ANGGOTA :
- IRWANSYAH - WANDA
- URIF HARJAN - SITI KHODIJAH
- JUNISDI – DIAN LAILI
- BAYU - ZHIZA AZZAHRA
- M FARHAN - SYIFA NUR APRILIA
- EKI JULIANSYAH – ARINTA PRIMANDINI A
- RAYHAN BIMA - LAILI THOIBI
- M. NAUFAL - AMANDA AULIA
- ARRAHMAN – AULIA NURBAITI
- M. RIZKY R - TITI EMPATI
- HAIKAL PASARIBU - SITI HANI
- AFITARIO - IMAS REZA
- AGUS KHAMARUL - ANNISA SYIFA
- BAGAS - NAZICHATUZ Z
PROGRAM KOMPOSTING
MTs Negeri 2 SANGGAU
2019
A. Latar Belakang
Sampah merupakan permasalahan, bukan hanya bagi kota-kota besar di Indonesia tetapi
juga di kota-kota besar di dunia. Sehingga masalah penanganan sampah menjadi sangat
penting, agar sampah tidak menggunung karena timbunan dan menyebabkan banjir, longsor,
dan lain-lain. Apabila dilakukan pengolahan yang tepat terhadap sampah itu, maka akan
menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bahkan bernilai jual tinggi.
Pengolahan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemrosesan, pendaur-
ulangan, atau pembuangan dari material sampah. Kalimat ini biasanya mengacu pada
material sampah yang dihasilkan dari kegiatan manusia, dan biasanya di kelola untuk
mengurangi dampaknya terhadap kesehatan, lingkungan, atau keindahan. Pengolahan sampah
juga dilakukan untuk memulihkan sumber daya alam. Pengelolahan sampah bisa melibatkan
zat padat, cair, gas, atau radio aktif dengan metode dan keahlian khusus untuk masing-masing
jenis zat.
Sampah dilingkungan MTsN 2 Sanggau cenderung terbagi dalam sampah
organik berupa daun-daun, rumput, atau sisa tanaman dan sampah anorganik yang terbagi
dalam sampah kertas dan sampah plastik pembungkus makanan atau minuman. Sedangkan
sampah yang tergolong B3 dari lingkungan sekolah dapat berupa baterai bekas, botol-botol
atau siring bekas tinta printer, dan botol-botol bekas laboratorium.
B. Pengertian Komposting
Udara (oksigen),
Air (kelembaban),
Bahan organik,
Temperatur.
Secara alami bahan-bahan organik akan mengalami penguraian di alam dengan bantuan
mikroba maupun biota tanah lainnya. Namun proses pengomposan yang terjadi secara alami
berlangsung lama dan lambat. Untuk mempercepat proses pengomposan ini telah banyak
dikembangkan teknologi-teknologi pengomposan. Baik pengomposan dengan teknologi
sederhana, sedang, maupun teknologi tinggi. Pada prinsipnya pengembangan teknologi
pengomposan didasarkan pada proses penguraian bahan organik yang terjadi secara alami.
Proses penguraian dioptimalkan sedemikian rupa sehingga pengomposan dapat berjalan
dengan lebih cepat dan efisien. Teknologi pengomposan saat ini menjadi sangat penting artinya
terutama untuk mengatasi permasalahan limbah organik, seperti untuk mengatasi masalah
sampah di kota-kota besar, limbah organik industri, serta limbah pertanian dan perkebunan.
Teknologi pengomposan sampah sangat beragam, baik
secara aerobik maupun anaerobik, dengan atau tanpa aktivator pengomposan. Aktivator
pengomposan yang sudah banyak beredar antara lain: PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec,
SuperDec, ActiComp, BioPos, EM4, Green Phoskko Organic Decomposer dan SUPERFARM
(Effective Microorganism) atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos
(vermicompost). Setiap aktivator memiliki keunggulan sendiri-sendiri.
Pengomposan secara aerobik paling banyak digunakan, karena mudah dan murah untuk
dilakukan, serta tidak membutuhkan kontrol proses yang terlalu sulit. Dekomposisi bahan
dilakukan oleh mikroorganisme di dalam bahan itu sendiri dengan bantuan udara. Sedangkan
pengomposan secara anaerobik memanfaatkan mikroorganisme yang tidak membutuhkan udara
dalam mendegradasi bahan organik.
Hasil akhir dari pengomposan ini merupakan bahan yang sangat dibutuhkan untuk
kepentingan tanah-tanah pertanian di Indonesia, sebagai upaya untuk memperbaiki
sifat kimia, fisika dan biologi tanah, sehingga produksi tanaman menjadi lebih tinggi. Kompos
yang dihasilkan dari pengomposan sampah dapat digunakan untuk menguatkan struktur lahan
kritis, menggemburkan kembali tanah pertanian, menggemburkan kembali tanah petamanan,
sebagai bahan penutup sampah di TPA, eklamasi pantai pasca penambangan, dan sebagai
media tanaman, serta mengurangi penggunaan pupuk kimia.
C. Proses Pengomposan
Tahapan pengolahan daun menjadi pupuk kompos :
Ciri – ciri kompos yang sudah jadi yaitu bentuk, bau dan warnanya sudah mirip dengan
tanah, hitam kecoklatan, bila diremas terasa rapuh, suhunya sekitar 35 C. Bila sudah
memenuhi cirri - ciri tersebut berarti kompos yang sudah di buat telah jadi dan tumpukan
kompos siap dibongkar.
Sebelum kompos itu digunakan. Kompos harus diangin-anginkan terlebih dahulu
untuk menurunkan kadar airnya hingga tinggal 15% dengan cara hamparkan di lantai atau
karung alas yang lebar kemudian dibolak balik seperti menjemur padi. Bila sudah selesai siap
untuk dikemas atau digunakan sendiri sebagai media tanam.
1. Bahan warna hijau, maksudnya bahan yang banyak mengandung nitrogen, hijauan dapat
diperoleh dari daun-daunan, rumput dari halaman dan lain sebagainya.
2. Bahan warna coklat. Maksudnya bahan yang mengandung carbon yang biasanya berwarna
coklat misalnya sekam, jerami, gergajian kayu, daun kering, potongan kertas dan kardus.
3. Kelembapan
4. Udara
Program
No Kegiatan
Komposting
(Membusukkan
sampah organic menjadi
kompos).
Nama Kader
No Hari
Putra Putri
M. Naufal Najichatuz Z
7 Minggu
Bagas Wanda
4. Hasil karya siswa dari bahan plastic dan botol, dan berbagai barang bekas lainnya.