Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“Pencegahan Primer, Sekunder, Tersier dengan klien HIV/AIDS”

Dosen Pengampu :
Ns. Mather, S. Kep , M. Sos
Disusun Oleh Kelompok 4 :
1. Muhammad Rully A (191121031)
2. Dea Destin Rahma Dany (191121009)
3. Fatiha Tsarwadifa Pangestu (191121014)
4. Putri Olivia (191121039)
5. Sholihatun Nisa (191121050)
6. Teti Rahmawati (191121053)

SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN DAN NERS PONTIANAK


POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK
TAHUN AJARAN 2019/2020
ii
VISI DAN MISI PROGRAM STUDY NERS
VISI
“Menjadi Institusi Pendidikan Keperawatan yang Bermutu dan Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gawat Darurat dan Keperawatan Perioperatif di Tingkat
Regional Tahun 2020”

MISI
1. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Kompetensi.
2. Meningkatkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis
Penelitian.
3. Mengembangkan Upaya Pengabdian Masyarakat yang Unggul dalam Bidang
Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Berbasis IPTEK dan
Teknologi Tepat Guna.
4. Mengembangkan Program Pendidikan Keperawatan yang Unggul dalam
Bidang Keperawatan Gadar dan Keperawatan Perioperatif yang Mandiri,
Transparan dan Akuntabel.
5. Mengembangkan Kerjasama baik Lokal maupun Regional

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadiran Allah SWT. yang telah
memberikan rahmat, hidayah serta karunia-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pencegahan Primer, Sekunder,
Tersier dengan klien HIV/AIDS ”
Kami menyadari bahwa makalah yang kami selesaikan ini masih jauh dari
kesempurnaan, tapi telah kami usahakan semaksimal mungkin dan berdoa
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa
menyampaikan banyak terima kasih kepada Allah SWT, Oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran dari semua, kepada kami sehingga kami dapat
memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih, pada penyusun makalah ini kami
mengharapkan, semoga dari makalah ini dapat diambil hikmah dan manfaat.

Pontianak , 12 Maret 2021

Penyusun

ii
DAFTAR PUSTAKA

VISI DAN MISI PROGRAM STUDY NERS.................................................................i


KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan masalah................................................................................................2
C. Tujuan Masalah...................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Definisi HIV/AIDS................................................................................................3
B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS............................................................................5
C. Tanda dan Gejala HIV/AIDS..............................................................................6
D. Bagaiamana cara penularan penyakit HIV/AIDS.............................................6
E. Tahapan yang terjadi dalam penularan HIV/AIDS..........................................7
F. Pencegahan HIV/AIDS........................................................................................8
BAB III...........................................................................................................................14
KESIMPULAN..............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
HIV/AIDS saat ini merupakan penyakit yang dianggap paling
menakutkan. WHO (World Health Organization), badan PBB untuk
kesehatan dunia, memperkirakan AIDS telah membunuh lebih dari 25 juta
orang sejak pertama kali diakui pada tanggal 5 Juni 1981. Pada tahun 2005
saja, AIDS diklaim telah menyebabkan kematian sebanyak 2,4 hingga 3,3 juta
jiwa; lebih dari 570.000 jiwa di antaranya adalah anak-anak. Sepertiga dari
jumlah kematian ini terjadi di Afrika Sub-Sahara, sehingga memperlambat
pertumbuhan ekonomi dan menghancurkan persediaan sumber daya manusia
di sana. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan salah satu wabah paling
mematikan dalam sejarah.
Selain itu, sampai saat ini belum ditemukan obat yang dapat
menyembuhkan penderita dari penyakit ini. Obat yang ada hanya berfungsi
untuk menghambat pertumbuhan virus dan memperpanjang masa hidup
penderita. Oleh karena itu, sangat penting untuk dilakukan diagnosa dini
terhadap penyakit ini karena penyakit ini merupakan penyakit yang tidak
menunjukkan gejala pada bulan-bulan pertama padahal pada masa tersebut
penderita sudah dapat menularkan penyakit HIV/AIDS ini kepada orang lain.
Seperti yang kita ketahui bersama, AIDS adalah suatu penyakit yang
belum ada obatnya dan belum ada vaksin yang bisa mencegah serangan virus
HIV, sehingga penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat
berbahaya bagi kehidupan manusia baik sekarang maupun waktu yang
datang. Selain itu AIDS  juga dapat menimbulkan penderitaan, baik dari segi
fisik maupun dari segi mental. Mungkin kita sering mendapat informasi
melalui media cetak, elektronik, ataupun seminar-seminar, tentang betapa
menderitanya seseorang yang mengidap  penyakit AIDS. Dari segi fisik,
penderitaan itu mungkin, tidak terlihat secara langsung karena gejalanya baru
dapat kita lihat setelah beberapa bulan. Tapi dari segi mental, orang yang
mengetahui dirinya mengidap penyakit AIDS akan merasakan penderitaan

1
batin yang berkepanjangan. Semua itu menunjukkan  bahwa masalah AIDS
adalah suatu masalah besar dari kehidupan kita semua. Dengan
pertimbangan-pertimbangan dan alasan itulah kami sebagai pelajar, sebagai
bagian dari anggota masyarakat dan sebagai generasi penerus bangsa, merasa
perlu memperhatikan hal tersebut
B. Rumusan masalah
1. Bagaimana uraian dari HIV/AIDS?
2. Apa yang menyebabkan penyakit AIDS?
3. Tanda dan gejala penderita HIV/AIDS
4. Bagaimana cara penularan penyakit AIDS?
5. Bagaimana tahapan yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS ?
6. Bagaimana cara pencegahan HIV/AIDS ?
C. Tujuan Masalah
1. Memaparkan mengenai definisi dari penyakit HIV/AIDS.
2. Memaparkan penyebab penyakit HIV/AIDS.
3. Mengetahui cara penularan penyakit AIDS.
4. Mengetahui tahap-tahap yang terjadi dalam penularan penyakit AIDS.
5. Mengetahui upaya pencegahan penularan penyakit AIDS

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Definisi HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyerang sel
darah putih di dalam tubuh (limfosit) yang mengakibatkan turunnya kekebalan
tubuh manusia. Penyakit HIV/AIDS merupakan penyakit yang penyebarannya
sangat cepat di berbagai negara. Virus ini dapat menyerang siapa saja. Orang
yang dalam darahnya terdapat virus HIV dapat tampak sehat dan belum
membutuhkan pengobatan, namun orang tersebut dapat menularkan virusnya
kepada orang lain bila melakukan hubungan seks berisiko dan berbagi alat
suntik dengan orang lain (Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia, 2011).
HIV (  Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya ke dalam sel tuan rumah ketika melakukan cara
infeksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA sel tuan rumah, membentuk pro virus dan
kemudian melakukan replikasi.
Virus HIV ini dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah
putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh
manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan  penyakit
walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV menyerang sel CD4 dan
merubahnya menjadi tempat  berkembang biak Virus HIV baru kemudian
merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel darah putih sangat
diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan tubuh maka ketika
diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya
adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa.
AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) merupakan dampak atau efek
dari perkembang biakan virus HIV dalam tubuh makhluk hidup. Virus HIV

3
membutuhkan waktu untuk menyebabkan sindrom AIDS yang mematikan dan
sangat berbahaya. Penyakit AIDS disebabkan oleh melemah atau
menghilangnya sistem kekebalan tubuh yang tadinya dimiliki karena sel CD4
pada sel darah putih yang banyak dirusak oleh Virus HIV.
Ketika kita terkena Virus HIV kita tidak langsung terkena AIDS. Untuk
menjadi AIDS dibutuhkan waktu yang lama, yaitu beberapa tahun untuk dapat
menjadi AIDS yang mematikan. Saat ini tidak ada obat, serum maupun vaksin
yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS.

GAMBAR HIV
Sesuai dengan namanya, virus HIV hanya menyerang manusia
khususnya sistem kekebalan tubuh manusia yang melindungi tubuh dari
infeksi. Sel imun yang terinfeksi adalah CD4 + sel T, makrofag, dan sel
dendritik. CD4+ sel T secara langsung maupun tidak langsung dihancurkan
oleh virus tersebut. Infeksi HIV menyebabkan sistem kekebalan tubuh akan
semakin lemah. Keadaan ini akan membuat orang mudah diserang beberapa
jenis penyakit (sindrom) yang kemungkinan tidak mempengaruhi orang
dengan sistem kekebalan tubuh yang sehat. Penyakit tersebut disebut sebagai
infeksi oportunistik.
Jika seseorang didiagnosis terinfeksi HIV (HIV positif), orang tersebut
dapat tetap sehat tanpa gejala klinis sehingga disebut penyakit HIV tanpa
gejala. Setelah timbul gejala, maka disebut sebagai infeksi HIV bergejala atau
penyakit HIV lanjutan. Namun pasien HIV positif tidak langsung didiagnosis

4
menderita AIDS. AIDS itu sendiri merupakan kumpulan gejala dan infeksi
akibat melemahnya sistem kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi
HIV. Beberapa negara mempunyai kriteria tertentu dalam mendiagnosis
pasien AIDS. Di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya, seseorang
didiagnosis menderita AIDS ketika HIV membunuh CD4+ sel T hingga jumlah
CD4+ sel T dalam darah kurang dari 200 sel/µL darah akibatnya kekebalan
seluler menjadi hilang. Sedangkan di Kanada, orang yang terinfeksi HIV
didiagnosis menderita AIDS ketika muncul infeksi oportunistik.
Tanpa terapi antiretroviral, rata-rata waktu infeksi HIV berubah
menjadi penyakit AIDS adalah sekitar 9 hingga 10 tahun dan rata-rata harapan
hidup penderita AIDS adalah 9,2 bulan. Bagaimanapun perkembangan klinis
masing-masing pasien bervariasi, mulai dari 2 minggu hingga 20 tahun.
Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan penyakit ini, misalnya
kemampuan tubuh untuk melawan HIV yang bekaitan dengan sistem imun
tubuh. Pasien AIDS yang lebih tua mempunyai sistem imun tubuh yang lebih
lemah daripada pasien muda sehingga resiko perkembangan penyakit AIDS
menjadi lebih besar. Akses yang sulit untuk mencapai pelayanan kesehatan
dan kehadiran agen infeksi seperti TBC juga dapat memperburuk
perkembangan penyakit.
B. Penyebab Penyakit HIV/AIDS
AIDS merupakan stadium akhir dari infeksi HIV. Pada umumnya AIDS
berujung pada kematian. HIV merupakan retrovirus yang mempunyai materi
genetik RNA. Tidak semua virus RNA merupakan retrovirus, misalnya seperti
virus campak atau virus flu merupakan virus RNA tetapi bukan retrovirus.
Yang menjadi ciri khas retrovirus adalah proses replikasi dilakukan mundur
(backward replication). HIV disebut retrovirus karena kemampuannya
merubah RNA menjadi DNA, yang merupakan proses terbalik dari apa yang
biasanya terjadi di dalam sel (biasanya, DNA dirubah menjadi RNA oleh inti
sel untuk menyampaikan perintah kepada bagian sel lainnya). Bila virus masuk
ke dalam tubuh penderita (sel hospes) maka RNA virus diubah menjadi DNA
oleh enzim reverse transcriptase yang dimiliki oleh HIV. DNA pro-virus

5
tersebut kemudian diintegrasikan ke dalam sel hospes dan selanjutnya
diprogramkan untuk membentuk gen virus.
Sistem imun manusia dibagi menjadi dua yaitu sistem imun spesifik dan
sistem imun non spesifik. Virus HIV menyerang sistem imun spesifik yaitu
sistem imun selular khususnya adalah T helper CD4. Sel T helper CD4 adalah
sel T yang telah disintesis dari kelenjar timus dan akan terbawa sirkulasi darah
sehingga masuk ke dalam limfa dan bermigrasi ke dalam jaringan limfatik,
kemudian bermigrasi kembali ke dalam sirkulasi darah, hingga suatu saat
terjadi terstimulasi oleh antigen tertentu dengat ikatan pada molekul MHC
kelas II. Apabila virus HIV masuk dalam badan,dia akan mulai merusakkan sel
T helper CD4. Sel CD4 bertindak sebagai utusan kepada sel-sel sistem
pertahanan tubuh badan yang lain, memberitahu mereka untuk melawan
mikroorganisme yang berbahaya. HIV melekat dan menjangkiti sel CD4 dan
mejadikan sel CD4 sebagai tempat untuk menggandakan virus HIV. Dalam
proses ini, sel CD4 yang telah terjangkit kehilangan kekuatannya untuk
melawan penyakit.
C. Tanda dan Gejala HIV/AIDS
Gejala AIDS beraneka ragam dan tergantung pada manifestasi khusus
penyakit tersebut. Sebagai contoh, pasien AIDS dengan infeksi paru dapat
mengalami demam dan keluar keringat malam sementara pasien tumor kulit
akan menderita lesi kulit. Gejala non spesifik pada pasien AIDS mencakup rasa
letih yang mencolok, pembengkakan kelenjar leher, ketiak serta lipat paha,
penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya dan diare yang berlarut-larut.
Karena gejala-gejala yang belakangan ini dapat dijumpai pada banyak kondisi
lainnya, maka hanya kalau kondisi ini sudah disingkirkan dan gejala tersebut
tetap ada, barulah diagnosis AIDS di pertimbangkan, khususnya pada orang-
orang yang bukan termasuk kelompok resiko tinggi.
Berikut Tanda dan Gejala klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis

6
5. Dimensia/HIV ensefalopati.
D. Bagaiamana cara penularan penyakit HIV/AIDS
HIV tidak ditularkan atau disebarkan melalui hubungan sosial yang biasa
seperti jabatan tangan, bersentuhan, berciuman biasa, berpelukan, penggunaan
peralatan makan dan minum, gigitan nyamuk, kolam renang, penggunaan
kamar mandi atau WC/Jamban yang sama atau tinggal serumah bersama Orang
Dengan HIV/AIDS (ODHA).
Cara penularan HIV  ada tiga :
1. Hubungan seksual, baik secara vaginal, oral, ataupun anal dengan seorang
pengidap. Ini adalah cara yang paling umum terjadi,. Lebih mudah terjadi
penularan bila terdapat lesi penyakit kelamin dengan ulkus atau
peradangan jaringan seperti herpes genitalis, sifilis, gonorea, klamidia,
kankroid, dan trikomoniasis. Resiko pada seks anal lebih besar disbanding
seks vaginal dan resiko juga lebih besar pada yang reseptive dari pada
yang insertive.
2. Kontak langsung dengan darah / produk darah / jarum suntik.
a. Transfusi darah yang tercemar HIV
b. Pemakaian jarum tidak steril/pemakaian bersama jarum suntik dan
sempritnya pada para pencandu narkotik suntik.
c. Penularan lewat kecelakaan tertusuk jarum pada petugas kesehatan.
3. Secara vertical dari ibu hamil pengidap HIV kepada bayinya, baik selama
hamil, saat melahirkan ataupun setelah melahirkan.
E. Tahapan yang terjadi dalam penularan HIV/AIDS.
1. Tahap dini, ( fase akut ) ditandai oleh viremia transien, masuk kedalam
jaringan limfosit, terjadi penurunan sementara dari CD4 sel T diikuti
pengaturan replikasi virus dengan dihasilkan CD8 sel T antivirus. Secara
klinis merupakan penyakit akut yang sembuh sendiri dengan nyeri
tenggorok, mialgia, non – spesifik, dan meningitis aseptic. Kesembuhan
klinis dalam jumlah CD4 sel T menjadi normal terjadi dalam waktu 6 – 12
minggu.
2. Tahap menengah,( fase kronik ) berupa keadaan panas secara klinis dengan
replikasi virus yang rendah khusunya dijaringan limfoit, dan hitungan CD4

7
secara perlahan menurun. Penderita dapat mengalami pembesaran kelenjar
limfe yang luas tanpa gejala yang jelas. Tahap ini dapat mencapai
beberapa tahun. Pada akhir tahap ini, terjadi demam, kemerahan kulit,
kelelahan, dan viremi. Tahap kronik dapat berakhir antara 7 – 10 tahun.
3. Tahap akhir, ( fase krisis ) di tandai dengan menurunya pertahanan tubuh
penderita secara cepat berupa rendahnya jumlah CD4, penurunan berat
badan, diarre, infeksi oportunistik, dan keganasan sekunder. Tahap ini
umumnya dikenal sebagai AIDS. Petunjuk dari CDC di Amerika Serikat
mengganggap semua orang dengan infeksi HIV dan jumlah sel T CD4
kurang dari 200 sel/µl sebagai AIDS, meskipun gambaran klinis belum
terlihat.
Gambaran klinis AIDS dapat berupa :
1. Berbagai macam infeksi oportunistik ( Pneumonia yang disebabkan
oleh Pneumocystis carinii terjadi pada 50 % penderita ).
2. Spektrum luas dari infeksi bakteri piogenik ( menunjukan gangguan
imunitas humoral ).
3. Sejumlah keganasan sarkoma kaposi yang agresif ditemukan pada 25%
penderita, ditemukan lebih banyak pada penderita yang homoseks
daripada kelompok resiko lainya. Limfosit sel B non – Hodgkin yang
agresif trutama pada daerah ekstra nodul, dengan kelinan pada otak
ditemukan 60 kali lebih tinggi daripada masyarakat umum.
Pada penderita AIDS, kurun waktu 5 tahun meningkat 85%. Selanjutnya
dapat meningkat sampai 100%
F. Pencegahan HIV/AIDS
Permasalahan HIV/AIDS telah menjadi beban kesehatan masyarakat
global dimana kasusnya telah tercatat peningkatannya terus menerus baik
di negara maju maupun negara berkembang. Sehingga perlu adanya upaya
yang lebih efektif untuk menangani penyakit AIDS ini dengan upaya
pencegahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kata
pencegahan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan mencegah atau
penolakan terhadap suatu hal. Bila dispesialisasikan dalam bahasa
kesehatan , pengertian dari pencegahan adalah segala bentuk aksi yang

8
bertujuan untuk mencegah penyakit agar tidak sampai terjadi. Pencegahan
juga bisa berarti upaya untuk mengeradikasi, eliminasi dan mengurangi
dampak dari penyakit dan ketidakmampuan manusia (Porta 2008).
Macam-macam pencegahan terdiri dari pencegahan primer, pencegahan
sekunder dan pencegahan tersier. Berikut penjelasan dari macam-macam
pencegahan penyakit HIV/AIDS :
1. PENCEGAHAN PRIMER
Pencegahan primer merupakan pencegahan garda terdepan dimana
pencegahan ini bertujuan untuk mengurangi insiden dari suatu
penyakit. Pencegahan ini lebih mensasar pada pendekatan
perseorangan dan komunitas seperti promosi kesehatan dan upaya
proteksi spesifik (Porta 2008). Pencegahan ini hanya dapat efektif
apabila dilakukan dan dipatuhi dengan komitmen masyarakat dan
dukungan politik yang tinggi Dalam permasalahan HIV/AIDS ,
pencegahan primer sangatlah diharapkan untuk menjadi upaya terbaik
dalam menekan peningkatan kejadian kasus HIV/AIDS. Biasanya
pencegahan primer lebih menitikberatkan pada peningkatan
pengetahuan,sikap dan perilaku seseorang dankomunitas terhadap
penyakit HIV/AIDS dan metode penularannya. Berikut contoh upaya
pencegahan primer untuk penyakit HIV/AIDS yang dapat dilakukan :
a. PROMOSI KESEHATAN
Penyuluhan Kesehatan menjadi upaya yang sering
dilaksanakan dalam pencegahan HIV/AIDS. Upaya ini sebagai
upaya pencerdasan bagi sasaran komunitas untuk memperbaiki
pengetahuan dan persepsi tentang penyakit,Faktor
risiko,metode penularan dan pencegahan dari Penyakit
HIV/AIDS (Chin & Editor 2000). Kegiatan penyuluhan ini
dilakukan pada kelompok yang berisiko tinggi terinfeksi virus
HIV yaitu anak-anak, remaja, kelompok Penasun ( pengguna
Narkoba dan suntik ), Kelompok pekerja seks, berganti-ganti
pasangan seks dan lain lain. Hampir seluruh kelompok umur
berisiko untuk penyakit ini. Akan tetapi sekitar 40% kelompok

9
yang berisiko adalah kelompok remaja usia 20 – 29 tahun (K et
al. 2010). Beberapa survei menyebutkan adanya pemahaman
masyarakat yang masih minim terkait penyakit HIV/AIDS,
sehingga upaya penyuluhan ini menjadi langkah awal dalam
pengendalian penyakit HIV/AIDS. Metode penyuluhan sangat
bervariasi diantaranya melalui ceramah dengan media poster
dan leaflet, diskusi, Forum Group Discussion dan membentuk
KSPAN ( Kelompok Siswa Peduli HIV/AIDS ) pada tiap
sekolah yang dilatih dan dibina untuk menjadi edukator untuk
melakukan penyuluhan kepada teman-teman
b. PROTEKSI SPESIFIK
Penularan virus HIV dapat ditularkan melalui hubungan
seksual dengan orang yang berisiko, penggunaan jarum suntik
yang tidak steril dan bebarengan, dan penularan dari ibu hamil
ke janinnya. Adapun upaya proteksi spesifik yang sudah
direkomendasikan untuk pengendalian penyakit HIV/AIDS
sebagai berikut :
a) Menurut permenkes nomor 21 tahun 2013 telah
dijelaskan penanggulangan HIV/AIDS pada pasal 14
tentang pencegahan HIV/AIDS melalui hubungan
seksual dilakukan melalui :
 Tidak melakukan hubungan seksual dengan
pasangan yang berisiko.
 Setia dengan pasangan
 Menggunakan kondom secara konsisten pada saat
berhubungan
 Menghindari penyalahgunaan obat atau zat adiktif
narkoba
 Melakukan pencegahan lain seperti melakukan
sirkumsisi.

10
b) Dalam melakukan hubungan seksual, proteksi
penularan HIV/AIDS dapat efektif dilakukan untuk
mengurangi risiko melalui (Men & Estimate 2015) :
 Mempunyai satu pasangan seks yang berisiko
rendah - Pasangan seks sesama ODHA ( Orang
dengan HIV/AIDS )
 Dan tidak melakukan hubungan seks
 Adapun proteksi penularan HIV/AIDS yang
tidak melalui hubungan seksual diantaranya
pembuatan program layanan alat suntik steril
dan tes darah sebelum melakukan transfusi
darah.
2. PENCEGAHAN SEKUNDER
Pencegahan sekunder merupakan pencegahan lini kedua dari teori
pencegahan penyakit. Pencegahan sekunder bertujuan untuk
mengurangi dan meminimalisir prevalensi penyakit dengan durasi
waktu yang cukup singkat. Pencegahan sekunder terdiri dari deteksi
dini dan pengobatan tepat (Porta 2008). Berikut salah satu contoh
upaya pencegahan sekunder sebagai berikut :
a. DETEKSI DINI
Salah satu deteksi dini yang dapat diupayakan adalah perlindungan
buruh migran Indonesia khususnya BMI ( Buruh Migran Indonesia
) melalui upaya deteksi dini di bandara dan pelabuhan. Deteksi dini
yang dilakukan berupa mencermati aktivitas oleh BMI ketika
proses pemberangkatan dan kedatangan di bandara dan pelabuhan
di Surabaya Jawa timur. Pengamatan dilakukan dengan pemberian
pertanyaan terkait permasalahan kesehatan dan cek kesehatan 49
berdasarkan risiko HIV/AIDS yang ada. Selanjutnya hasil dari
pengamatan tersebut di laporkan oleh petugas di Gedung
Pendataan Kepulangan Khusus Tenaga Kerja Indonesia
( GPKTKI ). Harapannya hasil dari pengamatan tersebut bisa
menjadi dasa ran utama untuk intervensi dini dan pengaturan

11
langkah selanjutnya untuk pengobatan lebih dini (Kinasih et al.
2015). Contoh dalam upaya deteksi dini HIV/AIDS adalah pada
sasaran kelompok berisiko tinggi yaitu kelompok pekerja seks.
Upaya yang dilakukan hampir sama pada penjelasan sebelumnya.
Beda nya dalam pemantauan ini , pihak dari puskesmas setempat
yang berwewenang untuk melakukan pengamatan. Pengamatan
dilakukan dengan mendata tempat-tempat yang digunakan sebagai
lokalisasi masyarakat (Kakaire et al. 2015).
b. PENGOBATAN TEPAT
Pengobatan yang spesifik merupakan upaya tepat setelah
mendapatkan pelaporan dari deteksi dini. Walaupun HIV/AIDS
sampai saat ini belum ditemukan obat paten untuk menyembuhkan
HIV/AIDS, namun peranan obat ini dapat menjadi penghambat dan
memperpanjang perkembangan virus HIV di dalam tubuh.
Sebelum ditemukan pengobatan ARV ( Anti Retrovirus ) yang ada
saat ini, pengobatan yang ada hanya disasarkan pada penyakit
opportunistik yang diakibatkan oleh infeksi HIV. Berikut macam-
macam pengobatan yang digunakan :
 Penggunaan TMP-SMX oral untuk profilaktif - Pentamidin
aerosol untuk mencegah pneumonia P. Carinii.
 Tes tuberkulin pada penderita TBC aktif. Pada tahun 1999,
telah ditemukan satu-satunya obat yang dapat mengurangi
risiko penularan HIV/AIDS perinatal dengan penggunaan
AZT. Obat ini diberikan sesuai dengan panduan yang
sesuai. Akhirnya WHO merekomendasikan untuk
penggunaan Anti retroviral bagi para penderita HIV/AIDS.
Keputusan untuk memulai dan merubah terapi ARV harus
dipantau dengan memonitor hasil pemeriksaan lab baik
plasma HIV RNA ( Viral load ) maupun jumlah sel CD4 +
T (Rumah & Sanglah 2011).
3. PENCEGAHAN TERSIER

12
Pencegahan tersier merupakan lini terakhir dari tahap pencegahan
penyakit. Pencegahan tersier bertujuan untuk membatasi akibat dari
penyakit yang dapat terjadi pada jangka waktu yang relatif lama dan
juga memperbaiki kualitas hidup seseorang untuk bisa lebih membaik
(Porta 2008). Dalam topik penyakit HIV/AIDS hampir dipastikan
orang yang terinfeksi HIV/AIDS akan berujung pada kematian.
Beberapa contoh yang bisa diterapkan adalah penggunaan terapi ARV.
Hingga sampai saat ini, hanya ARV yang masih menjadi terapi efektif
untuk menghambat perkembangan virus HIV dalam menyerang
CD4+T. Keterlambatan dalam penggunaan terapi ARV akan
meningkatkan mortalitas (Rumah & Sanglah 2011).

13
BAB III

KESIMPULAN

1. HIV atau Human Immunodeficiency Virus merupakan penyebab dari AIDS


(Acquired Immunodeficiency Syndrome). Virus HIV ini juga disebut juga
sebagai Human Lymphotropic Virus tipe III, Lymphadenophaty-associated
Virus ataupun Lymphadenophaty Virus. Virus HIV merupakan retrovirus.
Retrovirus adalah virus RNA yang mempunyai enzim reverse transcriptase
2. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam
tubuh manusia, yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS
(Acguired Immuno–Deviensi Syndromer) adalah kumpulan gejala
menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan penyakit dari luar.
3. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada
awal permulaan umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas,
penderita hanya mengalami demam selama 3 sampai 6 minggu tergantung
daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
4. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun
vaksin yang dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab
penyakit AIDS yang ada hanyalah pencegahannya saja.
5. Penyebab penyakit AIDS ialah terinfeksinya sel limfosit T helper oleh
virus HIV.
6. Ada 4 cara penularan AIDS yaitu hubungan seks bebas, pemakaian jarum
suntik yang tidak steril, transfusi darah, dan wanita hamil pegidap HIV.
7. Ada tiga tahap yang terjadi dalam penularan AIDS yaitu Tahap Dini ( fase
akut ), Tahap Menengah ( fase kronik ), Tahap Akhir ( fase krisis ).
8. Ada 3 upaya pencegahan penularan AIDS :
Upaya pencegahan primer, sekunder, dan tersier

14
DAFTAR PUSTAKA

Rosmayanti, Lushi. 2012. “Penyakit HIV/AIDS”.

(Komisi Penanggulangan AIDS Indonesia, 2011).

http://lushirosmayanti.blogspot.com/. Pada tanggal 20 Mei 2013.

Subowo. 2008. Imunobiologi. Bandung : Angkasa.


Tim Naskah Dapur Sedunia. 2011. Penyakit AIDS. Bandung : Amalia Book.

Muhajir. 2007. Pendidkan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Bandung: Erlangga

Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 1993. Mikrobiolog


Kedokteran. Jakarta Barat: Binarupa Aksara

Djuanda, adhi. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit

Prawirohardjo,sarwono (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta:P.T.Bina Pustaka


Sarwono Prawihardjo.

15

Anda mungkin juga menyukai