Anda di halaman 1dari 22

Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan

Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau


Sekar Banjaran Aji1

Abstrak
Pada fase terakhir pemerintahannya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menandatangani
Instruksi Presiden (Inpres) tentang penghentian sementara (moratorium) perluasan
lahan dan evaluasi perkebunan sawit. Regulasi ini tercantum dalam Inpres Nomor
8 tahun 2018 tentang Penundaan dan Evaluasi Perizinan Serta Peningkatan Produk-
tivitas Perkebunan Sawit, ditandatangani Jokowi pada 19 September 2018. Kajian ini
melihat apakah kebijakan Moratorium Sawit Jokowi dapat dikategorikan sebagai ke-
bijakan hijau yang sesuai dengan Teori Politik Hijau sehingga berpihak untuk kepen-
tingan lingkungan. Lebih jauh lagi, melihat seberapa solutif kebijakan moratorium
sawit ini menyelesaikan masalah tata kelola lahan dan konflik yang mencederai sektor
pemasok APBN terbanyak tahun 2017.
Kata kunci: Moratorium Sawit, Politik Hijau, Kebijakan Tata Kelola Lahan

Abstract
In the last phase of his administration, President Joko Widodo (Jokowi) approved the Presidential
Instruction (Inpres) on the temporary suspension (moratorium) of clearing land and renewing
plantations. Presidential Instruction Number 8 of 2018 concerning Delays and Evaluation of
Licensing and Increased Productivity of Oil Palm Plantations, signed by Jokowi on September
19, 2018. This study refers to the Environmental Palm Moratorium policy. Furthermore, see
the resolution of the palm oil moratorium policy solution to resolve land governance issues and
conflicts that have hurt the supplier sector of the most state budget in 2017.
Keywords: Oil Palm Moratorium, Green Politics, Land Management Policy

I. Pendahuluan festasikan dalam Nawacita.2 Beberapa


Joko Widodo (Jokowi) merupakan kebijakan strategis kemudian dilahirkan,
Presiden yang berani menempatkan per- misalnya menggabungkan badan dan
masalahan degradasi lingkungan jadi kementerian menjadi satu kementerian
masalah serius sehingga perlu dimani- besar bernama Kementerian Lingkungan

1
Penulis merupakan pengacara publik sekaligus peneliti Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat
(ELSAM). Dia juga aktif dalam Koalisi Masyarakat Sipil yang mendorong perbaikan tata kelola sawit
berkelanjutan di Indonesia.
2
Riva Suastha, “WALHI Tagih Janji Jokowi Selesaikan Konflik Lingkungan”, https://www.
cnnindonesia.com/nasional/20160602195942-20-135483/walhi-tagih-janji-jokowi-selesaikan-konflik-
lingkungan, diakses tanggal 1 Januari 2019.

186
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Hidup dan Kehutanan (KLHK). Kemudi- kum di lain-lain negara serta perkem-


an, mereformasi Kementerian Kelautan bangan hukum internasional.5 Demikian
dan Perikanan (KKP) yang kemudian di- membuat ruang lingkup politik hukum
kenal sebagai kementerian yang bergigi. menjadi luas dan menarik untuk digali.
Tahun 2016, Jokowi membentuk Ba- Salah satu yang menarik untuk dicer-
dan Restorasi Gambut (BRG) yang diha- mati adalah Instruksi Presiden (Inpres) di
rapkan mampu merestorasi lahan-lahan mana kebijakan ini memang dapat dibu-
gambut yang terbakar dan rusak parah.3 at dalam berbagai macam bentuk doku-
Hal tersebut menjadi sebuah peluang men tertulis yang bersifat membimbing,
yang besar dan membuat gerakan ling- menuntun, memberi arahan kebijakan,
kungan di Indonesia semakin percaya dan mengatur suatu pelaksanaan tugas
diri. Oleh karenanya, gerakan lingkung- dan pekerjaan.
an memiliki harapan besar supaya Jo- Inpres masuk dalam kategori In-
kowi dapat menempatkan lingkungan struction to Officials dalam kerangka per-
menjadi prioritas. aturan kebijakan atau “policy rule” yang
Dalam konteks tersebut, diskursus dapat disebut juga sebagai “quasi legisla-
politik hukum menjadi menarik untuk tion” oleh Jimly Asshiddiqie.6 Inpres bu-
digali. Mahfud M.D berpendapat bah- kan merupakan keputusan yang meng-
wa politik hukum adalah garis kebijakan ikat umum (semua orang, tiap orang).
resmi tentang hukum yang akan diber- Inpres merupakan perintah atasan ke-
lakukan baik dengan pembuatan hukum pada bawahan yang bersifat individual,
baru maupun dengan penggantian hu- konkret dan sekali-kali (final, einmahlig)
kum lama, dalam rangka mencapai tu- sehingga tidak dapat digolongkan dalam
juan negara.4 Sunaryati Hartono menya- peraturan perundang-undangan (wet-
takan, faktor-faktor yang akan menen- geving) atau peraturan kebijakan (beleid-
tukan politik hukum tidak semata-mata sregel, pseudo-wetgeving). Inpres hanya
ditentukan oleh apa yang dicita-citakan dapat mengikat Menteri, kepala lembaga
pembentuk hukum, praktisi atau para te- pemerintah non departemen, atau peja-
oretisi saja, namun ikut ditentukan pula bat-pejabat pemerintahan yang berkedu-
oleh kenyataan serta perkembangan hu- dukan di bawah Presiden dalam melak-
3
Mongabay Indonesia, “Rangkuman: Melacak Komitmen Presiden Jokowi dalam Pengelolaan
Lingkungan di Indonesia”, https://www.mongabay.co.id/2016/07/31/rangkuman-melacak-komitmen-
presiden-jokowi-dalam-bidang-pengelolaan-lingkungan-di-indonesia/, diakses tanggal 1 Januari 2019.
4
Moh. Mahfud MD, Politik Hukum di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo, 2014), hlm. 1.
5
Sunaryati Hartono, Politik Hukum Menuju Satu Sistem Hukum Nasional, (Bandung: Alumni, 1991), hlm. 1.
6
Letezia Tobing, “Perbedaan Keputusan Presiden Dengan Instruksi Presiden”, https://www.hu-
kumonline.com/klinik/detail/lt50cf39774d2ec/perbedaan-keputusan-presiden-dengan-instruksi-pre-
siden/, diakses tanggal 1 Januari 2019.

187
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

sanakan penyelenggaraan pemerintah- II. Moratorium Sawit dalam Rekam


an.7 Dengan demikian, Inpres menjadi Historis
menarik karena posisinya yang spesifik Kebijakan otorisasi legal untuk me-
dan menggambarkan secara jelas bagai- nunda sesuatu atau kewajiban terten-
mana Presiden menyikapi sesuatu de- tu selama batas waktu yang ditentukan
ngan memerintahkan jajarannya. (moratorium) bukan istilah baru.8 Istilah
Keberadaan Inpres Nomor 8 tahun tersebut berasal dari Bahasa Latin, mora-
2018 tentang Penundaan dan Evaluasi ri, yang berarti penundaan. Dalam kon-
Perizinan Serta Peningkatan Produktiv­ teks tata kelola hutan dan lahan, “mora-
itas Perkebunan Sawit (Inpres Morato- torium” sudah lazim digunakan. Misal-
rium) menjadi penting untuk dilihat da- nya moratorium izin hutan dan gambut
lam kacamata politik hukum mengingat melalui Inpres Nomor 10 Tahun 2011
kebijakan ini didorong oleh gerakan tentang Penundaan Pemberian Izin Baru
lingkungan beberapa organisasi masya- dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan
rakat sipil. Dorongan tersebut mewakili Alam Primer dan Lahan Gambut, mem-
banyak impian untuk menyelesaikan beri perintah kepada tiga menteri (Ke-
masalah dalam sektor perkelapasawit­ hutanan, Dalam Negeri dan Lingkungan
an terutama permasalahan lingkungan. Hidup) dan kepala lima lembaga (Unit
Sehingga secara implisit, ada harapan Kerja Presiden Bidang Pengawasan dan
bahwa kebijakan Inpres Moratorium ini Pengendalian Pembangunan, Badan Per-
menjadi kebijakan hijau sesuai semangat tanahan Nasional, Badan Koordinasi Pe-
Teori Politik Hijau yang menempatkan nataan Ruang Nasional, Badan Koordi-
keadilan antar generasi menjadi tujuan nasi Survei dan Pemetaan Nasional dan
utama. lembaga yang dibentuk untuk mengelola
Tujuan penulisan ini ialah mengana- REDD+), serta para gubernur dan bupa-
lisis politik hukum dari kebijakan Inpres ti. Inpres ini menjelaskan tugas dan tang-
Moratorium Sawit dan sejauh mana ke- gung jawab masing-masing lembaga se-
sesuaiannya dengan Teori Politik Hijau lama dua tahun sejak Inpres diterbitkan.9
yang dianggap sebagai penentu kebijak- Moratorium sebenarnya telah ada
an berkelanjutan. sejak era Pemerintahan Presiden Susilo

7
Maria Farida Indrati, Ilmu Perundang-Undangan: Dasar dan Cara Pembentukannya, (Yogyakarta:
Kanisius, 2007), hlm. 184.
8
Dictionary, “Definition of Moratorium from the Cambridge Advanced Learner’s Dictionary &
Thesaurus”, https://dictionary.cambridge.org/dictionary/english/moratorium, diakses tanggal 2 Ja-
nuari 2019.
9
D Murdiyarso, et. al., “Moratorium Hutan Indonesia: Batu Loncatan Untuk Memperbaiki Tata
Kelola Hutan?”, https://www.cifor.org/library/3631/, diakses tanggal 2 Januari 2019.

188
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Bambang Yudhoyono (SBY). Mulai In­ menyebabkan kerugian mencapai Rp221


pres No.10/2011 tertanggal 20 Mei 2011 triliun.11
diperpanjang dengan Inpres No 6/2013. Kata kunci sawit dalam temuan ha-
Terakhir, Jokowi melanjutkan moratori- sil capaian Inpres Moratorium Hutan
um dengan Inpres No.8/2015. dan Gambut, membuat masyarakat sipil
Selama dua rezim pemerintahan, mengusulkan kebijakan yang lebih fokus
kebijakan moratorium kurang memuas- terhadap komoditas sawit. Moratorium
kan. Tata kelola hutan dan gambut be- sawit tercantum dalam Inpres Moratori-
lum baik. Hal ini terkonfirmasi dari dua um yang ditandatangani Jokowi pada 19
fakta, pertama, masih ada pemberian izin September 2018. Moratorium ini bertuju-
kehutanan dan perkebunan oleh peme- an memberikan waktu bagi Pemerintah
rintah melalui revisi-revisi areal morato- untuk mengevaluasi dan menata kemba-
rium dan pelepasan kawasan hutan. Re- li izin perkebunan sawit dan meningkat-
visi areal moratorium sejak 2011- 2013, kan produktivitas.12
mengurangi 5.055.089 hektare. Pada Kebijakan yang diadvokasi masyara-
2015, dengan menambah kembali areal kat sipil kurang lebih dua tahun, akhir-
moratorium 2.353.151 hektare. Inkon- nya diterbitkan dalam bentuk Inpres ten-
sistensi penerapan areal moratorium ini tang moratorium perluasan lahan dan
membuka peluang pemberian izin baru, evaluasi perkebunan sawit. Aturan ini
baik izin usaha kehutanan maupun per- jadi pemenuhan janji Jokowi dalam Hari
kebunan melalui pelepasan kawasan hu- Hutan Internasional di Kepulauan Seri-
tan.10 Kedua, masih terjadi pembakaran bu, 14 April 2016.13
hutan dan lahan masif dalam pembuka- Desakan masyarakat sipil yang di-
an perkebunan sawit, terutama di tiga motori oleh Sawit Watch, HuMA dan
pulau utama Indonesia, Sumatera, Kali- ELSAM untuk moratorium dikarenakan
mantan dan Papua. Bank Dunia menca- beberapa hal yakni:14
tat, 2015 saja terdapat seluas 2,6 hektare 1. Produktivitas perkebunan sawit
lahan terbakar pada perkebunan sawit Indonesia yang rendah;

10
Nurul Firmansyah, “Moratorium Izin Hutan dan Gambut, Berjilid-jilid (Tanpa) Ada Perbaikan?,”
https://www.mongabay.co.id/2017/05/28/opini-moratorium-izin-hutan-dan-gambut-berjilid-jilid-
tanpa-ada-perbaikan/, diakses tanggal 3 Januari 2019.
11
Ibid.
12
Sapariah Saturi, “Akhirnya, Inpres Moratorium Perkebunan Sawit Terbit,” https://www.
mongabay.co.id/2018/09/20/akhirnya-inpres-moratorium-perkebunan-sawit-terbit/, diakses tanggal
2 Januari 2019.
13
Ibid.
14
Anonim, “Policy Brief Rasionalitas Moratorium Sawit”, http://sawitwatch.or.id/wp-content/
uploads/2017/07/Full-rasionalitas-moratorium-sawit2.pdf, diakses tanggal 2 Januari 2019.

189
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

2. Berpotensi melanggengkan keba- salah satu penyebab tidak ada ruang pe-
karan hutan dan lahan; nyelesaian konflik lahan antara masya-
3. Eskalasi konflik agraria seiring rakat adat, lokal dengan pemerintah dan
dengan ekspansi perkebunan; perusahaan, sebab perlindungan, pengu-
4. Realisasi pembangunan perke-
kuhan kebijakan penundaan pemberian
bunan kelapa sawit yang tidak
izin dan penguatan atas hak dan ruang
sesuai dari perencanaan bahkan
ditemukan kebun tanpa dileng- kelola rakyat belum sepenuhnya dijalan-
kapi izin; kan.15
5. Praktik perbudakan modern di Belajar dari kekurangan Inpres Mora-
perkebunan sawit; torium Hutan dan Gambut maka dalam
6. Ketidakselarasan kebijakan da- Inpres Moratorium Sawit terdapat klau-
lam ekosistem gambut.
sa evaluasi perizinan yang bersifat ‘ke-
Pada rezim sebelumnya, Pemerin-
terlanjuran’. Caranya dengan mengkaji
tah Indonesia telah berkomitmen untuk
dampak lingkungan, sosial dan kesesu-
memperbaiki tata kelola hutan dan lahan
aian dengan tata ruang yang dilakukan
gambut dengan mengeluarkan Inpres
KLHK Jika dilihat dari perspektif refor-
Nomor 10 tahun 2011 tentang Penun-
ma agraria, evaluasi izin semestinya bisa
daan Pemberian Izin Baru dan Penyem-
membantu pekebun sawit rakyat men-
purnaan Tata Kelola Hutan Alam Primer
dapatkan pengakuan hak hingga mem-
dan Lahan Gambut yang berlaku selama
peroleh pemodalan. Pelaksanaan aturan
dua tahun. Kebijakan ini diperpanjang
ini, semestinya bersamaan dengan im-
dengan terbitnya Inpres Nomor 6 Tahun
plementasi Peraturan Presiden Nomor
2013 dan kemudian diperpanjang lagi
88/2017 tentang Penyelesaian Pengua-
oleh Inpres Nomor 8 tahun 2015.
saan Tanah dalam Kawasan Hutan, khu-
Perbedaan yang mencolok antara In-
sus perkebunan sawit di kawasan hutan.
pres Moratorium Hutan dan Gambut de-
Keduanya, merupakan rangkaian kebi-
ngan Inpres Moratorium Sawit terletak
jakan di bawah koordinasi Kementerian
pada klausa mandat evaluasi izin. Dalam
Koordinator Perekonomian (Kemenko
Inpres Moratorium Hutan dan Gambut,
Perekonomian).16
ketiadaan klausa evaluasi izin menjadi

15
Anonim, “Enam Tahun Memperbaiki Tata Kelola Hutan dan Lahan Gambut: Sebuah Evaluasi
atas Pelaksanaan Instruksi Presiden Tentang Penundaan Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan
Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut”, http://www.mongabay.co.id/wp-content/
uploads/2017/05/Kertas-Kebijakan-Moratorium-dari-Koalisi.pdf, diakses pada tanggal 3 Mei 2019.
16
Lusia Arumingtyas dan Indra Nugraha, “Akhirnya, Inpres Moratorium Perkebunan Sawit
Terbit”, https://www.mongabay.co.id/2018/09/20/akhirnya-inpres-moratorium-perkebunan-sawit-
terbit/, diakses tanggal 2 Januari 2005.

190
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Dari kronologi kebijakan moratori- serta memastikan suatu kebijakan berke-


um dalam konteks perbaikan tata kelola lanjutan.
lahan dalam kedua Inpres tersebut, po-
litik hukum yang melatarbelakangi pe- III. Politik Hijau dan Kebijakan
nyusunannya tidak berasal dari inisiatif Pem­bangunan Berkelanjutan
Pemerintah semata. Masyarakat sipil cu- Terdapat beberapa pendapat ahli
kup berperan dalam mengadvokasi isu me­ngenai teori ini.
hingga menghasilkan sebuah kebijakan

Eckersley Goddin Barry Dobson


Pandangan Mengedepankan Tiga prinsip Menolak pandangan
ekosentris ini sumber nilai utama antara lain antroposentrisme
menempatkan sebagai fakta dari teori distribusi seperti yang telah
fokus utamanya sesuatu yang (intergenerasional) diungkapkan
pada lingkungan dibentuk oleh keadilan, Ekscersly sebelumnya.
atau ekosistem proses alamiah komitmen Kemudian, perlu ada
dalam aspek sejarah dan lebih terhadap proses batasan pertumbuhan,
kehidupan dari sekedar demokratisasi yang merupakan
peran manusia dan usaha penyebab munculnya
untuk mencapai krisis lingkungan
keberlangsungan secara alami.
ekologi

Tabel 1. Perbandingan Pendapat Ahli Mengenai Teori Politik Hijau

John Barry jadi satu dari empat tokoh Arah kebijakan hukum di bidang
Teori Politik Hijau yang punya kriteria lingkungan hidup itu disebut dengan
yang sederhana dan jelas indikatornya. politik hukum lingkungan. Politik hu-
Tiga prinsip utama ini merupakan kon- kum lingkungan merupakan arah kebi-
sepsi yang mewakili makna dari pusat jakan hukum yang ditetapkan oleh nega-
Politik Hijau. Prinsip ini digunakan se- ra atau pemerintah untuk mencapai tu-
bagai sarana untuk menjelaskan kon- juan dan sasaran dari perlindungan dan
sepsi dari teori hijau, seperti dalam me- pengelolaan lingkungan hidup.
mahami kelangsungan dari eko-otorita- Namun, dalam kenyataannya hu-
rianisme yang menjadi salah satu usaha kum lingkungan seolah tidak mampu
keberlanjutan bagi biaya demokrasi dan menjalankan fungsinya dengan baik de-
keadilan sosial. ngan munculnya berbagai masalah ling-

191
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

kungan hidup, salah satu penyebab ma- tegakkannya prinsip dan norma hukum
salah-masalah lingkungan hidup adalah lingkungan secara komprehensif sesuai
belum dipahami, dilaksanakan, dan di- dengan politik hukumnya.

Politik Hukum

Teori Politik Teori Hukum

Teori Politik Hijau Teori Pembangunan Teori Hukum Ling-


John Barry Berkelanjutan kungan

Asas Berkelanjutan Asas Berkelanjutan Asas Berkelanjutan

Gambar 1. Keterkaitan antara Politik Hukum dan Teori Lain

Ada dua teori yang dapat dipakai un- mungkinkan generasi sekarang untuk
tuk mengaji kebijakan moratorium yakni meningkatkan kesejahteraannya, tanpa
teori politik hijau dengan menggunakan mengurangi kemungkinan bagi generasi
kebijakan teori pembangunan berkelan- masa depan untuk meningkatkan kese-
jutan sebagai perspektif yang dianalisis jahteraannya.
dengan teori politik hijau. Keduanya da- Berkaca lewat Teori Hukum Ling-
pat dipergunakan secara bersamaan ka- kungan, hal tersebut juga selaras dengan
rena memiliki banyak kriteria yang sama salah satu “asas keberlanjutan” sebagai
yakni keinginan mewujudkan keadilan asas pengelolaan lingkungan hidup da-
antar generasi. Teori politik hijau John lam konteks teori hukum lingkungan.
Barry mencita-citakan distribusi keadil- Asas berkelanjutan yang termuat dalam
an antar generasi (intergenerasional). Hal Pasal 2 Undang-Undang No. 32 Tahun
tersebut sama persis dengan, pengertian 2009 mengandung makna setiap orang
Emil Salim tentang pembangunan berke- memikul kewajibannya dan tanggung ja-
lanjutan mengandaikan solidaritas trans- wab terhadap generasi mendatang, dan
generasi, di mana pembangunan ini me- terhadap sesamanya dalam satu genera-

192
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

si, dengan melakukan upaya pelestarian A. Komitmen Politik Kebijakan


daya dukung ekosistem dan memperba- Rezim Jokowi berada dalam posisi
iki kualitas lingkungan hidup. tidak menyenangkan jika dilihat dalam
Teori-teori tersebut memiliki ke- kontestasi perkelapasawitan. Begitu ba-
samaan yang dapat dimaknai menjadi nyak kepentingan baik Negara, korpo-
menjadi kesatuan yang melatarbelakangi rasi, petani dan gerakan lingkungan ber-
terbentuknya kebijakan. Teori Politik adu sepanjang Jokowi berkuasa. Mulai
Hijau John Barry, Teori Pembangunan dengan fakta bahwa pada level dunia,
Berkelanjutan, dan Teori Hukum Ling- Indonesia adalah produsen dan ekspor-
kungan selaras mengedepankan keadil- tir kelapa sawit terbesar di dunia, yang
an antar generasi sebagai tujuan bersa- bersama Malaysia, menghasilkan 85-90
ma. Dengan demikian, generasi hari ini persen total minyak sawit di dunia.17
dalam membuat kebijakan haruslah me- Menurut RSPO (Roundtable on Sustai-
mikirkan kewajibannya dan tanggung nable Palm Oil), Indonesia berkontribusi
jawab terhadap generasi mendatang sebesar 58% dari produksi minyak kela-
atau dengan kata lain kebijakan terse- pa sawit berkelanjutan yang bersertifikat
but haruslah berasaskan keberlanjutan. RSPO di seluruh dunia. Sementara pro-
Selanjutnya, penulis akan menyebutnya duksi minyak kelapa sawit berkelanjut-
dengan istilah kebijakan berkelanjutan. an yang telah mendapat sertifikat RSPO
secara global saat ini mencapai 12,15 juta
IV. Moratorium Sawit Jokowi Sebagai
ton. Ini sama saja dengan 17% dari total
Kebijakan Berkelanjutan
produksi minyak kelapa sawit dunia.18
Apakah moratorium dalam kerang- Sementara data dari Direktorat Jen-
ka kerja Jokowi termasuk kebijakan deral Perkebunan Kementerian Per-
berkelanjutan? Tulisan ini akan fokus tanian menyebut kelapa sawit telah
menganalisis kebijakan moratorium itu menyumbang devisa kepada negara
sendiri disandingkan dengan indikator mencapai Rp239,4 triliun.19 Hal tersebut
keberlanjutan. membuat sawit dianggap sebagai emas
hijau yang menempati urutan pertama
penyumbang devisa dari data BPS pada

17
Anonim, “Minyak Kelapa Sawit”, https://www.indonesia-investments.com/id/bisnis/komo-
ditas/ minyak-sawit/item166, diakses tanggal 13 Oktober 2018.
18
Ibid.
19
Agustiyanti, “Kementan Klaim Sawit Sumbang Devisa Negara Rp239 Triliun”, https://www.
cnnindonesia.com/ekonomi/20170829150806-92-238106/kementan-klaim-sawit-sumbang-devisa-
negara-rp239-triliun, diakses tanggal 13 Oktober 2018.

193
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

2017 dan hingga Oktober, mengalahkan serta hak asasi manusia dan kesehatan
minyak dan gas serta sektor pariwisata.20 dari perkebunan kelapa sawit di negara-
Menurut data BPS, jumlah total luas area negara produsen.22
perkebunan sawit di Indonesia pada Sementara itu, Resolusi Parlemen
2017 mencapai sekitar 11.9 juta hektare, Uni Eropa tentang “Minyak Kelapa Sa-
hampir tiga kali lipat dari luas area di wit dan Deforestasi Hutan Tropis” ber-
tahun 2000 (sekitar 4 juta hektare lahan isi dua poin penting terkait perkebunan
di Indonesia dipergunakan untuk perke- kelapa sawit di Indonesia. Pertama, de-
bunan kelapa sawit). Jumlah ini diduga forestasi global terjadi karena adanya pe-
akan bertambah menjadi 13 juta hektare ningkatan pertumbuhan dan konsumsi
pada tahun 2020.21 dari komoditas pertanian, termasuk mi-
Resolusi non-legislatif Uni Eropa ter- nyak kelapa sawit. Proses pembukaan la-
kait Kelapa Sawit dan Deforestasi dilun- han untuk perkebunan dengan memba-
curkan pada bulan April tahun 2017 oleh kar hutan telah mengakibatkan bencana
Parlemen Uni Eropa. Resolusi non-legis- asap tahun 2015 yang berdampak pada
latif adalah resolusi yang tidak melalui 69 juta orang. Dengan demikian, Indone-
normalnya prosedur legislatif Uni Ero- sia menjadi salah satu kontributor uta-
pa, oleh karena itu, resolusi non-legislatif ma terhadap pemanasan global. Kedua,
hanya bersifat soft law dan tidak mengi- Parlemen Uni Eropa menyatakan bahwa
kat. Resolusi ini fokus untuk mendorong operasi perkebunan kelapa sawit terkait
Uni Eropa untuk melakukan aksi-aksi dengan pelanggaran HAM. Pelanggaran
dalam menghadapi deforestasi, khusus- yang terjadi antara lain adalah pekerja
nya yang diakibatkan oleh perkebunan anak, penggusuran, diskriminasi ter-
kelapa sawit. Dengan kata lain, resolu- hadap masyarakat adat, kekerasan dan
si tersebut menitikberatkan kebutuhan lain-lain. Selain itu, Eropa mengusulkan
untuk menghadapi dampak lingkungan resolusi untuk melarang penggunaan
dan sosial dari produksi kelapa sawit, minyak kelapa sawit dalam biofuel pada
khususnya terkait biodiversitas, peru- 2020.23
bahan iklim, dan emisi gas rumah kaca,

20
Martin Sihombing, “Beginilah Geliat Industri Sawit, Si Emas Hijau”, http://industri.bisnis.com/
read /20180205/99/734393/beginilah-geliat-industri-sawit-si- , diakses tanggal 13 Oktober 2018.
21
Ibid.
22
Kania Mezariani G, “Kelapa Sawit: Antara Kebijakan Ketahanan Energi Dan Climate Change Uni
Eropa, Serta Respon Pemerintah Indonesia”, http://perpustakaan.elsam.or.id/index.php?p=show_de-
tail&id=15289 &keywords=kelapa+sawit, diakses tanggal 9 Oktober 2018.
23
Ibid.

194
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Dalam perkembangan terakhir, De- berkelanjutan. Dalam Teori Politik Hijau


wan dan Komisi Eropa menyepakati John Barry setidaknya ada tiga hal yang
akan memberikan tambahan waktu bagi harus diuji yakni teori distribusi (interge-
Indonesia dan Malaysia, meskipun ke- nerasional) keadilan, komitmen terhadap
tiga pihak membuahkan kompromi ter- proses demokratisasi, dan usaha untuk
kait impor minyak sawit dari Indonesia mencapai keberlangsungan ekologi.
dan Malaysia pada pertemuan tripartit Apabila ketiga hal tersebut tercapai, ba-
antara Parlemen Juni 2018. Kandungan rulah Inpres Moratorium dapat dilekati
minyak sawit dalam biodiesel nantinya dengan sebutan kebijakan berkelanjutan.
tidak lagi akan termasuk sasaran iklim Pertama, unsur distribusi manfaat
Uni Eropa dan baru akan dilarang sepe- atau keadilan antar generasi dalam In-
nuhnya pada 2030. Uni Eropa juga me- pres Moratorium ini belum terlihat jika
mutuskan akan mempertahankan volu- dilihat dalam konteks jangka waktu ber-
me impor serupa 2019 dan akan mengu- lakunya Inpres Moratorium. Instruksi ini
rangi impor minyak sawit secara perla- berlaku hanya tiga tahun (2018-2021). Pe-
han mulai tahun 2023.24 riode implementasi Inpres di bawah pe-
Setelah dinamika tersebut tidak lagi merintahan ini hanya satu tahun (hingga
dibahas oleh media, barulah Inpres Mo- Oktober 2019). Apabila Inpres ini ber-
ratorium Sawit terbit pada September akhir masanya dan masih ada kegiatan
2018. Walaupun terlambat, kebijakan yang belum dikerjakan, pun tidak ada
moratorium ini cukup ampuh memberi- klausul untuk memperpanjang morato-
kan efek kejut pada pasar. Hal tersebut rium sawit, sebagaimana ada dalam Inp-
terbukti pada periode 7-23 September res penundaan izin baru di hutan primer
2018, harga tandan buah segar (TBS) kela- dan lahan gambut.
pa sawit naik sebesar Rp23 per kilogram. Dalam masa efektif jabatan Presiden
Kenaikan terjadi dari harga Rp1473 pada Jokowi 2014-2019, proses maksimal pe-
periode sebelumnya, menjadi Rp1496 laksanaan Inpres moratorium ini hanya
perkilogram untuk periode ini.25 satu tahun. Per Februari 2019, sudah
Kejadian kenaikan harga TBS me- lima bulan sejak Inpres moratorium diri-
mang belum dapat diklaim bahwa Inpres lis, Tim Kerja yang dimandatkan belum
Moratorium Sawit merupakan kebijakan terbentuk. Sementara Inpres moratori-
um mengamanatkan sistem pelaporan

24
Hans Spross, “Uni Eropa Tunda Larangan Sawit Hingga 2030”, https://www.dw.com/id/uni-
eropa-tunda-larangan-sawit-hingga-2030/a-44315242, diakses tanggal 26 Januari 2019.
25
Fitri Amalia, ”Update Harga TBS Kelapa Sawit September 2018, Semakin Membaik”, http://
jambi.tribunnews.com/2018/09/10/update-harga-tbs-kelapa-sawit-7-23-september-2018-semakin-
membaik, diakses tanggal 26 Januari 2019.

195
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

kemajuan pelaksanaan kebijakan dila- Perkembangan tersebut tergolong


kukan Tim Kerja setiap enam bulan. Pe- sangat lambat sebab semestinya 6 (enam)
laporan fase pertama akan jatuh tempo bulan pertama sudah ada laporan yang
pada bulan Maret 2019, tidak akan dapat diberikan kepada Presiden berupa ca-
disebut pelaporan hasil kerja jika Tim paian pelaksanaan Inpres. Dampak dari
Kerja belum terbentuk di bulan Februari belum selesainya SIP penyusunan pe-
2019. metaan dan validasi data menyebabkan
Dalam shadow report yang dibuat ke- tidak tercatatnya praktik-praktik baik
lompok masyarakat sipil terkait capai- dari daerah. Akhirnya, beberapa Provin-
an semester pertama dari implementasi si dan Kabupaten sudah meresponsnya
Inpres Moratorium Sawit, disebutkan dengan komitmen kebijakan publik se-
bahwa per April 2019, Kemenko Bidang perti Provinsi Nangroe Aceh Darusalam,
Perekonomian selaku koordinator pe- Kabupaten Buol (Sulawesi Tengah), dan
laksanaan Moratorium Sawit sedang Kabupaten Sanggau (Kalimantan Barat)
menyiapkan Standar Operasional (SOP) tidak terdokumentasi dan mendapatkan
untuk penyusunan pemetaan dan vali- apresiasi yang baik.
dasi data. SOP tersebut akan berisi data Fenomena yang terjadi dalam fase
mengenai tipologi permasalahan sawit pertama pelaporan merupakan capaian
dan Kawasan hutan yang nantinya akan yang kurang baik. Jika hal tersebut tidak
direkomendasikan ke kementerian tek- diperbaiki pada fase kedua, belum dapat
nis. Kemenko Bidang Perekonomian dipastikan seluruh capaian tercapai, se-
juga sudah menentukan 7 provinsi yang bab fase ketiga terjadi pasca pemilu. Suk-
akan menjadi prioritas pelaksanaan Inp- sesi kepemimpinan mungkin saja meng-
res Moratorium Sawit, provinsi tersebut ubah struktur birokrasi atau kebijakan.26
antara lain Jambi, Riau, Sumatera Utara, Prasyarat teori distribusi harus mem-
Sumatera Selatan, Kalimantan Barat, Ka- berikan manfaat demi terciptanya keadil-
limantan Tengah dan Timur. an antar generasi. Kondisi ini dapat di-
capai dengan kebijakan yang berjangka

26
Hal tersebut pernah terjadi dalam pembubaran Badan Pengelola Penurunan Emisi dari
Deforestasi dan Degradasi Hutan (BP-REDD+) dan Dewan Nasional Perubahan Iklim (DNPI). Kedua
Lembaga tersebut dibentuk dalam rezim SBY, dan ketika terjadi perubahan ke rezim Jokowi, kedua
Lembaga tadi dibubarkan melalui Perpres 16 Tahun 2015 yang ditandatangani Presiden Jokowi pada
21 Januari 2015. Ichwan Susanto, “Presiden Jokowi Bubarkan BP-REDD dan DNPI”,  https://sains.
kompas.com/read/2015/01/28/18352191/Presiden.Jokowi.Bubarkan.BP-REDD.dan.DNPI, diakses
tanggal 1 Mei 2019.
27
Joko Waluyo, “Urgensi Kebijakan Moratorium Perkebunan Kelapa Sawit di Indonesia”, https://
www.tuk.or.id/2017/09/17/urgensi-kebijakan-moratorium-perkebunan-kelapa-sawit-di-indonesia/,
diakses tanggal 3 Mei 2019.

196
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

panjang. Hal ini mengingat kondisi bah- ulang dan audit perizinan yang sudah
wa tidak semua kebijakan akan langsung ada, yang ditengarai banyak melakukan
terlihat dampaknya dalam sekejap mata. pelanggaran hukum serta perundang-
Misalnya, dari analisis tentang urgensi undangan dan kejahatan korupsi.
kebijakan moratorium perkebunan sawit Kedua, prasyarat tentang komitmen
di Indonesia yang dilakukan Walhi ber- demokratitasasi dalam menjalankan su-
sama Kemitraan, TuK Indonesia, Sawit atu kebijakan dalam Inpres Moratorium
Watch, dan Auriga tahun 201727 tak ada dapat dilihat secara eksplisit dengan me-
perubahan signifikan dari implementasi lihat aktor yang dilibatkan. Demokratisa-
Inpres sebelumnya. Kebijakan morato- si adalah suatu proses yang demokratis.
rium tak mengurangi struktur pengua- Dalam teorinya, Scumpeter menggagas
saan sumber daya alam, khususnya di dua dimensi teoritik yang dapat dipakai
perkebunan sawit skala besar yang diku- sebagai acuan untuk menyebut demo-
asai segelintir penguasa ekonomi. Wak- krasi, yaitu: (1) seberapa tinggi tingkat
tu pemulihan jasa layanan alam tidak kontestasi, kompetisi atau oposisi yang
sebanding dengan laju kerusakan yang dimungkinkan, dan (2) seberapa banyak
dihasilkan dari sebuah perizinan. Oleh warga negara memperoleh kesempatan
karenanya, Walhi menawarkan kebijak- berpartisipasi dalam kompetisi politik
an moratorium yang kuat, yakni dengan itu.28 Semakin banyak pembagian we-
tak lagi memberikan izin kepada industri wenang antar Pemerintah dan semakin
kebun kayu, sawit, dan tambang dalam masyarakat yang dapat terlibat dalam
kurun waktu minimal 25 tahun sembari pelaksanaan kebijakan, maka proses de-
secara aktif pemerintah melakukan kaji mokrasi tersebut sedang berjalan.

Gambar 2. Alur Koordinasi antar Pemerintah dalam Inpres Moratorium Sawit29


28
M. Mas’oed, Ilmu Hubungan International: Disiplin dan Metodologi, (Jakarta: LP3ES, 1994), hlm. 9.
29
Anonim, “Analisis Substansi Inpres Moratorium Sawit 2018”, https://madaniberkelanjutan.
id/2018/09/28/analisis-substansi-inpres-moratorium-sawit-2018/, diakses tanggal 28 Januari 2019.

197
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

Dalam bagan tersebut secara seder- ratorium ini. Dengan demikian Inpres
hana dapat dilihat bahwa hubungan an- Moratorium ini tidak memenuhi prasya-
tara delapan pejabat dalam Inpres ini da- rat demokratisasi.
pat dilihat pada di atas. Panah hijau me- Ketiga, prasyarat kebijakan harus
wakili alur pelaporan data, panah merah menjadi usaha untuk mencapai keber-
mewakili fungsi pembinaan, dan panah langsungan ekologi menjadi hal yang
oranye mewakili penyampaian reko- paling sulit diukur karena bentuknya
mendasi/hasil rapat koordinasi. Semen- berupa implementasi kebijakan. Hal ini
tara tanda stop mewakili pejabat negara mengingat kebijakan yang dimaksud
yang diperintahkan menunda penerbit- juga masih dalam tahap awal implemen-
an izin terkait kelapa sawit (di kawasan tasi. Dengan alasan tersebut, khusus da-
hutan) sesuai dengan kewenangannya lam bagian ini, Penulis akan menganali-
masing-masing dan gambar suryakan- sis dari titik berat kebijakan. Apabila titik
ta mewakili pejabat negara yang harus beratnya adalah usaha simultan untuk
melakukan evaluasi izin terkait kelapa melindungi fungsi kelestarian lingkung-
sawit.30 an hidup dan bukan ekonomi jangka
Dalam hal ini, terlihat bahwa KLHK pendek, maka kebijakan tersebut patut
salah satu aktor yang diberi peran strate- dikategorikan sebagai kebijakan yang
gis untuk melakukan tiga hal di atas se- pro keberlangsungan ekologi.
kaligus, yakni: penundaan izin, evaluasi, Secara implisit dapat diartikan bah-
dan langkah-langkah tindak lanjut (ter- wa kebijakan ini merupakan manifestasi
masuk penegakan hukum). Sementara dari usaha mencapai keberlangsungan
itu, Kemenko Bidang Perekonomian ti- ekologi dengan menyelesaikan silang
dak punya banyak kewenangan kecuali sengkarut perkelapasawitan melalui mo-
mengkoordinasikan pemangku kebijak- ratorium. Jika melihat ide awal ketika ke-
an lain. bijakan ini dibuat memang salah satunya
Terkait proses demokratisasi dalam untuk menyelesaikan masalah lingkung-
posisi ini terlihat bahwa tidak ada him- an akibat sawit. Menurut Menteri Koor-
bauan dari Presiden kepada para aktor dinator Bidang Perekonomian, Darmin
yang diberi mandat untuk mendengar- Nasution, Inpres Moratorium Sawit me-
kan suara masyarakat sipil atau melibat- rupakan solusi berbagai persoalan tata
kan masyarakat sipil dalam implemen- kelola. Ia juga sejalan dua aturan lain,
tasi kebijakan. Partisipasi publik terlihat yakni Inpres Percepatan Penyelesaian
menjadi keniscayaan dalam Inpres Mo- Tanah dalam Kawasan Hutan dan Inp-

30
Ibid.

198
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

res Reforma Agraria. Jangan mengarti- dapat di wilayah konsesi perkebunan


kan bahwa Pemerintah akan berhenti yang masih bisa diselamatkan atau un-
menambah produksi minyak sawit. Pe- tuk menemukan terjadinya pelanggaran
merintah memberikan waktu tiga tahun hukum, termasuk perkebunan kelapa
membereskan semua persoalan di perke- sawit yang beroperasi di dalam kawasan
bunan sawit, termasuk di dalam kawa- hutan, beroperasi tanpa izin yang sesuai,
san hutan.31 atau pelanggaran tata ruang. Berdasar-
Berdasarkan ketiga prasyarat Teori kan evaluasi yang dilakukan, KLHK me-
Politik Hijau hanya ada satu yang terpe- lalui rekomendasi dari Gubernur dapat
nuhi yakni mencapai keberlangsungan mengembalikan kawasan yang memiliki
ekologi dalam tataran ide imajinasi awal. hutan produktif di dalamnya menjadi
Dalam dua prasyarat lain masih tergan- kawasan hutan. Evaluasi izin yang telah
jal bahkan dalam tataran eksplisit kebi- diterbitkan adalah sebuah terobosan jika
jakan. dibandingkan dengan kebijakan morato-
rium sebelumnya.
B. Impian Melampaui Evaluasi Hal tersebut membuat ada sebuah
Izin dalam Moratorium Sawit impian besar yang dilekatkan oleh Ma-
Menilik kebijakan yang serupa sebe- syarakat Sipil pada Inpres Moratorium.32
lumnya yakni Inpres No. 6 Tahun 2017 Pertama, moratorium sawit setidaknya
soal penundaan dan penyempurnaan menghentikan izin pembukaan lahan sa-
tata kelola pemberian izin baru hutan wit baru untuk tiga tahun ke depan. Itu
alam primer dan lahan gambut atau In- menjadi harapan terbentuknya keseim-
pres Moratorium serupa di rezim SBY, bangan baru di pasar minyak sawit. Da-
ternyata tidak pernah menyinggung soal lam satu dekade terakhir, maraknya izin
evaluasi. Namun dalam Inpres Morato- pembukaan lahan telah menyebabkan
rium Sawit ini muncul mandat evaluasi produksinya meningkat. Tapi kenaikan-
pada KLHK untuk melakukan evaluasi nya tak seimbang dengan permintaan se-
atas pelepasan atau tukar menukar ka- hingga terjadi kelebihan produksi yang
wasan hutan yang telah diberikan kepa- mencapai 4,8 juta ton. Akibatnya, harga
da perkebunan kelapa sawit skala besar jualnya menjadi jatuh. Menilik lahan hu-
untuk menemukan kawasan hutan pro- tan yang dikonversi ke lahan sawit, In-
duktif yang belum dikonversi yang ter- donesia telah kelebihan lahan sekitar 960

31
Indra Nugraha, “Menteri Lingkungan Bakal Evaluasi 2,3 Juta Hektar Kebun Sawit di Kawasan
Hutan”, https://www.mongabay.co.id/2018/10/20/menteri-lingkungan-bakal-evaluasi-23-juta-hek-
tar-kebun-sawit-di-kawasan-hutan/, diakses tanggal 4 Januari 2019.
32
Wiko Saputra, “Selamat Datang Moratorium Sawit!“, Tempo, 26 September 2018.

199
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

ribu hingga 1 juta hektare.33 bentuk program kemitraan inti-plasma


Kedua, moratorium adalah momen- oleh perusahaan. Seharusnya, dalam
tum untuk penataan lahan sawit dan setiap pelepasan kawasan hutan, peru-
memperkuat legalitasnya. Saat ini luas sahaan wajib menyerahkan 20 persen la-
lahan sawit mencapai 11.9 juta hekta- han kepada masyarakat.35
re dan keberadaan lahannya sering kali Berangkat dari tiga poin tersebut,
bermasalah. Salah satunya berasal dari tata kelola lahan menjadi kunci pamung-
konversi hutan alam yang memicu defo- kas dalam menjamin diterapkannya
restasi. Auriga mencatat, 3,4 juta hektare prinsip pembangunan berkelanjutan,
lahan yang sudah ditanami sawit berada mengingat selama ini izin menjadi awal
di dalam kawasan hutan.34 untuk menentukan legalitas suatu lahan
Tidak ajegnya tata laksana perizinan sawit. Ketika proses pemberian izin su-
lahan sawit juga menjadi pemicu konflik dah ditunda, maka semestinya sejalan
lahan. Tak hanya menerabas kawasan dengan hal tersebut proses evaluasi izin
hutan, lahan-lahan itu juga tumpang-tin- yang sudah diberikan atau memastikan
dih dengan izin lainnya, seperti izin hu- bahwa seluruh lahan tutupan yang dibu-
tan tanaman industri dan pertambangan. ka sesuai dengan sebagaimana mestinya
Banyak juga izin yang berkonflik dengan untuk kemaslahatan bagi masyarakat.
masyarakat karena proses pengalihan Mempersoalkan tumpang tindih la-
haknya tak sesuai aturan. Moratorium han antara kawasan hutan dengan per-
sawit salah satunya bertujuan menyele- kebunan sawit dalam Inpres Moratorium
saikan hal itu. ini, tujuannya tak lepas dari keberadaan
Ketiga, mendukung program refor- perkebunan sawit dalam kawasan hutan
ma agraria. Marwah moratorium adalah yang sangat mungkin belum memiliki
juga perbaikan redistribusi lahan. Ba- status jelas atas lahannya. Studi UGM
nyak izin lahan sawit yang berasal dari menyebutkan bahwa terdapat 2,3 juta
pelepasan kawasan hutan tapi tidak di- hektare perkebunan sawit dalam kawa-
distribusikan kepada masyarakat dalam san hutan alias tumpang tindih.36 Prob-
33
Dewi Purningsih, “Inpres Moratorium Perkebunan Sawit Donong Penyerapan CPO”, https://
www.greeners.co/berita/inpres-moratorium-perkebunan-sawit-dorong-penyerapan-cpo/, diakses
tanggal 3 Mei 2019.
34
Wiko Saputra, op., cit.
35
Indonesia, Undang-Undang Perkebunan, UU No. 39 Tahun 2014, LN No. 308 Tahun 2014, TLN
No. 5613, Ps. 58.
36
Terdapat beragam data tentang luas perkebunan sawit dalam kawasan hutan. Menteri Ling-
kungan dan Kehutanan menyatakan luasnya sebesar 2,3 juta hektare (http://www. mongabay.
co.id/2018/10/20/menteri-lingkungan-bakal-evaluasi-23-juta-hektare-kebun-sawit-di-kawasan-
hutan/). Kajian UGM menunjukkan areal seluas 2,8 juta yang 35 persennya dikelola masyarakat, se-
dangkan sisanya oleh perusahaan sawit (lihat http://www.mongabay. co.id/2018/11/04/kajian-ugm-

200
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

lem ini juga yang menyandung imple- kelola perkebunan sawit yang sangat
mentasi ISPO sebagai instrumen wajib kompleks sehingga tercipta posisi yang
untuk usaha perkebunan sawit Indone- menguntungkan semua pihak.
sia yang berkelanjutan. Direktorat Jende- Lahan yang dijadikan areal pengem-
ral Perkebunan Kementerian Pertanian bangan perkebunan sawit banyak bera-
mencatat, dari 11,3 juta hektare lahan sal dari “kawasan hutan” yang sebelum-
perkebunan sawit nasional, masih ada nya telah menimbulkan konflik. Bahkan,
beberapa luasan yang bermasalah. Dari klaim kawasan hutan seluas 2/3 daratan
6,7 juta hektare lahan perkebunan sawit dapat disebut bentuk perampasan tanah
yang dikelola perusahaan besar swas- (hak) terdahsyat pasca Indonesia mer-
ta dan negara, sebanyak 800 ribu hek- deka. Menurut Soedomo, klaim tersebut
tare terindikasi berada dalam kawasan membuat masyarakat yang tadinya hi-
hutan. Selain itu, merujuk pada catatan dup damai menjadi resah karena dita-
Kemenko Bidang Perekonomian, sekitar brak oleh hukum sepihak.39 Pemukiman
2,5 juta hektare lahan belum memiliki mendadak disebut ilegal, dan banyak
kelengkapan Hak Guna Usaha (HGU).37 desa terjebak oleh kawasan hutan dan
Terlepas dari cakupan ruang lingkup seringkali disebut “desa berada dalam
Inpres yang belum menyasar perbaikan kawasan hutan”. Wilayah Indonesia ter-
tata kelola sawit secara keseluruhan,38 in- susun oleh puluhan ribu wilayah desa
struksi terkait evaluasi perizinan meru- artinya kawasan hutan sesungguhnya
pakan bagian penting karena berpotensi berada di dalam teritori desa, sehingga
menyelesaikan berbagai persoalan yang bukan terkontrol ada sebutan desa “di
menghambat tata kelola perkebunan sa- dalam kawasan hutan”.
wit berkelanjutan. Inpres Moratorium Konflik lahan di areal pengembang-
Sawit masih punya peluang besar seba- an perkebunan sawit mewakili kasus
gai kebijakan dapat menjadi pintu ma- yang beragam. Konflik lahan tersebut le-
suk dalam mengurai kompleksitas tata bih banyak disebabkan tata kelola peme-

28-juta-hektare-kebun-sawit-di-kawasan-hutan-65-milik-pengusaha-solusinya/). Sementara itu, Forest


Watch Indonesia (2017) menemukan seluas 8,9 juta hektare kawasan hutan tumpang tindih dengan
HPH, HTI, dan perkebunan sawit di 8 provinsi (http://www.mongabay.co.id/2017/12/13/kajian-fwi-
89-juta-hektare-lahan-tumpang-tindih-di-8-provinsi/).
37
Anonim, “Mengurai Kendala Skim Berkelanjutan Ala Indonesia”, https://www.infosawit.com/
news/8131/mengurai--kendala-skim-berkelanjutan-ala-indonesia, diakses tanggal 31 Desember 2018.
38
Anonim, “Policy Brief Membumikan Moratorium dan Evaluasi Perkebunan Sawit”, http://
sawitwatch.or.id/wp-content/uploads/2019/03/Policy-Brief_Membumikan-Moratorium-dan-Evalu-
asi-Perkebunan-Sawit.pdf, diakses tanggal 3 Mei 2019.
39
Anggiana G. Adinugraha, et.al, Tata Kelola Perkebunan Sawit di Indonesia Studi Kasus di Provinsi
Riau dan Kalimantan Barat, Cetakan ke-1, (Bogor: Forci Development Fakultas Kehutanan Institut Perta-
nian Bogor, 2018), hlm. 141-142.

201
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

rintahan dan pengaturan agraria yang ga gerakan sosial memaknai mandat


buruk. Ketika tata kelola pemerintahan evaluasi perizinan tidak semata sempit
dan pengaturan agraria masih buruk, sebagai mengevaluasi seluruh perizinan
apapun jenis usaha atau komoditas yang industri. Dengan Teori Politik Hijau John
diusahakan berpotensi menghadirkan Barry sesuai dengan prinsip komitmen
konflik. Karena itu, penyebab konflik se- usaha untuk mencapai keberlangsungan
mestinya tidak dialamatkan hanya pada ekologi, maka mandat evaluasi perizinan
perusahaan perkebunan sawit, tetapi di- dapat diartikulasikan sebagai upaya tata
alamatkan pada buruknya tata pemerin- kelola lahan, sebab selama ini izin hanya
tahan dan pengaturan agraria, serta ke- satu dari penyebab masalah lainnya.
timpangan alokasi lahan antara kawasan Pendekatan tersebut dapat dimulai
hutan dan bukan kawasan hutan.40 dengan mengaitkan moratorium sawit
Impian perbaikan tata kelola lahan dengan program reforma agraria. Me-
tentu saja menjadi sangat jauh mengi- nurut Tenaga Ahli Utama Kantor Staf
ngat mandat KLHK tentang evaluasi izin Presiden, Usep Setiawan, dari buku khu-
yang terbatas. Berdasarkan hasil evalua- sus arahan KSP, kementerian dan lem-
si, ada lima pemangku kebijakan yakni baga terkait harus melakukan evaluasi
Bupati dan Gubernur, Kementerian Ag- izin usaha perkebunan sawit maupun
raria dan Tata Ruang (ATR/BPN), Men- hutan tanaman industri sebagai lang-
teri LHK, serta Menteri Pertanian yang kah prasyarat menuju reforma agraria.
diberi mandat untuk melakukan ‘lang- Alasannya, sebagian tanah obyek refor-
kah-langkah tindak lanjut’ yang diputus- ma agrarian diimajinasikan berasal dari
kan dalam ‘rapat koordinasi’ yang akan eks HGU, termasuk HGU terlantar, tak
diselenggarakan oleh Menko Bidang diperpanjang maupun yang berkonflik
Perekonomian. Oleh karena itu, penting dengan masyarakat. 41
untuk berpikir melampaui teks kebijak- Dalam pelaksanaannya, Perpres Re-
an dengan cara pandang lain supaya ti- forma Agraria42 sama seperti Inpres Mo-
dak terbatas melihat kebijakan hukum ratorium sawit yang dikoordinir Menteri
secara literal. Koordinator Bidang Perekonomian. Per-
Dalam kerangka ini penting untuk pres Reforma Agraria mengatur soal ke-
mengadopsi Teori Politik Hijau, sehing- beradaan Tim Reforma Agraria Nasional

Ibid.
40

Lusia Arumingtyas, “Moratorium Sawit Bisa Dorong Percepatan Reforma Agraria”, https://
41

www.mongabay.co.id/2018/09/04/moratorium-sawit-bisa-dorong-percepatan-reforma-agraria/, di-
akses tanggal 3 Mei 2019.
42
Indonesia. Peraturan Presiden tentang Reforma Agraria, Perpres No. 86 Tahun 2018.

202
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

yang diketuai Menteri Koordinator Bi- Inpres Moratorium Sawit tidak berman-
dang Perekonomian dan dibantu Gugus faat. Pelaksanaan Inpres tersebut tetap
Tugas Reforma Agraria (GT RA) yang penting untuk dikawal.
meliputi GT RA Pusat, Provinsi, dan Kedua, Inpres Moratorium Sawit ma-
Kota/Kabupaten. Mekanisme dan tata sih memiliki peluang untuk menyele-
kerja Tim Reforma Agraria diatur lebih saikan masalahnya jika kebijakan ini di-
lanjut oleh Peraturan Menteri Koordi- maknai menggunakan seperangkat nilai
nator Bidang Perekonomian, sedangkan Teori Politik Hijau untuk mengartikula-
mekanisme dan tata kerja GT RA diatur sikannya. Hal tersebut untuk menghin-
dalam Peraturan Menteri (tidak disebut- dari pemaknaan sempit yang biasanya
kan). Perpres RA mewajibkan GT RA di dilakukan oleh para birokrat dengan
tingkat Pusat, Provinsi, dan Kota/Kabu- membaca literal peraturan hukum. Arti-
paten dibentuk selambat-lambatnya tiga kulasi dengan nilai-nilai Teori Politik Hi-
bulan setelah Perpres tersebut disahkan. jau dapat digunakan sebagai salah satu
Dalam kerangka tersebut jika dapat di- cara melampaui teks kebijakan tersebut,
pastikan bahwa Tim Kerja dalam Inp- salah satunya dengan mengontekskan
res Moratorium Sawit dan GT RA dapat moratorium dengan reforma agraria.
bekerja secara sinergis, serta menjamin
bahwa rapat konsolidasi Tim Kerja Inp-
res Moratorium.

V. Penutup
Penulis berpendapat bahwa keter-
kaitan Inpres Moratorium Sawit dengan
kebijakan hijau sesuai dengan Teori Poli-
tik Hijau dapat dipahami sebagai:
Pertama, Inpres Moratorium Sawit
bukanlah kebijakan hijau sebagaimana
dimaksud oleh Teori Politik Hijau. Hal
tersebut disebabkan hanya ada satu kri-
teria Teori Politik Hijau yang dipenuhi
oleh kebijakan ini yakni mencapai ke-
berlanjutan ekologis, meski masih da-
lam tataran imajinasi cita-cita kebijakan
ini. Namun kegagalan menjadi kebijak-
an berkelanjutan, tidak lantas membuat

203
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

DAFTAR PUSTAKA Barat. Cetakan ke-1. Bogor: Forci De-


Peraturan Perundang-Undangan velopment Fakultas Kehutanan Insti-
tut Pertanian Bogor. 2018.
Indonesia. Undang-Undang Per­kebunan.
UU No. 39 Tahun 2014. LN No. 308 Barry, John. Green Political Theory. Lon-
Tahun 2014. TLN No. 5613. don: Routledge. 2014.

_____. Peraturan Presiden tentang Refor- Hartono, Sunaryati. Politik Hukum Menu-
ma Agraria, Perpres No. 86 Tahun ju Satu Sistem Hukum Nasional. Ban-
2018. dung: Alumni. 1991.

_____. Instruksi Presiden Republik Indo- Indrati, Maria Farida. Ilmu Perundang-
nesia tentang Penundaan Pemberian Undangan: Dasar dan Cara Pembentuk-
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata annya. Yogyakarta: Kanisius. 2007.
Kelola Hutan Alam Primer dan La- Iskandar, J. Kapita Selekta teori Adminis-
han Gambut. Inpres No. 10 Tahun trasi Negara. Bandung: Puspaga. 2012.
2011. Islamy. Prinsip-prinsip Perumusan Kebi-
_____. Instruksi Presiden Republik Indo- jakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.
nesia tentang Penundaan Pemberian 1997.
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Mas’oed, M. Ilmu Hubungan International:
Kelola Hutan Alam Primer dan La- Disiplin dan Metodologi. Jakarta:
han Gambut. Inpres No. 6 Tahun LP3ES. 1994.
2013.
MD, Moh. Mahfud. Politik Hukum di In-
_____. Instruksi Presiden Republik Indo- donesia. Jakarta: Raja Grafindo. 2014.
nesia tentang Penundaan Pemberian
Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Nugroho. Kebijakan Publik, Formulasi, Im-
Kelola Hutan Alam Primer dan La- plementasi dan Kebijakan. Jakarta: Gra-
han Gambut. Inpres No. 6 Tahun media. 2003.
2017. Pepper, David. Environmentalism, da-
_____. Instruksi Presiden Republik Indo- lam Understanding Contemporary
nesia tentang Penundaan dan Evalu- (Theoris and the Present). London:
asi Perizinan Perkebunan Kelapa Sa- SAGE Publication. 2000.
wit Sera Peningkatan Produktivitas
Perkebunan Kelapa Sawit. Inpres
Lain-lain
No. 8 Tahun 2018.
Adinugraha, Anggiana G. dkk, Tata Ke-
lola Perkebunan Sawit di Indonesia Stu-
Buku di Kasus di Provinsi Riau dan Kaliman-
Adinugraha, Anggiana G. et.al. Tata Kelo- tan Barat; Bogor: Forci Development
la Perkebunan Sawit di Indonesia Studi Fakultas Kehutanan Institut Pertani-
Kasus di Provinsi Riau dan Kalimantan an Bogor. 2018.

204
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Agustiyanti. “Kementan Klaim Sawit _____. “Mengurai Kendala Skim Berke-


Sumbang Devisa Negara Rp239 Trili- lanjutan Ala Indonesia”, https://
un.” https://www.cnnindonesia. www.infosawit.com/news/8131/
com/ekonomi/20170829150806-92- mengurai--kendala-skim-berkelan-
238106/kementan-klaim-sawit-sum- jutan-ala-indonesia. diakses tanggal
bang-devisa-negara-rp239-triliun. 31 Desember 2018.
diakses tanggal 13 Oktober 2018. _____. “Policy Brief Membumikan Mora-
Amalia, Fitri. “Update Harga TBS Kela- torium dan Evaluasi Perkebunan Sa-
pa Sawit September 2018, Semakin wit.” http://sawitwatch.or.id/wp-
Membaik.” http://jambi.tribun- content/uploads/2019/03/
news.com/2018/09/10/update- Policy-Brief_Membumikan-Morato-
harga-tbs-kelapa-sawit-7-23-septem- rium-dan-Evaluasi-Perkebunan-
ber-2018-semakin-membaik. diakses Sawit.pdf. diakses tang­­gal 3 Mei
tanggal 26 Januari 2019. 2019.

Anonim. “Minyak Kelapa Sawit.” htt- _____. “Policy Brief Rasionalitas Morato-
ps://www.indonesia-investments. rium Sawit.” http://sawitwatch.or-
com/id/bisnis/komoditas/ minyak- .id/wp-content/uplo ads/2017/07/
sawit/item166. diakses tanggal 13 Full-rasionalitas-moratorium-sawit2.
Oktober 2018. pdf. diakses tanggal 2 Januari 2019.

_____. “Analisis Substansi Inpres Mora- Arumingtyas, Lusia dan Indra Nugraha.
torium Sawit 2018.” https://madani- “Akhirnya, Inpres Moratorium Per-
berkelanjutan.id/2018/09/28/anali- kebunan Sawit Terbit.” https://
sis-substansi-inpres-moratorium- www.mongabay.co.id/2018/09/20/
sawit-2018/. diakses tanggal 28 akhirnya-inpres-moratorium-perke-
Januari 2019. bunan-sawit-terbit/. diakses tanggal
2 Januari 2005.
_____. “Enam Tahun Memperbaiki Tata
Kelola Hutan dan Lahan Gambut: Arumingtyas, Lusia. “Moratorium Sawit
Sebuah Evaluasi atas Pelaksanaan In- Bisa Dorong Percepatan Reforma
struksi Presiden Tentang Penundaan Agraria.” https://www.mongabay.
Pemberian Izin Baru dan Penyem- co.id/2018/09/04/moratorium-
purnaan Tata Kelola Hutan Alam sawit-bisa-dorong-percepatan-
Primer dan Lahan Gambut.” http:// reforma-agraria/. diakses tanggal 3
www.mongabay.co.id/wp-content/ Mei 2019.
uploads/2017/05/Kertas-Kebijakan- Dictionary. “Definition of Moratorium
Moratorium-dari-Koalisi.pdf. diak- from the Cambridge Advanced Lear-
ses pada tanggal 3 Mei 2019. ner’s Dictionary & Thesaurus.” htt-

205
Jurnal Hukum Lingkungan Indonesia, Vol. 5, No. 2, 2019: Halaman 186-207

ps://dictionary.cambridge.org/dic- 23-juta-hektar-kebun-sawit-di-kawa-
tionary/english/moratorium. san-hutan/. diakses tanggal 4 Janua-
diakses tanggal 2 Januari 2019. ri 2019.
Firmansyah, Nurul. “Moratorium Izin Purningsih, Dewi. “Inpres Moratorium
Hutan dan Gambut, Berjilid-jilid Perkebunan Sawit Donong Penye-
(Tanpa) Ada Perbaikan?” https:// rapan CPO.” https://www.greeners.
www.mongabay.co.id/2017/05/28/ co/berita/inpres-moratorium-per-
opini-moratorium-izin-hutan-dan- kebunan-sawit-dorong-penyerapan-
gambut-berjilid-jilid-tanpa-ada-per- cpo/. diakses tanggal 3 Mei 2019.
baikan/. diakses tanggal 3 Januari Saputra, Wiko. “Selamat Datang Morato-
2019. rium Sawit!” Tempo. 26 September
Mezariani G, Kania. “Kelapa Sawit: An- 2018.
tara Kebijakan Ketahanan Energi Saturi, Sapariah. “Akhirnya, Inpres Mo-
Dan Climate Change Uni Eropa, Ser- ratorium Perkebunan Sawit Terbit”.
ta Respon Pemerintah Indonesia.” https://www.mongabay.co.
http://perpustakaan.elsam.or.id/in- id/2018/09/20/akhirnya-inpres-
dex.php?p=show_deta- moratorium-perkebunan-sawit-ter-
il&id=15289&keywords=kelapa+sa- bit/. diakses tanggal 2 Januari 2019.
wit. diakses tanggal 9 Oktober 2018.
Sihombing, Martin. “Beginilah Geliat In-
Mongabay Indonesia. “Rangkuman: Me- dustri Sawit, Si Emas Hijau.” http://
lacak Komitmen Presiden Jokowi da- industri.bisnis.com/read
lam Pengelolaan Lingkungan di In- /20180205/99/734393/beginilah-
donesia.” https://www.mongabay. geliat-industri-sawit-si-. diakses
co.id/2016/07/31/rangkuman- tanggal 13 Oktober 2018.
melacak-komitmen-presiden-
jokowi-dalam-bidang-pengelolaan- Spross, Hans. “Uni Eropa Tunda Larang-
lingkungan-di-indonesia/. diakses an Sawit Hingga 2030,” https://
tanggal 1 Januari 2019. www.dw.com/id/uni-eropa-tunda-
larangan-sawit-hingga-
Murdiyarso, D. et. al. “Moratorium hutan 2030/a-44315242. diakses tanggal 26
Indonesia: Batu loncatan untuk mem- Januari 2019.
perbaiki tata kelola hutan?” https://
www.cifor.org/library/3631/. diak- Suastha, Riva. “WALHI Tagih Janji Joko-
ses tanggal 2 Januari 2019. wi Selesaikan Konflik Lingkungan.”
https://www.cnnindonesia.com/
Nugraha, Indra. “Menteri Lingkungan nasional/20160602195942-20135483/
Bakal Evaluasi 2,3 Juta Hektar Kebun walhi-tagih-janji-jokowi-selesaikan-
Sawit di Kawasan Hutan.” https:// konflik-lingkungan. diakses tanggal
www.mongabay.co.id/2018/10/20/ 1 Januari 2019.
menteri-lingkungan-bakal-evaluasi-

206
Sekar Banjaran Aji
Moratorium Sawit Jokowi dalam Perspektif Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan ala Politik Hijau

Susanto, Ichwan. “Presiden Jokowi Bu-


barkan BP-REDD dan DNPI.”  htt-
ps://sains.kompas.com/
read/2015/01/28/18352191/Presi-
den.Jokowi.Bubarkan.BP-REDD.
dan.DNPI. diakses tanggal 1 Mei
2019.
Tobing, Letezia. “Perbedaan Keputusan
Presiden Dengan Instruksi Presi-
den.” https://www.hukumonline.
com/klinik/detail/lt50cf39774d2ec/
perbedaan-keputusan-presiden-
dengan-instruksi-presiden/. diakses
tanggal 1 Januari 2019.
Waluyo, Joko. “Urgensi Kebijakan Mora-
torium Perkebunan Kelapa Sawit di
Indonesia”, https://www.tuk.or.
id/2017/09/17/urgensi-kebijakan-
moratorium-perkebunan-kelapa-
sawit-di-indonesia/. diakses tanggal
3 Mei 2019.

207

Anda mungkin juga menyukai