PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
bahagia, namun banyak perempuan yang mengalami gejala depresi 4-6 minggu
sebagai postpartum blues. Postpartum blues adalah respon normal terhadap tekanan
Menurut Lusskin dan Misri (2013, dalam Hatfield, 2013), postpartum blues
(juga dikenal sebagai baby blues atau maternity blues) adalah keadaan yang paling
umum dan paling serius. Menurut Littleton & Engebretson (2005), mengatakan
bahwa gejala ini biasanya terjadi pada periode postpartum awal, sering dalam 3-
sampai 80% dari semua wanita postpartum mengalami fase transisi ini yaitu sedih
dan menangis.
Proses adaptasi psikologi pada seorang ibu sudah dimulai sejak dia hamil.
hidup, tetapi demikian banyak ibu yang mengalami stres yang signifikan.
1
2
Faktor yang mempengaruhi baby blues adalah yang faktor psikologis yang
usia dan paritas, faktor fisik yang disebabkan kelelahan fisik karena aktivitas
mengasuh bayi, dan faktor sosial meliputi sosial ekonomi, tingkat pendidikan,
berdiri sendiri sehingga gejala dan tanda baby blues sebenarnya adalah suatu
Menurut Marmi (2014), baby blues syndrome ini bisa menimbulkan gejala
seperti, cemas tanpa sebab, menangis tanpa sebab, tidak percaya diri. Themze
(2010, dalam Wardiah, 2013) mengemukakan bahwa ibu baru yang tidak
diketahui angka kejadian baby blues syndrome di Amerika Serikat pada ibu baru
Pangesti (2010, dalam Wardiah, 2013) yang penelitiannya dilakukan oleh dr.
Irawati Sp.Kj, 25% dari 580 ibu yang menjadi respodennya mengalami gejala
Surabaya, ditemukan bahwa angka kejadian baby blues syndrome terdapat 11-30%.
baby blues syndrome, yaitu dari 28 ibu multipara terdapat 6 orang responden
(11,1%) yang mengalami kemungkinan terjadinya baby blues syndrome dan dari 52
melahirkan wanita primipara berada dalam proses adaptasi, kalau dulu hanya
memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir jika ibu tidak paham perannya ia akan
faktor yang mempengaruhi terjadinya baby blues syndrome salah satunya adalah
keadaan atau kualitas kesehatan bayi. Masalah yang dialami bayi menyebabkan
ibu kehilangan minat untuk mengurus bayinya. Masalah pada bayi tersebut
antara lain adanya komplikasi kelahiran atau lahir dengan jenis kelamin tidak
kehamilan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Loo, Luo, Su, et al.
keluarga pada ibu agar sesuai dengan harapan masyarakat dan keluarga dengan
kehamilan.
Teori dari jurnalnya Cho (2008), menjelaskan bahwa ibu dari anak laki-
laki memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi depresi berat
daripada ibu dari anak perempuan. Anak laki-laki lebih tahan terhadap ibu
laki-laki cenderung lebih menuntut, menangis dan rewel lagi, dan menunjukkan
dilakukan oleh Loo, Luo, Su, et al. (2009) di perkotaan Mainland Cina, sebagian
besar ibu menyatakan keinginan untuk memiliki anak perempuan, bahkan jika
mereka percaya bahwa suami mereka ingin anak laki-laki. Namun, dugaan anak
laki-laki yang lebih umum daripada dugaan anak perempuan. Sementara ibu
sampel ibu postpartum 2 hari-2 minggu. Hasil dari wawancara yang penulis
dapatkan 4 dari 6 ibu primipara mengalami baby blues syndrome, sedangkan 2 ibu
primipara lagi tidak mengalami baby blues syndrome, karena banyak ibu yang
merasa belum siap menjadi seorang ibu karena ibu primipara berada dalam
proses adaptasi, kalau dulu hanya memikirkan diri sendiri begitu bayi lahir,
5
maka ibu mempunyai tugas dan tanggung jawab baru. Hasil dari wawancara
tersebut, ke 4 ibu yang mengalami baby blues syndrome mengatakan : ibu merasa
sehingga menyerahkan bayi kepada ibunya, merasa gelisah dan susah tidur. Dua
ibu primipara dari ke 4 ibu yang mengalami baby blues syndrome menyatakan
mengenai jenis kelamin bayi, bahwa saat kehamilan mereka menginginkan jenis
harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby blues syndrome ibu
1. 2 Rumusan Masalah
penelitian ini adalah “Apakah Ada Hubungan Harapan Ibu pada Gender Bayi
1. 3 Tujuan
Harapan Ibu pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome pada Ibu
b. Untuk mengetahui kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara di wilayah
1. 4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
setelah melahirkan.
3. Bagi Responden
ibu primipara tentang terjadinya baby blues syndrome dan mengetahui cara
1. 5 Keaslian Penelitian
1. Menurut hasil penelitian Wardiah tahun 2013 dalam Jurnal Karya Tulis
Ilmiahnya yang berjudul Hubungan Usia Ibu saat Persalinan dan Usia Pernikahan
dengan Kejadian Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum di Bidan Praktek Swasta
(Bps) Hj. Suriani Desa Matang Kuli Kecamatan Kembang Tanjong Kabupaten Pidie
Tahun 2013, penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16-29 Juli 2013, dan hasil
kondisi fisik dan mental seseorang dalam melalui pernikahan dan persalinan,
sehingga kemungkinan untuk mengalami baby blues lebih besar, dari pada
menikah pada usia di atas 20 tahun hal ini sesuai dengan hasil penelitian
saat perkawinan dengan kejadian baby blues hal ini dikarenakan mental ibu
yang belum siap untuk membangun sebuah perkawinan dan menerima suatu
kehamilan.
didapatkan hasil penelitian dari 7 responden ibu yang berusia dewasa awal
(85,7 %), dari 29 responden ibu yang usia saat melahirkan pada usia dewasa
(72,4 %), dari 5 responden yang usia saat melahirkan pada usia dewasa akhir
8
dapat diketahui bahwa (Ho) ditolak yang berarti ada hubungan yang
bermakna antara usia saat melahirkan dengan kejadian baby blues syndrome.
dan usia pernikahan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum.
pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu primipara.
Puskesmas Suka Makmur Aceh Besar pada seluruh ibu postpartum 7-44 hari
Baby Blues Syndrome pada Ibu Postpartum menunjukkan bahwa hasil penelitian
dapat dilihat bahwa dari 25 responden yang tidak ada dukungan sosial dan
mengalami baby blues syndrome sebanyak 72%, dan dari 20 responden yang
ada dukungan sosial dan tidak mengalami baby blues syndrome sebanyak 65%.
kemaknaan (α) = 0,05 dan nilai p value = 0,029. Sehingga didapat kesimpulan
bahwa p < 0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan dukungan
sosial dengan dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum di
kejadian baby blues syndrome pada ibu postpartum yang terdiri dari dukungan
harapan ibu pada gender bayi dengan kejadian baby blues syndrome pada ibu
primipara.
3. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al. tahun 2010 pada jurnalnya yang
berjudul Prenatal Anxiety Associated with Male Child Preference Among Expectant
perempuan dan 18 (29%) berharap untuk anak laki-laki. Ibu dengan gelar
laki-laki. Ibu hamil tua lebih mungkin untuk melaporkan bahwa mereka
menyatakan pilihan yang berbeda untuk jenis kelamin anak. Lebih banyak
gender, namun dugaan anak laki-laki lebih sering daripada dugaan anak
perempuan. Lebih besar pilihan anak laki-laki dan prediksi antara ibu yang
berpendidikan tinggi dan ibu hamil tua mungkin mencerminkan status sosial
4. Menurut hasil penelitian Loo, Luo, Su, et al tahun 2009 pada jurnalnya yang
berjudul Dreams of Tigers and Flowers: Child Gender Predictions and Preference in an
Urban Mainland Chinese Sample during Pregnancy pada ibu dengan usia
menyatakan bahwa hal itu tidak masalah seperti apa jenis kelamin anak,
mereka menyatakan bahwa mereka tidak bisa, atau tidak akan, menebak,
atau hanya tidak tahu. Seratus empat ibu memberikan penjelasan untuk
preferensi dinyatakan gender atau mengapa itu tidak penting bagi mereka.
Semua penjelasan secara konsisten sepanjang baris "selama bayi sehat, saya
akan senang" atau "jenis kelamin bayi tidak masalah bagi saya. Hanya satu
berharap untuk anak laki-laki. Di antara 93 ibu yang menyatakan apa yang
suami mereka ingin anak laki-laki. Ibu mungkin tidak dilaporkan keinginan
sering diungkapkan. Wanita yang lebih tua juga lebih mungkin untuk
harapan ibu terhadap gender bayi. Sedangkan dalam penelitian ini akan
menganalisis hubungan harapan ibu pada gender bayi dengan terjadinya baby
blues syndrome.
1. 6 BATASAN PENELITIAN
penelitian ini diberi batasan penelitian sesuai judul Hubungan Harapan Ibu
pada Gender Bayi dengan Terjadinya Baby Blues Syndrome Ibu Primipara di
3. Lingkup yang akan diteliti adalah harapan ibu pada gender bayi dengan