PPK Kulit Thursina
PPK Kulit Thursina
URTIKARIA(ICD-10: L50)
Reaksi vaskular dari kulit berwarna merah atau keputihan
1. Pengertian (Definisi) akibat edema interseluler lokal yang terbatas pada kulit atau
mukosa.
Urtikaria
5. Diagnosis
Erythema Nodusum
6. Diagnosis Banding Sistemic Lupus Erythematosus
Purpura Henoch-Schonlein
1. Pengertian (Definisi) Keradangan kulit, yang bersifat gatal, menahun, dan residif
Iktiosis
Reaksi radang berupa makula yang eritematus yang
3. Pemeriksaan Fisik diatasnya terdapat vesikule, papule folikuler
Likenifikasi
1. Pengobatan sistemik
Antihistamin
Kortikosteroid
2. Pengobatan topikal:
8. Terapi
Akut dan eksudatif: kompres dengan larutan faali
Kering dan tidak eksudatif: diberi pelembab (urea 10%)
kemudian diberi kortikosteroid, antibiotik hanya diberikan bila
ada infeksi sekunder
9. Edukasi Menjauhi faktor pencetus
2. Anamnesis Letak lesi pada area seboroik (pada bayi sering pada scalp,
pada dewasa di scalp, area telinga sampai dengan meatus
akustikus eksternus, area alis mata, glabella, kelopak mata,
lipatan nasolabial, dagu, presternum, interskapula, areola
mammae, axilla, lipatan bawah mammae, umbilikus, lipatan
paha, lipatan pantat, dan anogenital), riwayat remisi dan
eksaserbasi, eksaserbasi terutama karena stres fisik/mental dan
sinar matahari, pada dewasa umunya gatal, sedangkan pada
bayi tidak. Ketombe/dandruff/pitiriasis sika merupakan awal
dari dermatitis seboroik.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
5. Diagnosis Eritroderma
6. Diagnosis Banding -
1. Darah lengkap
7. Pemeriksaan Penunjang
2. Albumin
3. BUN dan kreatinin serum
1. Dirawat di rawat inap dengan rawat bersama bagian
penyakit dalam jika terdapat komplikasi.
2. Perbaiki kondisi umum seperti terapi dehidrasi,
hipotermia, hipoalbuminemia, gangguan elektrolit, dsb.
3. Atasi infeksi sekunder
4. Hindari/eliminasi faktor penyebab
5. Jika psoriasis sebagai penyebab eritroderma sudah
8. Terapi disingkirkan, dapat diberikan kortikosteroid sistemik
Prednison 3 x 10 mg 2 x 10 mg 1 x 10 mg, atau
Dexamethason 3 x 1 mg 2 x 1 mg 1 x 1 mg
6. Antipruritik dengan Chlorpheniramine maleat 3 x 4 mg
7. Seluruh kulit diolesi oleum coccos setiap pagi
8. Untuk kulit yang terlalu kering dapat diberikan krim
hydrocortisone 1%
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
Furunkel
5. Diagnosis
Karbunkel
1. Acne vulgaris
6. Diagnosis Banding 2. Acneiform
3. Insect bite
4. Impetigo
1. Pewarnaan gram dari pus
7. Pemeriksaan Penunjang
2. Pemeriksaan KOH dari pus
3. Kultur pus
1. Pengobatan topikal:
Bila lesi basah/kotor dikompres dengan garam fisiologis
Bila lesi kering diberikan salep natrium fusidat atau
kasa framycetin
2. Pengobatan sistemik:
Antibiotik umumnya diberikan 7 – 10 hari
8. Terapi Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d
p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB),
q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o
Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), t.i.d., p.o.
Incisi bila terbentuk supurasi
5. Diagnosis Impetigo
Dermatitis atopik
6. Diagnosis Banding Burn
Pengecatan gram untuk memeriksa isi bula.
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Melepas krusta agar obat topikal dapat bekerja. Krusta
8. Terapi dikompres dengan garam fisiologis.
2. Bula dipecahkan dengan jarum steril
3. Lesi yang sedikit dan dini cukup dengan pengobatan
topikal salep natrium fusidat.
4. Antibiotik sistemik untuk kasus yang lebih berat, selama
7 – 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d
p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB),
q.i.d. p.o.
Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o
Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), t.i.d., p.o.
5. Diagnosis Erisepelas
Selulitis
6. Diagnosis Banding Dermatitis kontak
Erysipeloid
Pada pemeriksaan darah lengkap didapatkan lekositosis >
7. Pemeriksaan Penunjang
20.000/ul
Lesi kulit berupa eritema lokal yang nyeri, dan cepat progresif
semakin merah, meluas, namun batas tidak jelas, dan tepi tidak
3. Pemeriksaan Fisik meninggi. Kadang di bagian tengahnya menjadi nodular dan di
atasnya terdapat vesikel yang pecah mengeluarkan pus serta
jaringan nekrotik.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
5. Diagnosis Selulitis
Erisepelas
6. Diagnosis Banding Dermatitis kontak
1. darah lengkap
7. Pemeriksaan Penunjang
2. kultur pus
1. Rawat inap, tirah baring
2. Antibiotik sistemik minimal selama 10 hari
Amoxicillin 500 mg (anak 25 – 50 mg/kgBB/hari) t.i.d
p.o.
Amoxicillin-clavulanic 625 mg (anak 30 – 62,5
mg/kgBB/hari) t.i.d p.o.
Cloxacillin 250 – 500 mg (anak 10 – 20 mg/kgBB),
q.i.d. p.o.
8. Terapi Eritromisin 500 mg (anak 50 mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o
Clindamycin 150 – 300 mg (anak 10 – 30
mg/kgBB/hari), q.i.d., p.o.
Ciprofloxacin 500 mg b.i.d.
Cephalexin 250 – 500 mg (anak 40 – 50 mg/kgBB/hari)
q.i.d.
3. Pengobatan topikal:
Bila lesi basah/kotor dikompres dengan garam fisiologis
Bila lesi kering diberikan salep natrium fusidat atau
mupirocin
Morbus Hansen PB
5. Diagnosis
Morbus Hansen MB
1. Pytiriasis versicolor
6. Diagnosis Banding 2. Dermatofitosis
3. Psoriasis vulgaris
4. Pytiriasis alba
1. Pewarnaan BTA pada kerokan kulit dan serum cuping
7. Pemeriksaan Penunjang
telinga
Pengobatan menggunakan MDT.
1. Pausibasiler
Rifampisin 600 mg/bulan, diminum didepan petugas
Dapson 100 mg/hari
Pengobatan diberikan selama 6 bulan, maksimal dalam
9 bulan
2. Multibasiler
8. Terapi Rifampisin 600 mg/bulan, diminum didepan petugas
Dapson 100 mg/hari
Clofazimine (lampren) 300 mg/bulan, diminum didepan
petugas, kemudian 50 mg/hari.
Pengobatan diberikan selama 12 bulan, maksimal dalam
18 bulan.
Setelah selesai pengobatan, dinyatakan Release from treatment
(RFT), meskipun secara klinis lesi masih aktif dan BTA masih
(+)
1. Ventilasi rumah > 1/10 luas lantai
9. Edukasi 2. Cahaya matahari dapat masuk kerumah
3. Minum obat secara teratur, bila perlu ada pengawas
minum obat
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
5. Diagnosis Skabies
1. Dermatitis atopik
6. Diagnosis Banding 2. Dermatitis herpetiformis
3. Varicella
1. Pemeriksaan mikroskopi kerokan kulit
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Pengobatan topikal dengan krim permethrin 5%
dioleskan ke seluruh tubuh dari leher sampai jari kaki.
Dicuci setelah 8 – 14 jam. Dapat juga menggunakan
salep 2-4 (As. Salisilat 2%, Sulfur ppt 4%) selama 3 – 4
hari sebagai ganti permethrin 5%.
8. Terapi
2. Keluhan gatal dapat diberikan antihistamin dengan dosis
setengah biasanya.
3. Infeksi sekunder diberikan antibiotik.
1. Semua baju dan alat-alat tidur dicuci dengan air panas
9. Edukasi
2. Mandi dengan sabun hijau (sapo viridis)
5. Diagnosis Varicella
1. Dermatitis herpetiformis
6. Diagnosis Banding 2. Herpes zoster
1. Istirahat cukup
9. Edukasi 2. Menggunakan masker
3. Mengurangi kontak dengan orang sehat
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
IV
11. Tingkat Evidens
1. Istirahat cukup
9. Edukasi 2. Menggunakan masker
3. Mengurangi kontak dengan orang sehat
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
Tinea Korporis
3. Pemeriksaan Fisik Bentuk tersering. Efloresensi berupa makula eritematus, batas
jelas, tepi polisiklis, tepi aktif (meninggi, ada papul, vesikel),
terdapat central healing, tertutup skuama tipis.
Tinea Kruris
Mengenai sela paha, perineum, perianal, bilateral, dapat meluas
ke gluteus dan pubis. Skrotum tidak kena, tapi sebagai resevoir
yang menyebabkan kambuh-kambuhan. Efloresensi = tinea
korporis.
Tinea kapitis
Mengenai kepala, alis, dan bulu mata. Umunya pada anak-anak.
1. Infeksi ektotrik
a. Gray patch
Berskuama, radang ringan, gatal, rambut keabuan,
kusut, rapuh, terpotong beberapa milimeter diatas
kepala, menyebabkan alopesia, lampu wood (+)
hijau terang.
b. Kerion
Kerandangan hebat, rambut mudah putus. Lampu
wood (+) hijau terang jika disebabkan M. canis.
2. Infeksi endotrik
Lesi multipel, rambut putus tepat di orifisiumnya
sehingga memberikan gambaran black dot. Bersifat
kronis, dapat berlangsung hingga dewasa. Lampu wood
(-).
Tinea Pedis
Infeksi dermatofit pada kaki, mengenai sela jari kaki dan
telapak kaki.
1. Intertriginosa kronis: bentuk tersering. Kulit
mengelupas, maserasi, pecah-pecah, tersering antara jari
kaki IV dan V serta antara jari III IV, tertutup epidermis
dan debris mati, putih, meluas ke telapak kaki, tumit &
dorsum pedis, khas hiperhidrosis dan bau khas tidak
enak.
2. Bentuk hiperkeratotik papuloskuamosa kronis
Khas daerah kulit merah muda, tertutup skuama putih
keperakan, bilateral, berupa bercak-bercal. Bila
mengenai seluruh kaki disebut Moccasin foot.
3. Bentuk vesikuler
Khas lesi vesikel, vesikulopustulosa dan dapat bula,
jarang pada tumit dan di daerah depan, seperti
erisepelas.
4. Bentuk ulseratif akut
Proses eksematoid vesikulopustula, penyebaran cepat,
disertai infeksi sekunder.
Tinea Manuum
Infeksi dermatofit pada daerah interdigitalis, palmar, dan
dorsum manus. Bentuk tersering adalah hiperkeratosis difusa.
Tinea Unguium
80 – 90% onikomikosis disebabkan karena dermatofit, sisanya
karena Candida spp atau kalang Scopulariopsis brevicaulis.
Klinis berupa diskromia kuku (berubah warna hitam, kuning,
atau coklat), onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar
kuku), hipertrofi unguium (penebalan lempeng kuku),
subungual hiperkeratosis (biasanya karena dermatofit).
Terdapat 5 bentuk onikomikosis.
1. Distal-Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO)
Paling sering dijumpai dan tersering karena dermatofit.
Mengenai bagian distal dan lateral kuku. Kuku akan
terkikis dan rusak (distrofik). Bila ditekan tidak terasa
sakit karena dermatofit.
2. Proximal Subungual Onychomycosis (PSO)
Mengenai sisi proksimal kuku. Bentuk yang jarang.
Dijumpai pada keadaan imunokompromais.
3. Superficial White Onychomycosis (SWO)
Mengenai jari kaki (kecuali pada imunokompromais).
Lempeng kuku tampak bercak jelas, pulau-pulau opak,
putih (bisa menjadi kuning), permukaan putih menjadi
kasar, lunak seperti kapur, dan mudah dikerok.
4. Candida Onychomycosis (CO)
Dimulai di kuku proksimal, jika kuku digerakkan akan
terasan sakit. Wanita lebih sering. Kuku menebal dan
rusak, dapat disertai paronychia.
5. Total Dystrophic Onychomycosis (TDO)
Bentuk lanjut dari keempat bentuk diatas. Kuku menjadi
menebal dan rusak (distrofik) dengan dasar kuku yang
menebal.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
Tinea capitis
5. Diagnosis
Tinea corporis
Tinea cruris
Tinea pedis
Tinea manuum
Tinea unguium
1. Dermatitis atopik
6. Diagnosis Banding 2. Leprosi
3. Eritrasma
4. Eritema anulare
5. Pityriasis rosea
1. Kandidiasis Oris
3. Pemeriksaan Fisik
Lesi putih tebal pada mukosa bukal, gingival, atau lidah,
plak dapat dikerok, terasa nyeri, eritem, dan mudah
berdarah. Dapat juga berupa angular cheilitis (fisura dan
eritema pada ujung bibir).
2. Kandidiasis Vulvovaginalis
Gatal dan rasa sangat panas di vulva vagina. Keluar
cairan tebal, putih sperti susu, dan tampak plak putih
pada vulva vagina atau serviks. pH sekret vagina
normal, tes sniff negatif. Dapat disertai disuria dan
dispareunia. Dapat mengenai glans penis dan preputium.
3. Kandidiasis Kutis
Mengenai daerah lipatan-lipatan (intertriginosa),
umbilikus, lipatan lemak badan, dan dapat meluas ke
seluruh badah. Dapat mengenai skrotum dan penis.
Kulit nyeri, inflamasi, eritematus, terdapat satelit
vesikel/pustul/nodul/bula yang meninggalkan
permukaan yang kasar dengan tepi yang erosi.
4. Candida Onycomycosis
Infeksi kuku proksimal, terdapat eritema, edema, dan
dapat terjadi paronychia berisi cairan purulen putih.
Terasa nyeri.Tersering pada orang yang tangannya
sering terkena air atau tepung.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
Kandidiasis oris
5. Diagnosis
Kandidiasis vulvovaginalis
Kandidiasis kutis
Kandidiasis onikomikosis
1. Stomatitis
6. Diagnosis Banding 2. Flour albus lainnya
3. Dermatofitosis
4. Eritrasma
5. Intertrigo
6. Tinea unguium
7. Paronikia bakterial
Pemeriksaan dengan KOH didapatkan budding yeast berbentuk
7. Pemeriksaan Penunjang
angka 8 dengan atau tanpa pseudohifa. Pseudohifa berbentuk
seperti sosis.
1. Modifikasi faktor predisposisi
2. Bila lesi basah kompres dengan garam fisiologis. Jika
ada infeksi sekunder beri antibiotik 5 – 7 hari.
3. Kandidiasis Oris : Nistatin oral susp. 400.000 – 600.000
IU (bayi 200.000 IU) q.i.d., p.c. Harus ditahan ditahan
di mulut selama beberapa menit sebelum ditelan. Atau
solusio gentian violet 1% 2x sehari selama 3 hari.
4. Kandidiasis vulvovaginalis : Nistatin supp. Vagina 1
8. Terapi tablet malam, selama 12 hari. Atau ketoconazole p.o. 2
x 200 mg, selama 5 hari.
5. Kandidiasis kutis : Miconazole krim 2x sehari selama 1
– 2 minggu setelah sembuh/KOH (-). Atau ketoconazole
1 x 200 mg selama 1 – 2 minggu.
6. Kandidiasis onikomikosis : Itraconazole terapi denyut. 1
siklus 4 minggu, 1 minggu minum itraconazole 400
mg/hari (2 d.d. caps. II), 3 minggu tidak minum obat.
Kuku tangan 2 siklus, kuku kaki 3 – 4 siklus.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
Uretritis gonorrhea
5. Diagnosis
Epididimo-orkitis gonorrhea
Penyakit radang panggul
Bartolinitis
Uretritis non GO
6. Diagnosis Banding
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
Sekret vagina berbau amis jika ditetesi KOH (tes sniff (+))
7. Pemeriksaan Penunjang
pH sekret > 4,5
Pada pemeriksaan mikroskopis terdapat clue cell meningkat >
20%, lekosit < 30%.
Metronidazole 200 mg b.i.d., p.o. selama 7 hari atau
8. Terapi Clindamycin 300 mg b.i.d., p.o. selama 7 hari.
1. Menghentikan penggunaan antibiotik penyebab
9. Edukasi 2. Edukasi cara membilas kemaluan yang benar
3. Mengobati pasangan
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
Hepatosplenomegali
3. Sifilis Laten
Tidak ada gejala klinis, namun serologisnya positif.
Jika kurang dari 1 tahun dari sifilis primer atau sekunder
dinamakan early latent syphilis.
Jika lebih dari 1 tahun dari sifilis primer atau sekunder
dinamakan late latent syphilis.
4. Stadium III (Sifilis tersier)
Berupa gumma, dimulai dengan timbulnya granuloma
di dalam jaringan otot, tulang, dsb kemudian memecah
ke permukaan membentuk ulkus yang dalam dengan
dasar tertutup pus. Tepi ulkus meninggi dan keras,
dindingnya curam (seperti dilubangi). Proses gumma
juga terjadi pada laring, paru, gastrointestinal, hepar,
dan testis.
Pada kardiovaskuler, sifilis III menyebabkan
miokarditis, gangguan katup, dan aneurisma aorta.
Pada saraf, sifilis III menyebabkan meningitis dan tabes
dorsalis. Tabes dorsalis dapat berupa nyeri tiba-tiba
pada kaki, parastesia, ataksia, inkontinensia urin atau
alvi.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
Sifilis stadium I
5. Diagnosis
Sifilis stadium II
Sifilis stadium III
1. Ulkus molle
6. Diagnosis Banding 2. Pityriasis rosea
3. Herpes simplex
4. Penyakit jantung rematik
5. Tumor myelum
Pemeriksaan dark field microscope dengan bahan serum yang
7. Pemeriksaan Penunjang
keluar dari ulkus. Positif jika ditemukan kuman berbentuk
spiral.
Tes serologis dibagi menjadi
1. Antibodi non spesifik : Wasserman, VDRL, Kahn, RPR
2. Antibodi spesifik : TPI, FTA-Abs, TPHA
3. Pemeriksaan Fisik Lesi kulit pertama biasanya pada tempat-tempat yang mudah
terkena trauma, antara lain : siku, lutut, sakrum, kepala,
genitalia. Lesi berupa makula eritamatus dengan batas jelas,
tertutup skuama tebal, transparan, lepas pada tepi, melekat pada
bagian tengah. Psoriasis dapat menyerang kuku dimaka
permukaan kuku menjadi keruh, kekuningan, dan terdapat
cekungan/pitting dan titik-titik punctate, menebal, dan terdapat
subungual hiperkeratosis sehingga kuku terangkat dari
dasarnya. Kuku tangan lebih sering diserang daripada kuku
kaki. Psoriasis dapat menyerang mukosa dan sendi-sendi
terutama sendi kecil.
Terdapat karsvlek phenomena (fenomena bercak lilin), bila
skuama psoriasis dikerok akan terlihat warna seperti kerokan
lilin.
Austpitz sign, yaitu akan terlihat titik-titik perdarahan bila
diteruskan mengerok skuama.
Koebner phenomena, yaitu pada kulit normal yang terkena
trauma atau garukan maka akan terbentuk lesi baru.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Efloresensi
7. Pemeriksaan Penunjang
1. Akne komedonal
Terapi topikal untuk pengelupasan kulit, seperti
Asam retinoat 0,05%
Banzoyl peroxide 2,5 – 5%
Asam salisilat 0,5 – 2% dalam larutan hidroalkoholik
Chemical peeling dengan asam trikloroasetat 10 – 30%
atau asam glikolat 20 – 50% dapat diulang setelah 4
minggu.
Untuk komedo yang terbuka dapat dilakukan ekstraksi
komedo.
2. Akne papulopustuler
Derajat I – II : Pengelupas kulit seperti pada akne
8. Terapi komedonal ditambah dengan antibiotik topikal seperti
Clindamycin 1% atau Eritromisin 2%.
Derajat III – IV : Pengelupas kulit seperti pada akne
komedonal ditambah dengan antibiotik sistemik seperti
doksisiklin 50 – 100 mg b.i.d. atau klindamisin 150 –
300 mg b.i.d.
3. Akne konglobata
Pengobatan seperti pada akne papulopustuler berat bila
perlu ditambah injeksi triamcinolon 0,25% pada lesi
nodulokistik sebanyak 0,01 – 0,05 ml.. Dapat juga
ditambahkan dengan kombinasi estrogen & cyproteron
asetat oral 3 – 6 siklus menstruasi.
Dermabrasi dan kemabrasi digunakan untuk mengurangi parut
akne.
1. Mengurangi konsumsi makanan dengan tinggi lemak
9. Edukasi 2. Mengurangi paparan sinar matahari
3. Mengurangi stress fisik/psikis
4. Menjaga kebersihan wajah
Ad vitam : dubia ad bonam/malam
10. Prognosis Ad sanationam : dubia ad bonam/malam
Ad fumgsionam : dubia ad bonam/malam
IV
11. Tingkat Evidens
12. Tingkat Rekomendasi
C
Terdapat 2 tipe
3. Pemeriksaan Fisik 1. Tipe ulseratif : luka meluas dengan tepi yang keras,
dasar jaringan granulasi yang mudah berdarah
2. Tipe verukosa: menonjol di permukaan kulit, berupa
massa yang tidak rata, berdungkul seperti bunga kol.
Area predileksi pada daerah yang terpapar sinar matahari.
Tumbuh lebih cepat dari basalioma.
1. Anamnesis
4. Kriteria Diagnosis 2. Pemeriksaan fisik
3. Histo-PA
5. Diagnosis Squamous cell carcinoma
1. Melanoma
6. Diagnosis Banding 2. Basal cell carcinoma
3. Bowen disease
4. Actinic keratosis
Diagnosis pasti dari histopatologi.
7. Pemeriksaan Penunjang