Disusun oleh :
dr. Rio Partomuan
Anggi Saputra, S.Pd
Bima Ferdinan Putra, S.P.
dr. Mutia Iranda
Penyusun
DAFTAR ISI
Halama
n KATA PENGANTAR ............................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan Makalah ........................................................... 2
D. Sistematika Penulisan Makalah ................................................... 2
BAB III PEMBAHASAN
A. Analisis Faktor KAFI dan KAFE menggunakan pendekata SWOT 3
B. Alternatif Analisis SWOT dari Aspek-Aspek Akuntabilitas ............ 15
BAB IV PENUTUP .................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 19
BAB I PENDAHULUAN
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini yaitu,
1. Apa saja faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
berdasarkan analisis Kesimpulan Analisis Faktor Internal (KAFI) dan
Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal (KAFE)
2. Bagaimana strategi dan alternatif penanggulangan banjir di Kalimantan
Selatan berdasarkan analisis SWOT
Opportunities Threats
1. Banyaknya bantuan yang dating 1. Pembangunan yang terhambat.
2. Rusaknya tatanan masyarakat
2. Timbulnya kesadaran
3. Bencana banjir dan longsor
masyarakat tentang kelestarian
yang lebih besar dimasa yang
lingkungan
akan dating
3. Adanya perhatian dari
4. Ketersediaan oksigen yang
kementerian lingkungan hidup
berkurang
455
3) Adanya undang undang 45 5 225
mengenai pencegahan dan
penanggulangan banjir
Total
Kelemahan (Weakness) +
1) Kurangnya perhatian -30 4 -120
pemerintah
2) Tidak terekspos media -10 2 -20
karena luasnya pulau
kalimantan
2) Tidak memadainya -20 3 -60
infrastruktur ekologis
-400
3) Alih fungsi lahan sawit -40 5 -200
secara masif
Total -100 30
3. Kesimpulan Analisis Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal mengidentifikasi faktor-faktor berupa
peluang (opportunity) dan ancaman (treats). Faktor-faktor yang menjadi
peluang dan ancaman pemerintah dalam Banjir Kalsel sebagai berikut:
a. Opportunity ( Peluang)
1) Sudah adanya perhatian dari kementrian Lingkungan Hidup
terhadap Banjir Yang terjadi di Kalimantan Selatan
Pasca terjadinya banjir Kalsel, ketersedian kajian
komprehensif yang akan menjadi dasar dalam penyusunan
rencana aksi strategis penanganan banjir di Kalimantan Selatan
(Kalsel) penting disusun segera.
Sebelumnya pada Rapat Koordinasi secara daring Wamen
LHK, Alue Dohong dengan Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor, (26/1),
Wamen LHK mengatakan jika paling tidak terdapat 5 (lima) aspek
yang perlu disiapkan dan dilakukan dalam upaya Pemulihan
Lingkungan Pasca Banjir Kalsel. Salah satunya adalah aspek
perencanaan. Untuk menyusun aspek perencanaan ini harus
didukung data yang kuat, dan kerjasama antara Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dan Pemprov Kalsel,
termasuk penyiapan Early Warning System tentang banjir.
Oleh karenanya Pemerintah Provinsi Kalsel telah
menyusun kerangka rencana aksi integratif berbasis metode rapid
assessment banjir Kalimantan Selatan. Kerangka ini berisi
rencana analisis berbagai faktor, baik faktor alam maupun faktor
antropogenik penyebab banjir Kalsel, untuk kemudian akan
diwujudkan menjadi rencana aksi strategis jangka pendek,
menengah, dan panjang yang meliputi tindakan vegetatif, tindakan
sipil teknis, tindakan pemberdayaan masyarakat, serta tindakan
kebijakan regulasi dan antisipasi, hingga mekanisme pelaksanan
dan strategi pembiayaannya.
Kajian dilakukan fokus pada DAS Barito dan DAS Tabunio,
dengan mempertimbangkan kondisi curah hujan yang
menyebabkan banjir pada Januari 2021 lalu dan 5 tahun terakhir.
Dari kajian awal, terungkap jika perlu dilakukan analisis lebih rinci
di Daerah Tangkapan Air (DTA) Alalak, DTA Amandit, DTA Riam
Kanan, DTA Tabalong Kiwa, DTA Negara, DTA Tapin, DTA
Batang Alai dan DTA Pulau Laut.
Kajian yang lebih rinci tersebut diharapkan akan
menghasilkan Peta dan profil kawasan banjir setiap DTA, Model
banjir setiap DTA, Matrik kebutuhan infrastruktur ekologis,
Rencana aksi tingkat tapak setiap DTA, Skema pembiayaan
pembangunannya, dan Mekanisme pelaksanaannya.
Menanggapi kerangka rencana aksi yang disusun oleh
Pemerintah Provinsi Kalsel tersebut, KLHK sangat mengapresiasi
dan menyambut baik. KLHK menyarankan tambahan beberapa
hal yang harus menjadi pokok perhatian agar hasil kajian semakin
lengkap dan komprehensif agar dapat segera dilaporkan kepada
Presiden untuk segera diputuskan langkah terbaik selanjutnya
2) Adanya peran serta greenpeace yang konsen terhadap
permasalah banjir di Kalimantan Selatan
Green peace adalah suatu organisasi non pemerintahan
yang bergerak di bidang lingkungan hidup. Tujuan dari organisasi
ini adalah untuk menjaga agar bumi yang semakin rapuh ini bisa
menopang kehidupan manusia. Green peace ini bertujuan untuk
menghentikan dan menentang peruksakan lingkungan. Menyikapi
banjir besar yang terjadi di Kalimantan Selatan pada awal tahun
2021 Greenpeace Indonesia menyayangkan langkah pemerintah
yang menganggap bencana banjir di Kalimantan Selatan, murni
karena cuaca buruk. Ia menegaskan bahwa kondisi iklim di sana
banyak berubah, salah satunya karena kerusakan hutan yang
parah. Bencana banjir di Kalimantan Selatan yang membuat 10
kabupaten kota terdampak banjir, dinilai sebagai akumulasi
perubahan alih fungsi lahan dan hutan untuk pertambangan dan
perkebunan sawit. Juru kampanye hutan Greenpeace Indonesia,
Arie Rompas mengatakan, berdasarkan data yang ia miliki, daerah
aliran sungai di sepanjang Kali Barito berkurang sebesar 50%.
3) Adanya partisipasi masyarakat dalam penanganan banjir
Masyarakat merupakan objek utama dalam sebuah
ekosistem kehidupan. Terjadinya banjir besar di Kalimantan
Selatan berdampak pada banyaknya korban jiwa dan harta benda.
Selain karena curah hujan yang tinggi, masyarakat juga berperan
aktif dalam menjaga ekosistem lingkungan. Dengan adanya
pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga ekosistem
lingkungan. Menjaga Hutan agar tetap sesuai fungsinya, bersama
sama memperhatikan dan mendindak oknum pengusaha yang
tidak sesuai dengan peraturan.
b. Ancaman
1) Kerusakan ekosistem dan kerusakan lahan
Sejak Aliansi Masyarakat Adat Nasional (AMAN) berdiri
tahun
1999, beragam kerusakan alam di Kalimantan memang sudah
terlihat. Gerakan ini dibangun sebagai perlawanan agar hutan
tidak semakin dirusak. Banjir yang terjadi Kalimantan Selatan
itulah salah satu yang dicegah oleh masyarakat adat selama ini.
Tapi pemerintah menutup mata. Pemerintah seakan tidak pernah
mendengar beragam temuan kerusakan alam. Banyak izin usaha
pertambangan maupun kepala sawit diberikan serampangan.
Setidaknya sudah 50 persen lahan di Kalimantan Selatan dikuasai
untuk tambang dan perkebunan. Selama ini warga telah
memperjuangkan supaya wilayah adat di Meratus berhenti
dirampas, dikupas permukaannya, dan dikeruk isi perut bumi dari
tangan tak bertanggungjawab. Sayang usaha itu masih belum
dilirik pemerintah.
2) Sulitnya air bersih dan beragam wabah gangguan kesehatan lebih
mudah menyebar
Air adalah sumber kehidupan utama bagi setiap makhluk
hidup. Dampak dari bencana banjir salah satunya adalah semakin
terbatasnya ketersediaan air bersih untuk diminum oleh manusia
yang dapat menyebabkan daya tahan tubuh mereka menurun.
Selain itu, banjir menyebabkan higienitas dan sanitasi yang
kurang baik sehingga mudah menimbulkan berbagai jenis
penyakit. Anggota Tim Pakar Universitas Lambang Mangkurat
(ULM) Banjarmasin untuk Percepatan Penanganan COVID-19
Prof. Dr. dr. Syamsul Arifin, M.Pd menyebutkan peningkatan
kasus COVID-
19 di Kalimantan Selatan dua bulan terakhir sebagai dampak
banjir dan mobilitas tak terkendali.
3) Kerusakan yang menimbulkan banyak kerugian di berbagai sektor.
Menurut perkiraan Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Wilayah Badan Pengkajian dan
Penerapan Teknologi (BPPT), akibat bencana banjir Kalimantan
Selatan mengalami nilai kerugian sekitar Rp. 1,349 triliun.
"Estimasi dampak kerugian per 22 Januari 2021 dari sektor
pendidikan, kesehatan dan sosial, pertanian, perikanan,
infrastruktur, dan produktivitas ekonomi masyarakat sekitar Rp
1,349 triliun," kata anggota Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT Nugraheni
Setyaningum di Jakarta, Senin, 25 Januari 2021.
Menurut estimasi Tim Reaksi Cepat Pusat Teknologi
Pengembangan Sumber Daya Wilayah BPPT, nilai kerugian di
sektor pendidikan sekitar Rp30,446 miliar, sektor kesehatan dan
perlindungan sosial sekitar Rp27,605 miliar, sektor infrastruktur
sekitar Rp424,128 miliar, sektor perikanan sekitar Rp46,533
miliar, sektor produktivitas masyarakat sekitar Rp604,562 miliar,
dan sektor pertanian sekitar Rp216,266 miliar.
Total 100 15
Pelua
ng
1
II I
Kelema Kekuatan
han
30
III VI
Ancam
an
Ryan Aditya, Nicholas. Istana Klaim Tak Obral Izin Tambang dan Sawit,
Walhi Sebut Masih Ada Operasi Rusak Lingkungan. Diakses
dari https://nasional.kompas.com/read/2021/01/23/09280021/istana-klaim-
tak- obral-izin-tambang-dan-sawit-walhi-sebut-masih-ada-operasi?page=all.
20
Jul 2021, 14. 55 WIB.
https://nasional.kompas.com/read/2021/01/25/09112571/klaim-pemerintah-
soal-izin-tambang-dan-sawit-di-kalsel-yang-dibantah-walhi?page=all
https://www.merdeka.com/khas/kegagalan-cegah-banjir-kalimantan-
selatan-bencana-di-kalsel.html