Anda di halaman 1dari 22

USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO


Annisah

USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE


PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO*

Smart City Planning Proposal: Smart Governance for


Regional Government of Mukomuko Regency

Annisah
Dinas Komunikasi dan Informatika, Kabupaten Muko-Muko, Provinsi Bengkulu
Jl. Imam Bonjol Komplek Perkantoran Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu
E-mail: anisah.tel3@mail.ugm.ac.id

Naskah diterima tanggal 27 April 2017, direvisi tanggal 31 Agustus 2017, disetujui tanggal 15 September 2017

Abstract
The Government of Mukomuko Regency, Province of Bengkulu is committed to apply smart government as part of the
Smart City concept. The importance of smart government services with open data system aims to encourage integrated
and transparent public services. Implementation of Smart Government system, especially in Mukomuko Regency there
are still shortcomings in the field of Human Resources (HR) and the availability of facilities and supporting facilities.
The purpose of this study is to develop the concept of smart governance in accordance with the vision and mission of
Mukomuko Regency and RPJPN (National Long Term Development Plan). In this plan it uses a combination of TOGAF
framework (The Open Group Architecture Framework) and COBIT 5 Capability model. This research was conducted in
implementation governance phase of TOGAF and Governance area at COBIT 5. The result of this study is
recommendation for government of Mukomoko Regency in applying Smart Government.

Keywords : Smart City, Smart Government, COBIT 5, TOGAF

Abstrak
Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Provinsi Bengkulu berkomitmen untuk menerapkan smart government sebagai
bagian dari konsep smart city. Pentingnya layanan smart government dengan sistem open data bertujuan untuk
mendorong pelayanan publik yang terintegrasi dan transparan. Penerapan sistem smart government, khususnya di
Kabupaten Mukomuko masih terdapat kekurangan dalam bidang sumber daya manusia (SDM) dan ketersediaan sarana
dan prasana penunjang. Tujuan kajian ini adalah untuk menyusun konsep smart governance yang sesuai dengan visi dan
misi Kabupaten Mukomuko dan RPJPN (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional). Dalam perencanaan ini
menggunakan gabungan framework TOGAF (The Open Group Architecture Framework ) dan COBIT 5 Capability
model. Penelitian ini dilakukan pada fase implementation governance pada TOGAF dan area Governance pada COBIT
5. Hasil dari kajian ini adalah rekomendasi bagi Pemerintah Kabupaten Mukomoko dalam menerapkan smart
government.

Kata Kunci : Smart City, Smart Government, COBIT 5, TOGAF

*
Naskah ini telah diedit kembali oleh Ahmad Budi Setiawan

59
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

PENDAHULUAN semua problem perkotaan yang memanfaatkan


ICT (Information and Communicatons
Smart City merupakan isu global yang Technology) guna meningkatkan efisiensi,
sedang booming hingga saat ini. Kata Smart mengurangi biaya dan meningkatkan kualitas
City pertama kali dicetuskan oleh IBM pada pelayanan (Patel & Padhya, 2014).
tahun 1998 tetapi Smart City baru kembangkan Schaffers (2010) mendefinisikan Smart
tahun 2000-an. Smart City terdiri dari enam City sebagai kota yang mampu menggunakan
dimensi yaitu Smart Economy, Smart Mobility, SDM, modal sosial, dan infrastruktur
Smart Environment, Smart People, Smart telekomunikasi modern untuk mewujudkan
Living dan Smart Governance. Konsep dasar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan
Smart City adalah mewujudkan sebuah kualitas kehidupan yang tinggi, dengan
komunitas/lingkungan bagi masyarakat yang manajemen sumber daya yang bijaksana
efisien, berkelanjutan dan memberikan rasa melalui pemerintahan berbasis partisipasi
aman. Konsep Smart City meliputi Pelayanan, masyarakat. Kourtit & Nijkamp (2012)
Penyusunan kebijakan publik dan Perencanaan. menyatakan Smart City merupakan hasil dari
(Patel & Padhya, 2014). pengembangan pengetahuan yang intensif dan
Hingga saat ini belum ada definisi yang strategi kreatif dalam peningkatan kualitas
baku mengenai Smart City, akan tetapi ada sosial-ekonomi, ekologi, daya kompetitif
beberapa definisi Smart City yaitu antara lain kota.Kemunculan Smart City merupakan hasil
yang diberikan oleh The UK Department Of dari gabungan modal sumberdaya manusia
Business: Smart City berarti bahwa inovasi dan (contohnya angkatan kerja terdidik), modal
ketrampilan merupakan hal yang diutamakan infrastruktur (contohnya fasilitas komunikasi
dari pada hasil yang statis, meningkatkan yang berteknologi tinggi), modal social
keterlibatan masyarakat, infrastuktur, modal, (contohnya jaringan komunitas yang terbuka)
dan teknologi digital sehingga membuat kota dan modal entrepreuneurial (contohnya
menjadi layak huni, tangguh dan lebih mampu aktifitas bisnis kreatif). Pemerintahan yang
merespon tantangan (Patel & Padhya, 2014). kuat dan dapat dipercaya disertai dengan
Sementara itu, The Bristish Standards Institute orang-orang yang kreatif dan berpikiran
mendefinisikan Smart City sebagai integrasi terbuka akan meningkatkan produktifitas lokal
yang efektif antara infrastruktur fisik, sistem dan mempercepat pertumbuhan ekonomi suatu
digital dan ketampilan SDM untuk membangun kota. Cohen, Boyd (2013) mendefinisikan
lingkungan yang memberikan harapan masa Smart City (Kota Pintar) sebagai sebuah
depan yang berkelanjutan, makmur dan inklusif pendekatan yang luas, terintegrasi dalam
(Patel & Padhya, 2014). Disisi lain, IBM peningkatkan efisiensi pengoperasian sebuah
mendefinisikan Smart City sebagai satu kota, meningkatkan kualitas hidup
pemanfaatan yang optimal dari semua penduduknya, dan menumbuhkan ekonomi
informasi yang terhubung saat ini untuk daerahnya. Cohen lebih jauh mendefinisikan
mengendalikan operasi dan mengoptimalkan Smart City dengan pembobotan aspek
penggunaan sumber daya yang terbatas (Patel lingkungan menjadi: Smart City menggunakan
& Padhya, 2014). ICT secara pintar dan efisien dalam
Beberapa definisi lain tentang Smart menggunakan berbagai sumber daya,
City bervariasi antara yang satu dengan yang menghasilkan penghematan biaya dan energi
lain, baik antara orang per orang atau antar serta mengurangi jejak lingkungan semuanya
negara. Sesuai dengan kondisi dan kebutuhan mendukung ke dalam inovasi dan ekonomi
masing-masing wilayah, beberapa ahli ramah lingkungan.
menterjemahkan penjabaran Smart City sebagai Cohen membagi 6 dimensi Smart City
berikut. CISCO mendefinisaikan Smart City menjadi beberapa indikator seperti pada
sebagai kota yang mampu mengadopsi solusi Gambar 1.

60
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

ICT and E-Gov


6 Smart Mobility Mixed Modal Acces
Integrated ICT

Sementara pakar smart city di


Indonesia, Prof. Suhono Harso Supangkat,
mengartikan Smart City sebagai kota yang
mengetahui permasalahan yang ada di
dalamnya (sensing), memahami kondisi
permasalahan tersebut (understanding), dan
dapat mengatur (controlling) berbagai sumber
daya yang ada untuk digunakan secara efektif
dan efisien dengan tujuan untuk
memaksimalkan pelayanan kepada warganya.
Smart City merupakan salah satu konsep
pengembangan kota berdasarkan prinsip
teknologi informasi yang dibuat untuk
kepentingan bersama secara efektif dan efisien
Gambar 1. Dimensi dan Indikator Smart City
(Supangkat, 2015)
menurut Boyd Cohen
Dalam beberapa dekade ini, Smart City
menjadi populer baik dalam tingkat pemerintah
Uraian dari Dimensi dan Indikator Smart City
pusat maupun di tingkat pemerintah daerah.
dijelaskan dalam Tabel 1.
Hal ini dikarenakan semakin ke depan
Tabel 1. Dimensi dan Indikator Smart City masyarakat akan lebih banyak tinggal di
No Dimensi Indikator perkotaan sehingga perencanaan Smart City
1 Smart Economy Enterpreunership and mutlak diperlukan (Bappenas, 2015). Data
Innovations yang diperoleh dari BPS tahun 2014 grafik
Productivity penduduk yang tinggal di perkotaan tahun 2014
Local and Global
Interconnectedness
adalah 48,39% dan di tahun 2015 sudah
2 Smart Environment Green Buildings mencapai 59,35%, sehingga tingkat
Green Energy pertumbuhan penduduk perkotaan hingga tahun
Green Urban Planning 2045 diperkirakan akan mencapai 82,37%
3 Smart People 21 Century Education seperti terlihat pada Gambar 2. Hal ini berarti
Individue Society bahwa lebih dari 50% penduduk Indonesia saat
Embrace Creativity
4 Smart Living Culturally Facility ini tinggal diperkotaan sehingga perlu
Safe penanganan yang tepat untuk mengatasi
Healthy masalah perkotaan dengan manajemen yang
5 Smart Governance Enabling Supply and tepat (Bappenas, 2015).
demand side policy
Transparency and Open
Data

61
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

Gambar 2. Perkiraan Tingkat Pertumbuhan Penduduk Perkotaan di Indonesia

Perencanaan Smart City di Indonesia lebih cerdas, saling berhubungan dan


mengacu pada pilar Smart City (Bappenas, efisien.
2015) yang mempunyai target-target sebagai
berikut :
1. Sebuah kota berkinerja baik dengan
berpandangan ke dalam ekonomi,
penduduk, pemerintahan, mobilitas,
dan lingkungan hidup.
2. Sebuah kota yang mampu mengontrol
dan mengintegrasikan semua
infrastruktur termasuk jalan, jembatan,
terowongan, rel kereta api bawah
tanah, bandara, pelabuhan,
komunikasi, air, listrik dan pengeloaan
gedung. Dengan begitu dapat
mengoptimalkan sumber daya yang
Gambar 3. Siklus Smart City menurut Bappenas
dimilikinya serta merencanakan
pencegahannya. Kegiatan Dalam penerapan konsep Smart City,
pemeliharaan dan kemanan terdapat beberapa unsur yang perlu
dipercayakan kepada penduduknya. dikembangkan, salah satunya adalah Smart
3. Smart City dapat menghubungkan Government. Konsep smart government
infrastruktur fisik, infrastruktur IT dan menyangkut salah satu unsur penting
infrastruktur sosial dan bisnis perkotaan, yaitu badan / instansi pemerintahan
infrastruktur untuk meningkatkan yang dikembangkan berdasarkan fungsi
kecerdasan kota. teknologi informasi agar dapat diakses oleh
4. Smart City membuat kota lebih efisien yang berkepentingan secara efektif dan efisien.
dan layak huni. (Bappenas, 2015).
5. Penggunaan smart computing untuk Konsep smart government ini memiliki
membuat Smart City dan fasilitasnya prinsip dasar yang dijadikan acuan dalam
meliputi pendidikan, kesehatan, penerapan konsep Smart City, yaitu :
keselamatan umum, transportasi yang

62
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

1. Mengkolaborasikan dan
mengikutsertakan seluruh lapisan
masyarakat
2. Mengembangkan operasional agar lebih
efisien
3. Meningkatkan managemen organisasi,
sumberdaya manusia, dan infrastruktur
4. Membuat system database yang dapat
diakses secara umum
5. Mengolah informasi data yang up-to-
date (real time). Gambar 5. Konsep Perencanaan Smart City di
6. Menggunakan metode yang mutakhir. Indonesia
7. Adanya koordinasi antar stakeholders
Tahapan-tahapan menuju smart government Perencanaan Smart Governance
dapat dilihat pada Gambar 4. merupakan ujung tombak perencanaan Smart
City. Karena Smart City dimulai dengan
adanya smart governance. Tanpa adanya smart
governance mustahil untuk mewujudkan
Smart City (Scytl, 2015) Sehingga
perencanaan smart governance haruslah
mengacu pada konsep Smart City dan konsep
perencaaan tata kelola yang banyak
dikembangkan dengan cara menggunakan
framework- framework yang ada.
Sebagai bahan perbandingan,
pemerintah Singapura membuat perencanaan
smart governance dengan mengedepankan
tingkat kapabilitas sebagai indikator utama
(Delloite, 2015) yang menitikberatkan pada
Gambar 4. Tahapan Smart Government tersedianya house of governance seperti
terlihat pada Gambar 6.
Indonesia mempunyai karakteristik
wilayah yang berbeda baik dari segi budaya
maupun ketersediaan infrastruktur. Maka
dalam perencanaan smart governance harus
berpedoman pada kebutuhan, kondisi dan visi
misi daerah. Perencanaan Smart City di
Indonesia harus dimulai dari desa (Supangkat,
2015) seperti pada Gambar 5.

Gambar 6. Model Delloite’s Smart Governance


3.0

63
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

Pemerintah Kabupaten Mukomuko, Metode Penelitian


Provinsi Bengkulu berkomitmen terapkan e- Metode penelitian yang digunakan
government melalui sistem open data. dalam menyusun perencanaan smart
Pentingnya layanan e-government dengan governance adalah sebagai berikut :
sistem open data bertujuan untuk mendorong 1. Menentukan area penelitian pada
pelayanan publik yang terintegrasi dan requirements management dari
transparan. Dalam rangka tersebut, penerapan framework TOGAF yang mana pada
e-government di Kabupaten Mukomuko akan penelitian ini adalah perencanaan Smart
dilaksanakan dengan menerapkan konsep Governance maka area penelitian
Smart City di Kabupaten Mukomuko. Bupati terbatas hanya pada fase
Mukomuko, Choirul Huda, SH berharap Implementation Governance (Gambar
pelayanan informasi publik melalui sistem e- 7).
government di Kabupaten Mukomuko dapat 2. Pada tahap kedua penelitian ini
dilaksanakan secara maksimal. Hal ini framework dikombinasikan dengan
membutuhkan sistem kerja tim yang solid. COBIT 5. Dengan cara membuat
Melalui program Smart City Smart analisis Organisasi (pemahaman
Governance, dapat mendorong terciptanya menyeluruh terhadap misi organisasi)
sistem pemerintahan yang transparan dan yang kemudian dipetakan ke dalam
terintegrasi. Penelitian ini dilakukan untuk framework COBIT 5. Sehingga
memberikan usulan perencanaan smart diperoleh Business Goal dan IT goal.
governance melalui program smart city di Dalam kasus perencanaan smart
Pemerintahan Daerah Kabupaten Mukomuko governance digunakan domain-domain
dengan menggunakan framework TOGAF dan yang ada pada area Governance seperti
COBIT 5. pada Gambar 8.

Gambar 7. Fase yang digunakan pada framework TOGAF

64
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

Arah Penelitian

Gambar 8. Area Penelitian pada Framework COBIT 5

3. Hasil pemetaan pada COBIT 5


diimplementasikan pada framework
TOGAF.
4. Setelah didapatkan activity pada COBIT
5, maka dilakukan penyusunan
perencanaan smart governance yang
sesuai dengan indikator dan tolok ukur
smart governance dalam konsep Smart
City yang dikembangkan oleh
Bappenas.

Studi Literatur
TOGAF
The Open Group of Architecture
Framework (TOGAF) memberikan metode
detail bagaimana membangun, mengelola dan Gambar 9. Fase-fase dalam ADM
mengimplementasikan arsitektur enterprise dan
sistem informasi yang disebut ADM ADM merupakan metode generik yang
(Architecture Development Method) (Rosyid, berisikan sekumpulan aktivitas yang digunakan
n.d.). Metode ini juga dapat digunakan sebagai dalam memodelkan pengembangan arsitektur
panduan atau alat untuk merencanakan, enterprise. Seperti ditunjukkan pada gambar 9,
merancang, mengembangkan arsitektur sistem TOGAF ADM merupakan metode yang fleksibel
yang dapat mengantifikasi berbagai macam teknik
informasi untuk organisasi dan pemodelan yang digunakan dalam perancangan,
mengimplementasikannya (Yunis, 2009). karena metode ini bisa disesuaikan dengan
perubahan dan kebutuhan selama perancangan
dilakukan (Yunis, 2009). Yang secara ringkas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Architecture Vision
Adalah fase yang digunakan untuk
menentukan arsitektur yang ideal untuk
sebuah perencanaan, dalam sebuah
organisasi tertuang dalam visi dan misi
2. Business Architecture

65
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

Memaparkan kondisi arsitektur awal dan COBIT 5 CAPABILITY MODEL


menentukan model bisnis Control Objective for Information &
3. Information System Architecture Related Technology (COBIT) COBIT
Pendefinisian arsitektur data dan arsitektur framework dikembangkan oleh ITGI
aplikasi yang akan di gunakan oleh (Information Technologi Governance
organisasi, yang berisi pemodelan berupa
Institute), dalam beberapa versi hingga saat
ER diagram, class diagram atau object
diagram (Yunis, 2009).
ini COBIT telah ada hingga versi 5 (ISACA,
4. Technology Architecture
2012). COBIT adalah sekumpulan
Menentukan jenis teknologi yang akan dokumentasi best practice untuk tatakelola
digunakan, yang meliputi penggunaan TI yang dapat membantu auditor, pengguna
perangkat lunak dan keras serta menjamin (user), dan manajemen, untuk menjembatani
ketersediaan infrastruktur Teknologi gap antara resiko bisnis, kebutuhan kontrol
informasi. Dalam tahap ini juga harus di dan masalah- masalah teknis IT (Cobit, n.d.).
pertimbangkan alternatif-alternatif yang
diperlukan dalam pemilihan teknologi.
Teknik yang digunakan dalam pemilihan
meliputi Environment and Location
Diagram, Network Computing Diagram,
dan lainnya.
5. Opportunities and solutions
Pada fase ini menggambarkan tentang
manfaat yang akan diperoleh organisasi
terhadap arsitektur enterprise yang meliputi
arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur
aplikasi dan arsitektur teknologi, sehingga Gambar 10. Perkembangan Framework COBIT
menjadi dasar bagi stakeholders untuk
memilih dan menentukan arsitektur yang COBIT mendukung tata kelola TI
akan diimplementasikan. Untuk dengan menyediakan kerangka kerja untuk
memodelkan tahapan ini dalam rancangan mengatur keselarasan TI dengan bisnis. Selain
bisa menggunakan teknik Project Context itu, kerangka kerja juga memastikan bahwa TI
Diagram dan Benefit Diagram (Yunis, memungkinkan bisnis, memaksimalkan
2009).
keuntungan, resiko TI dikelola secara tepat,
6. Migration planning
dan sumber daya TI digunakan secara
Pada tahap ini akan menentukan rencana
migrasi dari sistem yang lama ke sistem bertanggung jawab (Surwi, 2013).
yang baru dengan melakukan penilaian COBIT 5 menyediakan framework
penilaian pada sistem lama. komprehensif yang membantu institusi untuk
7. Implementation Governance mencapai tujuannya dan memberikan
Membuat rencana tata kelola, tata kelola keuntungan melalui pengelolaan dan
organisasi, tata kelola TIK dan tata kelola manajemen TI institusi yang efektif. COBIT 5
arsitektur. Pada tahap ini framework membantu institusi menciptakan nilai optimal
dimodifikasikan dengan framework yang dari TI dengan menjaga keseimbangan antara
lain yaitu COBIT 5 Capability Model. manfaat dan mengoptimalkan tingkat risiko
8. Architecture Change Management dan penggunaan sumber daya (Setiawan,
Menentukan rencana manajemen arsitektur 2013).
terhadap perubahan organisasi dan COBIT 5 membuat informasi dan
perubahan teknologi yang digunakan. teknologi yang berhubungan dapat dikelola
dan dimanajemen secara holistik bagi
keseluruhan institusi, mengambil seluruh
tanggungjawab bisnis dan fungsional,

66
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

memperhatikan kepentingan TI terkait informasi dan berhubungan dengan


stakeholder internal dan eksternal. Prinsip dan TI.
kemampuan COBIT 5 dapat diterapkan pada 3. Prinsip 3 : Applying a Single,
institusi berskala kecil – besar, baik yang Integrated Framework
swasta atau non- profit atau pada sektor COBIT 5 mengintegrasikan banyak
pelayanan publik. standar yang berkaitan dengan IT dan
Ada lima prinsip dasar untuk tata praktik terbaik, masing-masing
kelola dan manajemen TI, yaitu : memberikan bimbingan pada subset
1. Prinsip 1 : Meeting stakeholder needs dari kegiatan TI. COBIT 5 sejalan
Ada usaha untuk menciptakan nilai dengan standar lain yang relevan dan
bagi para pemangku kepentingan kerangka kerja pada tingkat tinggi, dan
dengan mempertahankan dan dengan demikian dapat berfungsi
menyeimbangkan antara realisasi sebagai kerangka untuk tata kelola dan
manfaat dan optimalisasi risiko dan manajemen TI institusi .
penggunaan sumber daya. COBIT 5 4. Prinsip 4 : Enabling a Holistic
menyediakan semua proses yang Approach
diperlukan dan enabler lain untuk Efisiensi dan efektifitas antara tata
mendukung penciptaan nilai bisnis kelola dan manajemen TI institusi
melalui penggunaan IT. Karena setiap memerlukan pendekatan holistik,
institusi memiliki tujuan yang berbeda, dengan mempertimbangkan beberapa
maka suatu institusi dapat komponen yang saling berinteraksi.
menyesuaikan COBIT 5 sesuai konteks COBIT 5 mendefinisikan satu set
sendiri melalui goal cascade, enabler untuk mendukung pelaksanaan
menerjemahkan tingkat tujuan institusi tata komprehensif dan sistem
yang dikelola, tujuan yang spesifik, manajemen untuk IT institusi. Enabler
yang berkaitan dengan IT dan praktek yang didefinisikan secara luas sebagai
pemetaan untuk proses tertentu. sesuatu yang dapat membantu untuk
2. Prinsip 2 : Covering the Enterprise mencapai tujuan institusi . COBIT 5
End-to-end framework mendefinisikan tujuh
COBIT 5 mengintegrasikan tata kelola kategori enabler:
teknologi informasi institusi dan tata - Prinsip, Kebijakan dan Kerangka
kelola institusi, diantaranya adalah : Kerja
a. Prinsip ini mencakup semua fungsi - Proses
dan proses dalam institusi ; COBIT - Struktur Organisasi
5 tidak fokus hanya pada fungsi - Budaya, Etika dan Perilaku
IT, tetapi memperlakukan - Informasi
informasi dan teknologi yang - Jasa, Infrastruktur dan Aplikasi
terkait sebagai aset yang perlu - SDM, Keterampilan dan
ditangani sama seperti aset lainnya Kompetensi
oleh semua orang di institusi . 5. Prinsip 5 : Separating Governance
b. COBIT 5 mempertimbangkan From Management
semua tata kelola dan manajemen Framework COBIT 5 membuat
terkait ketersediaan TI untuk perbedaan yang jelas antara tata kelola
institusi end-to-end, yaitu termasuk dan manajemen, meski kedua disiplin
semua sumber daya baik internal mencakup berbagai jenis kegiatan,
dan eksternal yang relevan dengan memerlukan struktur organisasi
tata kelola dan manajemen institusi berbeda dan melayani tujuan yang
berbeda. Secara umum tata kelola

67
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

digunakan untuk memastikan bahwa Gambar 11 menunjukkan pembagian


kebutuhan pemangku kepentingan, area governance dan management. Pada
kondisi dan pilihan dievaluasi untuk area governance terdapat satu domain
menentukan keseimbangan, yaitu EDM (Evaluate, Direct and
kesepakatan pada tujuan institusi yang Monitor), sedangkan pada area
ingin dicapai; menetapkan arah melalui management terdapat empat domain
prioritas dan pengambilan keputusan; yaitu APO (Align, Plan and Organise),
dan memantau kinerja dan kepatuhan BAI (Build, Acquire, Implement), DSS
terhadap pada arah dan tujuan yang (Deliver, Service and Support), dan
disepakati. Pada kebanyakan institusi, MEA (Monitor, Evaluated, and Assess).
tata kelola secara keseluruhan adalah
tanggung jawab aparat di bawah COBIT 5 merupakan capability model
kepemimpinan ketua. Tanggung jawab framework, tingkat kapabilitas diukur dengan
pemerintahan tertentu dapat menggunakan Base practice, Work product dan
didelegasikan kepada struktur Process attribute. Proses atribut yang
organisasi khusus pada tingkat yang digunakan dalam mengukur tingkat pencapaian
tepat, terutama pada organisasi yang proses berbeda-beda disetiap tingkatnya,
besar yang kompleks. Sementara itu seperti terlihat pada Tabel 2.
manajemen mencakup rencana
manajemen, membangun, berjalan dan Tabel 2. Proses Atribut COBIT 5
monitor activities sejalan dengan arah Process Capacity Levels and Process
yang ditetapkan oleh pemerintahan Attribute ID Attributes
untuk mencapai tujuan organisasi. Level 0 : Incomplete process
Sementara itu, dalam prakteknya Level 1 : Performed process
COBIT 5 membagi kerangka kerja PA 1.1 Process performance
menjadi 4 domain dalam 37 proses, Level 2 : Managed process
PA 2.1 Performance management
dengan pembagian area dan domain PA 2.2 Work product management
seperti yang terlihat pada Gambar 11. Level 3 : Established process
PA 3.1 Process definition
PA 3.2 Process deployment
Level 4 : Predictable process
PA 4.1 Process measurement
PA 4.2 Process control
Level 5 : Optimizing process
PA 5.1 Process Innovation
PA 5.2 Process Optimization

Dari Tabel 2 di atas terlihat bahwa


proses atribut yang digunakan dalam
pengukuran tingkat kapabilitas berbeda-beda
Gambar 11.Pembagian area dan domain COBIT 5 pada tiap levelnya. Model penilaian proses
diukur dengan Rating scale dimana tingkat
Bersama-sama, lima prinsip yang telah kemampuan proses ditentukan berdasarkan
disebutkan di atas memungkinkan pencapaian proses atribut sesuai dengan
suatu institusi untuk membangun tata ISO/IEC15504. Rating scale digunakan untuk
kelola dan manajemen kerangka kerja mengukur 6 tingkatan kapabilitas suatu proses.
yang efektif yang mengoptimalkan Dengan uraian sebagai berikut
penggunaan investasi teknologi a. Level 0 : incomplete process, Pada
informasi untuk kepentingan level ini proses tidak dilaksanakan atau
stakeholders. gagal untuk mencapai tujuan

68
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

prosesnya. Pada tingkat ini, ada sedikit yang mampu mencapai hasil
atau tidak ada bukti dari setiap prosesnya. Pada level ini juga
pencapaian yang sistematis dari Tujuan menggunakan 2 PA untuk mengukur
proses. Pada level ini pengukuran tingkat kemampuan prosesnya yaitu
dilakukan dengan pedoman base dengan PA 3.1 (process definition)
practice dari Process Assessment dan PA 3.2 (process deployment).
Models e. Level 4 : Predictable Process,
b. Level 1 : Performance Process, Proses sebelumnya proses yang ditetapkan
dilaksanakan dan mencapai tujuan sekarang beroperasi dalam batas
prosesnya. Pengukuran menggunakan yang ditentukan untuk mencapai
indikator Process Atribute 1.1 (PA 1.1) hasil prosesnya. Pada level 4
process performance. indikator pengukuran kapabilitas
c. Level 2 : Manage Process, proses digunakan PA 4.1(process
dijelaskan sebelumnya proses yang measurement) dan PA 4.2( process
dilakukan sekarang control)
diimplementasikan dan dikelola f. Level 5 : Optimizing Process, proses
(direncanakan, dimonitor dan diprediksi secara terus menerus
disesuaikan) dan produk kerjanya ditingkatkan untuk memenuhi tujuan
secara tepat ditetapkan, dikendalikan bisnis yang relevan saat ini dan
dan dipertahankan. Indicator yang proyeksi dimasa mendatang. Untuk
digunakan dalam pengukuran level mengetahui tingkat kemampuannya
ini ada 2 yaitu PA 2.1 dan PA 2.2 digunakan 2 proses atribut, yaitu PA
yaitu performance management dan 5.1 (process innovation) dan PA 5.2
work product management. (process optimization).
d. Level 3 : Establish Process, Proses
dikelola dijelaskan sebelumnya Sedangkan untuk indikator pencapaian
sekarang diimplementasikan proses masing-masing level berbeda, seperti
menggunakan proses didefinisikan terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12. Indikator tingkat kapabilitas proses COBIT 5

69
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

HASIL DAN PEMBAHASAN Perencanaan smart governance di


Mukomuko berpedoman pada visi misi kepala
Potensi perekonomian Kabupaten daerah yang tertuang dalam RPJMD tahun
Mukomuko adalah dari sektor perkebunan dan 2016. Visinya adalah “Terwujudnya
pertanian. Pada sektor perkebunan, komoditi Masyarakat yang Religius, Mandiri dan
unggulan Kabupaten Mukomuko pada tahun Demokratis Tahun 2021” dengan misi sebagai
2016 berupa kelapa sawit (95.963 ton), karet berikut :
(7.808 ton), dan kelapa dalam (1.384 ton). 1. Membina dan mengembangkan
Untuk kegiatan pertanian di daerah ini, hasil kehidupan beragama.
pertanian utama berupa tanaman pangan yang 2. Optimalisasi SDM dan SDA yang
meliputi padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar, bertumpu pada kekuatan daya inovasi
kacang tanah, kedele, kacang hijau. Sektor masyarakat serta daerah .
pertanian yang meliputi tanaman pangan, 3. Pembinaan Pemuda dan Olahraga.
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan 4. Meningkatkan ekonomi kerakyatan.
perikanan menjadi tulang punggung 5. Memanfaatkan Ilmu Pengetahuan dan
perekonomian daerah ini. Dari hasil pertanian Teknologi untuk kepentingan
ini berdampak besar juga terhadap pembangunan.
perdagangan. 6. Meningkatkan dan mengembangkan
Perdagangan menjadi tumpuan mata infrastruktur serta fasilitas umum.
pencaharian penduduk setelah pertanian. 7. Memanfaatkan sumber daya alam
keberadaan infrastruktur berupa jalan darat secara optimal untuk meningkatkan
yang memadai akan lebih memudahkan para kesejahteraan rakyat dengan tetap
pedagang utuk berinteraksi sehingga menjaga kelestarian lingkungan.
memperlancar baik arus barang maupun jasa. 8. Meningkatkan tata kelola pemerintahan
Daerah ini juga telah memiliki berbagai sarana yang baik, transparan dan akuntabel,
dan prasarana pendukung diantaranya sarana guna memberikan pelayanan prima
pembangkit tenaga listrik, air bersih, gas dan kepada masyarakat.
jaringan telekomunikasi. 9. Melibatkan partispasi aktif masyarakat
Lokasi Mukomuko yang strategis, dalam menentukan kebijakan
terletak di tengah-tengah jalan lintas dua kota pemerintah.
besar yaitu Kota Padang dan Kota Bengkulu.
Infrastruktur yang mendukung, kualitas sumber Dari dimensi smart governance
daya manusia, potensi sektor manufaktur, terdapat indikator atau variabel yang
perdagangan dan jasa yang sedang berkembang menunjukkan tingkat keberhasilan smart
karena pertumbuhan ekonomi yang tinggi governance itu sendiri. Indikator-indikator
Terutama daerah-daerah sekitarnya, tersebut adalah seperti yang ditunjukan Tabel
menjadikannya sebagai sebuah kota yang 3.
menarik dan berdaya jual bagi para investor. Tabel 3. Indikator Smart Governance
No Indikator Diterapkan
Potensi alamiah tersebut diharapkan dapat
1 Melibatkan partisipasi Masyarakat G2C, C2G
dikelola dengan baik untuk meningkatkan daya dalam menentukan kebijakan
saing Kabupaten Mukomuko dan juga 2 Pelayanan Publik dan sosial G2C
memberikan nilai tambah bagi masyarakat. 3 Keterbukaan Tata Kelola G
Dengan pemanfaatan Teknologi Informasi dan Pemerintahan
4 Prespektif dan Strategi Politik G
Komunikasi (TIK) yang juga sebagai
5 Permohonan Kebijakan C
pemungkin (enabler), hal tersebut dapat 6 Keterbukaan Informasi dan Data C
diwujudkan dengan konsep Smart City, smart 7 Teknologi Informasi dan Komunikasi
governance. serta penerapan e-government G2C

70
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

Menentukan Area Penelitian dalan TOGAF Stakeholder Value 1. Tranparency of It cost ,


Dalam penelitian ini, area penelitian of Business Benefits and Risk
fokus pada fase Implementation Governance Investment
yang mana pada fase ini adalah menyusun
rekomendasi tata kelola yang meliputi tata Costumer 2. Delivery of IT Services in
Oriented Service Line with business
kelola organisasi, tata kelola teknologi Culture requirements
informasi dan tata kelola arsitektur. Untuk
dapat gambaran mengenai tujuan organisasi Operating and 3. Optimation of IT assets,
yang sesuai dengan framework yang digunakan staff Productivity resources and Capabilities
maka dilakukan penelitian tahap dua yaitu
menggunakan gabungan framework COBIT 5. Skilled and 4. Knowledge, Expertise and
Motivated People initiatives for business
innovation
Pemetaan Tujuan Organisasi ke dalam
Framework COBIT
Tujuan organisasi yang tertuang dalam Tabel 6. Hasil Pemetaan IT Goal to Process
Misi organisasi (Pemerintah Kabupaten
Mukomuko) yang tertuang dalam RPJMD Hasil Mapping IT Goal to Process
tahun 2016 disesuaikan dengan enterprise goal, Transparency of IT cost, EDM02 EDM03 EDM05
benefit and risk
yang didapatkan seperti pada tabel 4.
Delivery of IT services EDM01 EDM02 EDM05
Selanjutnya dilakukan pemetaan Enterprises in Line with business
goal to IT goal, dengan hasil yang bisa dilihat requirements
pada tabel 5. Hasil pemetaan pada tabel 5 Optimation of IT assest, EDM05 EDM04
kemudian dipetakan kembali ke dalam IT resources and
process yang berada pada area Governance. Capabilities
Knowledge, Expertise EDM02
Pemetaan diperoleh dengan cara mencari yang and Initiatives for
mempunyai hubungan yang primer antara IT business innovation
related Goal dan IT Process sehingga
didapatkan proses-proses seperti pada tabel 6. Setelah didapatkan proses pada COBIT
5 maka akan didapatkan tujuan proses pada
Tabel 4. Misi organisasi yang sesuai dengan COBIT 5 Enabling Process yang akan
Enterprise Goal COBIT 5 digunakan untuk menyusun rekomendasi pada
Nomor Enterprise Goal Terpilih TOGAF. Tujuan proses seperti pada tabel 7.
01 Stakeholder Value of Business Dari tabel 7 didapatkan base practice
Investment yang akan digunakan sebagai dasar menyusun
06 Costumer Oriented Service Culture perencanaan smart governance. Penyusunan
14 Operating and staff Productivity perencanaan smart governance berdasarkan
16 Skilled and Motivated People
framework COBIT 5 adalah dengan cara
membuat pemetaan indikator smart governance
Tabel 5. Hasil Pemetaan Enterprise Goal ke IT
Goal terhadap proses-proses dalam COBIT 5, yang
dapat dilihat pada tabel 8.
Enterprise Goal IT related Goal

71
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

Tabel 7. Proses pada COBIT 5 Enabling Process

Tujuan Proses COBIT 5

1 EDM01 Ensure Governance Framework Setting and Maintenance


Base Practice Proses EDM01
1. Membuat keputusan strategis untuk tata kelola IT yang disesuaikan deng lingkungan intenal dan ekternal institusi dan
memenuhi syarat syarat pemangku kepentingan.
2. Menyusun tata kelo IT yang melekat pada institusi
3. Memastikan bahwa tatakelola IT adalah untuk efektifitas operasional proses bisnis institusi
2 EDM02 Ensure Benefits Delivery
Mengoptimalkan kontribusi suatu nilai dari proses operasional institusi, layanan dan aset yang dihasilkan oleh
investasi TI dengan biaya yang wajar

Tujuan Proses EDM02


1. Menjamin keamanan dari portfolio ketersediaan IT, layanan dan aset
2. Nilai optimasi dari investasi IT menjadikan praktek tata kelola manajemen menjadi lebih efektif
3. Ketersediaan investasi IT secara individu memiliki kontribusi yang optimal
3 EDM03 Ensure Risk Optimations
1. Menetapkan ambang batas resiko penggunaan IT dalam komunikasi
2. Institusi mampu mengelola resiko yang di timbulkan akibat penggunaan IT secara efektiv dan efisien.
3. Resiko yang di timbulkan akibat pemanfaatan IT harus lebih kecil, sehingga nilai institusi dapat di identfikasi dan di
kelola melalui pemanfaatan IT
4 EDM04 Ensure Resources Optimations
1. Kebutuhan institusi akan sumber daya terpenuhi dengan kemapuan yang optimal.
2. Sumber daya di alokasikan untuk prioritas institusi walaupun dengan kendala masalah anggaran.
3. Pemanfaatan yang optimal akan sumber daya yang berdampak pada siklus ekonomi
5 EDM05 Ensure Stakeholder Transparency
1. Pelaporan stakeholder sejalan dengan kebutuhan stakeholder.
2. Sistem pelaporan selesai tepat waktu dan akurat.
3. Sistem komunikasi yang efektif sehingga akan memberikan kepuasan pada stakeholder

Tabel 8. Pemetaan Smart Governance terhadap proses pada COBIT 5


Proses
NO Indikator
COBIT 5
1 Melibatkan partisipasi masyarakat EDM01
dalam
menentukan kebijakan
2 Pelayanan Publik dan sosial EDM02
3 Keterbukaan Tata Pemerintahan EDM05
4 Prespektif dan Strategi Politik EDM01
EDM03
5 Permohonan Kebijakan EDM05
EDM03
6 Keterbukaan Informasi dan Data EDM05
7 Teknologi Informasi dan EDM02,
Komunikasi dan penerapan E- EDM04
Government

Proses-proses yang didapatkan dalam diolah kembali menggunakan tool COBIT 5


pemetaan seperti pada tabel di atas kemudian Enabling Processes. Hasil olah data akan

72
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

menghasilkan activity COBIT 5 yang akan h. Membangun dan membentuk struktur


disusun menjadi rancangan / usulan organisasi dan tata kelola pemerintahan
perencanaan smart governance. sesuai dengan desain yang yang sudah
Dalam menyusun perencanaan smart di sepakati.
governance dengan framework TOGAF dan i. Menyusun alokasi tanggung jawab,
COBIT 5 ini adalah dengan cara menempatkan wewenang dan akuntabilitas sesui
activity pada framework ke dalam indikator dengan prinsip prinsip yang telah di
smart governance sebagai berikut : sepakati dalam tata kelola dan pada
1. Indikator pertama (Melibatkan partisipasi model pengambilan keputusan dan
Masyarakat dalam menentukan kebijakan). pendelegasian personil
Pada indikator ini digunakan proses j. Memastikan bahwa komunikasi
EDM01. Pada EDM01 terdapat 3 base mekanisme pelaporan memjadi
practice (Evaluated, Directed and tanggung jawab untuk pengawasan dan
Monitoring Governance Framework Setting pengambilan keputusan
and Maintenance) dengan aktivitas sebagai k. Mengatur staf mengikuti pedoman yang
berikut : relevan untuk etika dan perilaku
a. Membuat analisa dan mengidentifikasi profesionalisme, jika tidak maka akan
faktor internal dan eksternal (regulasi, ada sanksi yang di tegakkan
peraturan dan kontrak) dan l. Membuat aturan sistem reward untuk
kecenderungan proses bisnis yang perubahan budaya kerja seperti yang di
mempengaruhi desain tata kelola IT. inginkan.
b. Menentukan investasi TI yang penting m. Menilai efektifitas kinerja stakeholder
dan perannya terhadap proses bisnis yang di tugaskan akan
institusi. tanggungjawabnya terhadap
c. Membuat pertimbangan atas peraturan kewenangannya dalam tata kelola IT
eksternal, hukum dan kewajiban institusi.
kontrak dan menentukan bagaimana n. Memberikan penilaian secara berkala
regulasi regulasi ini di terapkan dalam terhadap tata kelola IT institusi
tata keloa IT institusi. (struktur, prinsip dan proses) yang di
d. Menyelaraskan etika penggunaan laksanakan secara efektif
pengelolaan informasi dan dampaknya o. Memberikan penilaian efektivitas
terhadap masyarkat, lingkungan alam desain tata kelola IT dan
dan stakeholder di luar institusi mengidentifikasikan tindakan apabila
terhadap arah, tujuan dan sasaran ada penyimpangan yang di temukan.
institusi. p. Melakukan pengawasan sejauh mana
e. Menentukan implikasi dari tata kelola IT mampu memenuhi
pengendalian tata kelola IT pada kewajiban institusi terhadap
institusi konsekuensi hukum, peraturan dan
f. Mengartikulasikan prinsip untuk kontrak kerja.
panduan penyusunan tatakelola IT q. Memantau mekanisame secara teratur
institusi. dan rutin untuk memasatikan bahwa IT
g. Memahami budaya pengambilan sesuai dengan desain tata kelola IT.
keputusan institusi dan menentukan 2. Indikator kedua (Pelayanan Publik dan
model pengambilan keputusan IT yang Pelayanan Sosial) pada indikator ini
optimalKomunikasi prinsip tata kelola digunakan proses EDM02 yaitu Ensure
IT yang sejalan dengan pimpinan Benefit Delivery (Evaluated Benefit
institusi dengan cara membangun Delivery, Direct Benefit Delivery,
komitmen pimpinan.

73
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

Monitoring Benefit Delivery) dengan a. Membuat analisa dan mengidentifikasi


aktivitas sebagai berikut : faktor internal dan eksternal ( regulasi,
a. Menjamin keamanan dari portfolio peraturan dan kontrak) dan
ketersediaan IT, layanan dan aset kecenderungan proses bisnis yang
b. Nilai optimasi dari investasi IT mempengaruhi desain tata kelola IT.
menjadikan praktek tata kelola b. Menentukan investasi TI yang penting
manajemen menjadi lebih efektif dan peranya terhadap proses bisnis
c. Ketersediaan investasi IT secara institusi.
individu memiliki kontribusi yang c. Membuat pertimbangan atas peraturan
optimal eksternal, hukum dan kewajiban
3. Indikator Ketiga (Keterbukaan Tatakelola kontrak dan menentukan bagaimana
Pemerintahan ) pada indikator ini regulasi regulasi ini di terapkan dalam
digunanakan proses EDM05 yaitu Ensure tata keloa IT institusi.
Stakeholder Tranparency yang terdiri dari 3 d. Menyelaraskan etika penggunaan
base practice (Evaluated Stakeholder pengelolaan informasi dan dampaknya
Tranparency, Direct Stakeholder terhadap masyarkat, lingkungan alam
Transparency, and Monitoring Stakeholder dan stakeholder di luar institusi
Tranparency) dengan activity sebagai terhadap arah, tujuan dan sasaran
berikut: institusi.
a. Menjaga prinsip komunikasi dengan e. Menentukan implikasi dari
stakeholders termasuk format komukasi pengendalian tata kelola IT pada
dan alat komunikasi dan alat pelaporan. institusi
b. Mengatur pembentukan strategi f. Mengartikulasikan prinsip untuk
komunikasi untuk stakeholder internal panduan penyusunan tatakelola IT
dan ekstrenal. institusi.
c. Mengarahkan pelaksanaan mekanisme g. Memahami budaya pengambilan
untuk memastikan informasi yang keputusan institusi dan menentukan
memenuhi kriteria untuk syarat wajib model pengambilan keputusan IT yang
pelaporan IT institusi. optimalKomunikasi prinsip tata kelola
d. Membangun mekanisme untuk validasi IT yang sejalan dengan pimpinan
dan persetujuan sistem pelaporan institusi dengan cara membangun
institusi. komitmen pimpinan.
e. Membangun mekanisme eksalasi h. Membangun dan membentuk struktur
pelaporan. organisasi dan tata kelola pemerintahan
f. Secara berkala menilai efektivitas sesuai dengan desain yang yang sudah
mekanisme untuk memastikan akurasi di sepakati.
dan keandalan pelaporan wajib. i. Menyusun alokasi tanggung jawab,
g. Secara berkala menilai efektivitas wewenang dan akuntabilitas sesui
mekanisme, dan hasil dari, komunikasi dengan prinsip prinsip yang telah di
dengan para pemangku kepentingan sepakati dalam tata kelola dan pada
eksternal dan internal. model pengambilan keputusan dan
h. Menentukan apakah persyaratan pendelegasian personil
pemangku kepentingan yang berbeda j. Memastikan bahwa komunikasi
terpenuhi. mekanisme pelaporan memjadi
4. Indikator keempat (Perspektif Strategi tanggung jawab untuk pengawasan dan
Politik). Pada indikator ini digunakan proses pengambilan keputusan
EDM01 dan EDM05 k. Mengatur staf mengikuti pedoman yang
relevan untuk etika dan perilaku

74
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

profesionalisme, jika tidak maka akan y. Menentukan apakah persyaratan


ada sanksi yang di tegakkan pemangku kepentingan yang berbeda
l. Membuat aturan sistem reward untuk terpenuhi.
perubahan budaya kerja seperti yang di 5. Indikator kelima (permohonan kebijakan
inginkan. masyarakat dapat diakomodir) digunakan
m. Menilai efektifitas kinerja stakeholder proses EDM03 dan EDM04 dengan activity
yang di tugaskan akan sebagai berikut :
tanggungjawabnya terhadap a. Mendefinisikan keseimbangan antara
kewenangannya dalam tata kelola IT metric, target, tolok ukur. Metrik harus
institusi. mencakup aktivitas termasuk hasil
n. Memberikan penilaian secara berkala pengukuran dan indikator untuk hasil
terhadap tata kelola IT institusi ( serta keseimbangan yang tepat dari
struktur, prinsip dan proses) yang di ukuran finansial dan non keuangan,
laksanakan secara efektif meninjau dan menyetujui antara
o. Memberikan penilaian efektivitas keselarasan IT dan bisnis dengan
desain tata kelola IT dan stakeholders yang terkait.
mengidentifikasikan tindakan apabila b. Pengumpulan data yang relevan, tepat
ada penyimpangan yang di temukan. waktu, lengkap, kredible dan akurat
p. Melakukan pengawasan sejauh mana untuk melaporkan kemajuan dalam
tata kelola IT mampu memenuhi memberikan nilai terhadap sasaran.
kewajiban institusi terhadap Mendapatkan portfolio singkat dan
konsekuensi hukum, peraturan dan akurat mengenai program dan
kontrak kerja. kemampuan teknis IT dalam kinerja
q. Memantau mekanisame secara teratur yang mendukung pengambilan
dan rutin untuk memasatikan bahwa IT keputusan dan memastikan hasil yang
sesuai dengan desain tata kelola IT. di harapkan dapat tercapai.
r. Menjaga prinsip komunikasi dengan c. Memperoleh secara teratur program,
stakeholders termasuk format komukasi portfolio dan laporan kinerja IT
dan alat komunikasi dan alat pelaporan. (teknologi dan fungsi). meninjau
s. Mengatur pembentukan strategi sejauhmana kemajuan institusi di
komunikasi untuk stakeholder internal identifikasikan dan sejauh mana tujuan
dan ekstrenal. sudah tercapai.
t. Mengarahkan pelaksanaan mekanisme d. Setelah meninjau laporan, mengambil
untuk memastikan informasi yang tindakan manajemen yang tepat seperti
memenuhi kriteria untuk syarat wajib yang diperlukan untuk memastikan
pelaporan IT institusi. bahwa nilai dioptimalkan.
u. Membangun mekanisme untuk validasi e. Setelah meninjau laporan, memastikan
dan persetujuan sistem pelaporan bahwa tindakan manajemen yang tepat
institusi. untuk korektif dimulai dan
v. Membangun mekanisme eksalasi dikendalikan.
pelaporan. f. Menjaga prinsip komunikasi dengan
w. Secara berkala menilai efektivitas stakeholders termasuk format komukasi
mekanisme untuk memastikan akurasi dan alat komunikasi dan alat pelaporan.
dan keandalan pelaporan wajib. g. Mengatur pembentukan strategi
x. Secara berkala menilai efektivitas komunikasi untuk stakeholder internal
mekanisme, dan hasil dari, komunikasi dan ekstrenal.
dengan para pemangku kepentingan h. Mengarahkan pelaksanaan mekanisme
eksternal dan internal. untuk memastikan informasi yang

75
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

memenuhi kriteria untuk syarat wajib proses EDM02 dan EDM04 dengan activity
pelaporan IT institusi. sebagai berikut:
i. Membangun mekanisme untuk validasi a. Memahami persyaratan pemangku
dan persetujuan sistem pelaporan kepentingan, masalah rencana strategis
institusi. IT, ketersediaan IT dan wawasan
j. Membangun mekanisme eksalasi teknologi dan aktualisasi capabilitas IT
pelaporan. yang selaras dengan strategi bisnis
k. Secara berkala menilai efektivitas institusi.
mekanisme untuk memastikan akurasi b. Memahami elemen kunci tata kelola IT
dan keandalan pelaporan wajib. yang diperlukan untuk kemanan
l. Secara berkala menilai efektivitas pengiriman, efisiensi biaya sehingga
mekanisme, dan hasil dari, komunikasi dapat mengandalkan kemampuan
dengan para pemangku kepentingan institusi secara optimal dari penggunaan
eksternal dan internal. layanan TI, aset dan sumber daya.
m. Menentukan apakah persyaratan c. Memahami dan secara teratur
pemangku kepentingan yang berbeda membahas peluang yang bisa timbul
terpenuhi. dari perubahan perubahan institusi
6. Indikator keenam (Keterbukaan Informasi akibat penggunaan teknologi, teknologi
dan Data). Pada indikator ini digunakan yang baru dan menciptakan nilai dari
proses EDM05 dengan activity sebagai peluang peluang tersebut.
berikut: d. Memahami nilai apa yang paling
a. Menjaga prinsip komunikasi dengan penting bagi perusahaan dan memahami
stakeholders termasuk format komukasi seberapa baik komunikasikan, di
dan alat komunikasi dan alat pelaporan. jalankan dan di pahami oleh seluruh
b. Mengatur pembentukan strategi elemen institusi.
komunikasi untuk stakeholder internal e. Mengevaluasi seberapa efektif insitusi
dan ekstrenal. memanfaatkan sumber daya IT yang
c. Mengarahkan pelaksanaan mekanisme telah di integrasi dan selaras dengan
untuk memastikan informasi yang tujuan institusi.
memenuhi kriteria untuk syarat wajib f. Memahami dan mempertimbangkan
pelaporan IT institusi. seberapa efektif peran dan tanggung
d. Membangun mekanisme untuk validasi jawab, akuntabilitas dan pengambilan
dan persetujuan sistem pelaporan keputusan yang memastikan penciptaan
institusi. nilai dari ketersediaan IT, Jasa dan aset.
e. Membangun mekanisme eksalasi g. Mempertimbangkan seberapa baik
pelaporan. ketersediaan investasi IT yang sejalan
f. Secara berkala menilai efektivitas dengan praktek manajemen keuangan
mekanisme untuk memastikan akurasi perusahaan.
dan keandalan pelaporan wajib. h. Memeriksa dan membuat keputusan
g. Secara berkala menilai efektivitas tentang strategi saat ini dan masa depan,
mekanisme, dan hasil dari, komunikasi pilihan untuk menyediakan sumber
dengan para pemangku kepentingan daya IT dan mengembangkan
eksternal dan internal. kemampuan untuk memenuhi
h. Menentukan apakah persyaratan kebutuhan saat ini dan kebutuhan masa
pemangku kepentingan yang berbeda depan ( termasuk sumber pilihan)
terpenuhi. i. Menentukan prinsip untuk
7. Indikator ketujuh (TIK dan penerapan e- membimbing alokasi dan pengelolaan
Government). Pada indikator ini digunakan sumber daya dan kemampuan sehingga

76
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

TI dapat memenuhi kebutuhan institusi, u. Memantau IT strategi sourcing, strategi


dengan perusahaan arsitektur, sumber daya TI
j. Diperlukan kemampuan dan kapasitas dan kemampuan untuk memastikan
sesuai dengan prioritas yang disetujui bahwa kebutuhan saat ini dan masa
dan keterbatasan anggaran. depan institusi dapat dipenuhi.
k. Mengkaji dan menyetujui rencana v. Memantau terhadap sasaran,
sumber daya dan arsitektur strategi menganalisis penyebab penyimpangan,
institusi untuk memberikan nilai dan dan melakukan tindakan perbaikan
mitigasi risiko dengan sumber daya untuk mengatasi penyebab utama.
yang dialokasikan.
l. Memahami persyaratan untuk Usulan perencanaan smart governance
menyelaraskan pengelolaan sumber Kabupaten Mukomuko
daya dengan perusahaan keuangan dan Dari activity pada proses COBIT 5
sumber daya manusia (SDM) kemudian disusun tata kelola untuk
perencanaan. pengembangan Smart City di Kabupaten
m. Menentukan prinsip pengelolaan dan Mukomuko dengan rincian dapat dilihat pada
pengendalian arsitektur institusi. tabel 9. Dari uraian program yang didapatkan
n. Berkomunikasi dan mendorong adopsi dari hasil kompilasi data yang ada pada proses
dari strategi manajemen sumber daya, COBIT 5 maka pemerintah daerah bisa
prinsip, dan setuju-rencana sumber daya menyusun blueprint smart governance untuk
dan perusahaan rencana program Smart City di pemerintah
o. strategi arsitektur. daerah. Program-program tersebut hanyalah
p. Menetapkan tanggung jawab untuk berupa usulan global yang belum diselaraskan
melaksanakan pengelolaan sumber dengan kondisi saat ini. Untuk mendapatkan
daya. program yang lebih terperinci perlu dilakukan
q. Tentukan tujuan utama, langkah- kajian yang lebih mendalam terkait Smart City
langkah dan metrik untuk pengelolaan untuk pemerintah daerah.
sumber daya. Kajian utama yang perlu dilakukan
r. Menetapkan prinsip-prinsip yang dalam perencanaan smart governance adalah
berkaitan dengan menjaga sumber daya. masalah kesiapan pemerintah daerah dalam
s. manajemen sumber daya membangun jaringan Smart City, ketersediaan
t. Keselarasan dengan perencanaan infrastruktur sebagai penunjang pelayanan
keuangan dan SDM institusi. Smart City, kecukupan SDM untuk operasional
Smart City.

Tabel 9. Usulan Program Sesuai Indikator Dari Smart Governance

INDIKATOR SMART USULAN URAIAN PROGRAM


No SMART GOVERNANCE
GOVERNANCE

1 Melibatkan partisipati - Public hearing


Masyarkat dalam - Survey Pengembangan aplikasi E-Musrenbang
Mengambil kebijakan
- Diskusi umum dengan masyarakat
- Meningkatkan kerja sama dengan media
2 Pelayanan Publik - Penguatan PPID
- Pengembangan layanan pengaduan
- Menyusun regulasi untuk dukungan layanan public yang sudah berjalan
3 Keterbukaan tata kelola - Memanfaatkan website untuk tranparansi pelaksanaan anggaran
pemerintahan - Mengembangkan aplikasi yang berfungsi untuk menjembatani komunikasi

77
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

masyarakat dan pemda guna tranparansi anggaran


4 Prespektif strategi politik - Penguatan system informasi di DPRD
- Integrasi sistem informasi antara DPRD dengan pemda
- Sistem pengambilan kebijakan DPRD berdasarkan aspirasi masyarkat
5 Permohonan kebijakan - Meyediakan fasilitas yang dapat di akses oleh semua orang guna mengusulkan
kebijakan
- Layanan asprasi rakyat digunakan untuk pengambilan keputusan sehingga perlu di
integrasikan ke layanan program kerja pemda
6 Keterbukaan Informasi dan - Menyusun regulasi tentang tatakelola informasi Memastikan bahwa kebutuhan
Data infomasi stakeholder dapat di akses sewaktu waktu
- Membuat format laporan sehingga hasil laporan dapat digunakan untuk perbaikan
dan sekaligus audit
7 TIK dan penerapan E- - Membangun infrastruktur yang di butuhkan sesuai dengan kebutuhan pelayanan yg di
Government rencanakan hingga 20 tahun ke depan
- Menyusun tatakelola pengembangan e-gov/penyusunan rencana strategis teknologi
informasi dan komunikasi
- Membuat manajemen pelaksanaan blueprint Pengembangan SDM

Dalam penelitian ini tidak melibatkan berpedoman pada framework dan visi misi
hal-hal tersebut diatas dikarenakan daerah sehingga akurasi perencanaan belum
keterbatasan penulis dalam melakukan review sempurna karena tidak melibatkan penelitian
lapangan. Sehingga jika akan menyusun kondisi di lapangan saat ini.
rencana smart governance dan secara umum Dari hasil pemantauan activity pada
membuat perencanaan Smart City maka perlu COBIT 5 didapatkan kesimpulan bahwa dalam
dilakukan bersama-sama dengan tim usulan rencana smart governance, Pemerintah
pemerintah daerah sehingga akan diketahui Kabupaten Mukomuko perlu menitikberatkan
sejauhmana pemerintah daerah dapat pada ketersediaan infrastruktur dan juga
mendukung pembangunan Smart City pada pemberdayaan Sumber Daya Manusia (SDM).
Kabupaten Mukomuko.
Saran
Untuk menyusun smart governance
PENUTUP guna menunjang pembangunan Smart City
perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam
Simpulan terkait kesiapan pemerintah daerah. Untuk
Smart City sebagi isu global sangat mengukur kesiapan ini dapat dilakukan dengan
menarik untuk dikaji terkait pengembangan cara melakukan FGD atau penyebaran
Smart City di Indonesia. Penelitian ini telah kuisioner yang dibagikan kepada seluruh
menyusun usulan perencanaan smart stakeholders.
governance sebagai salah satu dimensi yang Selain itu, untuk mendapatkan hasil
mendukung Smart City. Dalam perencanaan yang lebih objektif sebaiknya dilakukan
smart governance digunakan indikator sebagai penelitian terkait kondisi saat ini sehingga akan
tolok ukur keberhasilan Smart City. Dalam terlihat gap antara rencana dan kondisi existing.
kajian ini digunakan gabungan framework Sementara itu, untuk penyusunan yang lebih
TOGAF dan COBIT 5 untuk menyusun tata baik sebaiknya diketahui keinginan institusi
kelola Smart City. Penggunaaan kerangka kerja melalui keinginan top level management yang
TOGAF dan COBIT 5 dikarenakan dua tidak tersurat dalam visi misi.
kerangka kerja tersebut mempunyai best
practice yang dapat digunakan sebagai acuan Ucapan Terima Kasih
penyusunan program kerja. Dalam menyusun Ucapan terima kasih terutama
usulan perencanaan ini penulis hanya ditujukan kepada Badan Litbang SDM

78
USULAN PERENCANAAN SMART CITY : SMART GOVERNANCE
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO
Annisah

Kementerian Komunikasi dan Informatika Purwanto. (2010). Evaluasi, 2(1).


sebagai penyelenggara Program Beasiswa CIO Rosyid, R. (n.d.). PERANCANGAN
dimana penulis mendapatkan beasiswa untuk PENGEMBANGAN ARSITEKTUR
melanjutkan pendidikan Master di Universitas
SISTEM INFORMASI AKADEMIK
Gajah Mada. Ucapan terima kasih dapat juga DENGAN MENGGUNAKAN TOGAF,
disampaikan kepada Dinas Komunikasi dan 7(1), 50–65.
Informatika dimana penulis bekerja dan
sebagai objek dalam kajian ini. Saputra, H. A. (2010). Audit Tatakelola
Teknologi Informasi pada Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah(STT-Tar) Muara
DAFTAR PUSTAKA enim, 0.
Scytl. (2015). Scytl Smart Governance for
Bappenas. (2015). Konsep Smart City Smart Cities. Setiawan, H. (2013).
Indonesia. Cobit, M. F. (n.d.). No Title, Metode Audit Tata Kelola Teknologi
1–14. Schaffers, Hans. (2010). Smart Cities and the
Cohen, Boyd. (2013). What exactly a smart Future Internet: Towards Collaboration
city? Models for Open and User Driven
http://www.boydcohen.com/smartcities.h Innovation Ecosystems, FIA Ghent,
tml “Smart Cities and Future Internet
Experimentation”, December 16th 2010.
Delloite. (2015). Smart Governance in a Smart
Lazaroiu, George Cristian and Roscia,
Nation A Singapore perspective.
Mariacristina. 2012. Definition
Gultom, M. (2012). Audit Tatakelola Teknlogi methodology for the smart cities model.
Informasi pada PTPN 13 Pontianak Elsevier Ltd.
menggunakan Framework COBIT, 4(4),
Informasi di Instansi Pemerintah Indonesia
97–114.
Audit Method for Information
ISACA. (2012). A Business Framework for the Technology Governance, 15(1), 1–15.
Governance and Management of
Setiawan, H. (2013). Metode Audit Tata Kelola
Enterprise IT.
Teknologi Informasi di Instansi
ISACA 2012. (2012). COBIT 5 Enabling Pemerintah Indonesia Audit Method for
Processes. Muliarto, H. (2009). Konsep Information Technology Governance,
Smart City : Smart Mobility, (25414021), 15(1), 1–15.
1–13.
Supangkat, Suhono Harso, (2015). Smart
Kourtit, Karima & Nijkamp, Peter (2012). Comunity for Smart City.
Smart cities in the innovation age. The
Surwi, F. (2013). Evaluasi Penerapan Sistem
European Journal of Social Science
Informasi Akademik pada Universitas
Research, Vol.25, Juni 2012, 93-95.
Muhamadiyah Surakarta menggunkan
Routledge.
Cobit Framework.
Pasquini, A. (2013). COBIT 5 and the Process
Yunis, R. (2009). Perancangan Model
Capability Model . Improvements
Enterprise Architecture dengan Togaf
Provided for IT Governance Process, 67–
Architecture Development Method,
76.
(August 2016).
Patel, P. R., & Padhya, H. J. (2014). Review
paper for Smart City, 1–6.

79
Jurnal Masyarakat Telematika dan Informasi
Volume: 8 No. 1 (Januari - September 2017) Hal.: 59-80

80

Anda mungkin juga menyukai