Anda di halaman 1dari 8

STANDAR ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS

PADA PASIEN DENGAN EKLAMSI

I. KONSEP DASAR
A. Defenisi
1. Eklamsi adalah kelainan akut pada ibu hamil, saat hamil tua, persalinan
atau masa nifas ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana
sebelumnya sudah menunjukkan gejala-gejala pre eklamsi (hipertensi,
edems, proteinuri) . (Wirjoatmodjo, 1994: 49).
2. Eklamsi merupakan kasus akut, pada penderita dengan gambaran klinik
pre eklamsi yang disertai dengan kejang dan koma yang timbul pada
ante, intra dan post partum. (Angsar MD, 1995: 41)
3. Eklamsi adalah Penyakit akut dengan kejang dan coma pada wanita
hamil dan dalam nifas dengan hipertensi, oedema dan proteinuria
(Obtetri Patologi,R. Sulaeman Sastrowinata, 1981 ).

B. Etiologi
1. Kenaikan tekanan darah
2. Pengeluaran protein dalam urin
3. Edema kaki, tangan sampai muka
4. Terjadinya gejala subjektif : sakit kepala, penglihatan kabur, nyeri pada
epigastrium, sesak nafas, berkurangnya urine.
5. Menurunnya kesadaran wanita hamil sampai koma.
6. Terjadi kejang.

C. Patofisiologi
Penyebabnya sampai sekarang belum jelas. Penyakit ini dianggap sebagai
suatu “Maldaptation Syndrom” dengan akibat suatu vaso spasme general
dengan akibat yang lebih serius pada organ hati, ginjal, otak, paru-paru dan
jantung yakni tejadi nekrosis dan perdarahan pada organ-organ tersebut.
(Pedoman Diagnosis dan Terapi

Peredarah dinding rahim berkurang(ischaemia rahim)

Placenta atau decidua mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan spasme


(ischaemia uteroplacenta) dan hipertensi

Eklamsi

Mata terpaku
Kepala dipalingkan ke satu sisi
Kejang-kejang halus terlihat pada muka
(Invasi)

Badan kaku
Kadang episthotonus
(Kontraksi/Kejang Tonis)

Kejang hilang timbul


Rahang membuka dan menutup
Mata membuka dan menutup
Otot-otot badan dan muka berkontraksi dan berelaksasi
Kejang kuat terjadi dan kadang lidah tergigit
Ludah berbuih bercampur darah keluar dari mulut
Mata merah, muka biru
(Konvulsi/KejangClonis)
-Tensi tinggisekitar 180/110 mmHg
-Nadi kuat berisi-keadaan buruk nadi menjadi kecildan cepat
Demam,Pernafasan cepat, sianosisProteinuria dan oedema

Coma
Amnesia retrigrad post koma

Pembagian Eklamsi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
1. Eklamsi gravidarum_Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan
hamil
2. Eklamsi Parturientum_Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu
dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar dibedakan terutama saat
mulai inpartu.
3. Eklamsi Puerperium_ Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan
kejang atau koma setelah persalinan berakhir. ( Manuaba, 1998: 245)

D. Tanda dan Gejala Klinis Eklamsi


1. Koma lama
2. Nadi diatas 120
3. Suhu diatas 39°c
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari 10 serangan
6. Proteinuria 10 gram sehari atau lebih
7. Tidak adanya edema
(Gejala-gejala yang memberatkan Prognosa Oleh Eden)
8. Oedema paru dan apopleksi merupakan keadaan yang biasanya
mendahului kematian.
9. Jika deuresi lebih dari 800 cc dalam 24 jam atau 200 cc tiap 6 jam maka
prognosa agak membaik.
10. Sebaliknya oliguri dan uri merupakan gejala yang buruk.
11. Multipara usia diatas 35 keadaan waktu MRS mempengaruhi prognosa
lebih buruk.
Gejala klinis Eklamsi adalah sebagai berikut:
1. Terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih
2. Terdapat tanda-tanda pre eklamsi ( hipertensi, edema, proteinuri,
sakit kepala yang berat, penglihatan kabur, nyeri ulu hati, kegelisahan
atu hiperefleksi)

Kejang-kejang atau koma


Kejang dalam eklamsi ada 4 tingkat, meliputi:
1. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong) kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar
kekanan dan kekiri.
2. Stadium kejang tonik.
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku tangan menggenggam dan
kaki membengkok kedalam, pernafasan berhenti muka mulai kelihatan
sianosis, lodah dapat trgigit, berlangsung kira-kira 20-30 detik.
3. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi dan berulang ulang dalam waktu yang cepat,
mulut terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa dan lidah dapat
tergigit. Mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah
berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak
sadar, menarik mafas seperti mendengkur.
4. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang
antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap
dalam keadaan koma. (Muchtar Rustam, 1998: 275)
Kadang kadang disertai dengan gangguan fungsi organ. (Wirjoatmodjo,
1994: 49)

Pemeriksaan dan Diagnosis


Diagnosis eklamsi dapat ditegakkan apabila terdapat tanda-tanda sebagai
berikut:
1. Berdasarkan gejala klinis diatas
2. Pemeriksaan laboratorium meliputi adanya protein dalam air seni, fungsi
organ hepar, ginjal dan jantung, fungsi hematologi atau hemostasis
Konsultasi dengan displin lain kalau dipandang perlu
1. Kardiologi
2. Optalmologi
3. Anestesiologi
4. Neonatologi dan lain-lain
(Wirjoatmodjo, 1994: 49)

Diagnosis Banding
Diagnosis banding dari kehamilan yang disertai kejang-kejang adalah:
1. Febrile convulsion ( panas +)
2. Epilepsi ( anamnesa epilepsi + )
3. Tetanus ( kejang tonik atau kaku kuduk)
4. Meningitis atau encefalitis ( pungsi lumbal)

Komplikasi Serangan
Komplikasi yang dapat timbul saat terjadi serangan kejang adalah:
1. Lidah tergigit
2. Terjadi perlukaan dan fraktur
3. Gangguan pernafasan
4. Perdarahan otak
5. Solutio plasenta dan merangsang persalinan
( Muchtar Rustam, 1995:226)

Bahaya Eklamsi
1. Bahaya eklamsi pada ibu
Menimbulkan sianosis, aspirasi air ludah menambah gangguan fungsi
paru, tekanan darah meningkat menimbulkan perdarahan otak dan
kegagalan jantung mendadak, lidah dapat tergigit, jatuh dari tempat tidur
menyebabkan fraktura dan luka-luka, gangguan fungsi ginjal: oligo
sampai anuria, pendarahan atau ablasio retina, gangguan fungsi hati dan
menimbulkan ikterus.
2. Bahaya eklamsi pada janin
Asfiksia mendadak, solutio plasenta, persalinan prematuritas, IUGR
(Intra Uterine Growth Retardation), kematian janin dalam rahim.
( Pedoman Diagnosis dan Terapi, 1994: 43)

Prognosa
Eklamsi adalah suatu keadaan yang sangat berbahaya, maka prognosa
kurang baik untuk ibu maupun anak. Prognosa dipengaruhi oleh paritas, usia
dan keadaan saat masuk rumah sakit. Gejala-gejala yang memberatkan
prognosa dikemukakan oleh Eden adalah:
1. Koma yang lama
2. Nadi diatas 120 per menit
3. Suhu diatas 39°C.
4. Tensi diatas 200 mmHg
5. Lebih dari sepuluh serangan
6. Priteinuria 10 gr sehari atau lebih
7. Tidak adanya oedema. ( M Dikman A, 1995: 45)

II. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan eklamsia pada ibu nifas adalah menghentikan kejang kejang
yang terjadi dan mencegah kejang ulang.
1. Konsep pengobatan; Menghindari tejadinya kejang berulang, mengurangi
koma, meningkatkan jumlah diuresis.
2. Obat untuk anti kejang
a. MgSO4 ( Magnesium Sulfat)
 Dosis awal: 4gr 20 % I.V. pelen-pelan selama 3 menit atau lebih
disusul 10gr 40% I.M. terbagi pada bokong kanan dan kiri.
 Dosis ulangan : tiap 6 jam diberikan 5 gr 50 % I.M. diteruskan
sampai 6 jam pasca persalinan atau 6 jam bebas kejang.
Syarat : reflek patela harus positif, tidak ada tanda-tanda depresi
pernafasan ( respirasi >16 kali /menit), produksi urine tidak kurang
dari 25 cc/jam atau 150 cc per 6 jam atau 600 cc per hari.
Apabila ada kejang lagi, diberikan Mg SO 4 20 %, 2gr I.V. pelan-
pelan. Pemberian I.V. ulangan ini hanya sekali saja, apabila masih
timbul kejang lagi maka diberikan pentotal 5 mg / kg BB / I.V. pelan-
pelan.
Bila ada tanda-tanda keracunan Mg SO 4 diberikan antidotum
glukonas kalsikus 10 gr % 10 cc / I.V pelan-pelan selama 3 menit
atau lebih.
Apabila diluar sudah diberi pengobatan diazepam, maka dilanjutkan
pengobatan dengan MgSO 4 .

A. Diagnosa Keperwatan, Hasil Yang Diharapkan / Evaluasi Dan Rencana


Tindakan
Diagnosa keperawatan 1
Ganguan konsep diri berhubungan dengan keterbatasan aktivitas.
Evaluasi / hasil yang diharapkan :
1. Mengerti tentag penyakitnya.
2. Aktif dan kooperatif dalam rencana pengobatan dan asuhan.
3. Adaptasi dengan keadaannya.

Rencana tindakan Rasional :


1. Kaji keadaan pasien Merencanakan tindakan
2. Beri penyuluhan tentang Menambah informasi agar pasien
keadaan penyakit dapat bekerja sama
3. Beri mobilisasi secara bertahap Menimbulkan dapat melakukan
sesuai kondisi kesehatan mobilisasi sesuai kemampuan
4. Beri mobilisasi secara bertahap Pasien dapat melakukan
sesuai kondisi kesehatan mobilisasi sesuai dengan
kemampuan
5. Beri dukungan dalam Pasien merasa diberi perhatian
melaksanakan
aktivitas yang biasa di lakukan
pasien

Diagnosa Keperawatan 2
Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan spasme pembuluh darah.
Evaluasi / hasil yang diharapkan :
Pasien mengerti akibat dari penyakitnya dan oksigenisasi cukup.

Rencana Keperawatan : Rasional :


1. Mengkaji kondisi seluruh pasien Mengetahui data dasar dalam
merencanakan intevensi
2. Anjurkan pasien tidur dalam Memberi rasa nyaman
posisi miring / side position
3. Observasi kontraksi uterus dan Mengetahui perkembangan janin
denyut jantung lain
4. Observasi dan catat tanda vital Mengetahui keadaan umum
( tekanan darah, nadi dan pasien
pernafasan ) secara periodik
5. Observasi dan catat pemberian Mengetahui kebutuhan cairan
infuse dan obat- obatan dan obat
6. Berikan oksigen bila indikasi Meningkatkan perfusi
7. Catat perubahan posisi tidur Untuk Rencana Tindakan labih
miring ke sisi kiri atau kanan lanjut

Evaluasi / Hasil yang diharapkan :


1. Pasien dapat mengerti bahaya penyakit yang dialami
2. Pasien tidak mengalami hipoksida, pasien kooperatif dengan tindakan
keperawatan dan kebidanan.

Rencana tindakan : Rasional :


1. Kaji adanya tanda- tanda eklampsia Untuk mengetahui perkembangan
keadaan pasien
2. Siapkan alat dan perlengkapan Siap pakai pada saat di butuhkan
untuk mengatasi kejang
3. Berikan tempat yang aman dan Agar pasien nyaman
tenang
4. Berikan obat penurun tekanan darah Menurunkan tekanan darah
sesuai dengan program medik
5. Beri pengamanan dan hindarkan Menghindari terjadinya trauma
pasien dari trauma

Diagnosa Keperawatan 3
Cedera tidak terjadi
Selama dan setelah kejang

Rencana tindakan : Rasional :


1. Cegah cedera dengan : Mencegah terjadinya cedera /
a. Sokong dan lindungi kepala trauma
miringkan bila memungkinkan
b. Ikat tangan dan kaki
menggunakan kain yang lembut
c. Jangan tinggal pasien sendirian
2. Pasang jalan nafas oral / tekan lidah Mencegah lidah tergigit saat
menggunakan tang spatel kejang
3. Longgarkan pakaian Memberikan rasa nyaman
4. Lakukan penghisapan pada Mengeluarkan lender yang
orofaring dan nasofaring menumpuk
5. Berikan oksigen sesuai kebutuhan Meningkatkan perfusi
6. Pasang kateter dower Mengetahui jumlah output
7. Berikan cairan parenteral yang Memenuhi kebutuhan cairan dan
cukup dan elektrolit
8. Monitor intake dan output Menjaga keseimbangan dan
cairan dan elektrolit
9. Monitor vital sign ( tekanan darah Memenuhi perkembangan pasien
dan nadi )
10. Berikan obat – obatan anti konvulsi Mencegah kejang berulang
sesuai program medik
11. Monitor DJJ bayi Mengetahui keadaan janin
12. Lakukan terminasi bila kehamilan Menyelamatkan janin dan
sudah aterm ( cukup bulan) mencegah komplikasi lebih lanjut

B. Rencana Pemulangan

1. Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang


berlebihan
2. Sarankan untuk melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-
lahan serta untuk tidur siang atau istirahat.
3. Makan dengan diet rendah garam
4. Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari .
5. Minum obat secara teratur terutama obat penambah darah .
6. Jelaskan pada ibu tentang tanda bahaya dalam kehamilan.
7. Anjurkan ibu untuk kontrol ulang 7 hari kemudian

Anda mungkin juga menyukai