Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

Hernia merupakan penonjolan isi rongga melalui defek atau bagian lemah dari

dinding rongga bersangkutan. Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia.

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas hernia bawaan atau kongenital dan hernia

dapatan atau akuisita. Sekitar 75% hernia terjadi di sekitar lipat paha, sekitar 50

persen hernia inguinal indirek dan 25 persen sebagai hernia inguinal direk.1,2

Di berbagai negara di dunia, hernia inguinal lebih sering terjadi 8 hingga 20

kali daripada hernia femoral. Perbandingan angka kejadian pada pria sepuluh kali

daripada wanita dan sekitar 55% hernia inguinal terjadi pada sisi kanan. Hernia

bilateral empat kali lebih sering terjadi pada hernia direk daripada hernia indirek.

Setiap tahun, sekitar 85.000 reparasi hernia inguinal dilakukan di Inggris dan

750.000 kasus di Amerika.1

1
BAB II

LAPORAN KASUS

I.IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki - laki

Tanggal lahir / Umur : 64 tahun

Alamat : BTN Pelita Asri

Suku : Bugis

Status Perkawinan : Menikah

Masuk Rumah Sakit : 24 Oktober 2019

No. Catatan Medik : 396406

II.ANAMNESIS

Keluhan utama : pembengkakan pada skrotum sebelah kiri

Riwayat Penyakit sekarang :

Pasien datang ke poli RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan

pembengkakan pada skrotum sebelah kiri yang dialami sejak -/+ 4 bulan yang

lalu sejak masuk rumah sakit. Awalnya pembengkakan dirasakan kecil dan

timbul pada saat mengejan, berdiri dan mengangkat beban berat, namun

menghilang saat berbaring. Keluhan hampir sering muncul dan semakin

membesar dirasakan sejak 2 minggu lalu. Keluhan BAB dan BAK (-), nyeri

(-), mual (-), muntah (-), demam (-).

2
Riwayat penyakit dahulu : DM (-), hipertensi (-), asma (-)

Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada keluarga yang menderita penyakit

yang sama seperti pasien.

Riwayat pengobatan : Tidak ada

Riwayat alergi : Tidak ada

Riwayat sosial dan kebiasaan : Pasien bekerja sebagai seorang kuli bangunan

dan sering mengangkat beban berat

III.PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Keadaan Umum
Keadaan Umum : Sedang

Kesadaran : Compos Mentis

GCS : E4 M6 V5

Tanda Vital : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/menit, kuat, teratur

Pernapasan : 20x/menit

Suhu : 36,7°C

Berat Badan : 63,3 kg

Kepala
Bentuk kepala : Normocephali
Rambut : Hitam, tebal, tidak rontok
Simetris : Kiri - Kanan
Mata
Konjungtiva : Anemis (-/-)
Sklera : Ikterus (-/-)

3
Pupil : Bulat Isokor diameter 2 mm/2 mm. Refleks cahaya
langsung / tidak langsung (+/+)
Telinga
Pendengaran : Dalam batas normal
Nyeri tekan : (-/-)
Hidung
Bentuk : Simetris
Perdarahan : -
Mulut
Bibir : Kering (-), pecah-pecah, sianosis (-),
Leher
Inspeksi : Simetris
Palpasi : Pembesaran KGB (-), Pembesaran tiroid (-)
Thorax
Inspeksi : Dada simetris kiri-kanan. Ictus cordis tidak nampak
Palpasi : Vocal fremitus kiri – kanan simetris
Perkusi : Sonor pada paru kiri dan kanan
Auskultasi : Bunyi pernapasan vesikuler, Ronkhi (-/-), Wheezing
(-/-)
Jantung
Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak
Palpasi : Iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas kanan : ICS III-V linea sternalis kanan
: Batas kiri : ICS V linea midclavicularis kiri,
: Batas atas : ICS II linea parasternalis kanan
Auskultasi : Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), Gallop (-)
murmur (-)

4
Abdomen
Inspeksi : Tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi, datar, simetris,
benjolan (-)
Palpasi : Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Ballotement (-)
Perkusi : Timpani, asites (-)
Auskultasi : Peristaltik (+) kesan normal

Genitalia
Inspeksi : Pembengkakan pada skrotum sebelah kiri
Palpasi : Nyeri tekan (-)
Ring Occlusion Test : benjolan tidak keluar
Finger test : massa terasa menyentuh ujung jari
Ekstremitas
Akral teraba hangat pada keempat ekstremitas, edema (-)

5
IV.PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 2 Mei 2019

Pemeriksaan Nilai normal

Hematologi
Hemoglobin 13.4 11,5-16 g/dL
Leukosit 9,3 4.0-10.0 103/mm3
Hematokrit 41,2 37-47%
Kimia
EritrositKlinik 4,16 3.80-5.80x106/m
Trombosit
SGOT 226
17 150000-500000/mL
<31 U/L
SGPT 15 <32 U/L
Ureum 40 10-50 mg/dL
Creatinin 0.7 0,60-0,90 mg/dL
GDS 105 ≤ 200 mg/dL
CT 6’50 4-10 menit
BT 3’ 3-7 menit

V.RESUME

Pasien datang ke poli RSUD Syekh Yusuf dengan keluhan pembengkakan

pada skrotum sebelah kiri yang dialami sejak -/+ 4 bulan yang lalu sejak masuk

rumah sakit. Awalnya pembengkakan dirasakan kecil dan timbul pada saat

6
mengejan, berdiri dan mengangkat beban berat, namun menghilang saat

berbaring. Keluhan hampir sering muncul dan semakin membesar dirasakan sejak

2 minggu lalu. Keluhan BAB dan BAK (-), nyeri (-), mual (-), muntah (-) demam

(-). Riwayat sosial dan kebiasaan pasien seorang kuli bangunan dan sering

mengangkat beban berat.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi tampak pembengkakan di

skrotum sinistra, dan dapat dimasukkan kembali, dan pada pemeriksaan Ring

occlusion test penonjolan tidak keluar saat mengejan, finger test massa terasa

menyentuh ujung jari.

VI.Diagnosis
Hernia skrotalis sinistra

VII.Penatalaksanaan

Operatif : Herniotomi + hernioplasti

7
8
VIII.Prognosis

Quo ad Vitam : bonam

Quo ad Functionam : bonam

Quo ad Sanactionam : bonam

9
DISKUSI KASUS

Berdasarkan anamnesis yang telah dilakukan maka dapat didiagnosis secara

klinis pasien mengalami hernia skrotalis sinistra. Berdasarkan teori hernia indirek

adalah herniasi isi abdomen melalui ring interna melintasi kanalis inguinalis dan

meluas ke skrotum melalui ring eksterna. Hal ini sesuai dengan keluhan pasien

pembengkakan pada skrotum sebelah kiri yang dialami sejak -/+ 4 bulan yang lalu

sejak masuk rumah sakit. Berdasarkan teori gambaran klinis pada umumnya,

benjolan timbul pada waktu mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat, dan

menghilang waktu berbaring. Hal ini sesuai dengan gambaran klinis pasien

pembengkakan dirasakan kecil dan timbul pada saat mengejan, berdiri dan

mengangkat beban berat, namun menghilang saat berbaring. Riwayat kebiasaan

pasien seorang kuli bangunan dan sering mengangkat beban berat.

Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan pada inspeksi tampak

pembengkakan di skrotum sinistra, dan dapat dimasukkan kembali, dan pada

pemeriksaan Ring occlusion test penonjolan tidak keluar saat mengejan, finger

test massa terasa menyentuh ujung jari. Berdasarkan teori temasuk dalam

klasifikasi hernia indirek.

10
BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

A. ANATOMI

Canalis inguinalis merupakan saluran oblik yang me/nembus bagian

bawah dinding anterior abdomen dan terdapat pada kedua jenis kelamin. Pada

laki-laki, saluran ini merupakan tempat lewatnya struktur-struktur yang

berjalan dari testis ke abdomen dan sebaliknya.3

Canalis inguinalis panjangnya sekitar 1.5 inci (4cm) pada orang

dewasa dan terbentang dari anulus inguinalis profundus (lubang berbentuk

oval terletak sekitar 1.3cm diatas ligamentum inguinale pada pertengahan

antara sias dan symphisis pubica) pada fascia transversalis, berjalan ke bawah

dan medial sampai anulus inguinalis superficialis (lubang berbentuk segitiga)

pada aponeurosis obliquus externus abdominis. Canalis inguinalis terletak

sejajar dan tepat diatas ligamentum inguinale.3

11
Gambar 2.1 Canalis inguinalis

Dinding canalis inguinalis, terdapat dinding anterior, dinding

posterior, dinding inferior/dasar, dan dinding superior/atap. Dinding anterior

canalis inguinalis dibentuk oleh aponeurosis muskulus obliquus externus

abdominis. Dinding posterior canalis inguinalis dibentuk oleh fascia

transversalis. Dinding inferior canalis inguinalis dibentuk oleh lipatan pinggir

bawah aponeurosis muskulus obliquus externus abdominis yang disebut

ligamentum inguinale dan ujung medialnya disebut ligamentum lacunare.

Dinding superior canalis inguinalis dibentuk oleh serabut-serabut terbawah

muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus transversus abdominis

yang melengkung.3

Fungsi canalis inguinalis, pada laki-laki, memungkinkan struktur-

struktur yang terdapat di dalam funiculus spermaticus berjalan dari atau ke

testis menuju abdomen dan sebaliknya.3

12
Adanya canalis inguinalis pada bagian bawah dinding anterior

abdomen pada laki-laki dan perempuan merupakan suatu tempat lemah.

Tataletak canalis inguinalis untuk mengatasi kelemahan ini:4

- Dinding anterior canalis inguinalis diperkuat oleh serabut-serabut

muskulus obliquus internus abdominis tepat di depan anulus inguinalis

profundus.

- Dinding posterior canalis inguinalis diperkuat oleh conjoined tendon tepat

di belakang anulus inguinalis superficialis.

- Pada waktu batuk dan mengedan (miksi, defekasi, dan partus), serabut-

serabut paling bawah muskulus obliquus internus abdominis dan muskulus

transversus abdominis yang melengkung berkontraksi sehingga atap yang

melengkung menjadi datar dan turun mendekati lantai. Atap mungkin

menekan isi canalis inguinalis ke arah dasar sehingga sebenarnya canalis

inguinalis menutup.

- Bila diperlukan mengedan dengan kuat, seperti pada defekasi dan partus,

secara alamiah orang cenderung dalam posisi jongkok, articulatio coxae

fleksi, dan permukaan anterior tungkai atas mendekati permukaan anterior

dinding abdomen. Dengan cara ini, bagian bawah dinding anterior

abdomen dilindungi oleh tungkai atas.

13
B. DEFINISI

Penonjolan abnormal viskus atau sebagian viskus melalui titik lemah

dalam tubuh (lubang) dikenal dengan hernia. Hernia inguinal dapat terjadi baik

melalui anulus inguinalis (hernia indirek) atau melalui dinding posterior dari

kanalis inguinalis (hernia direk).5

C. KLASIFIKASI

Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Hernia Inguinalis Medialis

Penonjolan langsung ke depan melalui Trigonum Hasselbach. Hampir selalu

disebabkan oleh peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan

otot dinding di Trigonum Hasselbach. Oleh sebab itu, hernia ini umumnya

terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki tua.6

Gambar 2.2 Hernia Inguinalis Medialis

14
2. Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh

epigastrika inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu

dan saluran, yaitu annulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia

lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.6 Jika kantong hernia

inguinalis lateralis mencapai skrotum, hernia disebut hernia skrotalis.7 Dapat

terjadi secara kongenital atau akuisita:

 Hernia inguinalis indirekta congenital.

Terjadi bila processus vaginalis peritoneum pada waktu bayi dilahirkan

sama sekali tidak menutup. Sehingga kavum peritonei tetap

berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria testis. Dengan

demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum

tersebut.6

 Hernia inguinalis indirekta akuisita.

Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritoneum hanya pada

sebagian saja. Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari

processus vaginalis yang tidak menutup pada waktu bayi dilahirkan.

Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi. (misalkan pada saat

tekanan intra abdomen meningkat).6

15
Gambar 2.3 Hernia Inguinalis Lateralis

Hernia berdasarkan gambaran klinisnya :6

1. Hernia reponibilis: isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri

atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau bila didorong masuk, tidak

ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.

2. Hernia ireponibilis: isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam

rongga perut.

3. Hernia inkarserata dan strangulata

Terjadi bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong

terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya

terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Hernia inkarserata dimaksudkan

untuk hernia ireponibel yang disertai gangguan pasase. Hernia strangulata

adalah hernia ireponibel yang disertai gangguan vaskularisasi.

16
D. ETIOLOGI

- Hernia indirek kebanyakan terjadi akibat kantong prosesus vaginalis yang

persisten. Manifestasi hernia indirek ini dapat ditemukan pada pasien usia

lanjut dimana hernia indirek dapat dipicu oleh beberapa faktor yang

meningkatkan tekanan intra abdominal.

- Hernia direk terjadi terutama sebagai akibat kelemahan fasia transversalis di

area Hesselbach. Peningkatan tekanan intra abdominal dapat terjadi sebagai

akibat batuk yang kronis, konstipasi atau kesulitan kencing.5

E. GEJALA KLINIS

Sebagian besar hernia adalah asimtomatik, dan kebanyakan ditemukan

pada pemeriksaan fisik rutin. Salah satu tanda pertama hernia adanya massa dalam

daerah inguinalis atau bagian atas skrotum. Dengan berlalunya waktu, sejumlah

hernia turun ke dalam skrotum sehingga skrotum membesar. 2

Pasien hernia sering mengeluh tidak nyaman dan pegal pada daerah ini,

yang dapat dihilangkan dengan reposisi manual hernia ke dalam kavitas

peritonealis, tetapi dengan berdiri atau terutama dengan gerak badan, maka

biasanya hernia muncul lagi. Gambaran yang menyokong adanya hernia indirek

mencakup turunnya ke dalam skrotum. Hernia direk cenderung timbul sebagai

massa yang terletak pada annulus inguinalis superficialis dan massa ini biasanya

bisa reposisi ke dalam kavitas peritonealis. 2

17
F. DIAGNOSIS

- Inspeksi

Hernia Inguinalis Lateralis pembengkakan di daerah inguinalis yang meluas ke

pangkal skrotum dengan ukuran sekitar 6 x 3 cm permukaan rata, berbentuk

lonjong, dan kulit di sekitar pembengkakan normal. Hernia Inguinalis Medialis

benjolan keluar langsung pada daerah medial berbentuk bulat, menonjol segera

setelah pasien bediri. 5

- Palpasi

Pembengkakan bersifat lunak. Bila kantong hernia berisi organ palpasi teraba

usus atau omentum. Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada

funikulus spermatikus dan terasa sebagai gesekan dua permukaan sutera.7

Untuk membedakan Hernia Inguinalis Lateralis dan Hernia Inguinalis Medialis

dilakukan tes – tes khusus sebagai berikut.

1. Ring Occlusion Test

Ibu jari menutup anulus inguinalis internus, pasien diminta untuk mengejan.

Hernia Inguinalis Lateralis : benjolan tidak keluar.

Hernia Inguinalis Medialis : benjolan keluar.

18
2. Finger Test

Jari telunjuk masuk menyusuri kanalis inguinalis dan pasien diminta untuk

mengejan.

Dirasakan diujung jari Hernia Inguinalis Lateralis.


Dirasakan disamping atau sisi jari Hernia Inguinalis Medialis.

3. Ziemann’s Test

letakkan jari II di anulus internus, jari III di anulus eksternus, jari IV di fossa

ovalis (1 cm di atas ligamentum inguinal) kemudian pasien mengejan.

Hernia Inguinalis Lateralis : dorongan pada jari II.

Hernia Inguinalis Lateralis. : dorongan pada jari III.

Hernia Femoralis : dorongan pada jari IV.

19
G. PENATALAKSANAAN

Penanganan hernia dapat dilakukan secara konservatif maupun operatif

1. Konservatif

a. Reposisi bimanual

Tangan kiri memegang isi hernia sambil membentuk corong, sedangkan

tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan sedikit tekanan

perlahan dan tetap sampai terjadi reposisi.7

b. Bantalan penyangga

Penggunaan bantalan penyangga bertujuan untuk menahan hernia yang

telah direposisi dan tidak pernah menyenbuhkan sehingga harus dipakai

seumur hidup. Namun cara ini tidak sudah tidak dianjurkan karena

menimbulkan komplikasi.7

2. Operatif

Prinsip dasar operasi hernia terdiri atas herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi, dilakukan pembedahan kantong hernia sampai ke lehernya.

Kantong dibuka, dan isi hernia dibebaskan jika ada perlengketan, kemudian

direposisi. Kantong hernia dijahit – ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada

hernioplasti, dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan

memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti mencegah

terjadinya residif.7

20
H. KOMPLIKASI

Komplikasi timbul dalam sekitar 10 persen pasien yang menjalani herniorafi

inguinalis. Nervus ilioinguinalis dan iliohipogastrikus dapat cedera, yang diikuti

perasaan baal dan parestesi di atas daerah kulit ini. Jarang arteria spermatika

terancam, yang menyebabkan orkitis iskemik dan atrofi testis. Jika vas deferens

cedera selama operasi, maka harus dilakukan anastomosis ujung ke ujung.2

Pasca bedah, retensi urin bisa merupakan masalah dan diperlukan kateterisasi.

Perdarahan skrotum bisa timbul dan mungkin diperlukan operasi ulang untuk

pengendalian. Tetapi hematoma sering sembuh sendiri dan kemudian akan

direabsorpsi. Infeksi pada luka timbul dalam sekitar 2 persen pasien setelah

herniorafi.2

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Fanny1 F, Listianti DA. Hernioraphy Cyto pada Pasien Hernia Inguinalis

Dekstra Inkarserata. Bagian Ilmu Bedah. Fakultas Kedokteran, Universitas

Lampung. Volume 6 No 3. Juli 2017.

2. Sabiston DC. Hernia. Dalam: Kortz WJ, (editors). Buku Ajar Bedah Bagian

2. Jakarta: EGC. 2012; hal 228-45.

3. Snell, Richard S. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC. 2006 ; hal 148-65,

189-90.

4. Faiz, Omar dan David Moffat. At a Glance: Series Anatomi. Alih bahasa:

Annisa Rahmalia. Jakarta : Erlangga. 2004.

5. Shenoy, K R, Nileshwar A. Buku Ajar Ilmu Bedah Ilustrasi Warna Jilid 2

Edisi Ketiga. Jakarta: Karisma Publishing Group. 2014 ; hal 368-401.

6. Sjamsuhidajat. Hernia Inguinalis. Dalam : Sjamsuhidajat R, Prasetyono,

Rudiman R, (editors). Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 3. Jakarta : EGC. 2010 ;

hal 624-8.

7. Sjamsuhidajat. Hernia Inguinalis. Dalam : Sjamsuhidajat R, Prasetyono,

Rudiman R, Riwanto I, Tahalele P, (editors). Buku Ajar Ilmu bedah. Edisi 4.

Jakarta : EGC. 2014 ; hal 645-9.

22
23

Anda mungkin juga menyukai