Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) adalah tanaman perdu

semusim yang sudah lama dibudidayakan oleh orang Indonesia. Sebenarnya

kacang panjang berasal dari India dan Afrika. Kemudian menyebar penanamanya

ke daerah-daerah Asia Tropika hingga ke Indonesia (Anto, 2013).

Tanaman kacang panjang mempunyai sebutan lain seperti kacang lanjaran

(Jawa), kacang turus (Pasundan), taukok (Cina), sitao (Philipina), kacang belut

(Malaysia), paythenki, yardlong bean dan asparagus bean. Kacang panjang

merupakan tanaman semusim yang berbentuk perdu, bersifat memanjat dengan

membelit. Daunnya bersusun tiga-tiga helai, sedangkan bunga kacang panjang

seperti kupu-kupu berwarna biru muda, polongnya berwarna hijau berbentuk gilig

dengan panjang sekitar 10 -80 cm (Anto, 2013).

Tanaman ini berumur pendek, tahan terhadap kekeringan, tumbuh baik

pada dataran medium sampai dataran rendah, dapat ditanam di lahan sawah,

tegalan, atau pekarangan pada setiap musim (Hendriyani dan Nintya, 2009).

Tanaman ini berbentuk perdu yang tumbuhnya menjalar atau merambat.

Daunnya berupa daun majemuk, terdiri dari tiga helai. Batangnya liat dan sedikit

berbulu. Kacang panjang bersifat dwiguna, artinya buahnya dapat dimanfaatkan

sebagai sayuran polong dan akrnya dapat menyerap N bebas yang dapat

digunakan sebagai penyubur tanah. Tanaman kacang panjang dikatakan sebagai

penyubur tanah karena pada akar-akarnya terdapat bintil-bintil bakteri Rhizobium

(Anto, 2013).

1
2

Produksi kacang panjang di Indonesia sepanjang tiga tahun terakhir

mengalami penurunan yang signifikan. Pada tahun 2011 produksi kacang

Indonesia sebesar 458,307 ton kemudian pada tahun 2012 produksinya menurun

menjadi 455,615 ton, dan pada tahun 2013 hasil tanaman kacang panjang di

Indonesia sebesar 218,948 ton ( BPS, 2013 ).

Penurunan hasil tanaman kacang panjang dapat disebabkan oleh banyak

faktor salah satunya serangan patogen. Dalam hal ini adalah virus, virus yang

menginfeksi kacang panjang adalah Mungbean Yellow Mosaic Virus (MYMV)

yang dapat menurunkan hasil tanaman kacang panjang secara signifikan.

Purwaningsih (2015) mengatakan virus kuning dapat menyebabkan kehilangan

hasil sebesar 53,87%.

Mungbean Yellow Mosaic Virus (MYMV) termasuk dalam family

Geminiviridae, genus Begomovirus yang menginfeksi tanaman jenis

Leguminosae. Gemini virus merupakan salah satu dari sekian banyak virus

dilapangan yang sangat sulit utuk dibedakan satu dengan yang lainnya, hal ini

disebabkan karena gejalanya hampir sama yaitu timbulnya gejala belang, mosaik,

daun menguning, tulang daun menebal, daun keriting dan terjadinya malformasi

(Jamsari dkk., 2007).

Berdasarkan hasil penelitian dikatakan bahwa Mungbean Yellow Mosaic

Virus yang dilaporkan dari Thailand dapat dipindahkan dengan cara inokulasi

mekanik namun hanya pada tanaman dari family Leguminosae diantaranya adalah

Canavalia ensiformis, Glycine max, Phaseolus angularis, P. lunatus, P. vulgaris,

Vigna mungo dan V. radiata (Honda et al., 1983). Sedangkan virus yang

dilaporkan berasal dari India tidak dapat dipindahkan dengan cara inokulasi
3

mekanik, namun hanya dipindahkan oleh kutu kebul sebagai vektor dan

menginfeksi tidak hanya pada family Leguminosae (Nariani, 1960).

Selain menginfeksi kacang panjang virus ini pun dapat menginfeksi gulma

dan tanaman budidaya lainnya seperti cabai dan terong, yang ditanam secara

tumpang sari pada pertanaman kacang panjang yang kemudian dapat menjadi

inang alternatif virus tersebut.

Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada areal pertanaman

budidaya yang tidak di kehendaki keberadaannya. Gulma tidak dikehendaki

karena bersaing dengan tanaman yang dibudidayakan dan dibutuhkan biaya

pengendalian yang cukup besar yaitu sekitar 25-30% dari biaya produksi (Soerjani

et al. 1996). Selain gulma mengganggu tanaman, gulma juga bisa sebagai inang

alternatif bagi virus tanaman dan sebagai sumber inokulum.

Pada budidaya tanaman di lahan kering terdapat beberapa spesies gulma

yang sering ditemukan seperti Imperata cylindrica (alang-alang), Cynodon

dactylon (grinting), Borreria alata, Ageratum conyzoides (babandotan),

Synedrella nodiflora (jontang kuda), Cyperus rotundus (teki berumbi)

(Tjokrowardojo dan Endjo, 2013). Veniari (2014) menyatakan bahwa gulma

Commelina spp. yang berada di sekitaran tanaman cabai dapat menjadi inang

alternatif dari virus CMV dan ChiVMV yang biasanya menyerang tanaman cabai.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi virus MYMV yang terdapat

dilapangan dilakukan dengan teknik deteksi Polymerase Chain Reactoin (PCR).

Metode deteksi PCR digunakan karena memiliki spesifitas yang tinggi dalam

mendeteksi virus walau dalam jumlah yang sedikit.


4

1.2 Rumusan Masalah

Masalah yang dapat di rumuskan dalam melaksanakan penelitian ini

adalah apa saja jenis kisaran inang alternatif dari virus Mungbean Yellow Mosaic

Virus (MYMV) selain tanaman kacang panjang?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis inang alternatif

dari virus Mungbean Yellow Mosaic Virus (MYMV) dengan melihat gejala

morfologi yang ditimbulkan dan deteksi secara molekuler (PCR).

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dan akan dibuktikan dalam penelitian ini adalah

selain tanaman kacang panjang virus Mungbean Yellow Mosaic Virus (MYMV)

juga dapat menginfeksi beberapa gulma yang ada di sekitar pertanaman kacang

panjang.

Anda mungkin juga menyukai