Anda di halaman 1dari 36

BAB III

TEORI DASAR ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP

Setelah sumur diproduksi untuk jangka waktu tertenttu, tenaga yang tersedia

di dalam reservoir semakin berkurang, selain itu semakin lama sumur itu diproduksi,

air mulai ikut terproduksi. Hal ini akan berakibat fluida di dalam tubing akan semakin

berat, di lain pihak berkurangnya tenaga reservoir mengakibatkan produksi menurun

atau bahkan sumur tersebut mati sama sekali.

Kehilangan tenaga ini bisa diganti dengan tenaga dari luar berupa pemasangan

pompa untuk membantu mengangkat minyak ke permukaan. Cara memproduksi

dengan bantuan tenaga dari luar ini kita kenal dengan nama Artificial Lift.

Penggunaan artificial lift ini mempunyai dua tujuan, yaitu:

1. Menurunkan tenaga dasar sumur (Pwf) agar minyak dari reservoir mudah

mengalir ke dalamnya.

2. Memberikan tenaga tambahan untuk mengangkat minyak ke permukaan.

Bermacam-macam pengangkatan buatan yang umum dipakai pada industri

perminyakan adalah:

1. Gas Lift

2. Sucker Rod Pump

3. Electric Submersible Pump

4. Cavity Pump

13

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
14

3.1 Hal-Hal Yang Mempengaruhi Perencanaan Pengangkatan Buatan

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan pengangkatan

buatan, diantaranya adalah:

1. Type Completion: Conventional atau Multiple

Multiple completion akan menyebabkan ruang diantara tubing dan casing

produksi tidak tersedia cukup luas, sehingga pemilihan metode pengangkatan

buatan tidak ditentukan lagi oleh optimum design atau kriteria ekonomis

tetapi oleh physical limitasi. Kondisi sumur vertikal atau directional juga akan

mempengaruhi pemilihan metode pengangkatan buatan.

2. Lokasi sumur onshore atau offshore

Pemilihan artificial lift yang terbaik untuk sumur onshore belum tentu praktis

untuk sumur offshore dimana ruang yang tersedia di atas platform (anjungan)

sangat terbatas.

3. Tersedianya sumber tenaga

Sumber tenaga yang paling ekonomis adalah gas alam, akan tetapi dibatasi

oleh jumlah dan jenis gas alam yang tersedia. Pemakaian diesel fuel perlu

dipertimbangkan biaya transportasi dan penyimpanannya.

4. Kondisi lingkungan

Kondisi cuaca yang ekstrim panas atau dingin, angin yang keras, debu atau

salju akan membatasi ruang gerak dari pemilihan metode pengangkatan

buatan.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
15

5. Faktor reservoir (tekanan reservoir, produktivitas, dan jenis drive reservoir)

a. Depletion drive reservoir: produksi awal yang tinggi kemudian menurun

dengan perlu diantisipasi.

b. Water drive reservoir: kenaikan kadar air sejalan dengan bertambahnya

waktu produksi perlu diantisipasi.

c. Gas cap drive: Terproduksinya gas dari gas cap selama penerapan metode

produksi perlu diantisipasi.

Kemungkinan akan terdapat lebih dari satu macam metode yang dapat

diterapkan pada suatu sumur perlu dipertimbangkan, pada akhirnya pertimbangan

ekonomislah yang akan menentukan pemilihan metode pengangkatan buatan.

3.2 Pemilihan Metode Artificial Lift

Dalam melakukan pemilihan metode pengangkatan buatan, ada beberapa hal

yang harus diperhatikan agar dalam pelaksanaannya metode yang digunakan pada

sumur dapat bekerja secara efektif dan optimum sehingga dihasilkan produksi minyak

secara maksimum. Beberapa pertimbangan dalam pemilihan metode artificial lift

diantaranya adalah:

1. Produktivitas sumur menurut Kermit E. Brown

• Untuk produktivitas sumur yang lebih besar dari 20.000 bbl/hari metode

yang digunakan adalah Electric Submersible Pump (ESP) atau dapat juga

digunakan Gas Lift.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
16

• Untuk produktivitas sumur antara 2.000 – 10.000 bbl/hari metode yang

digunakan adalah ESP, Hydraulic Pump, dan Gas Lift. Metode Rod Pump

tidak dapat digunakan.

• Untuk produktivitas sumur kurang dari 100 bbl/hari semua metode dapat

digunakan kecuali ESP.

2. Tekanan reservoir

• Dibawah 1/3 dari hydrostatic pressure pada ke dalam sumur, continuous

flow gas lift tidak cocok, karena gas yang diperlukan akan cukup besar.

• Pemasangan ESP dapat menurunkan Pwf sampai beberapa ratus psi.

• Rod Pump dan Hydraulic Pump dapat bekerja dengan Pwf rendah.

3. Dalam melakukan pekerjaan suatu metode artificial lift, hal yang tidak kalah

pentingnya adalah kedalaman sumur. Penentuan metode artificial lift pada

suatu sumur tergantung dari seberapa besar minyak yang dapat diproduksikan

pada kedalaman sumur tertentu. Dibawah ini beberapa metode artificial lift

yang digunakan pada kedalaman tertentu:

• Untuk kedalam sumur lebih dari 12.000 ft metode yang cocok digunakan

hanya hydraulic pump.

• Untuk kedalaman sumur antara 10.000 – 12.000 ft, semua metode dapat

digunakan kecuali ESP. ESP tidak dapat digunakan karena ESP

mempunyai batasan mengenai temperature. Semakin dalam suatu sumur,

maka semakin tinggi temperaturnya. Ini akan mengakibatkan rusaknya

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
17

komponen-komponen ESP, diantaranya isolasi kabel dan motor tidak

dapat menghantarkan arus listrik pada temperature yang tinggi.

• Untuk kedalaman sumur yang lebih kecil dari 8.000 ft semua metode

artificial lift dapat digunakan.

Untuk sumur-sumur dengan deviasi tinggi rod pump tidak dapat

digunakan, metode yang dapat digunakan adalah gas lift. Fluida dengan

viskositas tinggi akan sangat baik bila diangkat dengan hydraulic pump

atau gas lift.

4. Pemilihan metode pengangkatan tidak hanya tergantung dari produktivitas

yang dihasilkan dan kedalaman suatu sumur saja tetapi yang tidak kalah

pentingnya adalah problem-problem khusus yang dihadapi, seperti kepasiran,

scale, korosi, parafin, dan sebagainya.

Pada kesempatan kali ini penulis hanya akan membahas lebih jauh tentang

Electric Submersible Pump.

3.3 Electric Submersible Pump (ESP)

Electric Submersible Pump secara umum merupakan jenis artificial lift untuk

sumur yang mempunyai laju produksi relative besar (lebih dari 20.000 bbl/hari) dan

mempunyai tenaga dorong air, juga untuk sumur-sumur yang memiliki water cut

tinggi, GOR tinggi (untuk aliran multi phasa), dan sumur yang memproduksikan

fluida dengan viskositas sedang.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
18

Pompa ESP merupakan pompa yang disusun secara bertingkat. Pompa ini

digerakkan dengan motor listrik di bawah permukaan melalui suatu poros motor

(shaft) yang memutar pompa, dan akan memutar sudu-sudu (impeller) pompa.

Perputaran sudu-sudu itu menimbulkan gaya sentrifugal yang digunakan untuk

mendorong fluida ke permukaan. Kemudian fluida dengan kecepatan tinggi ini akan

diubah dalam diffuser untuk menaikkan tekanan hidrolik fluida.

Kecepatan tersebut akan mengakibatkan terjadinya energi kinetik yang diubah

menjadi tenaga potensial. Tenaga potensial akan memberikan head pada cairan.

Volume cairan yang dapat diangkat tiap satuan waktu adalah berbanding

terbalik dengan headnya, makin besar laju alir fluida, maka head per tingkatnya akan

semakin kecil. Total head yang diperoleh adalah jumlah head yang terjadi pada setiap

tingkat (stage) di pompa. Laju alir yang diperoleh dari setiap jenis pompa tergantung

dari kapasitas pompanya. Pemilihan laju alir yang diinginkan hendaknya tidak

melebihi batas yang direkomendasikan dapat dilihat pada pump curve tiap jenis

pompa. Sebab pompa yang dioperasikan melebihi batas yang direkomendasikan akan

menimbulkan “Up-thrust” atau pengikisan impeller bagian atas. Sedangkan bila

pompa dioperasikan dibawah kapasitasnya, dapat menimbulkan “Down-thrust” atau

pengikisan impeller bagian bawah. Jadi karena kedua alasan di atas, sebaiknya pompa

dioperasikan dalam laju alir yang direkomendasikan.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
19

3.3.1 Prinsip Kerja Electric Submersible Pump (ESP)

Pompa ESP ini memiliki dua komponen utama, yakni impeller dan diffuser.

Fluida masuk melalui intake yang akan diterima oleh impeller paling bawah dari

pompa. Fluida yang masuk akan diputar dengan kecepatan tinggi oleh impeller,

kemudian akibat dari gaya sentrifugal yang dihasilkan oleh putaran impeller, fluida

akan terlempar keluar yang kemudian akan ditangkap oleh diffuser. Selanjutnya oleh

diffuser tenaga kinetic ini diubah menjadi tekanan yang digunakan untuk mendorong

fluida ke stage berikutnya. Proses ini terjadi secara berulang sampai dengan stage

paling atas. Selama berpindah stage, maka tekanan fluida akan bertambah besar.

3.3.2 Faktor Pemilihan Electric Submersible Pump (ESP)

Dalam pemilihan artificial lift, terdapat beberapa hal yang menjadi dasar

pemilihan artificial lift yang digunakan, diantaranya adalah:

1. Lokasi sumur, ketersediaan tenaga listrik dan gas.

2. Kondisi reservoir, kondisi fluida dan kondisi lubang sumur.

3. Harga operating cost dan capital cost.

4. Hasil prediksi performance dan produksi sumur.

5. Kelebihan dan kekurangan yang dimiliki oleh suatu metode pengangkatan

buatan.

Pemilihan ESP sebagai metode artificial lift yang digunakan didasarkan atas

beberapa factor, diantaranya adalah:

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
20

1. Dapat digunakan pada sumur onshore maupun sumur offshore.

2. Dapat memberikan pemompaan yang besar dan rate yang bervariasi,

sehingga cocok pada sumur dengan PI yang tinggi.

3. Dapat digunakan pada sumur miring.

4. Dapat mengencerkan sumur dengan viskositas yang tinggi, dikarenakan

pengaruh panas dari pompa.

5. Dapat dipergunakan pada sumur dengan kandungan water cut yang tinggi,

sehingga sesuai penggunaannya pada sumur tua.

6. Dapat dilakukan pengontrolan secara otomatis dari permukaan.

3.3.3 Peralatan Electric Submersible Pump (ESP)

Peralatan Electric Submersible Pump (ESP) terbagi menjadi peralatan di atas

permukaan dan peralatan di bawah permukaan. Selain itu, terdapat pula beberapa

komponen peralatan yang memiliki fungsi untuk membantu kinerja dari peralatan

utama.

ESP Unit didefinisikan sebagai suatu kesatuan peralatan yang digantungkan di

ujung tubing produksi dan dibenamkan kedalam fluida dalam sumur. Motor listrik

dipasang pada bagian paling bawah kemudian di atasnya dipasang protector.

Selanjutnya pompa dan gas separator sebagai tempat masuknya fluida ke dalam

pompa pada rangkaian ESP yang dipasang pada bagian atas. Gas separator ini dapat

berupa reserve gas separator, rotary gas separator, dan advanced gas handler.

Motor listrik dihubungkan ke switchboard oleh kabel listrik yang diletakkan (dijepit)

sepanjang tubing.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
21

Gambar 3.1

Peralatan Electric Submersible Pump 3)

Peralatan tambahan seperti check valve, bleeder valve, downhole multisensor,

dan centralizer berada di bawah permukaan. Check valve dipasang 3 joint di atas

pompa. Bleeder valve dipasang 1 joint di atas pompa. Downhole multisensory

dipasang di bawah motor. Centralizer berada di antara pompa dan casing.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
22

3.3.3.1 Peralatan di atas Permukaan

Peralatan ESP di atas permukaan terdiri atas wellhead, junction box,

switchboard, dan transformer.

3.3.3.1.1 Wellhead

Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang

mempunyai lubang untuk cable pack-off atau penetrator. Cable pack-off ini biasanya

tahan sampai tekanan 3000 psi.

Gambar 3.2

Wellhead 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
23

3.3.3.1.2 Junction Box

Junction box ditempatkan di antara kepala sumur dan switchboard untuk alas

an keamanan. Gas dapat mengalir ke atas melalui kabel dan naik ke permukaan

menuju switchboard, yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran. Oleh karena itu,

kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik ke atas tadi.

Junction box biasanya 15 ft (minimum) dari kepala sumur dan normalnya berada

diantara 2 sampai 3 ft di atas permukaan tanah. Fungsi dari junction box antara lain:

1. Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi kepermukaan

melalui kabel agar terbuang ke atmosfer

2. Sebagai terminal penyambung kabel dari dalam sumur dengan kabel dari

switchboard.

Gambar 3.3

Junction Box 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
24

3.3.3.1.3 Switchboard

Switchboard adalah panel control kerja di permukaan saat pompa bekerja

yang dilengkapi dengan motor controller, overload, dan underload protection serta

alat pencatat (recording instrument) yang bisa bekerja secara manual ataupun

otomatis apabila terjadi penyimpangan. Fungsi utama dari switchboard adalah:

1. Untuk mengontrol kemungkinan terjadinya downhole problem seperti:

overload atau underload current.

2. Auto restart setelah underload pada kondisi intermittent well.

3. Mendeteksi unbalance voltage.

Pada switchboard biasanya dilengkapi dengan ammeter chart yang berfungsi untu

mencatat arus motor versus waktu ketika motor bekerja.

Gambar 3.4

Switchboard 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
25

3.3.3.1.4 Transformers

Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, dapat digunakan untuk

menaikkan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi

oleh coil dari lilitan kawat tembaga. Keduanya, baik core maupun coil direndam

dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan

sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer

diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak

dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan

diturunkan dengan menggunakan step-down transformer sampai dengan tegangan

yang dibutuhkan oleh motor.

Gambar 3.5

Transformers 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
26

3.3.3.2 Peralatan di bawah Permukaan

Peralatan di bawah permukaan dari Electric Submersible Pump terdiri dari

atas Pressure Sensing Instruments, electric motor, protector, intake, pump unit, dan

electric cable serta alat penunjang lainnya.

3.3.3.2.1 PSI (Pressure Sensing Instruments)

PSI (Pressure Sensing Instruments) adalah suatu alat yang mencatat tekanan

dan temperature dalam sumur. Secara umum PSI unit mempunyai dua komponen

pokok, yaitu:

1. PSI Down Hole Unit

Dipasang di bawah motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini

dihubungkan pada Wyre dari Electric Motor.

2. PSI Surface Readout

Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta

menampakkan (Display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit.

Gambar 3.6

Pressure Sensing Instruments 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
27

3.3.3.2.2 Pompa

Pompa yang digunakan merupakan jenis pompa centrifugal, terdiri dari

beberapa tingkat (multistage), bagian-bagian utama pada pompa antara lain, shaft,

bearing, intake screen, dan rumah pompa (housing). Shaft merupakan penghubung

antara motor dan pompa. Shaft berfungsi meneruskan tenaga dari motor sehingga

impeller dapat berputar. Bearing (Bushing) terdapat sepanjang shaft sebagai bantalan

shaft ketika shaft berputar dengan kecepatan tinggi. Intake screen merupakan tempat

yang dilalui fluida pertama kali ketika masuk ke dalam pompa. Dan housing

merupakan bagian ditempatkannya sejumlah stage. Setiap stage terdiri dari satu

impeller dan satu diffuser. Impeller merupakan bagian yang terkunci pada shaft,

sehingga akan berputar mengikuti putaran shaft. Sedangkan diffuser adalah bagian

yang diam.

Gambar 3.7

Bagian-Bagian Unit Pompa 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
28

Antara impeller dan diffuser pada masing-masing stage terdapat dua thrust

washer, yaitu upthrust washer dan downthrust washer yang berfungsi untuk

mengurangi pengikisan akibat gesekan pada area yang bersinggungan, yang timbul

jika terjadi upthrust ataupun downthrust. Upthrust adalah kondisi dimana laju alir

pompa lebih tinggi dari batas atas recommended range. Hal ini mengakibatkan

impeller menekan ke atas. Sedangkan downthrust adalah kondisi dimana laju alir

pompa lebih rendah dari bawah recommended range. Hal ini mengakibatkan impeller

menekan ke bawah.

Gambar 3.8

Thrust Washer pada Stage 3)

Pompa bekerja dengan mengubah energi yang dimulai ketika fluida masuk ke

dalam pompa melalui impeller pada stage paling bawah. Perputaran vane pada

impeller mengakibatkan fluida yang masuk ikut berputar, sehingga fluida memiliki

energi kinetik dan sekaligus terbentuk gaya sentrifugal. Gaya sentrifugal ini membuat

fluida yang berputar terlempar keluar diterima oleh diffuser. Selanjutnya diffuser akan

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
29

mengubah energi kinetik fluida menjadi energi potensial yang membuat fluida

berpindah ke impeller pada stage berikutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki

energi yang semakin besar dibandingkan ketika fluida masuk ke intake pompa.

Kejadian tersebut sepanjang jumlah stage yang dipasang pada pompa untuk

mengatasi Total Dynamic Head (TDH) yang merupakan hambatan untuk fluida naik

ke permukaan. Semakin banyak stage yang dipasang, maka semakin besar

kemampuan pompa untuk mengangkat fluida.

Dalam pemasangannya, pompa dapat menggunakan lebih dari satu pump

housing (tandem) tergantung besarnya TDH yang harus dilawan oleh pompa.

3.3.3.2.3 Intake

Intake merupakan bagian yang berfungsi sebagai tempat masuknya fluida dan

memisahkan antara gas dengan fluida. Bagian intake ini dapat digunakan dengan

screen maupun tanpa screen. Screen ini digunakan tanpa membatasi partikel-partikel

berukuran besar memasuki pompa. Sebab partikel berukuran besar yang ikut

terproduksi dapat menyebabkan stuck pada pompa. Terdapat dua jenis intake yang

biasa digunakan, yaitu standard intake dan gas separator.

Standard intake tidak memisahkan gas dari liquid, namun pada standard

intake pemisahan terjadi secara alami yaitu gas tidak masuk ke intake. Intake jenis ini

dipergunakan apabila kandungan gas bebas yang masuk pada intake tidak terlalu

besar (berkisar antara 10 % - 15 %). Gas separator merupakan jenis intake yang telah

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
30

dimodifikasi untuk mencegah gas bebas dalam volume berlebih masuk ke pompa.

Karena gas bebas dalam jumlah berlebih akan menimbulkan masalah berupa gas

interference ataupun gas lock. Keduanya dibedakan berdasarkan jumlah gas yang

masuk ke pompa. Gas interference merupakan kondisi dimana gas berlebih masuk

dalam bentuk gelembung-gelembung kecil ikut terproduksikan dan mulai memasuki

impeller. Sedangkan gas lock merupakan efek lanjut dari gas interference.

Pada pompa terdapat Pump Intake Pressure (PIP) yang lebih rendah daripada

Pwf, jika PIP < Pb hal tersebut mengakibatkan gas yang terlarut pada minyak keluar

menjadi gelembung-gelembung gas bebas (free gas). Apabila volume gas bebas ini

terlalu besar akan mengakibatkan turunnya densitas fluida dan dapat mengakibatkan

pompa menjadi tidak efektif. Untuk itu perlu digunakan gas separator yang berfungsi

memisahkan gas dengan fluida. Terdapat dua jenis gas separator yang digunakan,

yaitu:

1. Reserve Gas Separator

Gas separator tipe ini dapat memisahkan sekitar 20 % gas bebas dari fluida.

Prinsip kerja reserve gas separator adalah dengan membelokkan gas ke arah

annnulus sedangkan minyak yang terlempar oleh gaya sentrifugal dialirkan ke

inlet pompa. Reserve gas separator memisahkan gas berdasarkan gravitasi

dengan mengubah arah aliran fluida. Fluida yang mengandung gas masuk ke

separator melalui celah intake. Pada annulus antara housing dan stand pipe,

gas bebas bergerak naik sedangkan cairan bergerak ke bawah. Gas bebas ini

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
31

kemudian kembali ke annulus melalui bagian atas separator. Sedangkan

cairan dengan kandungan gas yang lebih kecil masuk ke pick up impeller pada

bagian bawah gas separator dan diteruskan ke pompa.

Gambar 3.9

Aliran Fluida pada Reserve Gas Separator 3)

2. Rotary Gas Separator

Gas separator tipe ini dapat memisahkan sampai 90 % gas bebas yang

terdapat pada intake. Rotary gas separator terdiri dari spiral inducer dan

centrifuge terdapat pada shaft. Fluida yang masuk melalui celah intake,

selanjutnya didorong oleh spiral inducer menuju centrifuge. Pada centrifuge,

cairan dengan jumlah gas lebih kecil didorong masuk ke pompa melalui

crossover. Sedangkan gas bebas tetap berada di tengah, melalui crossover dan

discharge ports kembali ke sumur.

Gambar 3.10

Aliran Gas pada Rotary Gas Separator 3)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
32

3.3.3.2.4 Advanced Gas Handler

Advanced Gas Handler (AGH) digunakan untuk sumur dengan GOR produksi

yang sangat tinggi untuk menghindari terjadinya gas lock. Prinsip kerka AGH adalah

memisahkan gas dari fluida tetapi gas ikut terproduksikan dengan cara gas tersebut

dipecah-pecah di dalam. AGH menjadi gelembung-gelembung dan tercampur dengan

liquid sehingga tidak mengurangi effisiensi pompa.

Gambar 3.11

Advanced Gas Handler 3)

AGH digunakan dengan pertimbangan free gas yang masuk ke dalam pompa

mencapai 20 % atau 30 % atau lebih. AGH juga dapat dipasang bersama dengan

rotary gas separator pada sumur dengan GOR yang sangat tinggi.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
33

3.3.3.2.5 Protector

Protector sering juga disebut dengan Seal Section (Centrilift) atau Equalizer

(ODI). Secara prinsip protector mempunyai 4 fungsi utama, yaitu:

1. Untuk membuat tekanan dalam motor balance dengan tekanan di annulus.

2. Menyekat masuknya fluida sumur ke dalam motor.

3. Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis

marine type) untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa.

4. Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor

sebagai akibat dari perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja dan

dimatikan.

Secara umum, terdapat 2 jenis protector yang biasa digunakan, yaitu:

1. Labyrinth Protector

Terdapat 2 bagian utama, yaitu shaft tube dan u-tube. Shaft tube berfungsi

untuk mengisolasi ruang dari perputaran shaft agar fluida sumur dan minyak

pelumas motor yang berada dalam kontak langsung agar tidak tercampur.

Sedangkan u-tube berfungsi mencegah fluida memasuki motor. Ketinggian

minyak pelumas motor dan fluida sumur dapat naik dan turun. Ketika motor

bekerja maka fluida sumur dalam volume kecil berada pada protector dan

minyak pelumas motor akan memgembang, akibatnya ketinggian fluida

sumur turun. Sedangkan ketika motor berhenti bekerja maka fluida sumur

dalam kolom lebih besar masuk dan minyak pelumas motor akan menyusut,

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
34

akibatnya ketinggian fluida sumur naik. Keuntungan dari penggunaan

labyrinth protector adalah daya tahan terhadap temperatur yang tinggi.

Gambar 3.12

Labyrinth protector 3)

2. Positive Seal (Bag) Protector

Protector menggunakan bag (kantung) untuk memisahkan fluida sumur dan

minyak pelumas motor. Bag memberikan ruang saat minyak pelumas motor

mengembang dan menyusut. Ketika motor bekerja maka minyak pelumas

motor mengembang, akibatnya bag mengembang. Sedangkan ketika motor

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
35

berhenti bekerja maka minyak pelumas motor menyusut, akibatnya bag

menyusut.

Gambar 3.13

Positive Seal 3)

3.3.3.2.6 Motor Listrik

Jenis motor Electric Submersible Pump adalah motor listrik induksi dua kutub

tiga fasa yang diisikan dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan

listrik (dielectric strength) tinggi. Dipasang paling bawah dari rangkaian, dan motor

tersebut digerakkan oleh arus listrik yang dikirim melalui kabel dari permukaan.

Motor listrik berfungsi untuk menggerakkan pompa dengan mengubah tenaga listrik

menjadi tenaga mekanik. Fungsi dari minyak tersebut adalah:

1. Sebagai pelumas

2. Sebagai tahanan (isolasi)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
36

3. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran

rotor ketika motor tersebut sedang bekerja.

Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya

sudah ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan kimia,

lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua celah-celah

yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan stator.

Gambar 3.14

Bagian Unit Motor 3)

Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang

mempunyai 2 bagian pokok, yaitu:

1. Rotor (gulungan kabel halus yang berputar)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
37

2. Stator (gulungan kabel halus yang stationer dan menempel pada badan

motor).

Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada

rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada di tengahnya akan

ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros

pompa, intake, dan protector). Panas yang ditimbulkan dari perputaran rotor ketika

motor bekerja dihantarkan ke housing motor dan selanjutnya panas dibawa oleh

fluida sumur yang mengalir. Oleh karena itu, motor harus dipasang di atas perforasi

agar fluida mengalir melalui motor protector, dan intake pompa. Namun jika motor

dipasang di bawah perforasi maka harus digunakan shroud.

3.3.3.2.7 Kabel Listrik

Kabel berfungsi untuk menghantarkan arus listrik dari transformer ke motor.

Kabel terbuat dari bahan tembaga (Cu) atau aluminium (Al) dengan bentuk bulat atau

pipih (flat). Kabel harus tahan tegangan tinggi, temperatur tinggi, tekanan migrasi

gas, dan tahan terhadap resapan cairan dari sumur. Untuk itu kabel harus mempunyai

isolasi dan sarung yang baik, bagian dari kabel biasanya terdiri dari konduktor,

isolasi, sarung, dan jaket.

Terdapat dua jenis kabel yang dibedakan berdasarkan konfigurasi kabel, yaitu

round cable dan flat cable. Round cable dibungkus dengan karet yang disebut dengan

rubber jacket, sehingga mempunyai daya tahan yang lebih lama dari flat cable.

Namun, round cable memerlukan tempat yang lebih luas dibandingkan flat cable.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
38

Bagian-bagian dari kabel, yaitu konduktor (conductor), isolasi (isolation),

sarung (sheath), dan armor. Konduktor diisolasi dengan material yang sesuai

temperatur sumur. Isolasi yang digunakan pada kabel dapat berupa polyethylene atau

polypropylene pada sumur dengan temperatur rendah atau EPDM (Ethylene

Propylene Diane Monomer) pada sumur dengan temperatur tinggi. Insulasi yang

digunakan pada konduktor dapat biasanya dilengkapi dengan sarung berupa

protective barrier dan braid untuk melindungi isolasi dan konduktor dari fluida fluida

sumur yang bersifat asam dan korosif. Jacket pada kabel memberikan perlindungan

terhadap kimia dan mekanik. Sedangkan armor pada bagian luar kabel memberikan

perlindungan mekanik yang lebih baik.

Gambar 3.15

Jenis dan Bagian-Bagian Kabel 3)

Untuk konstruksi pada konduktor dapat berupa solid, stranded, atau stranded

and compacted. Konduktor jenis stranded terbentuk dari beberapa helai konduktor,

sehingga terdapat celah diantara setiap helai konduktor. Akibatnya, konduktor jenis

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
39

ini memiliki diameter yang lebih besar dibandingkan dengan konduktor jenis solid

dan stranded and compacted. Untuk mendapatkan diameter konduktor yang kebih

kecil sekaligus menghilangkan celah antara helai konduktor maka konduktor jenis

stranded dibuat lebih padat. Konduktor jenis ini disebut stranded and compacted.

Secara umum ada dua jenis kabel yang biasa dipakai di lapangan, yaitu:

1. Untuk low temperature, disarankan untuk pemasangan pada sumur-sumur

dengan maksimum 200oF.

2. Pada high temperature, kabel disarankan untuk pemasangan pada sumur-

sumur dengan temperatur yang cukup tinggi sampai mencapai 400oF. Untuk

sumur bersuhu tinggi (lebih dari 250oF) perlu dipasang epoxy untuk

melindungi kabel, O-ring, dan seal.

3.3.3.3 Komponen Tambahan

Komponen tambahan yang biasa digunakan untuk menunjang operasi dari

unit ESP antara lain:

3.3.3.3.1 Check Valve

Check Valve berfungsi untuk menahan fluida agar tidak turun kembali ke

dalam sumur apabila pompa dimatikan. Biasanya check valve dipasang dua sampai

tiga joint di atas pompa. Jika check valve tidak dipasang maka akan menyebabkan

aliran balik (back flow) dari fluida. Aliran balik dapat menyebabkan putaran impeller

berbalik arah, dan jika unit ESP dinyalakan pada saat itu juga, maka dapat

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
40

menyebabkan shaft pompa putus. Selain itu, bila tidak digunakan check valve, waktu

mengalirkan fluida pada saat pompa dinyalakan akan menjadi lebih lama. Hal ini

terjadi karena fluida harus memenuhi tubing terlebih dahulu sebelum akhirnya

kembali diproduksikan. Sedangkan bila menggunakan check valve, fluida tidak

mengalami flow back dan masih memenuhi tubing dan pada saat pompa kembali

dinyalakan, maka fluida dapat langsung diproduksikan.

3.3.3.3.2 Bleeder Valve

Pada rangkaian ESP yang menggunakan check valve, maka bleeder valve juga

harus digunakan. Alat ini dipasang satu joint di atas check valve dan berfungsi

mencegah pencabutan tubing yang berisi fluida. Sebab fluida di dalam tubing akan

jatuh ke permukaan pada saat tubing dicabut. Drain valve dibuka dengan

menjatuhkan suatu batang (rod) ke dalam drain valve plug, sehingga fluida jatuh ke

annulus.

3.3.3.3.3 Downhole Multisensor

Downhole multisensor dipasang di bawah motor dan dilengkapi dengan

monitor. Alat ini terbilang cukup canggih dengan kemampuan mengukur beberapa

parameter secara bersamaan, yaitu intake pressure (PI), intake temperature (TI),

motor temperature (Tm), dan ESP vibration.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
41

3.3.3.3.4 Centralizer

Centralizer digunakan untuk menjaga kedudukan rangkaian ESP agar tidak

bergeser (berada di tengah antara annulus dan casing) pada saat operasi, sehingga

kerusakan kabel karena gesekan dapat dicegah.

3.4 Dasar Perhitungan Pompa

Dalam penentuan penggunaan pompa perlu dihitung beberapa aspek sehingga

pompa dapat digunakan secara efektif dan efisien. Berikut ini adalah hal-hal yang

perlu dihitung, diantaranya adalah:

3.4.1 Perhitungan Gas Bebas

Berikut adalah tahapan dalam perhitungan gas bebas, yaitu:

1. Menghitung oAPI

o 141.5
API = – 131.15 ..................................................................................(3.1)
𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂𝑂

2. Menentukan Solution Gas atau Oil ratio (RS)


o
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 100.0125 API
Rs = SG gas � o � 1.2048
...........................................................(3.2)
18 100.00091 x T (𝐹𝐹)

Rs tersebut selanjutnya dikoreksi dengan memplot hasil PIP/Pb dengan kurva

pada grafik Rs correction sehingga didapatkan factor kesalahan. Selanjutnya

rumus Rs koreksi menjadi:

Rs corrected = Rs calculated x faktor kesalahan

3. Menentukan Oil Formation Volume Factor (Bo)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
42

𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔𝑔 0.5


F = Rs corrected � � + 1.25T ............................................................(3.3)
𝑆𝑆𝑆𝑆 𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜

Bo = 0.972 + 0.00014F1.175 ...........................................................................(3.4)

4. Menghitung Pressure Gradient

Pressure Gradient = (Fw x 0.433) + (Fo x 0.365) ..........................................(3.5)

5. Menghitung PIP

PIP = Pressure Gradient x FAP ....................................................................(3.6)

6. Menentukan Faktor Kompressibilitas (Z)

Menghitung Pr
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃
Pr = ..........................................................................................................(3.7)
𝑃𝑃𝑃𝑃

Menghitung Tr
𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵𝐵
Tr = ........................................................................................................(3.8)
𝑇𝑇𝑇𝑇

Cari Z0 dari tabel values of Zo

Cari Z1 daritabel values of Z1

Dari tabel property fluida cari ω

Z = Z0 + ω.Z1 ................................................................................................(3.9)

7. Menentukan Gas Formation Volume Factor (Bg)

5,04 x 𝑍𝑍 x 𝑇𝑇
Bg = ..............................................................................................(3.10)
𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃

8. Menentukan Total Gas (Tg)

𝑄𝑄𝑄𝑄 x 𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺𝐺
Tg = ................................................................................................(3.11)
1000

Menentukan Solution Gas (Sg)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
43

𝑄𝑄𝑄𝑄 x 𝑅𝑅𝑅𝑅
Sg = ...................................................................................................(3.12)
1000

9. Menentukan Free Gas (Fg)

Fg = Total Gas – Solution Gas ..................................................................(3.13)

10. Menentukan Oil Volume pada Pump Intake

Vo @ Pump Intake= Qo x Bo.....................................................................(3.14)

11. Menentukan Water Volume pada Pump Intake

Vw @ Pump Intake= Qt x Bw ....................................................................(3.15)

12. Menentukan Gas Volume pada Pump Intake

Vg @ Pump Intake= Fg x Bg .....................................................................(3.16)

13. Menentukan Total Volume pada Pump Intake

Vt = Vo + Vg + Vw .....................................................................................(3.17)

14. Menentukan Persentase Free Gas pada Pump Intake


𝑉𝑉𝑉𝑉
%Free Gas = .........................................................................................(3.18)
𝑉𝑉𝑉𝑉

15. Vg After GS = [(1 - Sep.efficiency) × (1 - Nat.efficiency) × Vg@Pump]..(3.19)

16. Vt After GS = Vo@pump + Vw@pump + Vg After GS .............................(3.20)

17. %Free Gas After GS = (Vg After GS/Vt After GS) x 100 % .....................(3.21)

3.4.2 Pemilihan Ukuran dan Tipe Pompa

Untuk pemilihan tipe pompa, didasarkan pada volume total setelah dipasang

gas separator sesuai dengan Qallowance yang boleh diproduksikan ke permukaan dari

Qmax. Oleh karena itu hal pertama untuk menentukan tipe pompa apa yang akan

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
44

digunakan, dihitung dulu Qmax yang dapat diproduksikan dari suatu sumur. Setelah

Qmax didapat, hal selanjutnya adalah menentukan Qallowance yang boleh diproduksikan

ke permukaan dengan batasan kandungan free gas pada laju alir yang diproduksikan

tersebut di bawah 10 %. Dengan Qallowance yang didapat, selanjutnya dicari volume

total setelah dipasang gas separator. Jumlah volume total ini yang menjadi indikasi

jenis pompa apa yang akan dipilih.

3.4.2.1 Membuat Kurva IPR

Kurva Inflow Performance Relationship (IPR) menggambarkan suatu

hubungan antara tekanan alir dasar sumur (Pwf) terhadap laju alir fluida (Q) pada

suatu tekanan reservoir (Pr) tertentu. Kurva Inflow Performance Relationship (IPR)

dapat digunakan untuk menentukan nilai potensi produksi dari suatu sumur.

Penentuan produktivitas sumur ini sangat penting untuk mengetahui bagaimana

kondisi sumur saat ini dan dapat dijadikan pedoman dalam melakukan desain ulang

penggunaan ESP.

Menghitung Pr

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝+ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝


Pr = [( ) – SFL] x pressure gradient .....................................(3.22)
2

𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝+ 𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏𝑏 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝


Pwf = [( ) – WFL] x pressure gradient .................................(3.23)
2

Menentukan Nilai

A = 1 – 0.2(Pwf/Pr) – 0.8(Pwf/Pr)2 ...........................................................................(3.24)

Menentukan Nilai J

J = Q/[Fo(Pr x A/1.8) + Fw(Pr – Pwf)] .....................................................................(3.25)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
45

Menentukan Nilai Qomax

Qomax = (J x Pr)/1.8 .................................................................................................(3.26)

Menentukan nilai Qmax

CD = Fw(0.01 x Qomax/J) + [0.125 x Fo x Pr x (-1 + �81 − 80(0.999) )] .............(3.27)

CG = 0.001 x Qomax ................................................................................................(3.28)

𝐶𝐶𝐶𝐶
Tan β = ..............................................................................................................(3.29)
𝐶𝐶𝐶𝐶

𝐶𝐶𝐶𝐶
Tan α = ..............................................................................................................(3.30)
𝐶𝐶𝐶𝐶

Qmax = Qomax + [Fw x Tan α x (Pr – Qomax/J)] ..........................................................(3.31)

Setelah diperoleh nilai Qmax, selanjutnya dapat ditentukan nilai Qallowance. Setelah

ditentukan Qallowance, selanjutnya dapat ditentukan jenis pompa apa yang harus

dipasang berdasarkan volume total pada sumur setelah dipasang gas separator.

Selanjutnya, apabila telah ditemukan tipe pompa yang sesuai dengan

kebutuhan, maka dapat dipilih pompa dengan membandingkan horse power yang

diperlukan dan kebutuhan akan motor yang lebih kecil.

3.4.2.2 Perkiraaan Stage Pompa

Untuk menghitung jumlah stages pompa dapat dilakukan dengan cara

menghitung Total Dynamic Head (TDH) terlebih dahulu. Berikut ini adalah tahapan

perhitungan Total Dynamic Head (TDH):

1. Menentukan SG Composite

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
46

SG Composite = (SG water x Fw) + (SG oil x Fo) .....................................(3.32)

2. Menentukan Net Lift


𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 x 2,31
NL = Pump Setting Depth - ....................................................(3.33)
𝑆𝑆𝑆𝑆 𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶𝐶

3. Menentukan Total Friction Lost

𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃𝑃 x 𝐹𝐹𝐹𝐹 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 1000 𝑓𝑓𝑓𝑓


Total Fl = ........................................................................(3.34)
1000

Fl per 1000 ft didapat dari memplot laju produksi fluida dengan ukuran tubing

pada grafik E.1

4. Menentukan Total Head Pressure

𝑃𝑃𝑃𝑃ℎ x 2.31
THP = ...........................................................................................(3.35)
1.02

5. Menentukan Total Dynamic Head (TDH)

TDH = NL + Total FL + THP ....................................................................(3.36)

6. Menentukan Jumlah Stage


𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇
Total Stages = .......................................................................(3.37)
ℎ𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒𝑒 𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝𝑝 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠

3.4.2.3 Pemilihan Motor

Hitung HP yang dibutuhkan pompa


𝐻𝐻𝐻𝐻
HP Pompa = Jumlah Stage x x SG Composite .................................(3.38)
𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆𝑆

3.4.2.4 Pemilihan Protektor

Protector merupakan salah satu komponen yang penting pada pompa Electric

Submersible Pump(ESP). Pemilihan protector harus berdasarkan pada pemilihan

ukuran yang tepat, mampu mengalirkan power yang diperlukan, memiliki kapasitas

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
47

yang memadai terhadap ekspansi minyak dan sesuai dengan jenis motor dan pompa

yang digunakan.

3.4.2.5 Pemilihan Kabel

Dalam suatu pemilihan kabel yang akan digunakan, terdapat beberapa hal

yang menjadi pertimbangan, diantaranya adalah memilih kabel yang memiliki

panjang kabel ditentukan berdasarkan kedalaman pompa ditambah 100 ft, sehingga

dapat terhubung secara aman. Memiliki material konduktor, konstruksi, dan armors

yang sesuai denagn kondisi sumur dengan mempertimbangkan korosifitas, efek gas,

dan temperatur dari sumur tersebut. Pemilihan kabel listrik ditentukan oleh besarnya

arus listrik yang mengalir, penurunan voltage, serta clearance antara tubing collar

dengan casing. Dianjurkan untuk memilih jenis kabel yang mempunyai penurunan

voltage di bawah 30 volt/1000 ft.

3.4.2.6 Menghitung Surface Voltage

1. Menghitung Panjang Kabel

Cable Length = PSD +100 .........................................................................(3.39)

2. Menghitung Voltage Loss

Dari grafik, voltage drop per 1000 ft didapatkan sebesar 27 volt per 1000 ft

Voltage loss = Panjang kabel x Voltage drop per 1000 ft

3. Menghitung Total Voltage Drop

Total Voltage Drop = VD Power Cable + VD FCE...................................(3.40)

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa
48

4. Menghitung Surface Voltage

Surface Voltage = Name Plate Motor Volt + Total Voltage Drop .............(3.41)

3.4.2.7 Pemilihan Transformer

Adapun untuk melakukan pemilihan transformer perlu memperhitungkan

total KVA yang diperlukan dengan rumus sebagai berikut:


1,73
KVA = Surface Volt x Nameplate motor Amp x .................................(3.42)
1000

3.4.2.8 Pemilihan Switcboard

Pemilihan switchboard harus didasarkan pada total HP, current, dan surface

voltage yang dimiliki oleh pompa tersebut.

Evaluasi dan Desain Ulang Electric Submersible PUMP pada Sumur PA 25, PA 37, PA 55 dan PA 90 di Lapangan Pascal
Reinaldi Ragasa

Anda mungkin juga menyukai