Anda di halaman 1dari 15

TUGAS MANDIRI

FI6231- KAPITA SELEKTA MATERIAL ELEKTRONIK

SEL BAHAN BAKAR


ASTI SAWITRI

DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015
1

I. PENDAHULUAN

Sel bahan bakar (fuel cell) merupakan alat yang digunakan untuk mengubah bahan
bakar menjadi listrik melalui reaksi elektrokimia. Pada waktu proses perubahan bahan bakar
menjadi energy listrik, sel bahan bakar tidak memerlukan pembakaran sehingga sel bahan
bakar tidak menghasilkan polusi udara yang dapat mencemari lingkugan. Pada dasarnya sel
bahan bakar terdiri dari sebuah tangki yang didalamnya terdapat dua dinding berupa
elektroda. Satu dinding sebagai elektroda bahan bakar (anoda) dan dinding lainnya berupa
elektroda udara (katoda), dan ditengah terdapat elektrolit.
Prinsip dasar kerja fuel cell pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Jerman
bernama Christian Frederic Schonbein pada tahun 1838. Sedangkan sketsa pertama fuel cell
dibuat pada tahun 1842 oleh Sir William Robert Grove dan dimuat pada majalah
ilmiah Philosophical Magazine and Journal of Science. Perkembangan fuel cell dimulai pada
tahun 1955 dengan diawali oleh W Thomas Grubb yang bekerja pada Perusahaan General
Electric, memodifikasi desain fuel cell dengan mengaplikasikan membran penukar ion-
polistiren tersulfonasi. Tiga tahun kemudian, modifikasi fuel cell dilanjutkan oleh Leonard
Niedrach, dengan mendeposisikan platinum pada membran polistiren tersebut. Penambahan
platinum berfungsi sebagai katalis bahan bakar. Tahun 1959, Thomas Bacon berhasil
mengembangkan fuel cell berdaya 5 kW. Pada tahun yang sama, Harry Ihrig dan timnya
mampu membuat fuel cell berdaya 15 kW. UTC Power merupakan perusahaan yang pertama
kali memproduksi secara komersial fuel cell stasioner yang digunakan sebagai pembangkit
energi cadangan pada rumah sakit, universitas-universitas, maupun gedung-gedung
perkantoran. Sampai akhir 2009, UTC Power telah memasarkan fuel cell dengan produksi
daya mencapai 400 kW [1].
Sel bahan bakar diklasifikasikan berdasarkan jenis elektrolitnya. Hal inilah yang menentukan
jenis reaksi kimia yang terjadi di dalam sel, jenis katalis yang diperlukan, rentang suhu operasi sel,
jenis bahan bakar, dan faktor-faktor lainnya. Karakteristik tersebut menentukan aplikasi yang sesuai
untuk masing-masing sel bahan bakar. Jenis-jenis fuel cell dapat dibedakan berdasarkan
elektrolitnya, yaitu Polymer Electrolyte Membrane (PEM), Alkaline, Phosporic acid, Molten
2

carbonate, Solid oxide. Reksi yang terjadi pada jenis sel bahan bakar dengan elektrolit tertentu,
disesuikan dengan bahan bakar yang digunakan. Bahan bakar yang digunakan dalam sel bahan
bakar dapat berupa Hidrogen, Carbon, Methanol, Ethanol, maupun Mikroorganisme.

II. Hydrogen Fuel Cell

Fuel cell terdiri atas anoda, katoda, elektrolit, dan katalis. Pada anoda, dengan bantuan
+
katalis bahan bakar gas hidrogen mengalami oksidasi membentuk dua ion H . Reaksi yang
+ - +
terjadi di anoda adalah H2 → 2H + 2e . Ion H yang dihasilkan akan melewati membran

elektrolit dan menuju katoda, sedangkan elektonnya akan bergerak melalui sirkuit luar dan
+
menghasilkan arus listrik, lalu bergerak lagi menuju katoda. Di katoda, ion H , oksigen, dan
+ -
elektron bereaksi menghasilkan air, H2O. Reaksi yang terjadi adalah O2 + H + 2e →

2H2O .Sehingga, total reaksi keseluruhan adalah 2H2 + O2 → 2H2O.

Reaksi lengkapnya adalah sebagai berikut:


+ - o
Anoda : 2H2 → 4H + 4e E =0V
+ - o
Katoda : O2 + 4H + 4e → 2H2O E = 1,23 V
o
Reaksi keseluruhan : 2H2 + O2 → 2H2O E = 1,23 V

2.1 Alkaline Fuel Cell (AFC)


Sel bahan bakar ini menggunakan potasium hidroksida dalam air sebagai elektrolit dan
dapat menggunakan beberapa jenis dari metal sebagaikatalis pada anoda dan katoda. Reaksi
yang terjadi pada AFC adalah sebagai berikut:
Anoda : 2H2 + 4(OH)- →4H2O + 4e-
Katoda : O2 + 2H2O + 4e- →4(OH)-
Reksi keseluruhan : 2H2 + O2 →2H2O
3

Gambar 2.1 Skema kerja AFC [2]

Proses yang terjadi saat AFC beroperasi adalah sebagai berikut:


1) Gas hidrogen sebagai bahan bakar dialirkan menuju anoda, sedangkan gas oksigen
dialirkan menuju katoda.
2) Di anoda, katalis platinum menyebabkan hidrogen pecah menjadi ion hidrogen yang
+ -
bermuatan positif (H ) dan elektron yang bermuatan negatif (e ).
+ -
3) Ion H akan bereaksi dengan ion OH dari elektrolit dan membentuk air, sedangkan
elektron akan melewati sirkuit luar menuju katoda dan menghasilkan arus listrik.
4) Di katoda, elektron akan bergabung dengan oksigen dan air untuk membentuk ion
-
OH yang bergerak menyeberangi elektrolit menuju anoda untuk memulai proses
selanjutnya.
AFC digunakan pada pesawat luar angkasa Amerika Serikat sejak 1960-an. AFC sangat
mudah terkontaminasi oleh CO2, sehingga memerlukan gas hidrogen dan oksigen murni.

Keracunan CO2 pada sel ini mempengaruhi operasi dan usia sel. Sel bahan bakar ini

menggunakan larutan kalium hidroksida dalam air sebagai elektrolit. AFC beroperasi pada
4

100ºC dan 250ºC. Kini, terdapat AFC yang beroperasi pada suhu rendah, yaitu antara 23ºC
hingga 70ºC. Namun, sel jenis ini harganya sangat mahal, sehingga tidak cocok untuk
dikomersialkan.

2.2 Phosphoric-Acid Fuel Cell (PAFC)


PAFC menggunakan asam fosfat sebagai elektrolit dan karbon berpori yang mengandung
katalis platinum sebagai elektroda. Asam fosfat tersebut terdapat pada matriks silikon karbida
yang berikatan dengan Teflon. Reaksi yang terjadi pada PAFC adalah :
Anoda : H2 →2H+ + 2e-
Katoda : 1/2O2+ H+ + 2e- →H2O
Reaksi keseluruhan : H2 + 1/2O2→2H2O

Gambar 2.2 Skema kerja PAFC[2]


Proses yang terjadi saat PAFC beroperasi adalah sebagai berikut:
1) Gas hidrogen sebagai bahan bakar dialirkan menuju anoda, sedangkan gas oksigen
dari udara bebas dialirkan menuju katoda.
2) Di anoda, katalis platinum menyebabkan hidrogen pecah menjadi ion hidrogen yang
+ -
bermuatan positif (H ) dan elektron yang bermuatan negatif (e ).
5

+
3) Asam fosfat sebagai elektrolit hanya melewatkan ion H menuju katoda, sedangkan
elektron akan melewati sirkuit luar menuju katoda dan menghasilkan arus listrik.
+
4) Di katoda, elektron dan ion H bergabung dengan gas oksigen dari udara membentuk
air yang akan keluar dari sel bahan bakar.
PAFC sangat potensial digunakan untuk pembangkit tenaga listrik berskala kecil. Suhu
operasinya lebih tinggi daripada PEMFC, sehingga memerlukan waktu pemanasan yang
lama. Hal ini menyebabkan PAFC tidak cocok digunakan di kendaraan. Selain itu sel ini
memiliki berat dan volume yang besar, serta harga yang mahal.

2.3 Solid Oxide Fuel Cell (SOFC)


SOFC menggunakan keramik yang keras dan tak berpori sebagai elektrolitnya
o
(umumnya zirkonium oksida). Sel ini beroperasi pada suhu tinggi sekitar 1000 C. Tingginya
suhu ini menyebabkan SOFC tidak membutuhkan logam mulia sebagai katalisnya, sehingga
dapat menurunkan harga jualnya. SOFC juga dapat mengubah bentuk bahan bakar dalam sel,
sehingga tidak dibutuhkan reformer pada sistemnya. Namun, tingginya suhu yang diperlukan
untuk mengoperasikan SOFC memiliki kekurangan, antara lain waktu pemanasan (warm-up
time) yang lama dan dibutuhkannya sistem pengamanan panas di bagian luarnya. Oleh karena
itu, SOFC tidak sesuai untuk diaplikasikan pada kendaraan dan alat elektronik. Walaupun
demikian, sel ini sangat sesuai digunakan untuk pembangkit tenaga listrik berskala besar,
sehingga dapat menyediakan listrik untuk pabrik maupun sebuah kota. SOFC juga
merupakan sel bahan bakar yang paling tahan terhadap sulfur dan karbon monoksida (CO).
Reaksi yang terjadi pada SOFC adalah:
Anoda : H2 + O2- →H2O + 2e-
Katoda : 1/2O2 + 2e- →O2-
Reaksi keseluruhan : H2 + 1/2O2 →H2O
6

Gambar 2.3 Skema kerja SOFC[2]


Proses yang terjadi saat SOFC beroperasi adalah sebagai berikut:
1) Gas hidrogen sebagai bahan bakar dialirkan menuju anoda, sedangkan gas oksigen
dari udara bebas dialirkan menuju katoda.
2) Di katoda, katalis menyebabkan elektron dari sirkuit luar bergabung dengan oksigen
2-
dan membentuk ion oksigen bermuatan negatif (O ).
2-
3) Ion O mengalir melalui elektrolit menuju anoda.
2-
4) Di anoda, katalis menyebabkan hidrogen bereaksi dengan ion O membentuk air dan
elektron.
5) Elektron akan melalui sirkuit luar menuju katoda dan menghasilkan arus listrik.

2.4 Molten Carbonate Fuel Cell (MCFC)


MCFC menggunakan elektrolit yang terdiri dari campuran lelehan garam karbonat yang
tersuspensi pada pori matriks keramik inert litium aluminium oksida (LiAlO 2). Sel ini juga

sangat sesuai digunakan untuk pembangkit tenaga listrik berskala besar. Suhu operasinya
o
sekitar 600 C, sehingga tidak diperlukannya material khusus untuk MCFC. MCFC resisten
terhadap CO dan CO2, tetapi tidak terlalu resisten terhadap sulfur dan partikulat dari batu

bara. Reaksi yang terjadi pada MCFC adalah:


7

Anoda : H2 + CO32- →H2O + CO2+ 2e-


Katoda : 1/2O2 + CO2 + 2e- →CO32-
Reaksi keseluruhan : H2 + 1/2O2+ CO2→H2O + CO2

Gambar 2.4 Skema kerja MCFC [2]


Proses yang terjadi saat MCFC beroperasi adalah sebagai berikut:
1) Gas hidrogen sebagai bahan bakar dialirkan menuju anoda, sedangkan gas oksigen
dari udara bebas, CO2, dan elektron dari sirkuit luar dialirkan menuju katoda.

2) Di katoda, oksigen, CO2, dan elektron bereaksi membentuk ion oksigen yang
2-
bermuatan positif dan ion karbonat yang bermuatan negatif (CO3 ).

3) Ion karbonat bergerak melalui elektrolit menuju anoda.


4) Di anoda, katalis mendorong hidrogen untuk bergabung dengan ion karbonat
membentuk air, CO2, dan melepaskan elektron yang akan mengalir melalui sirkuit

luar.
5) CO2 yang terbentuk di anoda didaur ulang kembali menuju katoda.
8

Kelemahan utama dari MCFC adalah usianya yang tidak terlalu panjang. Hal ini
disebabkan karena tingginya suhu operasi sel dan elektrolit yang korosif sehingga dapat
mengurangi usia MCFC.

2.5 Proton Exchange Membrane Fuel Cell (PEMFC)


Proton Exchange Membrane Fuel Cells (PEMFC) atau sering juga disebut Polymer
Electrolyte Membrane Fuel Cells menggunakan polimer padat sebagai elektrolit dan karbon
berpori yang mengandung katalis platina sebagai elektroda. Untuk beroperasi, PEMFC hanya
membutuhkan hidrogen, oksigen dari udara bebas, dan tidak memerlukan fluida yang bersifat
korosif seperti beberapa jenis sel bahan bakar lainnya. Proses yang terjadi saat PEMFC
beroperasi adalah sebagai berikut:
1) Gas hidrogen sebagai bahan bakar dialirkan menuju anoda, sedangkan gas oksigen
dari udara bebas dialirkan menuju katoda.
2) Di anoda, katalis platinum menyebabkan hidrogen pecah menjadi ion hidrogen yang
+ -
bermuatan positif (H ) dan elektron yang bermuatan negatif (e ).
+
3) Membran pada PEMFC hanya melewatkan ion H menuju katoda, sedangkan
elektron akan melewati sirkuit luar menuju katoda dan menghasilkan arus listrik.
+
4) Di katoda, elektron dan ion H bergabung dengan gas oksigen dari udara membentuk
air yang akan keluar dari sel bahan bakar.

Gambar 2.5 Skema kerja PEMFC [2]


9

PEMFC memiliki berbagai kelebihan dibandingkan jenis sel bahan bakar lainnya.
Antara lain memiliki berat dan volume yang kecil, lebih efisien, dan suhu operasinya rendah,
yaitu sekitar 80°C. Karena singkatnya waktu pemanasan dan bobotnya yang ringan, PEMFC
sangat cocok untuk digunakan pada kendaraan dan alat-alat elektronik.
Perbandingan skema kerja untuk keseluruhan sel dengan bahan bakar hidrogen
ditunjukkan pada Gambar 2.6.

Gambar 2.6 Perbandingan skema kerja sel dengan bahan bakar hidrogen [3]

III. DCFC (Direct Carbon Fuel Cell)

Direct Carbon Fuel Cell (DCFC) proses elektrokimia pada bahan bakar karbon secara
langsung menjadi listrik tanpa perlu gasifikasi. Secara teoritis apabila bahan bakar yang
digunakan adalah karbon, efisiensi energi fuel cell dapat mencapai 100%.. Karbon memiliki
tingkat efisiensi energi sangat tinggi, maksimal mencapai 100 %. Hal ini lebih besar bila
dibandingkan dengan hidrogen (83 %) dan bahan bakar fosil (90%). Secara umum reaksi
DCFC adalah sebagai berikut:
Katoda : O2 + 4e- → 2O2-
Anoda : C + 2O2- → CO2 + 4e-
10

Gambar 3.1. Skema kerja DSFC [4]

Proses kerja DSFC diawali dengan bahan bakar berupa karbon (C) memasuki sel bahan
bakar dan ditampung dalam ruang sebelah kiri dinding elektroda bahan bakar. Sedangkan
oksigen O2 memasuki sel bahan bakar dari sebelah kanan elektroda udara. Kedua elektroda
dihubungkan pada jaringan listrik. Elektroda bahan bakar disambungkan pada sisi negatif,
sedangkan elektroda udara pada sisi positif. Pada saat oksigen memasuki sel bahan bakar
maka atom oksigen akan menerima elektron dari elektroda. Ketika mencapai elektroda bahan
bakar oksigen tergabung dengan karbon dan membentuk CO2. Pada saat itu oksigen
melepaskan muatan elektronnya pada elektroda bahan bakar. Hal ini menyebabkan terjadinya
perpindahan elektron dari elektroda udara ke elektroda bahan bakar. Pergerakan elektron-
elektron ini menyebabkan terjadinya arus listrik searah.
Berdasarkan jenis elektrolit yang digunakan, DCFC dapat dibedakan dikelompokkan
sebagai berikut:
a) DCFC dengan elektrolit garam (KOH, NaOH), operasi suhu pada 500-600oC.
b) DCFC dengan elektrolit karbonat (Li, Na, K), operasi suhu pada 750-800oC.
c) DCFC dengan elektrolit senyawa keramik oksida, suhu operasi 800 - 1000o C.
11

Tabel 3.1. Perbedaan elektrolit pada DCFC [5]

3.1 DCFC dengan elektrolit garam (KOH, NaOH)


Jenis sel bahan bakar menggunakan hidroksida cair (NaOH atau KOH) sebagai elektrolit.
Bahan Bakar diumpankan ke sel dalam bentuk batang yang terbuat dari grafit atau batubara
karbon berasal dicelupkan ke dalam elektrolit. Batang bahan bakar ini juga bertindak sebagai
anoda sel. Suhu operasi berada di kisaran 500-650 oC. Reaksi yang terjadi pada sel adalah
sebagai berikut:
Anoda : C + 4OH- → 2H2O (g) + CO2 + 4e-
Katoda : O2 + 2H2O + 4e- → 4OH-
Penggunaan hidroksida cair sebagai elektrolit dapat mengasilkan konduktivitas ionik
yang tinggi, dan proses elektrokimia dapat berlangsung pada suhu operasional yang rendah.
Namun terdapat kekurangan dimana CO2 mengalami pencairan dan akan bereaksi dengan
ion hidroksida dalam proses pencairan tersebut.

3.2 DCFC dengan elektrolit karbonat (Li, Na, K)


Sel bahan bakar jenis ini menggunakan karbonat cair sebagai partikel elektrolit. Suhu
operasi sel bahan bakar adalah dalam kisaran 750-800oC. Penambahan katalis pada elektrolit
mampu meningkatkan konduktivitas dan menstabilkan produksi CO2. Reaksi elektrokimia
yang terjadi di sel adalah sebagai berikut:
12

Anoda : C + 2CO32- → 3CO2 + 4e-


Katoda : O2 + 2CO2 + 4e- → 2CO32-

3.3 DCFC dengan elektrolit senyawa keramik oksida


Sel bahan bakar oksida menggunakan hard, non-porous senyawa keramik sebagai
elaktrolit. Suhu operasinya dapat mencapai 10000C. Sel bahan bakar ini sangat cocok untuk
pembangkitan daya-daya besar. Suhu operasi yang tinggi menyebabkan efesiensi konversi
daya yang tinggi dengan memakai sistem hybrid dimana kalornya dimanfaatkan untuk jenis
pembangkit yang lain seperti turbin uap atau gas. Efesiensi generating sel bahan bakar ini
dapat mencapai 60%. Sel bahan bakar ini digunakan pada skala besar industri.
Perkembangan DCFC semakin hari semakin menunjukkan hasil. M. Dusdek, dkk pada
tahun 2013, telah berhasil mengembangkan DCFC dengan biomassa sebagai bahan bakar [6].
Biomassa dianggap sebagai karbon netral, ini berarti biomassa mengambil karbon dari
atmosfer pada saat tanaman tumbuh, dan mengembalikannya ke udara ketika dibakar. Karena
itulah, setidaknya menurut teori, terjadi siklus karbon tertutup tanpa peningkatan kadar
karbon dioksida (CO2) di atmosfer. Biomassa merupakan sumber energi terbarukan yang
mengacu pada bahan biologis yang berasal dari organisme yang belum lama mati. Sumber-
sumber biomassa yang paling umum adalah bahan bakar kayu, limbah dan alkohol.

IV. Direct Methanol Fuel Cell (DMFC)

Direct Methanol Fuel Cell (DMFC) merupakan sel bahan bakar yang dapat
dioperasikan pada suhu rendah, serta menggunakan metanol sebagai bahan bakarnya.
Metanol merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui. Salah satu komponen yang
penting dalam DMFC adalah membran elektrolit. Membran berfungsi sebagai sarana
transportasi ion hidrogen (H+) yang dihasilkan dari reaksi oksidasi di anoda, selain itu juga
sebagai pembatas antara kedua elektroda tersebut. Reaksi yang terjadi adalah [7]:
o
Anoda : CH3OH + H2O →CO2 + 6H+ + 2e- E = 0,046 V
13

o
Katoda : 6H+ + 3/2O2 + 6e- →3H2O E = 1,23 V
o
Reaksi keseluruhan : CH3OH +3/2O2 → CO2 + 2H2O E = 1,18 V

Gambar 3.1 Skema kerja DMFC [7]


Pada Gambar 3.1 terlihat bahwa pada DMFC di sisi anoda metanol dan air
diinjeksikan ke dalam batch reaksi dengan kecepatan konstan. Tumbukan dengan katalis
membantu terjadi reaksi konversi metanol secara katalitik menjadi proton, CO 2 dan elektron.
Gas CO2 di keluarkan dari sistem sementara proton bergerak menyeberangi membran menuju
katoda yang kemudian bereaksi dengan oksigen menghasilkan air. Tumpukan elektron di
anoda menghasilkan beda potensial yang memaksa elektron dari reaksi konversi tersebut
mengalir dalam sebuah sirkuit arus, dipakai sebagai arus searah oleh peralatan elektronik,
kemudian sampai di katoda sehingga menyempurnakan reaksi pembentukan molekul air.
Jelas terlihat di sini, limbah yang dihasilkan dari bahan bakar ini adalah air dan gas CO 2
dalam jumlah yang kecil.

REFERENSI

[1] Rahmawati, F., “FUEL CELL, Teknologi bersih yang menjanjikan”


http://www.1000guru.net/htmls/articles/Ed2-Kim-FuelCell.html, diakses pada
18/04/2015 .
14

[2] Types of Fuel Cells. http://energy.gov/eere/fuelcells/types-fuel-cells, diakses pada


25/04/2015.
[3] Fuel Cells. http://www.doitpoms.ac.uk/tlplib/fuel-cells/printall.php, diakses pada
25/04/2015.
[4] The Energy Blog. 2005. “Direct Carbon Fuel Cell (DCFC)”
http://thefraserdomain.typepad.com/energy/2005/12/direct_carbon_f.html, diakses pada
18/04/2015.
[5] S.P.S. Badwal, S. Giddey, 2010, “The Holy Grail of Carbon Combustion – The Direct
Carbon Fuel Cell Technology”, Materials Forum Volume 34.
[6] M. Dudek, P. Tomczyk, R. Socha, M. Skrzypkiewicz, J.Jewulski, .2013. “Biomass Fuels
for Direct Carbon Fuel Cell with Solid Oxide Electrolyte ”. Int. J. Electrochem. Sci.,
8 :3229 – 3253.
[7] W. W. Purwanto, B. Budiman, 2005. Uji Kinerja Elektrokatalis-Anoda (PtRuMo/C)
Untuk Direct Metahol Fuel Cell (DMFC). SIMPOSIUM & KONGRES TEKNOLOGI
KATALISIS INDONESIA, Serpong, 23-24 Februari 2005, ISSN-0216-4183.

Anda mungkin juga menyukai