Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATA

“INDIKATOR MUTU ASUHAN KEPERAWATAN”

OLEH :

SALMA SYAFITRI

183310821

Dosen Pembimbing:

Ns. Idrawati Bahar, S.Kep., M.Kep

PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLTEKKES KEMENKES RI PADANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah yang berjudul “INDIKATOR MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN”. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat
nanti.

Penulis tentu menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya.Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk Makalah ini, supaya Makalah ini nantinya dapat menjadi
Makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Demikian, semoga Makalah ini dapat bermanfaat.Terima kasih.

Padang, 27Agustus 2021

` Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar………………………………………………………………………………….

Daftar isi………………………………………………………………………………………..

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang………………………………………………………………………
B. RumusanMasalah……………………………………………………………………
C. Tujuan…………………………………………………………………………………

BAB II TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Standar Asuhan Keperawatan


B. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan
C. Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan
D. Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
E. Langkah – langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit
F. Cangkupan Standar Asuhan Keperawatan

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan salah satu bentuk pelayanan profesional merupakan bagian
integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan secara
keseluruhan. Selain itu pelayanan keperawatan merupakan salah satu faktor penentu
baik buruknya mutu dan citra rumah sakit, oleh karenanya kualitas pelayanaan
keperawatan perlu dipertahankan dan ditingggalkan seoptimal mungkin.
Ciri - ciri mutu keperawatan yang baik antara lain :
1. Memenuhi standar profesi yang ditetapkan
2. Sumber daya untuk pelayanan asuhan keperawatan dimanfaatkan secara
wajar, efisiensi dan efektif
3. Aman bagi pasien dan tenaga keperawatan sebagai pemberi jasa
pelayanan
4. Memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
5. Aspek sosial,ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati

Disamping itu pesyaratan untuk peningkatan mutu asuhan keperawatan antara lain :

1. Pimpinan yang peduli dan mendukung


2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan ( standar mutu )
3. Tenaga keperewatan disiapkan melalui upaya peningkatkan pengetahuan, dan
ketrampilan dengan cara diadakan program diklat
4. Sarana, dan pelaksanaan dan lingkungan yang mendukung serta
5. Tersedia dan diterapkannya standar asuhan keperawatan

Berdasarkan kerangka berfikir seperti tersebut diatas, Direktorat jendral


pelayanan medik, Depkes RI bersama dengan organisai profesi keperawatan,telah
menyusun standar asuhan keperawatan dan telah resmi standar asuhan
keperawatan diberlakukan untuk diterapkan di seluruh rumah sakit, melalui “SK
Direktur Jendral Pelayanan Medik, NO. YM.00.03.2.6.7637 tahun 1993 tentang
berlakunya standarasuhan keperawatan dirumah sakit“ . Ini berati bahwa seluruh
tenaga keperawatan dirumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan harus
berpedoman kepada asuhan keperawatan yang dimaksud.

UU RI No.36 2014 tentang tenaga kesehatan dalam penjelasan tentang Pasal 53 ayat2
Pendayagunaan Tenaga Kesehatan warga negara asing sebagaimana dimaksud pada
ayat ( 1) dilakukan dengan mempertimbangkan:

a. alih teknologi dan ilmu pengetahuan; dan


b. ketersediaan Tenaga Kesehatan setempat.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang anda ketahui tentang standar asuhan keperawatan ?
2. Apakah tujuan dari standar asuhan keperawatan?
3. Bagaimanakah proses terwujutnya standar asuhan keperawatan ?
4. Bagaimanakah pelaksanaan standar asuhan keperawatan ?
5. Bagaimanakah langkah – langkah standar asuhan keperawatan di rumah sakit ?
6. Apa sajakah cangkupan standar asuhan keperawatan ?

C. Tujuan Masalah
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui gambaran tentangstandar asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui pengertian standar asuhan keperawatan.
b. Untuk mengetahui tujuan standar asuhan keperawatan.
c. Untuk mengetahui proses terwujutnya standar asuhan keperawatan.
d. Untuk mengetahui pelaksanaan standar asuhan keperawatan.
e. Untuk mengetahui langkah – langkah standar asuhan keperawatan di
rumah sakit ?
f. Untuk mengetahui cangkupan standar asuhan keperawatan
D. Manfaat Penulis
1. Diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi pembaca dan menjadi salah
satu referensi bagi penulisan makalah selanjutnya tentang standar asuhan
keperawatan.
2. Menjadi pengalaman berharga bagi penulis dan menambah pengetahuan penulis
tentang standar asuhan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian Standar Asuhan Keperawatan


Standar adalah suatu pernyataan diskriptif yang menguraikan penampilan kerja yang
dapat diukur melalui kualitas struktur, proses dan hasil . Standar merupakan
pernyataan yang mencakup kegiatan-kegiatan asuhan yang mengarah kepada praktek
keperawatan profesional.
Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian
integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat, berbentuk
pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif , ditujukan kepada individu,
keluarga, dan masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup kehidupan
manusia.
Standar praktek keperawatan adalah suatu pernyataan yang menguraikan suatu
kualitas yang diinginkan terhadap pelyanan keperawatan yang diberikan untuk klien.
Fokus utama standar praktek keperawatan adalah klien. Digunakan untuk mengetahui
proses dan hasil pelayanan keperawatan yang diberikan dalam upaya mencapai
pelayanan keperawatan. Melalui standar praktek dapat diketahui apakah intervensi
atan tindakan keperawatan itu yang telah diberi sesuai dengan yang direncanakan dan
apakah klien dapat mencapai tujuan yang diharapkan.
Beberapa tipe standar telah digunakan untuk mengarahakan dan mengontrol praktek
keperawatan. Standar dapat berbentuk ‘normatif’ yaitu menguraikan praktek
keperawatan yang ideal yang menggambarkan penampilan perawat yang bermutu
tinggi, standar juga berbentuk ‘empiris’ yaitu menggambarkan praktek keperawatan
berdasarkan hasil observasi pada sebagaian besar sarana pelayanan keperawatan.
Standar Asuhan Keperawatan adalah uraian pernyataan tingkat kinerja yang
diinginkan, sehingga kualitas struktur, proses dan hasil dapat dinilai. Standar asuhan
keperawatan berarti pernyataan kualitas yang didinginkan dan dapat dinilai pemberian
asuhan keperawatan terhadap pasien/klien. Hubungan antara kualitas dan standar
menjadi dua hal yang saling terkait erat, karena melalui standar dapat dikuantifikasi
sebagai bukti pelayanan meningkat dan memburuk.

B. Tujuan Standar Asuhan Keperawatan


1. Memberi bantuan yang efektif kepada semua orang yang memerlukan
pelayanan kesehatan sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional
2. Menjamin bahwa bantuan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pasien
dan mengurangi/menghilangkan kesenjangan
3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan yang ada
4. Memberi kesempatan kepada semua tenaga keperawatan untuk
mengembangkan tingkat kemampuan profesional
5. Memelihara hubungan kerja yang efektif dengan semua kalangan
kesehatan
6. Melibatkan pasien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan

Tujuan dan manfaat standar asuhan keperawatan penting lainnya mencakup pada
dasarnya mengukur kualitas asuhan kinerja perawat dan efektifitas manajemen
organisasi. Dalam pengembangan standar menggunakan pendekatan dan kerangka
kerja yang lazim sehingga dapat ditata siapa yang bertanggung jawab
mengembangkan standar bagaimana proses pengembangan tersebut. Standar
asuhan berfokus pada hasil pasien, standar praktik berorientasi pada kinerja
perawat professional untuk memberdayakan proses keperawatan. Standar finansial
juga harus dikembangkan dalam pengelolaan keperawatan sehingga dapat
bermanfaat bagi pasien, profesi perawat dan organisasi pelayanan.

Setiap hari perawat bekerja sesuai standar – standar yang ada seperti merancang
kebutuhan dan jumlah tenaga berdasarkan volume kerja, standar pemerataan dan
distribusi pasien dalam unit khusus, standar pendidikan bagi perawat professional
sebagai persyaratan agar dapat masuk dan praktek dalam tatanan pelayanan
keperawatan professional.

Terjadi kesepakatan antara praktisi terhadap tingkat kinerja dan menawarkan


ukuran penilaian agar praktek keperawatan terbaru dapat dibandingkan. Penilaian
essensial asuhan keperawatan melalui penataan standar sebagai dasar kesepakatan
untuk mencapai asuhan keperawatan optimal. Standar keperawatan dalam
prakteknya harus dapat diterima. Setiap klien berhak mendapatkan asuhan
berkualitas, tanpa membedakan usia dan diagnosa. Dengan demikian standar
dapat diharapkan memberikan fondasi dasar dalam mengukur kualitas asuhan
keperawatan.

Standar Asuhan Keperawatan yang kami buat, bukan mengacu pada 10 atau 20
besar penyakit, tapi pada 30 Diagnosa Keperawatan terbanyak. 30 Diagnosa
Keperawatan terbanyak ini didapatkan dari informasi yang dianalisa oleh Sistem
Informasi Keperawatan berbasis IT selama kurun waktu 2 tahun.

Walaupun SAK ini tidak sesuai dengan acuan Assesent Akreditasi Rumah Sakit
yang dikeluarkan oleh KARS, tapi SAK ini yang kami yakini lebih ideal. Dan
dalam diskusi degan surveyor Akreditasi di akhir 2009 saat kami akreditasi RS 16
Pokja yang ketiga, surveyor akreditasi bisa menerima argumen kami bahkan
mendukung SAK kami.

Secara umum standar praktek keperawatan ditetapkan untuk meningkatkan asuhan


atau pelayanan keperawatan dengan cara memfokuskan kegiatan atau proses pada
usaha pelayanan untuk memenuhi kriteria pelayanan yang diharapkan.
Penyusunan standar praktek keperawatan berguna bagi perawat, rumah
sakit/institusi, klien, profesi keperawatan dan tenaga kesehatan lain.

1. Perawat
Standar praktek keperawatan digunakan sebagi pedoman untuk
membimbing perawat dalam penentuan tindakan keperawatan yang akan
dilakukan teradap kien dan perlindungan dari kelalaian dalam melakukan
tindakan keperawatan dengan membimbing perawat dalam melakukan
tindakan keperawatan yang tepat dan benar.
2. Rumah sakit
Dengan menggunakan standar praktek keperawatan akan meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pelayanan keperawatan dapat menurun dengan
singkat waktu perwatan di rumah sakit.
3. Klien
Dengan perawatan yang tidak lama maka biaya yang
ditanggung klien dan keluarga menjadi ringan.
4. Profesi
Sebagai alat perencanaan untuk mencapai target dan sebagai ukuran untuk
mengevaluasi penampilan, dimana standar sebagai alat pengontrolnya.
5. Tenaga kesehatan lain
Untuk mengetahui batas kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat
saling menghormati dan bekerja sama secara baik.

C. Proses Terwujutnya Standar Asuhan Keperawatan


1. Pemimpin yang peduli dan mendukung
2. Ada kesadaran bahwa mutu harus ditingkatkan (Standar mutu )
3. Tenaga keperawatan disiapakn melalui upaya peningkatan pengetahuan,
sikap, ketrampilan dengan cara diadakan program diklat dan seminar
D. Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan
Upaya peningkatan mutu asuhan keperawatan, tidak cukup hanya dengan tersedianya
Standar Asuhan Keperawatan tetapi perlu didukung sistem pemantauan dan penilaian
penerapan standar tersebut, yang dilaksanakan secara sistematis, objektif dan
berkelanjutan
 Standar I: Pengkajian Keperawatan
Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatan klien secara
sistematis,menyeluruh, akurat, singkatdanberkesinambungan.
Kriteria Proses:
1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, pemeriksaan
fisik, dan mempelajari data penunjang ( pengumpulan data diperoleh dari hasil
wawancara, pemeriksaan fisik, pemeriksaan lab, dan mempelajari catatan
klien lainnya ).
2. Sumber data adalah klien, keluarga, atau orang terkait, tim kesehatan, rekam
medis dan catatan lain.
3. Data yang dikumpulkan, difokuskan untuk mengidentifikasi :
a) Status kesehatan klien saat ini
b) Status kesehatan klien masa lalu
c) Status fisiologis, psikologis, sosial, dan spiritual
d) Respon terhadap alergi
e) Harapan terhadap tingkat kesehatan yang optimal
f) Resiko – resiko tinggi masalah
 Standar II: Diagnosis Keperawatan
Perawat menganalisa data pengkajian untuk merumuskan diagnosis keperawatan
Kriteria Proses:
1. Proses diagnosis terdiri dari analisis, interpretasi data, identifikasi masalah
klien dan perumusan diagnosis keperawatan.
2. Komponen diagnosis keperawatan terdiri dari: Masalah (P), Penyebab (E),
dan tanda atau gejala (S) atau terdiri dari masalah dan penyebab (PE).
3. Bekerja sama dengan klien, dekat dengan klien, petugas kesehatan
lain untuk memvalidasi diagnosis keperawatan.
4. Melakukan pengkajian ulang dan merevisi diagnosis berdasarkan data
terbaru.
 Standar III: Perencanaan
Perawat membuat rencana tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah dan
meningkatkan kesehatan klien.
Kriteria Proses :
1. Perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan
dan rencana tindakan keperawatan.
2. Bekerjasama dengan klien dalam menyusun rencana tindakan
keperawatan.
3. Perencanaan bersifat individual sesuai dengan kondisi atau
kebutuhan klien.
4. Mendokumentasikan rencana keperawatan.

 Standar IV: Implementasi


Perawat mengimplementasikan tindakan yang telahdi identifikasi dalam rencana
asuhan keperawatan.
Kriteria Proses :
1. Bekerjasama dengan klien dalam pelaksanaan tindakan keperawatan
2. Kolaborasi dengan profesi kesehatan lain untuk meningkatkan status
kesehatan klien
3. Melakukan tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah kesehatan
klien.
4. Melakukan supervisi terhadap tenaga pelaksana keperawatan dibawah
tanggung jawabnya.
5. Menjadi koordinator pelayanan dan advokasi terhadap klien untuk
mencapai tujuan kesehatan.
6. Menginformasikan kepada klien tentang status kesehatan dan fasilitas-
fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.
7. Memberikan pendidikan pada klien dan keluarga mengenai konsep,
ketrampilan asuhan diri serta membantu klien memodifikasi lingkungan yang
digunakannya.
8. Mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan
berdasarkan respon klien.
 Standar V: Evaluasi
Perawat mengevaluasi kemajuan klien terhadap tindakan dalam pencapaian
tujuan dan merevisi data dasar serta perencanaan.
Kriteria Proses:
1. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
kompeherensif, tepat waktu dan terus menerus.
2. Menyusun perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara
komprehensif, tepat waktu dan terus menerus.
3. Menggunakan data dasar dan respon klien dalam mengukur perkembangan
kearah pencapaian tujuan.
4. Memvalidasi dan menganalisis data baru dengan sejawat dan klien.
5. Bekerja sama dengan klien, keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan
keperawatan.
6. Mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

E. Langkah – langkah Pelaksanaan Standar Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit


Dalam mewujudkan asuhan keperawatan bermutu diperlukan beberapa komponen
yang harus dilaksanakan oleh tim keperwatan yaitu (1) terlihat sikap caring ketika
harus memberikan asuhan keperawatan kepada klien, (2) adanya hubungan perawat -
klien yang terapeutik, (3) kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lain, dan (4)
kemampun dalam memenuhi kebutuhan klien, serta (5) kegiatan jaminan mutu
(quality assurance). Dengan demikian, upaya pimpinan rumah sakit dan manajerial
keperawatan seyogyanya difokuskan pada kelima komponen kegiatan tersebut yang
akan diuraikan berikut ini.
a. Sikap “caring” perawat
Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan oleh perawat dapat dicapai
apabila perawat dapat memperlihatkan sikap “caring” kepada klien. Dalam
memberikan asuhan, perawat menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah
lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan
bersikap “caring” sebagai media pemberi asuhan (Curruth, Steele, Moffet,
Rehmeyer, Cooper, & Burroughs, 1999). Para perawat dapat diminta untuk
merawat, namun meraka tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan
dengan menggunakan spirit “caring”.
Spirit “caring” seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal
dari hati perawat yang terdalam. Spritit “caring” bukan hanya memperlihatkan
apa yang dikerjakan perawata yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga
mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat
memperlihatkan cara yang berada ketika memberikan asuhan kepada klien.
“Caring” merupakan pengetahuan kemanusiaan, inti dari praktik
keperawatan yang bersifat etik dan filosofikal. “Caring” bukan semata- mata
perilaku. “Caring” adalah cara yang memiliki makna dan memotivasi tindakan
(Marriner-Tomey, 1994). “Caring”juga didefinisikan sebagai tindakan yang
bertujuan memberikan asuhan fisik dan perhatikan emosi sambil
meningkatkan rasa aman dan keselamatan klien (Carruth et all, 1999).
Sikap ini diberikan memalui kejujuran, kepercayaan, dan niat baik. Prilaku
“caring” menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik,
psikologis, spiritual, dan sosial. Diyakini, bersikap “caring” untuk klien dan
bekerja bersama dengan klien dari berbagai lingkungan merupakan esensi
keperawatan. Watson menekankan dalam sikap”caring” ini harus tercermin
sepuluh faktor kuratif yaitu:
1. Pembentukan sistem nilai humanistic dan altruistik. Perawat
menumbuhkan rasa puas karena mampu memberikan sesuatu
kepada klien. Selain itu, perawat juga memperlihatkan kemapuan
diri dengan memberikan pendidikan kesehatan pada klien.
2. Memberikan kepercayaan - harapan dengan cara memfasilitasi
dan meningkatkan asuhan keperawatan yang holistik. Di samping
itu, perawat meningkatkan prilaku klien dalam mencari
pertolngan kesehatan.
3. Menumbuhkan sensitifan terhadap diri dan orang lain. Perawat
belajar menghargai kesensitifan dan perasaan kepada klien,
sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan
bersikap wajar pada orang lain.
4. Mengembangan hubungan saling percaya. Perawat memberikan
informasi dengan jujur, dan memperlihatkan sikap empati yaitu
turut merasakan apa yang dialami klien.
5. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan
negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan
mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien.
6. Penggunaan sistematis metoda penyalesaian masalah untuk
pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses
keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada
klien.
7. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,
memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal,
dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien.
8. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual
yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruhi lingkungan
internal dan eksternal klien terhadap kesehatan kondisi penyakit
klien.
9. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manisiawi.
Perawat perlu mengenali kebutuhan komperhensif diri dan klien.
Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih
ke tingkat selanjutnya.
10. Mengijinkan terjadinya tekanan yang bersifat fenomologis agar
pertumbuhan diri dan kematangan jiwa klien dapat dicapai.
Kadang-kadang seseorang klien perlu dihadapkan pada
pengalaman/pemikiran yang bersifat profokatif. Tujuannya
adalah agar dapat meningkatkan pemahaman lebih mendalam
tentang diri sendiri.

Kesepuluh faktor karatif ini perlu selalui dilakukan oleh perawat agar
semua aspek dalam diri klien dapat tertangani sehingga asuhan
keperawatan profesional dan bermutu dapat diwujudkan. Selain itu,
melalui penerapan faktor karatif ini perawat juga dapat belajar untuk
lebih memahami diri sebelum mamahami orang lain.

Keperawatan merupakan suatu proses interpersonal yang terapeutik dan


signifikan. Inti dari asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
adlah hubungan perawat-klien yang bersifat profesional dengan
penekanan pada bentuknya tinteraksi aktif antara perawat dan klien.
Hubungan ini diharapkan dapat memfasilitasi partisipasi klien dengan
memotivasi keinginan klien untuk bertanggung jawab terhadap kondisi
kesehatannya.

b. Hubungan perawat-klien
Hubungan perawat dan klien adalah suatu bentuk hubungan
terapeutik/profesional dan timbal balik yang bertujuan untuk meningkatkan
efektifitas hasil intervensi keperawatan melalui suatu proses pembinaan
pemahaman tentang dua pihak yang sedang berhubungan. Hubungan
profesional ini diprakasai oleh perawat melaui sikap empati dan keinginan
berrespon (“sense of responsiveness”) serta keinginan menolong klien (“sense
of caring”).
Menurut Peplau, dalam membina hubungan profesional ini, kedua pihak
seyogyanya harus melewati beberapa tahapan (Marriner- Tomey, 1994) yaitu :
1. tahap orientasi
2. tahap identifikasi
3. tahap eksploitasi
4. tahap resolusi.

Pada tahap orientasi, setelah saling memperkenalkan diri, perawat berupaya


menolong klien mengidentifikasi maslah yang sedang dihadapi klien.
Penjelasan, penekanan perlu dikemukakan oleh perawat agar klien menyakini
masalah atau beberapa masalah yang perlu diatasi. Tahap identifikasi terjadi
ketika klien mampu mampu mengidentifikasi sesorang atau beberapa orang
yang dapat menolongnya. Pada tahap ini perawat memberi kesempatan klien
untuk mengkaji lebih jauh perasaan tentang diri, penyakit, dan kemampuan
yang dimilikinya.

Tujuannnya adalah agara perawat dapat membimbing klien periode


penyakitnya sebagai pengalaman yang memungkinkan klien mengenali
kembali perasaan dan kekuatan internal yang pernah dimiliki sehingga dapat
memberikan kepuasan yang diperlukan klien.
Tahap eksploitasi terjadi ketika klien mampu menguraikan nilai dan
penghargaan yang dia peroleh dari hubungan profesional dari hubungan
profesional antara perawat dan dirinya. Beberapa tujuan baru yang perlu
dicapai melalui upaya diri klien dapat dikemukakan oleh perawat, dan
kekuatan akan dialihkan oleh perawata kepada klien apabila klien mengalami
hambatan akibat ia tidak mampu mencapai tujuan baru tersebut.

Tahap akhir dari hubungan profesional perawat - klien adalah tahap resolusi
ditandai dengan tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dan tidak lagi
menjadi prioritas kegiatan klien. Pada tahap ini klien membebaskan diri dari
keterkaitannya dengan perawat dan menunjukkan kemampuannya untuk
bertanggung jawab terhadap kesehatan dirinya. Keempat tahapan dalam
hubungaan profesional ini dapat terjadi tumpang tindih antara satu tahapan
dengan tahapan berikutnya.

Dalam membina hubungan profesional, asuhan keperawatan juga merupakan


media edukatif dimana suatu kekuatan internal yang kokoh dari seseorang
perawat dapat mempengaruhi klein untuk meningkatkan perilaku dan
kepribadian klein selama sakit ke arah kehidupan yang kreatif, konstruktif, dan
produktif. Bberapa peran perlu diemban opelh perawat ketika menjalankan
dan membina hubungan profesional yaitu :

1. peran sebagai orang asing (“starnger”),


2. narasumber (“resource person”),
3. pendidik (‘teacingrole”),
4. pemimpin (“leadersip role”),
5. peran pengganti (“surrogate role”) (Marriner-Tomey, 1994).

Keberhasilahn hubungan profesional/terapeutik anatara perawat dan klien


sangat menentukan keberhasilan hasil tindakan yang diharapkan. Disamping
itu, hubungan profesional yang baik anatara perawat-klien dapat
menghindari, memprediksi, dan mengantisipasi berbagai penyulit yang
mungkin terjadi. Oleh karena itu, berbagai peran diatas seyogyanya menjadi
fokus perhatian perawat ketika menolong klien melewati tahapan dlam
hubungan profesionalnya dengan perawat (Nurachah, 2000).

c. Kemampuan perawat dalam memenuhi kebutuhan klien


Asuhan keperawatan bermutu marupakan rangkaian kegiatan keperawatan
yang diorientasi pada klein. Asuhan keperawatan bermutu yang diberikan
kepada klien dipengaruhi oleh kemampuan perawat dalam berrespon terhadap
keluhan dan masalah klien serta upaya memenuhi kebuutuhan klien.
Hendreson menetapkan 14 kebutuhan klien yang seyogyanya dapat dipenihi
oleh perawat (Marriner-Tomey, 1994). Namun, karena masalah klien sangat
unik dan kebutuhannya sangat individual maka perawat senatiasa harus
meningkatkan diri agar selalu memiliki kemapuan dan pengetahuan yang
diperlukan dalam membantu klien menyelesaikan masalahnya.
F. Cangkupan Standar Asuhan Keperawatan
Sepuluh Standar Asuhan keperawatan ( ANA, 1973 ) Perawat mempunyai tanggung
jawab untuk :
a. Memberikan pelayanan dengan menghargai klien sebagai makluhk
hidup.
b. Melindungi hak ( privasi ) klien.
c. Mempertahankan kopetensi dalam Asuhan Keperawatan dan mengenal
klien serta menerima tanggung jawab pribadi terhadap intervensinya.
d. Melindungi klien jika intervensi dan keselamatannya terancam yang
diakibatkan oleh orang lain yang tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Menggunakan kemamopuan individu sebagai kriteria untuk menerima
tanggung jawab.
f. Partisipasi dalam kegiatan riset jika hak responden dilindungi.
g. Partisipasi dalam kegiatan profesi keperawatan untuk meningkatkan
standar peratik atau pelayanan dan pendidikan keperawatan.
h. Meningkatkan dan mempertahankan kualitas keperawatan ( tenaga
perawat ) dengan partisipasi dalam kegiatan profesi.
i. Mempromosikan kesehatan melalui kerja sama dengan masyarakat dan
profesi kesehatan lainnya.
j. Menolak memberikan persetujuan untuk promosi menjual produk
komersial, pelayanan atau hiburan lainnya.

BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Praktek keperawatan profesional harus terwujud dalam tatanan praktek yang nyata yaitu
pemberian asuhan secara langsung kepada pasien, keluarga,kelompok ataupun
komonitas. Untuk menjamin mutu asuhan yang di berikan diperlukan suatu ukuran untuk
mengevaluasikannya. Uraian ini adalah suatu standar. Standar keperawatan dapat
dibedakan atas dua jenis yaitu standar asuhan dan standar praktek. Profesi keperawatan
harus mulai menata diri dengan membuat standar untuk berbagai keperluan seperti
pelayanan, pendidikan, dan penelitian. Pelayanan keperawatan akan diterima dan
dipercaya oleh komsumen bila mutu pelayananya terjamin melalui standar yang baku
dan selalu ditinggkatkan dari waktu-ke waktu.
B. Saran
1. Bagi Perawat. Bagi seorang perawat standar praktek keperawatan ini
akan digunakan sebagai pedoman dalam hal membimbing perawat dalam
penentuan tindakan keperawatan yang akan dilakukan teradap pasien dan
juga perlindungan dari kelalaian dalam melakukan tindakan keperawatan
dengan membimbing perawat dalam melakukan tindakan keperawatan
yang tepat dan juga benar.
2. Bagi Rumah Sakit. Dengan penggunaan standar praktek keperawatan ini
tentunya akan meningkatkan efisiensi serta juga efektifitas pelayanan
keperawatan dan ini akan berefek kepada penurunan lama rawat pasien di
rumah sakit.
3. Bagi Pasien. Dengan perawatan yang tidak memakan waktu yang lama maka
biaya perawatan serta pengobatan yang ditanggung pasien dan
keluarganya akan menjadi semakin ringan.
4. Bagi Profesi. Standar ini digunakan sebagai alat perencanaan untuk
mencapai target dan sebagai tolak ukur untuk mengevaluasi penampilan,
dimana standar ini digunakan sebagai alat pengontrolnya.
5. Bagi Tenaga Kesehatan Lainnya. dapat digunakan untuk mengetahui batas
kewenangan dengan profesi lain sehingga dapat saling menghormati dan
bekerja sama secara baik dalam menjalankan pekerjaan sesuai profesinya dan
meningkatkan pelayanan tentunya.

DAFTAR PUSTAKA
Allen, Carol Vestal. 1998. Memahami Proses Keperawatan Dengan Pendekatan
Latihan. EGC:Jakarta.

American Nursing Association. 1980. Nursing a Social Policy Statement.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2000. PERMENKES Nomor. 47. Registrasi dan
Peratik Keperawatan. Jakarta.

___. 1992. Undang – udang Kesehatan Nomor. 23 tentang Kesehatan. Jakarta.

Persatuan Perawat Nasional Indonesia. 2000. Rancangan Standar Keperawatan.

Jakarta

Anda mungkin juga menyukai