umum dalam medis. Akumulasi ini dapat disebabkan oleh beberapa
mekanisme termasuk peningkatan permeabilitas membran pleura, peningkatan
tekanan kapiler paru, penurunan tekanan negatif intrapleural, penurunan tekanan
onkotik, dan terhambatnya aliran limfatik.3
Efusi pleura merupakan indikator dari suatu proses penyakit yang mendasari
penyakit dari paru, pleura, atau ekstraparu, dapat bersifat akut atau kronis.
Meskipun spektrum etiologi efusi pleura luas, efusi pleura paling sering
disebabkan oleh gagal jantung kongestif, pneumonia, keganasan, atau emboli paru.
4
Belum diketahui karakteristik efusi pleura di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik pada tahun 2015
TINJAUAN PUSTAKA
Pulmo atau paru – paru adalah organ pernafasan yang penting karena udara
yang masuk dapat perhubungan secara erat dengan darah kapiler di dalam paru –
paru. Tiap paru – paru melekat pada jantung dan trakea melalui radix pulmonis dan
ligamentum pulmonale. Paru – paru sehat selalu berisi udara dan akan mengapung
bila dimasukkan ke dalam air. Paru – paru dari foetus atau bayi baru lahir berwarna
agak kemerahan dan lunak. Bila bayi belum pernah bernafas maka paru – paru tidak
akan mengapung di dalam air tetapi akan tenggelam. Paru – paru orang dewasa
mempunyai permukaan yang berwarna lebih gelap dan sering ada bercak – bercak
yang disebabkan oleh penimbunan partikel debu yang terisap. Dibandingkan dengan
paru – paru kiri, maka paru – paru kanan lebih besar dan lebih berat, tetapi lebih
pendek karena kubah diaphragm kanan letaknya lebih tinggi. Juga lebih lebar karena
adanya jantung yang letaknya lebih ke kiri dalam rongga torak.9
Tiap paru – paru mempunyai sebuah apex, sebuah basis, tiga buah facies
costalis, facies mediastinalis dan facies diphragmatica, dan tiga buah margo yaitu
margo anterior, margo inferior dan margo posterior. Paru kanan mempunyai tiga
lobus sedangkan paru kiri mempunyai dua lobus. Lobus paru terbagi menjadi
beberapa segmen-paru. Paru kanan mempunyai sepuluh segmen-paru sedangkan paru
kiri mempunyai delapan segmen-paru. Paru – paru kiri dibagi menjadi lobus superior
dan lobus inferior oleh sebuah fissura obliqua. Paru – paru kanan dibagi menjadi
lobus superior, lobus inferior dan lobus medius oleh fissura obliqua dan fissura
horizontalis. Bronki dan vasa pulmonales muncul dari trakea dan jantung menuju tiap
paru – paru. Keseluruhannya membentuk radix pulmonis yang akan memasuki hilum
pulmonis. Apex pulmonis berbentuk bundar seperti cupula pleurae. Apex pulmonis
sebelah kanan lebih kecil dan lebih dekat trakea, dan disilang oleh vasa subclavia.9
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Paru mendapat darah dari dua sistem arteri, yaitu arteri pulmonalis dan arteri
bronkialis. Arteri pulmonalis bercabang dua mengikuti bronkus utama kanan dan kiri
untuk kemudian bercabang-cabang membentuk ramifikasi yang memasok darah ke
interstisial paru. Perlu diketahui bahwa pembuluh darah percabangan dari arteri
pulmonalis mempunyai ujung akhir. Tekanan darah pada arteri pulmonalis sangat
rendah sehingga memungkinkan pertukaran gas dengan baik sekali. Tekanan darah
pada pembuluh yang berasal dari arteri bronkialis lebih tinggi dibandingkan tekanan
pada arteri pulmonalis. Berbeda dengan percabangan pembuluh darah arteri
pulmonalis, percabangan pembuluh arteri bronkialis tidak mempunyai ujung akhir.
Darah yang dipasok oleh arteri bronkialis sampai ke saluran pernafasan, septa
interlobular, dan pleura. Sepertiga darah yang meninggalkan paru melalui vena azigos
menuju vena cava sedangkan yang dua pertiga lagi melalui vena pulmonalis ke
atrium kiri.5
2.1.3. Inervasi
Paru diinervasi oleh saraf parasimpatis nervus vagus dan saraf simpatis. Otot
polos saluran napas diinervasi oleh nervus vagus aferen, nervus vagus eferen
(kolinergik posganglionik). Pleura parietalis diinervasi oleh nervus interkostalis dan
nervus frenikus, sedangkan pada pleura viseralis tidak terdapat inervasi.9
2.2 Definisi
Efusi Pleura adalah penumpukan cairan di dalam ruang pleural yang terjadi
karena proses penyakit primer dan dapat juga terjadi karena penyakit sekunder akibat
penyakit lain. Efusi dapat berupa cairan jernih yang merupakan transudat, dan berupa
pus atau darah.
Efusi pleura adalah akumulasi abnormal cairan dalam rongga pleura yang
dihasilkan dari produksi cairan yang berlebihan atau penurunan penyerapan.3 Efusi
pleura merupakan salah satu kelainan yang mengganggu system pernafasan. Efusi
pleura adalah suatu keadaan dimana terdapat penumpukan cairan dalam pleura berupa
transudat atau eksudat yang diakibatkan terjadinya ketidakseimbangan antara
produksi dan absorpsi di kapiler dan pleura viseralis yang jika ini dibiarkan akan
membahayakan jiwa penderitanya.3
2.3 Etiologi
Ruang pleura yang normal mengandung sekitar 1 ml cairan, mewakili
keseimbangan antara tekanan hidrostatik dan onkotik di pembuluh pleura
visceral dan parietal dan drainase limfatik. Efusi pleura terjadi dari terganggunya
keseimbangan ini.2
1. Perubahan permeabilitas dari membran pleura (misalnya, radang, keganasan,
emboli paru)
2. Penurunan tekanan onkotik intravaskular (misalnya, hipoalbuminemia,
sirosis)
3. Peningkatan permeabilitas kapiler atau gangguan vaskuler (misalnya, trauma,
keganasan, peradangan, infeksi, infark paru, obat hipersensitivitas, uremia,
pankreatitis).
4. Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler dalam sirkulasi sistemik dan /atau
paru (misalnya, gagal jantung kongestif, sindrom vena kava superior).
5. Pengurangan tekanan dalam rongga pleura, mencegah ekspansi paru penuh
(misalnya, atelektasis yang luas, mesothelioma)
6. Penurunan drainase limfatik atau penyumbatan, termasuk obstruksi duktus
toraks atau pecah (misalnya, keganasan, trauma)
7. Peningkatan cairan peritoneal, dengan migrasi melintasi diafragma melalui
limfatik atau cacat struktural (misalnya, sirosis, dialisis peritoneal)
4. Pemeriksaan bakteriologi
Biasanya cairan pleura steril, tapi kadang-kadang dapat mengandung
mikroorsganisme, apalagi bila cairanya purulen (menunjukan empiema).
Efusi yang purulen dapat mengandung kuman-kuman yang aerob atau
anaerob. Jenis kuman yang sering ditemukan dalam cairan pleura adalah :
Pneumokokokus, E.coli, klebsiela, pseudomonas, enterobacter.13
2.10. Diagnosis
Diagnosis pasti ditegakkan dengan cara mengambil cairan dari rongga pleura
dengan cara pungsi pleura atau thoracocentesis atau pleural tapping. Pungsi
pleura dilakukan dengan cara menusukkan jarum pungsi atau abbocath di antara
dua iga. Cairan yang terdapat di dalam rongga pleura secara umum disebut efusi
pleura. Efusi pleura berupa nanah disebut empiema, jika berupa darah disebut
hematotoraks, jika berisi cairan kilus disebut kilotoraks. Penyebab efusi pleura
tidak hanya berupa kelainan di daerah toraks tetapi juga dapat karena kelainan di
daerah lain (ekstratoraks) atau sebagai akibat dari suatu penyakit sistemik.11
2.11. Penatalaksanaan
1. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi rasa tidak enak atau
“discomfort” dan sesak napas. Dianjurkan melakukan aspirasi sedikit demi
sedikit. Cairan yang dikeluarkan antara 500-1000 cc. bila pengambilan
terlalu banyak dan cepat dapat menyebabkan edema paru.
2. Lebih sering dilakukan pleurodesis pada proses keganasan atau pada efusi
pleura yang sering kambuh. Dengan menggunakan 500 mg serbuk tetrasiklin
yang dilarutkan didalam 50 cc garam faali. Penderita digoyang-goyangkan
supaya rata, kemudian cairan dikeluarkan setelah diklem selama 24 jam atau
diberi serbuk sodium atau talk. Nyeri yang terjadi karena pemeberian obat di
atas dapat diatasi dengan analgetika.
3. Pemberian steroid ditambahkan dengan OAT dapat menyerap efusi pleura
yang disebabkan oleh TB paru secara cepat dan mengurangi fibrosis.14
Water Seal Drainage (tube thoracostomy)
Modalitas terapi yang bekerja dengan menghubungkan cavum pleura berisi
cairan abnormal dengan botol sebagai perangkat WSD yang nantinya akan
menarik keluar isi cairan B C A 16 abnormal yang ada di dalam cavum
pleura dan mengembalikan cavum pleura seperti semula, menyebabkan
berkurangnya kompresi terhadap paru yang tertekan dan paru akan kembali
mengembang
Thoracocentesis
Setiap efusi pleura yang cukup besar menyebabkan gejala pernafasan
berat harus dikeringkan terlepas dari penyebabnya. Mengurangi gejala
adalah tujuan utama terapi drainase pada pasien. Satu-satunya
kontraindikasi absolut terhadap thoracocentesis infeksi kutan aktif pada
tempat tusukan. Beberapa kontraindikasi relatif termasuk diatesis
pendarahan yang parah, antikoagulasi sistemik, dan volume cairan yang
kecil. Kemungkinan komplikasi dari prosedur ini termasuk perdarahan
(karena tusukan pada pembuluh atau parenkim paru), pneumotoraks, infeksi
(infeksi jaringan lunak atau empiema), laserasi organ intra-abdomen,
hipotensi, dan paru edema.12
Indikasi untuk thoracocentesis adalah adanya efusi pleura klinis
yang signifikan (lebih dari 10 mm pada ultrasonografi atau foto lateral
decubitus). Jika pasien datang dengan gagal jantung kongestif dan efusi
bilateral dengan ukuran yang sama, afebris, dan tidak memiliki nyeri dada,
percobaan diuresis dapat dilakukan. Sejak lebih dari 80 persen pasien
dengan efusi pleura disebabkan oleh gagal jantung kongestif memiliki
bilateral efusi pleura, thoracentesis diindikasikan jika efusi adalah unilateral.
Jika efusi tetap selama lebih dari tiga hari, thoracocentesis dapat
diterapkan.6
Pleurodesis
Pleurodesis adalah penyatuan pleura viseralis dengan parietalis baik
secara kimiawi, mineral ataupun mekanik, secara permanen untuk
mencegah akumulasi cairan maupun udara dalam rongga pleura. Secara
umum, tujuan dilakukannya pleurodesis adalah untuk mencegah
berulangnya efusi berulang (terutama bila terjadi dengan cepat),
menghindari torakosintesis berikutnya dan menghindari diperlukannya
insersi chest tube berulang, serta menghindari morbiditas yang berkaitan
dengan efusi pleura atau pneumotoraks berulang (trapped lung, atelektasis,
pneumonia, insufisiensi respirasi, tension pneumothoraks). Efusi pleura
maligna merupakan indikasi paling utama pada pleurodesis. Beberapa
keadaan yang dapat dianggap sebagai kontraindikasi relatif pleurodesis
meliputi:
1. Pasien dengan perkiraan kesintasan < 3 bulan.
2. Tidak ada gejala yang ditimbulkan oleh efusi pleura.
3. Pasien tertentu yang masih mungkin membaik dengan terapi
sistemik (kanker mammae, dll).
4. Pasien yang menolak dirawat di rumah sakit atau keberatan terhadap
rasa tidak nyaman di dada karena slang torakostomi.
5.
Pasien dengan re-ekspansi paru yang tidak sempurna setelah
pengeluaran semua cairan pleura (trapped lung).15
2.12. Prognosis
Biasanya sembuh setelah diberi pengobatan adekuat terhadap penyakit dasar.
Empiema mungkin timbul akibat infeksi paru seperti pneumonia.14
Prognosis efusi pleura bervariasi sesuai dengan etiologi yang mendasari
kondisi ini. Morbiditas dan mortalitas efusi pleura berhubungan langsung dengan
penyebabnya, stadium penyakit, dan temuan biokimia dalam cairan pleura.
Pada efusi pleura ganas dikaitkan dengan prognosis yang sangat buruk
dengan kelangsungan hidup rata-rata 4 bulan dan berarti kelangsungan hidup
kurang dari 1 tahun. Yang paling umum keganasan terkait pada pria adalah
kanker paru-paru, dan keganasan yang paling umum pada wanita adalah kanker
payudara. Efusi dari kanker yang lebih responsif terhadap kemoterapi, seperti
limfoma atau kanker payudara, lebih dihubungkan dengan kelangsungan hidup
berkepanjangan, dibandingkan dengan kanker paru-paru atau mesothelioma.8
Temuan seluler dan biokimia dalam cairan juga dapat menjadi indikator
prognosis. Misalnya, pH cairan pleura lebih rendah sering dikaitkan dengan
beban tumor lebih tinggi dan prognosis yang buruk.3
2.13. Komplikasi
1. Empiema
2. Schwarte
3. Kegagalan pernapasan
2.14. Pencegahan
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang
dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih
lengkap bila diagnosis kausal ditegakkan. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
menentukan dan mengobati penyakit dasarnya misalnya, biopsi pleura,
bronkoskopi, torakotomi, dan torakoskopi.8
BAB 3
KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP
3.1.Kerangka Teori
Gambar 3.1. Kerangka Teori Penelitian
METODE PENELITIAN
Populasi dari penelitian ini adalah pasien efusi pleura yang dirawat inap di
bagian paru RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.3.2. Sampel
Sampel penelitian adalah semua pasien efusi pleura pada tahun 2015, dengan
mengobservasi semua data pada rekam medis sesuai dengan periode yang
telah ditentukan.
Cara pengambilan sampel dengan mengambil seluruh populasi dari rekam medis
sebagai sampel. Pengambilan sampel sesuai kriteria inklusi dan kriteria
eksklusi,yaitu:
a) Kriteria inklusi
Seluruh data rekam medis pasien efusi pleura pada tahun 2015 yang memuat
data yang ingin diteliti.
b) Kriteria eksklusi
Data rekam medis yang tidak lengkap.
4.4. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data adalah dari rekam medis pasien yang mengalami
efusi pleura periode 2015 di RSUP Haji Adam Malik. Dari rekam medis ini kita
dapat mengetahui karakteristik pasien yang menderita efusi pleura
Cara
Definisi Skala
No. Variabel Ukur/Alat Hasil Ukur
Operasional Ukur
Ukur
1. Usia Usia yang Rekam 1. Remaja Akhir (17- Ordinal
dihitung sejak medik 25 tahun)
tanggal lahir 2. Dewasa Awal
sampai (>25-35 tahun)
dengan waktu 3. Dewasa Akhir (>35-
penelitian 45 tahun)
yang 4. Lansia Awal (>45-
dinyatakan 55 tahun)
dalam tahun. 5. Lansia Akhir (>55-
65 tahun)
6. Manula
(≥ 65 tahun)
2. Jenis Jenis kelamin Rekam 1.Laki-laki Nominal
Kelamin adalah antara medik 2.Perempuan
laki-laki dan
perempuan
secara
biologis sejak
seseorang
lahir yang
tercatat dalam
rekam medis
Setelah data diolah kemudian data tersebut dianalisa secara deskriptif untuk
mengetahui gambaran karakteristik pada pasien efusi pleura di RSUP Haji
Adam Malik Medan. Hasil penelitian akan disajikan dalam bentuk tabel
distribusi frekuensi.
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam penelitian ini, sampel yang terpilih adalah sebanyak 108 orang pasien,
yang terdiri dari pasien rawat inap di RSUP Haji Adam Malik Medan. Dari
keseluruhan sampel, karakteristik yang dapat diamati adalah usia, jenis kelamin,
pekerjaan pasien, suku bangsa, keluhan utama, lokasi cairan dan juga etiologinya.
Data lengkap ditinjau dari segi usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Usia Pasien Efusi Pleura Tahun 2015.
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
Remaja Akhir (17-25) 8 7,4
Dewasa Awal (>25-35) 17 15,7
Dewasa Akhir (>35-45) 13 12,0
Lansia Awal (>45-55) 22 20,4
Lansia Akhir (>55-65) 25 23,1
Manula (>65) 23 21,3
Total 108 100,0
Tabel 5.1 menjelaskan mengenai kategori usia penderita efusi pleura. Pada tahun
2105 dijumpai usia paling banyak berada pada kategori lansia akhir (> 55-65)
sebanyak 25 orang pasien ( 23,1 %) dan paling sikit berada pada kategori remaja
akhir (17-25) sebanyak 8 orang pasien ( 7,4 %)
Data lengkap ditinjau dari jenis kelamin dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin Penderita Efusi Pleura Tahun 2015
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Penderita Efusi Pleura Tahun 2015
Data lengkap mengenai keluhan utama dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keluhan Utama Penderita Efusi Pleura Tahun 2015.
Distribusi karakteristik lokasi cairan sampel dapat dilihat pada Tabel 5.6 di
bawah ini.
Tabel 5.6 Distribusi Karakteristik Lokasi Cairan Penderita Efusi Pleura Tahun
2015
Distribusi karakteristik etiologi pada penderita Efusi Pleura dapat dilihat pada
di bawah ini.
Tabel 5.7 Distribusi Karakteristik Etologi pada Penderita Efusi Pleura Tahun 2015
Tabel 5.7 menjelaskan mengenai etiologi penderita efusi pleura yang paling
banyak ditemukan adalah faktor eksudat yaitu sebanyak 64 orang pasien (59,3%).
5.2. Pembahasan
5.2.1. Faktor Sosiodemografi Pasien Efusi Pleura
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai karakteristik Efusi Pleura
pada tahun 2015 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan, didapati:
1. Kelompok usia terbanyak adalah kategori lansia akhir (>55-65) yaitu 23,1%.
2. Berdasarkan jenis kelamin, laki-laki lebih banyak menderita efusi pleura 56,5%
dibandingkan dengan perempuan.
3. Keluhan utama penderita efusi pleura adalah dispnea yaitu sebanyak 53,7%.
4. Berdasarkan lokasi cairan efusi pleura, bagian kanan (dekstra) paru adalah lokasi
terbanyak dijumpai yaitu 45,4%.
5. Berdasarkan etiologi, faktor eksudat adalah faktor resiko yang terbanyak yaitu
59,3%.
6.2.Saran
Dari pengamatan selama saya melakukan penelitian ini, terdapat beberapa
saran yang ingin saya berikan. Diantaranya:
DAFTAR PUSTAKA
Agama : Islam
2016/2017