Npm : 144012459
Prodi : D3 Keperawatan kelas karyawan
M.Kuliah : Manajemen Keperawatan
B. Pelayanan kesehatan
Pelayanan adalah produk yang dihasilkan oleh suatu organisasi dapat menghasilkan barang
atau jasa. Jasa diartikan juga sebagai pelayanan karena jasa itu menghasilkan pelayanan
(Supranto, 2006)
Kotler (1997) dan Tjiptono (2004), menjelaskan karakteristik dari pelayanan sebagai berikut :
a. Intangibility (tidak berwujud), yaitu suatu pelayanan mempunyai sifat tidak berwujud, tidak
dapat dirasakan atau dinikmati, tidak dapat dilihat, didengar dan dicium sebelum dibeli oleh
konsumen. Misalnya : pasien dalam suatu rumah sakit akan merasakan bagaimana
pelayanan keperawatan yang diterimanya setelah menjadi pasien rumah sakit tersebut.
b. Inseparibility (tidak dapat dipisahkan), yaitu pelayanan yang dihasilkan dan dirasakan
pada waktu bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada
pihak lainnya, dia akan tetap merupakan bagian dari pelayanan tersebut. Dengan kata lain,
pelayanan dapat diproduksi dan dikonsumsi/dirasakan secara bersamaan. Misalnya :
pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien dapat langsung dirasakan kualitas
pelayanannya.
c. Variability (bervariasi), yaitu pelayanan bersifat sangat bervariasi karena merupakan non
standardized dan senantiasa mengalami perubahan tergantung dari siapa pemberi
pelayanan, penerima pelayanan dan kondisi di mana serta kapan pelayanan tersebut
diberikan. Misalnya : pelayanan yang diberikan kepada pasien di ruang rawat inap kelas
VIP berbeda dengan kelas tiga.
d. Perishability (tidak tahan lama), dimana pelayanan itu merupakan komoditas yang tidak
tahan lama dan tidak dapat disimpan. Misalnya : jam tertentu tanpa ada pasien di ruang
perawatan, maka pelayanan yang biasanya terjadi akan hilang begitu saja karena tidak
dapat disimpan untuk dipergunakan lain waktu.
Definisi pelayanan kesehatan menurut Depkes RI (2009) adalah setiap upaya yang
diselenggarakan sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan
perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat.
Menurut Donabedian (1988) aspek pelayanan kesehatan adalah sebagai berikut:
a. Struktur, sarana fisik, perlengkapan, dan perangkat organisasi dan manajemen mulai dari
keuangan, SDM, dan sumber daya lainnya
b. Proses, semua kegiatan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan mulai dari dokter, perawat,
apoteker dan professional lainnya dalam berinteraksi dan berkomuniksi dengan klien.
c. Output, hasil akhir kegiatan dan pelayanan professional yang telah diberikan kepada klien
dalam meningkatkan derajat kesehatan dan kepuasan klien.
Herderson (1966, dalam Kozier et al, 1997) menjelaskan pelayanan keperawatan sebagai
kegiatan membantu individu sehat atau sakit dalam melakukan upaya aktivitas untuk
membuat individu tersebut sehat atau sembuh dari sakit atau meninggal dengan tenang (jika
tidak dapat disembuhkan), atau membantu apa yang seharusnya dilakukan apabila ia
mempunyai cukup kekuatan, keinginan, atau pengetahuan.
Berdasarkan kebijakan Depkes RI (1998), mutu pelayanan keperawatan adalah pelayanan
kepada pasien yang berdasarkan standar keahlian untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan
pasien, sehingga pasien dapat memperoleh kepuasan dan akhirnya dapat meningkatkan
kepercayaan kepada rumah sakit, serta dapat menghasilkan keunggulan kompetitif melalui
pelayanan yang bermutu, efisien, inovatif dan menghasilkan customer responsiveness.
Menurut Nursamalam cit Triwibowo (2013) tujuan mutu pelayanan keperawatan terdapat 5
tahap yaitu:
a. Tahap pertama adalah penyusunan standar atau kriteria.
Dimaksudkan agar asuhan keperawatan lebih terstruktur dan terencana berdasarkan standar
kriteria masing-masing perawat.
b. Tahap kedua adalah mengidentifikasi informasi yang sesuai dengan kriteria.
Informasi disini diharapkan untuk lebih mendukung dalam proses asuhan keperawatan dan
sebagai pengukuran kualitas pelayanan keperawatan.
c. Tahap ketiga adalah identifikasi sumber informasi. Dalam memilih informasi yang akurat
diharuskan penyeleksian yang ketat dan berkesinambungan. Beberapa informasi juga didapatkan
dari pasien itu sendiri.
d. Tahap keempat adalah mengumpulkan dan menganalisa data.
Perawat dapat menyeleksi data dari pasien dan kemudian menganalisa satu-persatu.
e. Tahap kelima adalah evaluasi ulang. Dihahap ini berfungsi untuk meminimkan kekeliruan
dalam pengambilan keputusan pada asuhan dan tidakan keperawatan.
Tujuan keperawatan merupakan hal yang harus direncanakan secara optimal oleh
perawat. Tujuan keperawatan menurut Gillies cit Asmuji (2012) menyebutkan:
a. Tujuan keperawatan harus jelas, sehingga tercipta output keberhasilan yang optimal. Dari hasil
yang optimal maka akan mendukung kinerja dan meningkakan kerja perawat.
b. Tujuan yang memiliki kriteria sulit dan menantang harus dikolaborasikan dengan tim sejawat
lain maupun tim medis lainnya. Disini perawat tidak diperkenankan untuk melakukan tindakan
secara persepsi tetapi secara rasional berdasarkan hasil diskusi.
c. Tujuan keperawatan diharuskan dapat diukur, berisi ketentuan kuantitatif sehingga akan lebih
mudah membandingkan seberapa besar pencapaian keberhasilan tersebut.
d. Tujuan keperawatan harus berdasarkan waktu yang ditentukan, agar pencapaian target lebih
baik lagi. Waktu yang optimal dilaksanakan dengan target dan tidak mengesampingkan
kolaborasi dengan pasien.
3. Pemahaman kepada pelanggan (Understanding the Customer), meliputi usaha perusahaan
untuk mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan Strategi mutu
a. Quality Assurance (Jaminan Mutu)
Quality Assurance mulai digunakan di rumah sakit sejak tahun 1960-an implementasi
pertama yaitu audit keperawatan. Strategi ini merupakan program untuk mendesain standar
pelayanan keperawatan dan mengevaluasi pelaksanaan standar tersebut (Swansburg, 1999).
Dimana metode yangdigunakan adalah : audit internal dan surveilan untuk memastikan
apakah proses pengerjaannya (pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien) telah
sesuai dengan standar operating procedure (SOP); evaluasi proses; mengelola mutu; dan
penyelesaian masalah. Sehingga sebagai suatu sistem (input, proses, outcome), menjaga
mutu pelayanan keperawatan difokuskan hanya pada satu sisi yaitu pada proses pemberian
pelayanan keperawatan untuk menjaga mutu pelayanan keperawatan.
REFERENSI
1. PDF] unair.ac.id