Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan Hidayah Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktek
Kunjungan Lapangan dalam rangka Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP.
Praktek Kunjungan Lapangan sangat bermanfaat dalam
mengimplementasikan konsep yang diperoleh dari Pelatihan di lapangan.
Implementasi pendampingan dilakukan dengan melaksanakan self
assessment dan tindak lanjut dengan pendampingan penyusunan dokumen
yang dipersyaratkan dalam akreditasi. Pendampingan akreditasi
dilaksanakan dalam Kelompok Kerja Administrasi dan Manajemen,
Kelompok Kerja Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan
Perorangan.
Pada kesempatan ini perkenankan kami menyampaikan ucapan terima
kasih dan apresiasi kepada pihak Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto IX
Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan yang merupakan tempat Praktek
Kunjungan Lapangan. Semoga dengan PKL ini dapat bermanfaat bagi
Puskesmas Tarusan khususnya dalam pelaksanaan akreditasi.

Tarusan, 26 Agustus 2021

Kelompok Praktek Kunjungan Lapangan


POKJA UKP
UPT. Puskesmas Tarusan

Laporan Akhir PKL Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP di Puskesmas 1


Tarusan Kab. Koto IX Tarusan Tahun 2021
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

BAB I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG…………………………………………………….. 1

B. TUJUAN …………………………………………………………………. 2

C. WAKTU DAN TUJUAN…………………………………………………. 2

BAB II. GAMBARAN UMUM


A. DATA GEOGRAFI
B. KEADAAN DEMOGRAFI
C.

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Untuk meningkatkan pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama


(FKTP) khususnya Puskesmas dilakukan berbagai upaya peningkatan
mutu dan kinerja antara lain dengan pembakuan dan pengembangan
sistem manajemen mutu dan upaya perbaikan kinerja yang
berkesinambungan . Untuk menjamin bahwa upaya perbaikan mutu dan
peningkatan kinerja dilaksanakan di FKTP maka perlu dilakukan
penilaian oleh pihak eksternal dengan menggunakan standar yang
ditetapkan yaitu melalui mekanisme akreditasi.
Akreditasi adalah pengakuan terhadap fasilitas yang diberikan oleh
lembaga independen penyelenggaran akreditasi yang ditetapkan oleh
menteri setelah dinilai bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut
telah memenuhi standar akreditasi. Di masa transisi, pelaksanaan
akreditasi FKTP dilakukan oleh Komisi Akreditasi FKTP yang ditetapkan
oleh Menteri Kesehatan melalui Keputusan Menteri Kesehatan No.
HK.02.02/Menkes/59/2015.
Puskesmas sebagai institusi pelayanan kesehatan yang berada di
garis depan di masyarakat, selalu berupaya meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan dengan melakukan berbagai upaya perbaikan,
antara lain dengan memenuhi sarana prasarana puskesmas dan
jaringannya, meningkatkan sumber daya manusia, memanfaatan sistem
informasi kesehatan serta melakukan upaya perbaikan mutu pelayanan
melalui akreditasi puskesmas. Agar dapat memberikan pelayanan yang
bermutu, terjangkau dan profesional, maka Puskesmas harus
dikelola untuk memenuhi profesionalitas sebagai unit yang
memberikan pelayanan publik. Dalam upaya peningkatan mutu
pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara berkala paling sedikit
3 (tiga) tahun sekali.
Untuk mempersiapkan FKTP Puskesmas Tarusan dalam
pelaksanaan akreditasi maka perlu difasilitasi melalui proses
pendampingan oleh Tim Pendamping Akreditasi dinas Kesehatan
Kabupaten Pesisir Selatan yang terlatih. Agar pendampingan dilakukan
dengan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka perlu dilakukan
proses pendampingan akreditasi di Puskesmas Tarusan melalui Praktek
Kunjungan Lapangan dalam rangka Pelatihan pendamping Akreditasi
FKTP.
Praktik Kunjungan lapangan bagi Peserta Pelatihan Pendamping
Akreditasi FKTP adalah salah satu kegiatan pelatihan yang dilakukan
dengan cara melihat kondisi lapangan yang terkait dengan kegiatan
untuk mendapatkan informasi persiapan penilaian Akreditasi Puskesmas.

B. TUJUAN
Umum

Tujuan umum kegiatan ini adalah terlaksananya praktek kunjungan


Lapangan pendampingan akreditasi di Puskesmas
Khusus

Peserta Pelatihan dapat mengerti dan memahami :

1. Proses pendampingan di FKTP Puskesmas sesuai materi yang diterima


saat pelatihan di lapangan,
2. Proses self assesment sebagai bentuk pendampingan akreditasi
dalam menilai kesiapan puskesmas,
3. Proses penyusunan dokumen di puskesmas dalam memenuhi standar
akreditasi.

C. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan PKL pada Pelatihan Pendamping Akreditasi FKTP ini


dilaksanakan pada :
Hari : Kamis - Jumat
Tanggal : 26 Agustus - 27 Agustus 2021
Waktu : Pkl 07.30 – 14.00 WIB
Tempat : UPT. Puskesmas Tarusan Kecamatan Koto IX Tarusan
D. MANFAAT

Dengan dilaksanakan Praktek Kunjungan Lapangan ini peserta dapat


mengimplementasikan ilmu yang diperoleh dari pelatihan.
BAB II
GAMBARAN UMUM

Gambaran keadaan kesehatan masyarakat diwilayah kerja Puskesmas


merupakan cerminan kinerja puskesmas dengan jajarannya dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Kesehatan masyarakat yang baik menandakan puskesmas
dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan baik, begitupun sebaliknya.
Puskesmas Tarusan yang terletak di atas Tanah Seluas 4000 M 2 dan luas
bangunan 752,1 M2 dengan batasan tanah Sebelah Utara berbatas dengan Jalan
Raya , sebelah Selatan berbatas dengan tanah Masyarakat (atas nama
Darmayenti, Sebelah Barat berbatas dengan Tanah masyarakat (atas nama
Suryati/oktarina, Sebelah Timur berbatas dengan jalan raya dengan alamat Jln.
Dr.M.Zein Kenagarian Nanggalo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir
Selatan (Telp. 0756-432408, Email puskesmastarusan@yahoo.co.id, kode pos
25654) yang merupakan Puskesmas Rawatan dengan memberikan pelayanan
gawat darurat selama 24 jam. Puskesmas Tarusan dalam memberikan pelayanan
dasar ke pada masyarakat juga didukung oleh 5 (Lima) Puskesmas Pembantu
(pustu) dan 15 (Lima belas) Pos Kesehatan Nagari (Poskesri).

A. DATA GEOGRAFI
Puskesmas Tarusan adalah salah satu dari 18 Puskesmas yang ada di
Kabupaten Pesisir Selatan.
Batas – batas wilayah kerja Puskesmas Tarusan adalah :
 Sebelah utara : Wilayah kerja Puskesmas Barung – Barung Belantai.
 Sebelah selatan : Wilayah kerja Puskesmas Pasar Baru.
 Sebelah barat : Samudra Hindia
 Sebelah timur : Wilayah kerja Puskesmas Asam Kumbang

Luas wilayah kerja Puskesmas Tarusan ± 182,67 km2. Wilayah tersebut terdiri
dari 13 kenagarian dan terdiri dari 34 kampung,
Peta Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan

Wilayah Kerja Puskesmas Tarusan

B. KEADAAN DEMOGRAFI

Jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Tarusan sebanyak 32.115 jiwa,


dengan 6.455 Rumah tangga. Pendidikan terakhir sebagian besar penduduk
adalah SMA. Sebagian besar penduduk bermata pencarian sebagai petani ( 60
% ), nelayan ( 30 % ) dan sisanya adalah pedagang.
Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Tarusan Tahun 2020

    Luas Jumlah Jumlah


No Nagari No Pustu/Poskesri Wilayah Pendudu Rumah
    (Km2) k Tangga
1 2  3 4 5 6 7
1 Kapuh 1 Kapuh
    2 Gurun Panjang 12.20 5.248
    3 Sabai Nan Aluih 1.065
Kapuh
2 4 Sungai Talang
Utara 9,42 2.323
    5 Sawah Liat 445
3 Jinang Kp 6 Jinang
Pansur 7 Kampung pansur 4.60 2.515
  8 Surau Anjung 561
Ampang
4 9 Kampung suduik
Pulai
    10 Kambeh 6.000 4.320
11 Batu Kalang
   
12 Simpang 853
5 Pulau 13 Kp. Luar P.
Karam 14 Karam
4.000,0 2.455
  Karang Tangah
Muaro 492
Cerocok
6 15 Anau
anau 15.01 1.343
    16 Carocok 256
7 Nanggalo 17 Pasa Simpang
  Tigo Talao
18 Nanggalo Luar 401,0 3.659
 
19 Nanggalo dalam
  20 Tanjung 743
8 Setara 21 Sungai Tawar
  Nanggalo 22 Teluk Raya
24.71 2.489
    23 Subarang sawah
24 Pincuran batu 535
9 Batu 25 Sako
hampar 26 Kp. Sawah 8.91 2.139 431
selatan
Batu
10 27
hampar Batu Hampa 7.00 1.568 297
    28 Kp. Parak
11 Mandeh 29 Kampung Baru
30 Kampung Tangah 6.48 1.586 304
31 Kampung Taratak
Sei Nyalo 32 Sungai nyalo
12 33 21.34 901 180
Mudia air Mudiak Aia

Sungai 29.15 1.569


13 34
Pinang Kampung Koto
  35
  Kampung Pasa 313
10.401,
Jumlah 32.115 6.455
0

D. DATA SOSIAL EKONOMI DAN BUDAYA


a. Jumlah Sarana Pendidikan
Sarana Pendidikan Yang Terdapat di Wilayah Kerja
Puskesmas Tarusan

No Jenis Sekolah Jumlah

1 Taman Kanak – kanak 20


2 Sekolah dasar 27
3 Sekolah Dasar Luar Biasa 2
4 SLTP 5
5 MTsN 1
6 MTSS 1

7 SLTA 1
7 SMK 1
8 MAS 1

b. Data Sarana Ibadah


- Mesjid dan Mushala : 48 Buah

E. KEADAAN kESEHATAN lINGKUNGAN


Lingkungan merupakan salah satu variabel yang kerap mendapat perhatian
khusus karena lingkungan merupakan media penularan penyakit dan juga dalam
menilai kondisi kesehatan masyarakat. Untuk menggambarkan keadaan lingkungan
akan disajikan indikator-indikator seperti: akses terhadap air bersih, sanitasi dasar,
tempat-tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) sehat, dan persentase
rumah sehat.
1. Sarana dan akses air minum berkualitas
Salah satu tujuan pembangunan prasarana penyediaan air baku untuk
memastikan komitmen pemerintah yaitu memastikan kelestarian lingkungan hidup
dengan menurunkan target hingga setengahnya proporsi rumah tangga tanpa
akses berkelanjutan terhadap air minum layak sanitasi dasar hingga 2020
Air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses
pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.
Syarat-syarat kualitas air minum sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 diantaranya:
a. Parameter mikrobiologi E Coli dan total Bakteri Koliform, kadar maksimum
yang diperbolehkan 0 jumlah per ml sampel.
b. Syarat Fisik : Tidak berbau, tidak berasa, dan tidak berwarna.
c. Syarat kimia : Kadar Besi : Maksimum yang diperbolehkan 0,3 mg/l,
kesadahan (maks 500 mg/l), pH 6,5 - 8,5
Berdasarkan data penyehatan lingkungan tahun 2020 jumlah penyelenggara
air minum yang memenuhi syarat (Fisik, Bakteorologi, dan Kimia adalah 100 % dari
jumlah sampel yang diperiksa 3 penyelenggara air minum, sedangkan penduduk
yang memiliki akses air minum 81,7 % dari jumlah penduduk.

2. Sarana dan akses terhadap Sanitasi dasar


Air bersih dan sanitasi yang baik merupakan elemen penting yang
menunjang kesehatan manusia. Sanitasi berhubungan dengan kesehatan
lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat. Buruknya kondisi
sanitasi akan berdampak negatif di banyak aspek kehidupan, mulai dari turunnya
kualitas lingkungan hidup masyarakat, tercemarnya sumber air minum bagi
masyarakat, dan munculnya penyakit.

Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap sanitasi yang layak


(jamban sehat) per nagari di wil. Puskesmas tarusan tahun 2020
1000 902
900
800 756
678
700
570 575
600
477
500
380 372 356
400
300 256
181 199 176
200
100
0
h ar
a ur ai na
u m lo lo an pa eh lo ng
a pu Ut ans Pul A a ra ga g ga l at a m nd nya i na
p K g e a
K h ng co
k n
Na
n S H M ai iP
pu ng pa ra la
u Na ar at
u ng ga
Ka pu a Pu ra p B S u u n
m Am C ta m S
Ka Se Ha
g tu
an Ba
Jin

jumlah jamban

Persentase penduduk dengan akses sanitasi yang layak yaitu sebesar 100
% ada 7 nagari yaitu Nagari Batu Hampar Selatan, Batu hampar, Sei Nyalo, Sei
Pinang, nanggalo dan jinang dan Pulau karam.

3. Rumah sehat
Untuk penyelenggaraan penyehatan pemukiman difokuskan pada peningkatan
rumah sehat. Rumah sehat adalah bangunan rumah tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat
pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi rumah yang baik,
kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah tidak terbuat dari tanah.
Persentase Rumah sehat yaitu sebesar 73,5 % dari jumlah Rumah yang ada di
wilayah kerja puskesmas tarusan sebanyak 6,603 dan yang dibina sebanyak 84
unit. Ini lebih rendah jika dibandingkan dengan target nasional yang ditetapkan
sebesar 60 %. Persentase tertinggi terdapat di kenagarian Jinang Kampung
Pansur. sebagaima yang terlihat pada tabel Berikut:

Persentase Rumah Sehat di Wilayah Kerja


Puskesmas Tarusan Tahun 2020

Target
88 %
Kampung Pasa 58
69
Mudiak Aia 92
87
Kampung Tangah 67
84
Batu Hampa 94
94
Taluak Raya 59
77
Nanggalo 71
85
Pulau Karam 68
73
Batu Kalang 60
98
Kampung pansur 98
63
Sabai Nan Aluih 61
68
Kapuh 62
0 20 40 60 80 100 120

4. Tempat Tempat umum (TTU) dan Tempat pengelolaan makanan (TPM).


Tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan merupakan suatu
sarana yang dikunjungi banyak orang, dan berpotensi menjadi tempat penyebaran
penyakit seperti sarana pendidikan, kesehatan, restoran pasar dan lain-lain. TUPM
sehat adalah tempat-tempat umum dan tempat pengelolaan makanan dan
minuman yang memenuhi syarat kesehatan, yaitu memiliki sarana air bersih,
tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang
sesuai luas lantai/ruangan dan pencahayaan yang memadai.
Dari jumlah tempat-tempat umum sebanyak 67 unit yang memenuhi syarat
sebesar 100 % , Sarana Pendidikan sebesar 79 %, Sarana Tempat Ibadah 90 %, P
asar yang telah memenuhi Kesehatan.

F. Keadaan Perilaku Masyarakat


Untuk menggambarkan keadaan perilaku masyarakat yang berpengaruh
terhadap kesehatan, akan disajikan beberapa indikator yang berkaitan dengan
perilaku masyarakat, diantaranya Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat dan Kawasan Tanpa Rokok.
a. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Dalam kerangka pembangunan kesehatan, sektor air minum, sanitasi dan
higienis merupakan satu kesatuan dalam prioritas pembangunan bidang kesehatan
dengan titik berat pada upaya promotif dan preventif dalam perbaikan lingkungan
untuk mencapai salah satu sasaran MDGs. STBM menjadi ujung tombak
keberhasilan pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan secara
keseluruhan. Sanitasi total berbasis masyarakat sebagai pilihan pendekatan,
strategi dan program untuk mengubah perilaku higiene dan sanitasi melalui
pemberdayaan masyarakat dengan menggunakan metode pemicuan dalam rangka
mencapai target MDGs. Dalam melaksanakan STBM mencakup 5 (lima) pilar
yaitu :
1. Stop buang air besar sembarangan,
2. Cuci tangan pakai sabun,
3. Pengelolaan air minum dan makanan yang aman di rumah tangga,
4. Pengelolaan sampah dengan benar, dan
5. Pengelolaan limbah cair rumah tangga dengan aman.
Diwilayah kerja Puskesmas Tarusan ada 32 Kampung yang melaksanakan STBM
yang merupakan lokasi PAMSIMAS.

b. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


Pelaksanaan perilaku hidup bersih dan sehat sejak dini dalam keluarga
dapat menciptakan keluarga yang sehat dan aktif dalam setiap upaya kesehatan di
masyarakat.
PHBS dirumah tangga adalah upaya untuk memberdayakan anggota rumah
tangga agar tahu, mau dan mampu mempraktikkan perilaku hidup bersih dan sehat
serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di masyarakat. Untuk mencapai
rumah tangga ber PHBS, terdapat 10 perilaku hidup bersih dan sehat yang
dipantau, yaitu: (1) persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) memberi ASI
ekslusif, (3) menimbang balita setiap bulan, (4) menggunakan air bersih, (5)
mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) menggunakan jamban sehat, (7)
memberantas jentik di rumah sekali seminggu (8) makan buah dan sayur setiap
hari, (9) melakukan aktifitas fisik setiap hari, dan (10) tidak merokok di dalam
rumah.
Dari jumlah rumah 6.603 unit belum semua yang ber PHBS ini kesadaran
masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

c. Kawasan Tanpa Rokok (KTR)


Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah ruangan atau area yang dinyatakan
dilarang untuk melakukan kegiatan produksi, penjualan, iklan, promosi dan atau
pengguna rokok. Penetapan KTR merupakan upaya perlindungan untuk
masyarakat terhadap resiko ancaman gangguan kesehatan karena lingkungan
tercemar asap rokok. KTR merupakan tanggung jawab seluruh komponen
komitmen bersama dari lintas sektor dan berbagai elemen akan berpengaruh
terhadap keberhasilan KTR.
Pemerintah telah menetapkan/mengupayakan kebijakan kawasan tanpa
rokok untuk melindungi seluruh masyarakat dari bahaya asap rokok melalui
undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 115 ayat 1 dan
pemerintah daerah wajib menetapkan dan menerapkan KTR di wilayahnya sesuai
pasal 115 ayat 2 serta Peraturan Bersama Menteri Kesehatan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 188/Menkes/PB/I/2011 dan nomor 7 tahun 2011 tentang Pedoman
Pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok, dikuatkan dengan Peraturan Pemerintah
Nomor 109 tahun 2012 tentang pengamanan bahan yang mengandung zat aditif
berupa produk tembakau bagi kesehatan.
Pada tahun 2013 Kabupaten Pesisir Selatan mengeluarkan Peraturan Bupati
Nomor : 45 tahun 2013 tentang KAWASAN TANPA ROKOK yang meliputi :
a. Tempat kerja/ di lingkungan perkantoran pemerintah,
b. Tempat bermain dan / atau berkumpulnya anak-anak,
c. Lingkungan tempat proses belajar mengajar, dan mengajar
d. Sarana kesehatan
Dalam menindaklanjuti peraturan tersebut dilakukan sosialisasi kepada seluruh
masyarakat melalui nagari yang ada di Puskesmas Tarusan.

BAB III
HASIL PRAKTEK KUNJUNGAN LAPANGAN

Hasil dari praktek Kunjungan Lapangan yang dilaksanakan di


UPTPuskesmas Tarusan Kecamatan Tarusan Kabupaten Koto IX Tarusan
diperoleh dari masing-masing Kelompok Kerja (Pokja) yang dijelaskan
sebagai berikut :

A. UPAYA KESEHATAN PERORANGAN (UKP)

1. Layanan Klinis Yang Berorientasi Pasien (Bab VII)

a. Proses pendaftaran pasien

- Prosedur alur pendaftaran yang jelas dan tercantum dalam


Kebijakan Kepala Puskesmas sudah ada, sudah terdapat
komitmen yang baik pada bagian pendaftaran untuk
pelaksanaan proses pendaftaran, dimulai dari prosedur
pendaftaran, prosedur menilai kepuasan pasien, identifikasi
kendala / hambatan bahasa, budaya dan disabilitas, cara
penyampaian informasi kepada pasien termasuk
penyampaian informasi maupun tentang fasilitas rujukan dari
puskesmas dan cara penyampaian hak dan kewajiban pasien
belum terlaksana. Dalam ketenagaan, masih ada kekurangan
dalam kompetensi petugas. Dalam hal ini, untuk
menyempurnakan proses pendaftaran, perlu diusulkan untuk
mengikuti pelatihan kompetensi tenaga di pendaftaran.

b. Pengkajian

- SOP yang mengatur tentang pelayanan medis maupun


paramedis di Puskesmas Tarusan sudah ada. Beberapa
formulir mengenai kajian dalam Rekam Medis belum tertuang
secara lengkap. Pengkajian awal pasien dilakukan oleh
seorang dokter, namun belum semua terpenuhi. Penanganan
kasus kegawatan sudah tertuang dalam kebijakan kepala
Puskesmas, akan tetapi dalam pelaksanaan belum terlaksana
dengan baik, sehingga prosedur yang dijadikan acuan harus
diperbaiki.
c. Keputusan layanan klinis

- Keputusan layanan klinis harus dilakukan oleh seorang yang


mempunyai kompetensi, dalam hal ini adalah seorang dokter.
Sehingga dalam kesehariannya, apabila dokter tidak
melakukan penegakkan diagnosis dapat dilakukan oleh
seorang perawat dengan cara Pendelegasian wewenang.
Perlu adanya pembenahan dalam surat pendelegasian dan
prosedur pendelegasian yang ada.
- Peralatan klinis yang terdapat dalam Puskesmas belum
terkoordinir dengan baik. Hal ini terbukti belum adanya
prosedur inventarisasi alat yang baik termasuk pemilihan alat
yang perlu di sterilisasi dan jadwal pemeliharaan alat yang
belum sistematis.

d. Rencana layanan klinis

- Rekam Medis yang terdapat di Puskesmas Tarusan mulai


diberlakukan personal folder. Dalam penulisan rekam medis
belum tercantum dalam surat kebijakan. Rekam medis yang
ada belum memuat kelengkapan rekam medis yang
didasarkan pada Permenkes No. 269 tahun 2008. Informed
consent yang telah dilakukan belum sesuai dengan standar.

e. Rencana rujukan

- Dalam pelaksanaan rujukan, belum terdokumentasi dengan


baik. Hal ini dibuktikan dengan belum adanya prosedur
persiapan pasien rujuk, hingga belum adanya resume medis
yang menggambrkan keadaan pasien ketika datang hingga di
rujuk dan saat perjalanan menuju fasilitas rujukan.

f. Pelaksanaan layanan

- Dalam pelaksanaan layanan klinis, Puskesmas Tarusan


belum mempunyai Pedoman Layanan Klinis sebagai
acuannya. Penanganan kegawat daruratan dibakukan ke
dalam SK yang selanjutnya di terapkan dalam prosedur. Ada
10 penyakit gawat darurat yang terdokumentasi oleh
Puskesmas.
- Semua pencatatan dalam pemberian obat atau cairan intra
vena maupun intra muskular belum tertuang dalam rekam
medis secara rinci.

g. Pelayanan anastesi lokal, sedasi dan pembedahan

- Belum terlaksana monitoring status fisiologis pasien sebelum,


saat, dan sesudah pemberian anestesi. Hal ini terjadi pula
pada laporan pembedahan. Semua tindakan yang dilakukan
kepada pasien harus dilakukan edukasi, pencatatan dan
persetujuan.

h. Penyuluhan/pendidikan kesehatan dan konseling kepada pasien/


keluarga
- Pedoman mengenai pendidikan dan penyuluhan kepada pasien
belum tersedia di Puskesmas. Sehingga dalam pelaksanaan
pun belum terdokumentasi dengan baik.

i. Makanan dan terapi nutrisi

- Petugas gizi di Puskesmas Tarusan belum melaksanakan


asuhan gizi sebagaimana mestinya, panduan dan pedoman
asuhan gizi belum tergambar dengan jelas dan hanya
berorientasi pada Upaya Kesehatan Masyarakat. Sehingga
dokumentasi dan pelaksanaan asuhan gizi dalam gedung
belum dilakukan.

j. Pemulangan dan tindak lanjut

- Prosedur pemulangan pasien sudah sesuai dengan prosedur,


hanya saja petugas yang berkompeten memulangkan pasien
belum tertuang dalam kebijakan kepala Puskesmas. Tindak
lanjut setelah pemulangan pasien atau rujukan dari sarana
lain belum terdokumentasi.
- Pemahaman pasien mengenai edukasi yang diberikan
oleh petugas medis belum terdokumentasi, walaupun
dalam kesehariannya sudah dilaksanakan.

2. Manajemen Penunjang Layanan Klinis (Bab VIII)

a. Pelayanan laboratorium tersedia tepat waktu untuk memenuhi


kebutuhan pengkajian pasien, serta mematuhi standar, hukum
dan peraturan yang berlaku
- Pelayanan laboratorium telah ada kebijakan dan SOP, tetapi
masih kurang terperinci terkait, tidak ditemukan nya informasi
tentang jenis jenis pelayanan Laboratorium (brosur), bukti
monitoring, evaluasi dan tindak lanjut dalam pelayanan
laboratorium tidak ditemukan.

b. Obat yang tersedia dikelola secara efisien untuk memenuhi


kebutuhan pasien
- Pengelolaan obat telah dibuat kebijakan tetapi masih belum
terperinci terkait, panduan pelayanan farmasi, pelayanan
farmasi diluar jam kerja, stok buffer, tenaga yang membantu
pelayanan farmasi belum ditentukan kompetensinya,
pengawasan dan pengendalian obat psiktropika dan narkotika
belum ada
- SOP sudah mulai disusun tetapi sebagian besar belum dibuat
(Terbaru).

- Bukti monitoring dan pengawasan pelayanan farmasi oleh


Dinas Kesehatan Kabupaten Pesisr selatan tidak ditemukan
c. Lingkungan pelayanan mematuhi persyaratan hukum, regulasi
dan perijinan yang berlaku
- SK dan SOP sudah ada tapi belum yang terbaru, bukti
Monitoring dalam pengawasan belum ada ,
d. Peralatan dikelola dengan tepat
- SK dan SOP sudah ada tapi belum yang terbaru,
- Pengelolaan Peralatan belum didokumentasikan dengan baik
dan belumditemukan bukti pemeliharaan, monitoring dan
kalibrasi.

e. Terdapat proses rekrutmen, retensi, pengembangan dan


pendidikan berkelanjutan tenaga klinis yang baku
- Belum disusun kebijakan terkait penilaian kualifikasi tenaga
dan penetapan kewenangan.
- Bukti pelaksanaan kredensial belum ada
- Bukti dan monitoring pelaksanaan dan evaluasi kinerja tenaga
klinis belum ada
- Direkomendasikan untuk berkoordinasi dengan pokja admin
terkait pola ketenagaan dan program peningkatan kompetensi

3. Peningkatan Mutu Klinis dan Keselamatan Pasien / PMKP (Bab IX)

a. Perencanaan, monitoring, dan evaluasi mutu layanan klinis dan


keselamatan menjadi tanggungjawab tenaga yang bekerja di
pelayanan klinis
- Sudah dibuat SK dan sop serta indikator mutu layanan klinis
dan keselamatan pasien tetapi belum yang terbaru, akan
tetapi bukri teusur pelaksanaan kegiatan monitoring belum
ada.
b. Mutu layanan klinis dan keselamatan belum dipahami dan
didefinisikan dengan baik oleh semua pihak yang
berkepentingan
- Belum ditemukan dokumentasi yang mengarah ke sistem PDCA.

c. Mutu layanan klinis dan sasaran keselamatan pasien belum


diukur, dikumpulkan dan dievaluasi dengan tepat
- Sudah dibuat sk dan sop tetapi belum yang terbaru, uraian
tugas didalam sk belum ada.
- Bukti pelaksananan belum ada dan belum di dokumentasikan
degan baik.

d. Perbaikan mutu layanan klinis dan keselamatan pasien belum


diupayakan, dievaluasi dan dikomunikasikan dengan baik
- Belum ada bukti di temukan dan belum di dokumentasi secara
baik, dan bukti bukti proses pelaksanaanya
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Bahwa puskesmas Tarusan Kecamatan Koto IX Tarusan dalam


mempersiapkan Re-akreditasi dalam hal ini masih berproses dengan
baik, di dalam self assesment akreditasi pokja UKP masih memerlukan
perhatian dalam proses tersebut. Dalam implementasi semua prosedur
belum terlaksana dengan baik, Kebijakan Dan SOP belum Diperbaruhi.
Bukti monitoring, evaluasi , analisis dan tindak lanjut belum ditemukan
pada bebrapa kegiatan.

Untuk proses peningkatan mutu dan keselamatan pasien harusnya


mengikuti system PDCA belum ada bukti pelaksanaannya. Untuk itu
diperlukan komitmen yang luar biasa dari seluruh karyawan puskesmas
Tarusan untuk menjalani peroses Akreditasi .

B. REKOMENDASI

Puskesmas Tarusan diharapkan untuk :

- Melaksanakan rapat koordinasi tiap Pokja untuk kembali menjalankan


proses akreditasi
- Kembali merevisi pembuatan dokumen yang belum sesuai standar

- Melengkapi dokumen yang belum dibuat,

- Melakukan sosilaisasi terhadap Semua prosedur/ SOP terutama


dipelayanan

- Meningkatakan budaya Tulis apa yang dikerjakan dan Kerjakan Apa


yang ditulis

- Meningkatkan komitmen seluruh staf untuk bertindak sesuai dengan


prosedur/ SOP untuk memperhatikan keselamatan pasien.

Anda mungkin juga menyukai