TINJAUAN PUSTAKA
2.1 KINERJA
2.2 STERILISASI
2.2.1 Pengertian
Sterilisasi adalah proses membunuh semua bentuk kehidupan terutama
mikroorganisme yaitu bakteri. Sterilisasi dilakukan dengan berbagai cara tergantung
macam dan sifat bahan. Secara mekanik misalnya dengan penyaringan, secara kimia
misalnya dengan desinfektan dan secara fisik misalnya dengan pemanasan,
penyinaran ultraviolet, sinar x dan lain-lain (Lalu Srigede, 2014)
Sterilisasi yaitu proses atau kegiatan membebaskan suatu bahan atau benda
dari semua bentuk kehidupan. Pada prinsipnya sterilisasi dapat dilakukan dengan 3
cara yaitu secara mekanik, fisik dan kimiawi. Sterilisai secara mekanik (filtrasi)
menggunakan suatu saringan yang berpori sangat kecil (0,22 mikron atau 0,45
mikrob) sehingga mikroba tertahan pada saringan tersebut. Proses ini ditujukan untuk
sterilisasi bahan yang peka panas, misalnya larutan enzim dan antibiotik. Sterilisasi
secara fisik dilakukan dengan cara pemanasan atau penyinaran. Pemanasan dapat
dilakukan dengan cara pemijaran, pemanasan kering, menggunakan uap air panas, dan
menggunakan uap air panas bertekanan (Agalloco, 2008).
Salah satu teknik sterilisasi yang umum digunakan adalah metode sterilisasi
menggunakan uap air panas bertekanan atau menggunakan prinsip kerja autoclave.
Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi
memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara
o
panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 121 C dan tekanan 15
o
lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 121 C atau 249,8
o
F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi.
Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada
o
suhu 100 C, sedangkan untuk autoklaf yang diletakkan di ketinggian sama,
o
menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 121 C. Ingat
kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada
ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf
diletakkan pada ketinggian 2700 kaki
o
dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 121 C untuk
mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu
o
121 C dan tekanan 15 psi selama 15 menit (Anneke, 2011).
Pemijaran langsung digunakan untuk mensterilkan spatula logam, batang
gelas, filter logam bekerfield dan filter bakteri lainnya. Mulut botol, vial, dan labu
ukur, gunting, jarum logam dan kawat, dan alat-alat lain yang tidak hancur dengan
pemijaran langsung. Dalam semua kasus bagian yang paling kuat 20 detik. Dalam
keadaan darurat ampul dapat disterilisasi dengan memposisikan bagian leher ampul
kearah bawah lubang kawat keranjang dan dipijarkan langsung dengan api dengan
hati-hati. Setelah pendinginan, ampul harus segera diisi dan disegel (Anneke, 2011).
Autoklaf adalah alat untuk mensterilkan berbagai macam alat dan bahan yang
digunakan dalam mikrobiologi menggunakan uap air panas bertekanan. Tekanan yang
digunakan pada umumnya 15 Psi atau sekitar 2 atm dan dengan suhu 121 oC (250oF).
Jadi tekanan yang bekerja ke seluruh permukaan benda adalah 15 pon tiap inchi2 (15
Psi = 15 pounds per square inch). Lama sterilisasi yang dilakukan biasanya 15 menit
untuk 121oC. Autoclave yaitu alat serupa tangki minyak yang terdapat diisi dengan
uap. Medium yang disterilkan ditempatkan didalam autoclave ini selama 15 sampai 20
menit, hal ini tergantung pada banyak sedikitnya yang diperlukan untuk sterilisasi.
Medium yang akan disterilkan itu lebih baik ditempatkan dalam beberapa botol agak
kecil dari pada dikumpul dalam satu botol yang besar (Black Sweet Ranger, 2008).
Pada saat melakukan sterilisasi, kita sebenarnya memaparkan uap jenuh pada
tekanan tertentu selama waktu dan suhu tertentu pada suatu objek, sehingga terjadi
pelepasan energi laten uap yang mengakibatkan pembunuhan mikroorganisme secara
inversibel akibat denaturasi atau koagulasi protein sel (Hadioetomo, 1993).
Menurut (Lucas, 2006), Sterilisasi demikian merupakan metode yang paling
efektif dan ideal karena:
- Uap merupakan pembawa (carrier) energi termal paling efektif dan semua lapisan
pelindung luar mikroorganisme dapat dilunakkan, sehinggamemungkinkan terjadi
koagulasi.
- Bersifat nontoksik, mudah diperoleh, dan relatif mudah dikontrol.
Menurut (Indra, 2008), faktor-faktor yang mempengaruhi sterilisasi uap yaitu :
a. Waktu
Apabila mikroorganisme dalam jumlah besar dipaparkan terhadap uap jenuh pada
suhu yang konstan, maka semua mikroorganisme tidak akan terbunuh pada saat
bersamaan.
b. Suhu
Peningkatan suhu akan menurunkan waktu proses sterilisasi secara dramatis.
c. Kelembapan
Efek penambahan daya bunuh pada sterilisasi uap disebabkan kelembapan akan
menurunkan suhu yang diperlukan agar terjadi denaturasi dan koagulasi pritein.
Menurut (Anneke, 211), adapun fungsi dari dilakukannya steriliasi tersebut ialah:
- Agar terjamin kebersihan alat
- Menyiapkan peralatan dalam keadaan siap pakai
- Mencegah peralatan cepat rusak
- Mencegah terjadinya infeksi silang
- Sebagai penetapan akhir alat tersebut telah siap pakai