Anda di halaman 1dari 40

BIOLOGI UMUM

Untuk Rumpun Kesehatan & Rumpun Sains dan Teknologi

BAHAN AJAR

DIKTAT 2

SEL: UNIT DASAR


KEHIDUPAN

Modul Universitas Indonesia


DAFTAR POKOK BAHASAN

2. 1 SEL SEBAGAI UNIT TERKECIL MAKHLUK HIDUP

2. 1. 1 Sejarah Penemuan Sel


2. 1. 2 Ukuran dan Tipe Sel
2. 1. 3 Perbandingan Sel Tumbuhan dan Hewan
2. 1. 4 Teknik Pengamatan Sel

2. 2 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

2. 2. 1 Keragaman Struktur Sel


2. 2. 2 Fungsi Sel

2. 3 ORGANEL DAN FUNGSI ORGANEL

2. 3. 1 Struktur Biomembran
2. 3. 2 Transport Membran
2. 3. 3 Fungsi Organel

2. 4 PERAN ORGANEL DAN SEL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

2. 4. 1 Pembacaan Genom Malaria dan Manfaat untuk Pengobatan


2. 4. 2 Klorofil sebagai Makanan Penambah Stamina
2. 4. 3 Peran DNA Mitokondria dalam Bidang Forensik
2. 4. 4 DNA Barcoding

2. 5 KONSEP VIRUS

2. 5. 1 Pengertian Virus
2. 5. 2 Klasifikasi Virus
2. 5. 3 Struktur Tubuh Virus
2. 5. 4 Beberapa Contoh Penyakit yang Disebabkan oleh Virus

2. 6 KASUS-KASUS KESEHATAN KARENA DISORDER SEL

2. 6. 1 Penyakit Sickle Cell Anemia


2. 6. 2 Penyakit Autoimun

2. 8 DAFTAR ACUAN

2
2. 1 SEL SEBAGAI UNIT TERKECIL MAKHLUK HIDUP

2. 1. 1 Sejarah Penemuan Sel

Seperti apa sel itu? Ada apa di dalam sel? Apa fungsi dari tiap-tiap
bagian penyusun sel? Di sini, Anda sebaiknya mengingat kembali jasa para
ilmuwan, seperti A.V. Leeuwenhoek (1632-1223), Robert Hooke (1635-1703),
M.J. Schleiden (1838), T. Schwann (1839), dan Rudorlf Virchow (1858). Konsep
sel mulai diketahui berkat pengamatan-pengamatan mereka, sehingga saat ini
dapat diketahui bahwa semua organisme terdiri atas sel. Sel merupakan satu
unit struktur dan fungsi dari suatu makhluk hidup, dan bahwa sel berasal dari sel
sebelumnya. Perhatikan perbedaan dengan asal-usul kehidupan, yang telah
dibicarakan pada Modul 1.

2. 1. 2 Ukuran dan Tipe Sel

Seberapa besarkah sel itu? Sel itu berukuran kecil. Seberapa kecil?
Sebagian besar sel berdiameter kurang dari 50 µm. Contoh, sel bakteri
(Escherichia coli) berukuran panjang 1--5 µm, sel alga (Chlamydomonas)
berukuran 5--6 µm, sel darah merah berdiameter 7--8 µm, dan sel tumbuhan 10--
100 µm.
Perlukah pemahaman tentang ukuran? Sangat penting, karena di
dalamnya terkandung konsep logika. Saat ini, banyak ilmuwan yang menekuni
nanoteknologi. Nanoteknologi tidak akan pernah ada, jika ilmuwan mengabaikan
konsep ukuran. Selain ukuran, diperlukan pula pemahaman konsep ruang,
mengingat objek di alam berdimensi tiga. Konsep ruang akan membantu Anda
dalam memahami struktur sel, organel, dan fungsinya.
Perhatikan kuku ibu jari tangan Anda, dan bandingkan dengan gambar
berikut. Lihat dan cermati, serta bayangkanlah ukuran-ukuran tersebut di benak
Anda.

3
Gambar 7. 1 Perbandingan ukuran organisme
[Sumber: Campbell, dkk., 2008.]

2. 1. 3 Perbandingan Sel Tumbuhan dan Hewan

Jika berbicara di tingkat sel, perlu


diingat bahwa ada ahli biologi yang
mengelompokkan sel, berdasarkan
strukturnya, menjadi dua tipe sel, yaitu sel
prokariotik dan sel eukariotik (lihat Modul 1
dan 4). Sel prokariotik tidak memiliki
membran inti, sedangkan sel eukariotik
memiliki membran inti. Anggota dari
organisme yang eukariotik adalah
sebagian dari protista, fungi, tumbuhan,
dan hewan.
Meskipun setiap makhluk hidup
terdiri atas sel, namun tidak berarti semua
bagian-bagian selnya selalu sama. Hal itu
disebabkan keragaman makhluk hidup
yang ada dan kaitan struktur dengan fungsi
Gambar 7. 2 Sel eukariot dan
prokariot
[Sumber: www.cod.edu, 2000] 4
sel. Sebagai contoh, perbandingan antara sel tumbuhan dan sel hewan.
Perhatikan gambar-gambar berikut beserta bagian-bagiannya.

Gambar 7. 3 Perbandingan sel hewan dan tumbuhan


[Sumber: http://evolution.berkeley.edu]

Jika gambar tersebut dicermati dan dibuat perbandingannya, maka Tabel


2.1 di bawah merupakan ringkasan perbandingan bagian-bagian sel tumbuhan
dan hewan.

Tabel 2.1 Perbandingan sel tumbuhan dan hewan dilihat dari bagian
bagian sel yang terdapat pada sel
Bagian-bagian sel Tumbuhan Hewan Bakteri
Dinding sel ada tidak ada ada
Membran sel (membran
ada ada ada
plasma); satu lapis
Mitokondria, membran
mitokondria 2 lapis (double- ada ada -
membrane system)
Kloroplas, membran
ada tidak ada tidak ada
kloroplas 2 lapis
Nukleus, membran nukleus
ada ada tidak ada
2 lapis

5
Nukleolus ada ada tidak ada
Aparatus golgi ada ada tidak ada
Ribosom ada ada ada
Vakuola ada ada tidak ada
Sitoskeleton ada ada rudimenter
Sentriol Tidak ada ada tidak ada
Vesikula Tidak ada
ada atau ada ?
tetapi kecil
Lisosom ada, sebagai
biasanya ada tidak punya
sferosom

2. 1. 4 Teknik Pengamatan Sel

Mengingat ukuran sel yang kecil dan


tidak dapat dilihat oleh mata telanjang, adakah
alat dan cara untuk melihat dan mempelajari
sel? Pemahaman akan teori fisika khususnya
lensa, telah mengantarkan manusia pada suatu
alat yang disebut mikroskop. Dimulai dari
Antonie van Leeuwenhoek dan Robert Hook,
yang menggunakan kaca pembesar hingga
dibuat mikroskop, dan kini sampai pada
mikroskop elektron, sehingga manusia dapat
mempelajari sel dengan lebih baik. Perlu
Gambar 7. 4 Mikroskop
diingat, mikroskop elektron dapat dibuat [Sumber: http://biology.unm.edu]
karena selain pemahaman teori fisika dan
objek atau materi biologi, juga akibat pemahaman konsep kimia dan matematika.

6
Gambar 7.5 Satu perangkat
mikroskop elektron.
[Sumber: http://techluver.com, 2007]

2. 2 STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

2. 2. 1 Keragaman Struktur Sel

Di alam ini, setiap makhluk hidup tersusun atas sel, baik satu sel maupun
banyak sel. Sel-sel tersebut, dalam konteks makhluk hidup, berasal dari
pembelahan sel sebelumnya. Setelah terjadi pembelahan, sel-sel anakan akan
tumbuh mejadi besar, yang berarti ada penambahan isi dan luas permukaan sel.
Secara umum sel dibagi ke dalam 2 bagian, yaitu bagian inti dan
sitoplasma. Bagian inti mengandung DNA yang merupakan unit yang
menyimpan informasi hereditas untuk pertumbuhan dan reproduksi sel.
Sitoplasma memiliki beberapa peranan penting. Salah satu yang terpenting

7
adalah tempat pembentukan energi yang akan digunakan untuk mengkonversi
energi cahaya pada fotosintesis.
Beragamnya bentuk struktur sel dapat dilihat melalui 3 pendekatan, yaitu
sitologi, biokimia, dan genetik. Secara sitologi, bentuk sel dapat diamati dengan
menggunakan mikroskop cahaya sampai mikroskop elektron. Pendekatan
sitologi hanya dapat mengamati bentuk permukaan sel saja. Pendekatan secara
biokimia adalah melihat sel secara fungsi. Setiap sel memiliki fungsi tertentu
sesuai dengan reaksi biokimia yang dihasilkannya. Pendekatan terakhir adalah
pendekatan secara genetik, yaitu melihat susunan materi genetik yang dimiliki
oleh sel. Setiap sel memiliki materi genetik yang berbeda sehingga
menghasilkan bentuk sel beragam pula.

2. 2. 2 Fungsi Sel

Sel secara umum disusun atas empat elemen dasar, yaitu karbon,
hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Komponen-komponen dasar tersebut akan
bergabung membentuk atom atau molekul yang lebih kompleks seperti protein,
karbohidrat, lemak, dan materi genetik. Sel mempunyai beberapa fungsi dasar
untuk mendukung kehidupan dan regenerasi sel. Beberapa fungsi dasar sel
tersebut, antara lain:
1. mengambil makanan dan oksigen dari lingkungan sekitar,
2. menghasilkan beberapa reaksi kimia yang menggunakan makanan dan
oksiegen untuk menghasilkan energi,
3. menghasilkan CO2 dan produk sisa metabolisme yang akan dibuang ke
lingkungan,
4. menghasilkan protein dan komponen lain yang dibutuhkan untuk
pembentukan struktur sel, pertumbuhan sel, dan menghasilkan fungsi sel
yang lain,
5. mengkontrol pertukaran materi dari sel dengan lingkungan sekitar,
6. iritabilitas dan respons terhadap perubahan lingkungan sekitar,
2. reproduksi,
8. mengatur komunikasi antar sel.
Beberapa jaringan yang tersusun atas beberapa sel yang mempunyai
fungsi khusus antara lain:

8
Epidermis, mempunyai bentuk sel tepi yang rata, sering terlapisi oleh
lapisan kutikula yang tebal, melindungi seluruh bagian utama tumbuhan.
Berbagai tipe sel dapat ditemukan di epidermis, seperti sel penjaga, trikom, dan
rambut-rambut akar. Sel-sel penyusun epidermis berasal dari protoderm.

Lapisan epidermis
Jaringan palisade parenkim
Jaringan spons parenkim

Gambar 7.6 Sayatan penampang daun


[Sumber: Radbound University Nijmegen]

Sel penjaga merupakan sepasang sel yang berada di sisi stomata, yaitu
tempat terjadinya pertukaran udara dan air. Stomata banyak terdapat di bagian
epidermis daun. Proses pertukaran udara dan air banyak terjadi di stomata
daun. Umumnya stomata lebih sering terletak di bawah permukaan daun
daripada di atas permukaan daun.
Trikom merupakan modifikasi dari lapisan epidermis yang berbentuk
seperti rambut. Banyak ditemukan di batang, daun, dan organ reproduksi. Daun
dengan rambut-rambut halus biasanya diselubungi oleh trikom yang dapat
terlihat dengan jelas menggunakan mikroskop. Trikom memiliki peranan penting
dalam menjaga permukaan daun tetap dingin dan mengurangi proses
penguapan air.

9
Rambut-rambut akar merupakan pemanjangan dari sel-sel epidermis
yang banyak terjadi di bagian ujung akar. Rambut-rambut akar menjaga akar
agar tetap berhubungan dengan sekeliling yang berupa tanah. Rambut akar
berfungsi memperluas permukaan akar sehingga penyerapan air dan mineral
menjadi lebih efektif.
Xylem, merupakan jaringan pada tanaman yang menyalurkan air untuk
melarutkan mineral yang ada di tubuh tumbuhan. Melalui xylem, air dari akar
sampai ke atas
batang melalui
aliran yang
tidak terputus.
Proses
pelarutan
mineral, ion
anorganik,
seperti nitrat
dan fosfat,
diambil melalui
akar masuk ke
daun
dilepaskan ke
udara dalam
Gambar 7. 7 Sayatan penampang batang Helianthus
bentuk uap [Sumber: http://sols.unlv.edu]

lewat stomata. Xylem primer berasal dari prokambium yang berasal dari
meristem apikal, sedangkan xylem sekunder berasal dari kambium vaskular dari
meristem lateral.
Floem, merupakan jaringan yang mengatur transportasi makanan dari
daun ke seluruh organ pada tumbuhan vaskular. Fungsi utamanya adalah
membawa materi organik dari satu bagian ke bagian yang lain dari tumbuhan.
Terdapat 2 tipe pemanjangan sel dalam floem, yaitu sel penyaring dan sel
penyaring berbentuk tabung (serabut). Sel penyaring terdapat pada tumbuhan
tidak berbiji (Gymnospermae), sedangkan sel penyaring berbentuk tabung
banyak terdapat di tumbuhan Angiospermae. Jaringan fiber dan parenkim juga
dapat ditemukan di floem.

10
Palisade, merupakan lapisan yang berada di bawah epidermis yang
terdapat di bagian daun. Beberapa tumbuhan tertentu, seperti beberapa jenis
Eucalyptus, mempunyai daun yang menggantung ke bawah. Jaringan palisade
tumbuhan tersebut terdapat di kedua sisi daun. Palisade merupakan bagian dari
mesofil daun, tersusun dengan kloroplas dan biasanya terdapat di dekat
permukaan daun.
Epitel, merupakan membran yang melindungi setiap permukaan tubuh.
Seperti halnya epidermis yang melindungi bagian terluar dari kulit, bagian
permukaan dalam sel pencernaan misalnya, juga dilindungi oleh suatu lapisan,
yaitu epitel yang berasal dari endoderm. Membran epitel berfungsi seperti
penghalang yang menghalangi setiap subtansi yang masuk. Selain itu, membran
epitel juga memiliki fungsi sebagai pelindung jaringan yang ada di bawahnya dari
kerusakan secara mekanis. Terdapat 2 jenis epitel, yaitu epitel sederhana dan
bertingkat. Jenis-jenis tersebut dibagi lagi berdasarkan bentuk selnya, yaitu
squamous, kuboidal, dan kolumnar. Squamous mempunyai bentuk sel yang
rata, kuboidal bentuk selnya tebal dan memanjang, dan kolumnar bentuk selnya
lebih panjang daripada lebarnya.

11
Gambar 7. 8 Tipe-tipe sel epitel
[Sumber: Campbell dkk. 1999]

Sel saraf, merupakan sel yang mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk
menghantarkan sinyal elektrik dari respons rangsangan. Sel saraf atau neuron
memiliki bagian-bagian yang terdiri atas dendrit, inti sel, selubung myelin, sel
Schwann, akson, dan nodus Ranvier. Dendrit merupakan bentuk bercabang dari

12
sel saraf yang panjang berfungsi untuk menangkap respons. Respons yang
ditangkap oleh dendrit kemudian akan diteruskan ke akson yang merupakan
pemanjangan badan sel yang berbentuk tabung. Sebagian besar akson
dilindungi oleh lapisan penyekat yang disebut lapisan myelin yang berasal dari

Gambar 7.9 Struktur dasar sel saraf


[Sumber: www.ucl.ac.uk, 2009]

sel Schwann. Nodus Ranvier berfungsi memberikan impuls secara periodik pada
akson.

2. 3 ORGANEL DAN FUNGSI ORGANEL

2. 3. 1 Struktur Biomembran

Biomembran mempunyai fungsi yang penting dalam proses biologis


seperti transport ion dan penghantaran ion. Struktur endomembran memisahkan
sel ke dalam bagian-bagian struktural dan fungsional seperti organel. Struktur
endomembran juga memiliki sistem transport, tempat keluar masuknya molekul
ke dalam sel. Struktur endomembran terdiri atas lapisan lipid bilayer dengan
protein di kedua sisinya.

13
Organel-organel tidak secara acak terdistribusi di dalam sel, tetapi
disusun berdasarkan fungsi dan tujuan khusus dari sel tersebut. Sebagai
contoh, kompleks golgi biasanya ditemukan dekat dengan inti sel, sedangkan
retikulum endoplasma terletak jauh dari inti sel. Posisi organel bergantung
kepada sitoskeleton sehingga apabila terjadi gangguan pada sitoskeleton akan
mengakibatkan perubahan posisi organel.

2. 3. 2 Transport Membran

Membran sel mempunyai fungsi sebagai penghalang, tetapi tidak untuk


semua molekul. Sifat membran sel adalah semipermiabel, artinya hanya sedikit
molekul yang dapat masuk ke dalam sel. Air, karbon dioksida, dan oksigen
merupakan beberapa contoh molekul yang dapat masuk ke dalam sel secara
difusi. Difusi merupakan salah satu proses pertukaran molekul ke dalam
membran sel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah. Selain secara difusi,
molekul tersebut juga dapat masuk secara osmosis, yaitu proses difusi air atau
molekul melalui suatu membran semipermiabel.
Transport pasif merupakan proses perpindahan molekul dan substansi
lain melewati membran tanpa memerlukan energi. Proses transport pasif

Gambar 7.10 Mekanisme transport pasif


[Sumber: www.emc.maricopa.edu, 2007]

14
meliputi difusi oksigen dan karbon dioksida, osmosis air, dan difusi terbantukan.
Difusi terbantukan merupakan proses difusi dengan menggunakan bantuan
transport protein dalam membantu melewati membran.
Transport aktif
merupakan proses
perpindahan molekul
atau substansi yang
berukuran besar dan
memerlukan energi.
Energi yang
diperlukan berupa
ATP untuk
memindahkan molekul

tersebut dari
Gambar 7.11 Mekanisme transport aktif
konsentrasi rendah ke [Sumber: www.emc.maricopa.edu, 2007]
konsentrasi tinggi.
Transport aktif memiliki dua bentuk utama perpindahan molekul, yaitu
endositosis dan eksositosis. Endositosis merupakan merupakan proses
masuknya substansi atau molekul ke dalam sel tanpa melewati membran sel.
Terdapat tiga jenis endositosis, yaitu pinositosis, fagositosis, dan receptor-
mediated endositosis.

Gambar 7.12 Macam-macam endositosis


[Sumber: University of New South Wales, 2008]

15
Pinositosis adalah proses endositosis ketika plasma melakukan
invaginasi terhadap cairan ekstraseluler dari luar sel ke dalam sel. Proses
invaginasi tersebut merupakan proses pelekukan yang terjadi pada membran sel
yang menyebabkan molekul dari luar sel dapat masuk. Fagositosis merupakan
proses endositosis dengan cara perubahan bentuk sel menjadi pseudopodia.
Pseudopodia tersebut bergerak aktif terhadap rangsangan molekul yang ada di
sekitar sel. Receptor-mediated endositosis merupakan proses endositosis
terhadap molekul spesifik yang akan masuk ke dalam sel. Sifat spesifik tersebut
bergantung pada interaksi reseptor dengan ikatan ligan yang ada di plasma
membran dan lingkungan sekitar. Eksositosis merupakan proses pengeluaran
hasil produk sisa atau transmiter kimia (hormon) dari dalam sel. Fungsi
eksositosis hampir sama dengan endositosis, tetapi berbeda dalam proses arah
tujuan molekul. Eksositosis merupakan proses yang melibatkan penggabungan
antara vesikel dan membran plasma.

Gambar 7.13 Mekanisme eksositosis.


[Sumber: University of New South Wales, 2008]

16
2. 3. 3 Fungsi Organel

Setelah mengetahui struktur sel, pembahasan akan dilanjutkan dengan


mengetahui dan memahami organel sel. Secara berturut-turut, akan dibahas
organel-organel sel tersebut.

1. Dinding sel, diketahui mempunyai fungsi sebagai pelindung isi sel dan
pemberi bentuk sel. Dinding sel dapat dijumpai pada Archaebakteria, bakteri,
protista, fungi, dan tumbuhan, sedangkan sel hewan tidak memiliki dinding sel.
Meskipun disebut dinding, namun dinding tersebut tidak sekaku dinding rumah.
Dinding sel ada yang tersusun atas selulosa, hemiselulosa, pektin, peptidoglikan,
protein, atau campuran, tergantung organismenya. Sel-sel tertentu bahkan
mengandung lignin. Gambar berikut merupakan contoh dari dinding sel
tumbuhan.

Gambar 7.14 Struktur dinding sel tanaman


[Sumber: www.ccrc.uga.edu]

2. Membran plasma, merupakan lapisan tipis yang memisahkan sel dengan


luar sel, kecuali pada sel yang memiliki dinding sel di sebelah luar membran sel
masih dilapisi oleh dinding sel. Meskipun tampak di bawah mikroskop sebagai
satu lapis sel, membran plasma terdiri atas dua deret molekul fosfolipid atau

17
phospholipid bilayer. Selain itu, pada permukaan membran tersebut juga
terdapat rantai karbohidrat, lipid, dan protein. Khusus protein, ada yang berupa
protein perifer dan ada yang integral. Melihat kompleksitas struktur membran,
dapat dipahami bahwa membran sel berfungsi antara lain untuk membatasi sel
dengan lingkungan, melindungi isi sel, mengatur pertukaran senyawa dari luar
dan dari dalam membran, memfasilitasi reaksi-reaksi kimia, dan sebagai bagian
sel yang bertanggung jawab terhadap proses komunikasi atau interaksi antar sel
serta antara sel dan lingkungan.

Gambar 7.15 Struktur membran plasma


[Sumber: Ernesto A. Pretto, Jr, 2002]

3. Nukleus, berfungsi sebagai pusat pengaturan sistem sel, mengatur sintesis


protein, mengatur pertumbuhan dan perkembangan, dan mengatur proses
reproduksi. Di dalam nukleus terdapat DNA, RNA, protein struktural, protein
fungsional, dan senyawa-senyawa kimia lainnya. Dengan demikian, nukleus
disebut pula pusat informasi sel. Organisme yang tidak memiliki membran
nukleus, maka DNA-nya berada di dalam sitoplasma, seperti pada bakteri.
Gambar berikut merupakan contoh dari nukleus atau inti sel.

18
Gambar 7.16 Nukleus
[Sumber: National Human Genome Research Institute]

4. Nukleolus, merupakan bagian di dalam nukleus, tampak lebih pekat jika


dilihat di bawah mikroskop. Di dalam nukleolus, terdapat RNA, atau dapat
dikatakan nukleolus sebagai tempat terbentuknya RNA. Nukleolus hanya
dijumpai pada organisme yang memiliki nukleus.

Gambar 7. 17 Nukleolus
[Sumber: www.modares.ac.ir]

19
5. Mitokondria, merupakan
organel yang memiliki DNA,
bersifat semiautonom, dan
sering dikenal sebagai tempat
pembuatan energi (misalnya
ATP).

Gambar 7.18 Mitokondria


[Sumber: http://amarabiotech.com]

6. Kloroplas, terdapat pada sel


tumbuhan. Kloroplas berfungsi untuk
fotosintesis dan tempat penyimpanan
sebagian tepung amilum. Di dalam
kloroplas, terjadi pula proses absorbsi
spektrum cahaya matahari, dan energi
matahari akan diubah menjadi energi
kimia. Fungsi tersebut hanya dimiliki
oleh makhluk hidup yang memiliki
kloroplas, dan organisme yang mampu Gambar 7. 19 Kloroplas
[Sumber: www.uic.edu]
berfotosintesis sering dikatakan bersifat
autotrof.

2. Ribosom, tersusun atas 2 subunit, dan


baru berfungsi sebagai tempat sintesis protein
jika ribosom berikatan dengan rRNA. Protein
dibuat dengan cara menyambung-nyambung
asam amino menjadi rantai polipeptida. Gambar 7. 20 Ribosom
[Sumber: www.emc.maricopa.edu]

8. Retikulum endoplasmik (RE), merupakan kantong berbentuk pipih dan


tabung yang dibatasi oleh dua lapis membran. Adapun, struktur membran
retikulum serupa dengan membran plasma, yang tersusun atas fosfolipid.
Permukaan RE ada yang halus, ada pula yang kasar. Permukaan yang kasar itu
disebabkan oleh ribosom yang menempel di permukaan luar membran RE.

20
Retikulum endoplasma, dijumpai di
dekat nukleus, dan seringkali
membran RE bersambung dengan
membran nukleus. Mengingat di
sebagian permukaan RE, maka di
RE dapat terjadi proses
pembentukan polipeptida atau
protein. Protein tersebut ada yang
digunakan di dalam sel, ada pula
yang ditransport ke sel lain, melalui
Gambar 7. 21 Retikulum endoplasma
vesikula, dikirim ke badan golgi, [Sumber: http://academic.brooklyn.cuny.edu]
dilepaskan lagi melalui vesikula, dan
akhirnya dikeluarkan ke luar sel.

9. Badan golgi, memodifikasi rantai


polipeptida menjadi protein tertentu,
memilah dan mengemas protein dan
lipid untuk disekresikan atau untuk
digunakan di dalam sel.

Gambar 7. 22 Badan golgi


[Sumber: www.emc.maricopa.edu]

10. Vesikel, mengirim senyawa dari satu lokasi ke lokasi lain, atau sebagai
tempat menyimpan berbagai
senyawa. Vesikel atau
vesikula dapat berasal dari
retikulum endoplasmik atau
dari badan golgi.

11. Sitoskeleton, sebagai


salah satu faktor penentu
organisasi dan bentuk sel,

Gambar 7. 23 Vesikel
[Sumber: http://vcell.ndsu.nodak.edu] 21
juga sebagai faktor yang membuat sel bergerak.

Gambar 7. 24 Sitoskeleton
[Sumber: www.uic.edu]

12. Lisosom, merupakan kantong-kantong kecil berisi berbagai enzim hidrolitik,


dan berfungsi untuk mendegradasi senyawa penyusun organel.

Gambar 7.25 Lisosom


[Sumber: National Insitute of General
Medical Science, 2005]

13. Sentriol, hanya dijumpai pada sel hewan dan berjumlah dua atau sepasang.
Setiap sentriol tersusun atas sembilan triplet mikrotubul. Sentriol berfungsi
menyatukan (mengatur) mikrotubul, sehingga pada saat pembelahan sel

22
kromosom akan terpisah ke dalam dua kelompok di masing-masing calon
anakan sel.

Gambar 7. 26 Sentriol
[Sumber: www.emc.maricopa.edu]

2. 4 PERAN ORGANEL DAN SEL DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

2. 4. 1 Pembacaan Genom Malaria dan Manfaat untuk Pengobatan

Genom adalah seluruh materi DNA yang merupakan “cetak biru”


kehidupan suatu makhluk hidup. Sel yang memiliki inti sel/nukleus (disebut sel
eukariotik), sebagian besar genomnya terletak di inti sel dalam unit yang disebut
kromosom. Sebagian kecil lainnya berada di bagian sel/organel lain seperti
mitokondria dan kloroplas.
Penyakit malaria disebabkan oleh parasit berwujud mikroba bersel
tunggal dari genus Plasmodium, khususnya P. falciparum. Parasit tersebut hidup
di dalam tubuh nyamuk dan akan berpindah kepada manusia melalui gigitan
nyamuk. Nyamuk dari spesies Anopheles sundaicus adalah yang paling banyak
ditemukan sebagai vektor (pembawa parasit) penyakit malaria di Indonesia.
Menurut data Departemen Kesehatan, jumlah penderita penyakit malaria
Indonesia 50 orang per 1.000 penduduk. Dalam target pembangunan
kesehatan, “Indonesia Sehat 2010″, jumlah itu berusaha diturunkan menjadi
1/10-nya.

23
Besar ukuran genom parasit P. falciparum adalah 22,9 Mbp (Mbp, mega
base pair = sejuta pasang basa DNA), sementara genom nyamuk A. gambiae
278,2 Mbp (sebagai perbandingan genom manusia yang menjadi “korban”
penyakit malaria berukuran 3.000 Mbp). Walaupun genom parasit malaria 1/10
lebih kecil dari nyamuk, namun pembacaan sekuennya memakan waktu lebih
lama, yaitu 6 tahun, sementara nyamuk hanya 3 bulan. Keunikan dari genom P.
falciparum terletak pada komposisi DNA yang lebih dari 80 persen hanya terdiri
atas basa A (adenine)
dan T (thymine).
Menurut data statistik,
lazimnya dua basa
yang lain, G (guanine)
dan C (cytosine) dalam
komposisi sebanding.
Akibat komposisi yang
bias tersebut, analisis
bioinformatika untuk
menyambung/assembling
Gambar 7. 27 Anopheles gambiae, vektor utama
potongan-potongan penyakit malaria di Afrika
[http://entomology.ucdavis.edu.]
sekuen yang telah dibaca
menjadi sangat sulit.
Hasil pembacaan sekuen genom tersebut diketahui P. falciparum memiliki
sekurangnya 5.300 gen penyandi protein. Sebagaimana lazimnya organisme
lain, gen-gen tersebut mengkode protein-protein yang berfungsi dalam proses
metabolisme, fungsi transport materi organik dari dan ke dalam sel, fungsi dasar
kehidupan seperti replikasi-perbaikan-rekombinasi DNA yang disebut sebagai
gen house-keeping, dan sebagainya. Parasit malaria memiliki jumlah gen yang
mengkode enzim (protein yang berfungsi sebagai katalis) dan protein transpor
jauh lebih sedikit daripada organisme bersel satu nonparasit (masing-masing 1/4
dan 1/10-nya). Hal itu menjelaskan bahwa sebagai parasit, P. falciparum tidak
perlu memiliki gen-gen untuk membuat energi sendiri seperti di atas karena
sumber energi bisa diambil dari inang/host yang ditempatinya.
Obat kina dan turunannya seperti chloroquinine, artemesinin, dan
sebagainya sangat efektif selama ini karena beraksi dalam food vacuole. Organel
tempat parasit tersebut memakan protein hemoglobin dari sel darah merah

24
mangsanya untuk mendapat energi. Karena munculnya parasit-parasit yang
resistan terhadap obat-obat itu, maka beberapa target lainnya perlu mendapat
perhatian. Yang paling potensial misalnya --masih dalam organel tersebut--
adalah senyawa-senyawa inhibitor enzim protease yang dapat menghambat
kerjanya mendegradasi hemoglobin tersebut. Selain itu, untuk vaksinasi
misalnya, bila selama ini hanya ada 30 jenis target protein di permukaan sel
parasit yang mungkin dijadikan agen untuk menimbulkan daya imunisasi pada
manusia, dengan pemetaan genom tersebuti ilmuwan jadi memiliki ratusan target
baru sehingga diharapkan target pemberantasan malaria bisa segera dicapai.

2. 4. 2 Klorofil sebagai Makanan Penambah Stamina

Klorofil adalah zat yang membuat tumbuhan berwarna hijau. Hasil


fotosintesis klorofil akan mengubah energi matahari menjadi energi kimia, serta
menghasilkan karbohidrat dan oksigen yang diperlukan oleh makhluk hidup
untuk memperoleh tenaga atau kekuatan. Lalu, apa hubungan klorofil dengan
tubuh manusia? Hemoglobin atau substansi darah pada manusia yang
membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan dan sel-sel di seluruh
tubuh adalah kunci utamanya. Klorofil dan hemoglobin sangat mirip dari struktur
kimiawinya. Perbedaan keduanya hanya satu atom, sehingga enzim yang ada
dalam darah sangat mudah mengubah klorofil menjadi hemoglobin untuk
mengatasi lemah, letih, lesu, kurang darah, dan sakit kepala.
Dr. Ann Wigmore menyatakan bahwa kunci utama mempertahankan
kesehatan adalah konsumsi makanan hijau, terutama sayur-sayuran. Peneliti
dan penulis The Wheat Grass Book itu juga mengungkapkan, serat pengikat
pada dinding sel klorofil mampu mengikat atom metal atau racun kimia sintetis
(pestisida, obat-obatan, perasa makanan) di dinding sel tubuh, seperti cara kerja
sabun mengangkat minyak yang ada di tangan waktu kita mencuci tangan.
Proses detoksifikasi (pengeluaran racun) inilah yang mampu meringankan kerja
hati dalam membuang zat-zat kimia sintetis dari aliran darah. Selain itu, klorofil
dapat membuang lendir dan kerak di dalam paru-paru, mineral dan kristal asam
yang ada di dalam persendian, serta kolesterol dan lemak jenuh yang
mengendap di arteri, penyebab gangguan jantung. Lebih lanjut, kloforil mampu
menjadi penguat dan penenang pikiran alami karena kadar asam nukleat dan
asam amino pada klorofil dapat memenuhi kebutuhan otak akan protein,

25
terutama neuropeptida (bagian otak yang mengolah pikiran dan emosi positif).
Sebagai sumber energi, klorofil mampu mensintesis oksigen dan karbohidrat,
sehingga mudah diubah menjadi hemoglobin (struktur kimiawi keduanya identik).
Hal itu tentu akan membantu pembentukan sel-sel darah merah. Sebagai
pendongkrak stamina atau daya tahan tubuh, klorofil mampu merangsang
produksi sel-sel darah putih yang bertugas melawan serangan mikroorganisme
penyakit dan memperkuat sistem kekebalan tubuh dengan pasokan zat
antitumor, antikuman, dan antioksidan.
Zat hijau daun atau klorofil tersebut sebenarnya cukup mudah dicari.
Hampir semua sayuran berdaun hijau mengandung klorofil, seperti brokoli,
kangkung, bayam, seledri, maupun selada. Namun, karena pola makan harian
orang Indonesia minim serat dan zat hijau daun, tidak ada salahnya mencoba
suplemen ekstrak klorofil yang saat ini banyak ditawarkan. Meski memberikan
solusi, pemanfaatan suplemen tetap perlu perhatian khusus. Konsumsi suplemen
harus sesuai petunjuk yang tertera dalam label. Perlu juga diingat, meski relatif
aman, penggunaan klorofil yang berlebihan (jika stamina sudah cukup fit) justru
dapat menimbulkan rasa lesu atau lelah. Oleh karena itu, disarankan untuk
berkonsultasi lebih dulu dengan dokter ahli.

2. 4. 3 Peran DNA Mitokondria Dalam Bidang Forensik

Alec Jeffreys, yang bekerja di Inggris pada tahun 1985, mempelajari gen
myoglobin dan menemukan pada gen tersebut mengandung pengulangan 33 bp
pada satu intron. Penemuan dari Jeffreys dan rekannya yang mengagumkan
adalah ditemukannya pengulangan pada sejumlah tempat yang lain pada DNA
manusia. Penelitian Jeffreys menggunakan endonuklease restriksi HaeIII-enzim
yang memotong pengulangan 33 bp tidak secara internal, melainkan cukup pada
sisi-sisinya. Jeffreys menyatakan bahwa individu memiliki perbedaan jumlah
pengulangan tersebut pada lokus yang berbeda sepanjang genom. Penemuan
itu merupakan dasar dari sebuah proses yang kini dikenal sebagai DNA
fingerprinting atau sidikjari DNA. Bahan petunjuk yang dapat digunakan dalam
metode tersebut adalah darah, sperma, tulang, dan jaringan lain yang
dikumpulkan dan merupakan sumber dari DNA yang akan dianalisis.

26
Data yang dihasilkan dari teknik sidik jari DNA kini telah membuat para
ilmuwan forensik dapat
membuat perhitungan
statistik yang sangat
akurat. Dengan demikian,
meskipun ada masalah-
masalah yang timbul dari
data statistik yang tidak
mencukupi, kesalahan
manusia (human error),
atau bukti cacat, sidik jari
DNA kini diterima sebagai
bukti penguat oleh pakar
hukum dan ilmuwan.
Banyak argumentasi
mengatakan bahwa bukti
DNA lebih handal
daripada saksi mata
dalam menempatkan
tersangka pada TKP.
Pengadilan pembunuhan
O.J. Simpson pada tahun
1995 membuat “sidik jari
DNA” menjadi istilah rumah
Gambar 7. 28 Tahapan-tahapan DNA fingerprinting
tangga, dan jenis bukti itu [Sumber: Anderson, 1994]
akan memiliki dampak
terhadap peningkatan penyelidikan kasus forensik.
Peranan DNA mitokondria sangat besar dalam bidang forensik. Manusia
memiliki DNA yang terdapat di mitokondria yang berbentuk sirkular berukuran 5
µm dan memiliki 16.569 bp. Sekitar 37 gen telah diketahui fungsinya. Para ahli
menggunakan DNA mitokondria karena sifat pewarisannya yang khusus, yaitu
diwariskan melalui pihak wanita (maternal inheritance). Mitokondria terletak
pada bagian mid-piece dari sperma. Ketika terjadi fertilisasi, hanya bagian
kepala sperma yang menembus ovum, sehingga mitokondria dari sperma tidak
ikut masuk ke dalam ovum. DNA mitokondria digunakan dalam bidang forensik

27
karena setiap individu yang berkerabat dekat akan memiliki sekuen DNA yang
mirip terutama DNA mitokondria.

2. 4. 4 DNA barcoding

DNA barcoding adalah teknik diagnosis secara molekuler untuk


identifikasi hingga tingkat spesies. Keunggulan identifikasi berdasarkan
molekuler dibandingkan dengan pendekatan morfologi adalah analisisnya dapat
dilakukan pada bagian tubuh tertentu saja dari organisme yang masih hidup,
sudah mati, bahkan organisme yang telah difiksasi. Teknik DNA barcoding dapat
diaplikasikan dalam berbagai bidang, termasuk bidang entomologi kedokteran,
pertanian, lingkungan, dan keamanan nasional. Aplikasi DNA barcoding dalam
bidang entomologi kedokteran adalah identifikasi spesies vektor dan patogen.
Selain itu, DNA barcoding dapat digunakan untuk identifikasi spesies hama demi
kepentingan bidang pertanian, sedangkan dalam bidang lingkungan untuk
identifikasi spesies yang nyaris punah dan keberadaannya dilindungi oleh
pemerintah. Aplikasi DNA barcoding bagi kepentingan keamanan nasional
adalah pengendalian dan pengawasan agen senjata biologis.
DNA barcoding didasarkan atas perkiraan bahwa identifikasi organisme
dapat dilakukan dengan menggunakan penanda genetik yang seragam (DNA
barcode) berupa suatu sekuen DNA pendek pada gen yang berasal dari tempat
yang sama dalam DNA genom, sehingga dapat digunakan untuk identifikasi
spesies. Sekuen gen yang digunakan sebagai DNA barcode untuk identifikasi
spesies secara molekuler dapat berasal dari daerah DNA inti, DNA mitokondria,
dan DNA ribosomal. Beberapa syarat DNA barcode yang baik adalah ukuran
sekuen harus pendek dan bersifat lestari sehingga DNA barcode tersebut dimiliki
oleh hampir semua organisme. Selain itu, DNA barcode harus memiliki
perbedaan sekuen interspesifik yang tinggi dan variabilitas sekuen intraspesifik
yang rendah. Hal tersebut berguna untuk membedakan spesies yang berkerabat
dekat. Syarat lainnya, yaitu DNA barcode tidak boleh memiliki intron, insersi dan
delesi (indel). Minimnya intron dan indel akan memudahkan analisis
penyejajaran sekuen tiap spesies.
Gen 16S rDNA dan cyt b yang terletak pada mitokondria merupakan
contoh gen yang pernah dipakai untuk karakterisasi spesies. Selain itu, gen 28S

28
rRNA, 18S rDNA, dan ITS rDNA yang terletak pada nukleus juga terbukti dapat
dipakai untuk identifikasi beberapa kelompok spesies.

2. 5 KONSEP VIRUS

2. 5. 1 Pengertian Virus

Virus adalah parasit berukuran mikroskopik yang menginfeksi sel


organisme biologis. Virus hanya dapat bereproduksi di dalam material hidup
dengan menginvasi dan memanfaatkan sel makhluk hidup karena virus tidak
memiliki perlengkapan selular untuk melakukan reproduksi sendiri. Dalam sel
inangnya, virus merupakan parasit obligat, sedangkan dalam lingkungan
ekstraselular virus akan diam (inert). Infeksi virus terhadap sel inang yang
dimasukinya bisa berefek ringan atau bahkan tidak berefek sama sekali, namun
mungkin saja bisa membuat sel inang rusak atau mati. Virus yang menginfeksi
bakteri dikenal dengan istilah bakteriofaga.
Struktur virus yang sederhana, menyebabkan tubuh virus tidak dapat
mensintesis protein karena tidak adanya ribosom. Oleh karena itu virus
menggunakan ribosom dari sel inang untuk mentranslasi RNA messenger virus
menjadi protein. Virus juga tidak dapat menghasilkan atau menyimpan energi
dalam bentuk ATP, tetapi dapat menggunakan energi tersebut dari inangnya.

2. 5. 2 Struktur Tubuh Virus

Tubuh virus terdiri atas materi genetik berupa DNA atau RNA dan
selubung protein yang menyelubungi asam nukleat. Beberapa virus juga
diselubungi oleh molekul lemak dan protein. Struktur virus pertama kali diketahui
oleh para ilmuwan pada akhir abad ke-19. Seiring dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, para ilmuwan telah mengetahui struktur yang menyusun tubuh
virus. Virus dapat disusun atas:
1. Kapsid, merupakan selubung yang menyelubungi asam nukleat. Selubung
tersebut tersusun dari subunit protein yang disebut kapsomer. Fungsi kapsid
adalah melindungi asam nukleat dari digesti enzim, menempel ke sel inang,
dan menghasilkan protein yang meyebabkan virion dapat menembus
membran sel inang.

29
2. Selubung, banyak tipe virus
mempunyai selubung glikoprotein
menyelubungi nukleokapsid.
Selubung tersebut tersusun dari
dua lapisan lipid dengan protein
(lipoprotein bilayer). Beberapa
jenis virus juga memiliki selubung
yang termodifikasi menjadi spike
untuk menempel pada
permukaan sel inang.
3. Asam nukleat, materi genetik
yang terdapat pada virus
berfungsi untuk mensintesis
protein. Hanya sedikit tipe virus
Gambar 7. 29 Struktur Virus hewan
yang memiliki tipe materi genetik [Sumber:
www.molecularexpressions.com, 2005]
DNA. Sebagian besar virus
memiliki tipe materi genetik berupa RNA.
Genom virus dapat berupa DNA ataupun RNA, tetapi tidak kombinasi
keduanya. Genom virus dapat terdiri atas DNA untai ganda, DNA untai tunggal,
RNA untai ganda, atau RNA untai tunggal. Selain itu, asam nukleat virus dapat
berbentuk linier tunggal atau sirkular. Bahan genetik virus diselubungi oleh suatu
lapisan pelindung. Protein yang menjadi lapisan pelindung disebut kapsid.
Bergantung pada tipe virusnya, kapsid bisa berbentuk bulat (sferik), heliks,
polihedral, atau bentuk yang lebih kompleks terdiri atas protein yang disandikan
oleh genom virus. Partikel virus yang lengkap disebut virion. Virion berfungsi
sebagai alat transportasi gen, sedangkan komponen selubung dan kapsid
bertanggung jawab dalam mekanisme penginfeksian sel inang.

30
Gambar 2.30 Lima bentuk dasar dari simetri virus
[Sumber: www.pathmicro.med.sc.edu]

Virus dalam sistem klasifikasi tidak termasuk ke dalam Kingdom


manapun, meskipun memiliki klasifikasi tersendiri. Walaupun memiliki
kemampuan reproduksi dari materi genetik yang dimilikinya, namun virus tidak
dapat disebut sebagai makhluk hidup. Virus tidak dapat menggunakan materi
genetiknya untuk proses reproduksi tanpa adanya sel inang. Reproduksi virus
secara umum dibagi menjadi 2, yaitu litik dan lisogenik. Reproduksi virus secara
litik menyebabkan kematian sel inang, sedangkan lisogenik tidak menyebabkan
hancurnya sel inang.

31
Gambar 2.31 Reproduksi virus
[Sumber: www.educorolla2.blogspot.com]

Virus dapat diklasifikasikan berdasarkan atas sel inang yang diinfeksikan,


seperti hewan, tumbuhan, dan bakteri. Virus tidak dapat menembus dinding sel
tumbuhan, tetapi dapat masuk melalui serangga atau makanan yang masuk ke
tumbuhan tersebut. Klasifikasi virus dapat dimasukkan ke dalam Suku dan
Marga. Dasar klasifikasi tersebut terdiri atas tiga hal, yaitu tipe dan ukuran asam
amino, ukuran dan bentuk kapsid, dan ada atau tidaknya selubung protein yang
menyelubungi nucleocapsid.
Klasifikasi virus secara umum terdiri atas dua sistem, yaitu sistem
klasifikasi Baltimore dan International Committee on Taxonomy of Viruses
(ICTV). Sistem klasifikasi Baltimore membagi virus ke dalam 7 kelas
berdasarkan mekanisme replikasi pada genom dan mekanisme sintesis mRNA.
Kelebihan dari sistem klasifikasi Baltimore adalah lebih mudah dalam
memprediksi proses sintesis asam nukleat yang dihasilkan dari virus tersebut
dengan hanya melihat kedudukan virus tersebut dalam takson. Akan tetapi,
sistem tersebut tidak memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak dapat
membedakan struktur virion, regulasi gen terhadap virus yang memiliki
mekanisme replikasi yang sama.

32
Gambar 2.32 Klasifikasi virus menurut Baltimore
[Sumber: www.wikimedia.org]

Sistem klasifikasi virus ICTV menggunakan 4 tingkatan takson dalam


mengelompokkan virus, yaitu ordo, family, genus, dan spesies. Pengelompokan
family dalam sistem ICTV berdasarkan dua kriteria, yaitu secara komponen fisik
dan komponen biologis. Komponen fisik meliputi morfologi, struktur protein, dan
genom. Komponen biologis meliputi sel inang, patogenesis, metode transmisi,
metode regulasi replikasi gen, dan mekanisme interaksi.
Dua tabel di bawah ini tampak klasifikasi virus berdasarkan asam nukleat
berdasrkan http://gsbs.utmb.edu/microbook/images/tbl41_2a /jpg dan
http://gsbs.utmb.edu/microbook/images/tbl41 2b/ipg.

33
Tabel 2.2 Klasifikasi Virus

34
Tabel 7.2 (Lanjutan)

Viriod adalah molekul-molekul kecil dari RNA sirkular telanjang


yang menginfeksi tanaman. Molekul RNA tersebut mengganggu
metabolisme dan menghambat pertumbuhan tanaman yang terinfeksi.

35
Prion adalah protein infeksi yang dapat menyerang sel otak. Prion
menyebabkan beberapa penyakit degeneratif otak seperti scrapie pada
domba dan penyakit sapi gila.

2. 5. 3 Beberapa Contoh Penyakit yang Disebabkan oleh Virus

1. Virus Influenza, mengakibatkan penyakit influenza atau sering disebut


penyakit flu. Infuenza memiliki gejala pilek, sakit kepala, lemas, dan
batuk kering.

Gambar 7. 33 Struktur virus influenza


[Sumber: http://micro.magnet.fsu.edu, 2005]

2. Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus). Virus tersebut pertama


kali diisolasi oleh Robert Gallo dan Luc Montaigner pada tahun 1983.
HIV merupakan salah satu bagian dari kelompok retrovirus yang memiliki
tipe materi genetik berupa RNA. Berdasarkan enzim reverse
trancriptase, HIV dan retrovirus mampu menghasilkan DNA dari RNA,
begitu pula sebaliknya RNA menjadi DNA. Aktivitas enzim tersebut juga
menyebabkan materi genetik HIV menjadi terintegrasi ke dalam materi
genetik sel inang.

36
Gambar 7. 34 Struktur virus HIV
[Sumber: www.vircolab.com, 2007]

3. Virus NCDV (New Castle Disease Virus). Virus tersebut menyebabkan


penyakit tetelo, merupakan jenis penyakit yang menyerang bangsa
unggas, terutama ayam.

4. Virus TMV (Tobacco Mosaic Virus). Virus tersebut menyebabkan


penyakit mosaik, yaitu penyakit yang menyerang tembakau.

5. Virus CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration). Virus tersebut


menyebabkan penyakit degenerasi pembuluh tapis pada jeruk.

37
2. 6 KASUS-KASUS KESEHATAN KARENA KELAINAN SEL

2. 6. 1 Penyakit Sickle Cell Anemia

Penyakit sickle cell


anemia merupakan suatu
penyakit yang disebabkan oleh
tubuh yang menghasilkan
bentuk sel darah merah yang
abnormal. Bentuk sel darah
merah penderita sickle cell
anemia adalah seperti bulan
sabit. Sel darah merah yang

abnormal tersebut juga dapat


Gambar 2. 35. Sickle cell anemia
menumpuk dan menghambat [Sumber: U.S. National Library of Medicine, 2008]
aliran darah. Penyumbatan tersebut dapat mengakibatkan terjadi kerusakan
organ.
Penderita sickle cell anemia di Amerika Serikat berjumlah 72.000 orang
atau 1 dari 500 orang Afro-Amerika. Penyakit sickle cell anemia disebabkan oleh
gen resesif di kromosom autosom karena adanya point mutation pada
hemoglobin beta gene (HBB) pada kromosom 11p15.5. Sekitar 8% populasi
Afro-Amerika merupakan carrier sickle cell anemia. Mutasi pada HBB
menghasilkan abnormalitas pada Hb yang disebut HBs. Hemoglobin merupakan
protein pembawa oksigen yang memberi karakteristik warna pada sel darah
merah. HBs merupakan hemoglobin yang abnormal menyebabkan sel darah
merah berbentuk bulan sabit. Bentuk tersebut merupakan bentuk yang kaku dan
dapat menyumbat pembuluh darah sehingga dapat membahayakan organ.
Sampai saat ini belum ada obat untuk sickle cell anemia, Bentuk
pengobatan yang sekarang digunakan adalah kombinasi penggunaan antibiotik
dan transfusi untuk mengurangi simptom dan komplikasi. Hydroxyurea, obat anti
tumor, digunakan karena efektif untuk mengurangi rasa sakit, dan digunakan
untuk menghambat pembentukan HbF.

38
2. 6. 2. Penyakit Autoimun

Tubuh kita memiliki sistem imun yang melindungi dari penyakit dan
infeksi. Akan tetapi, bila sistem imun tubuh kita merespons secara langsung dan
mengenai jaringan tubuh sendiri sehingga menyebabkan terjadinya kerusakan
jaringan, hal itu disebut sebagai penyakit autoimun. Penyakit autoimun dapat
menyerang jaringan pengikat, antara jaringan rubuh dan organ. Kelainan sistem
imun tersebut dapat menyebabkan suatu sel mensekresikan suatu zat yang
dapat menyerang organ tertentu, seperti pankreas sehingga menyebabkan
produksi insulin terganggu dan menyebabkan diabetes.
Penyakit autoimun banyak terjadi pada wanita dan sering terjadi pada
masa anak-anak. Penyakit tersebut banyak terjangkit pada ras Afrika-Amerika,
Indian-Amerika, dan Latin. Sampai saat ini terdapat lebih dari 80 jenis penyakit
yang tergolong sebagai penyakit autoimun. Hal yang harus diperhatikan adalah
mengenali dan mempelajari gejala awal dari penyakit tersebut, karena beberapa
penyakit yang termasuk penyakit autoimun memiliki gejala atau simptom yang
sama.

39
2. 7 DAFTAR ACUAN

Becker, W. M., Lewis J. K., Jeff H. & Gregory P. B. 2009. The world of the cell.
7th ed. Pearson Benjamin Cummings, San Fransisco: xxviii + 791 hlm.
Campbell, N. A., J. B. Reece, L. A. Urry, M. L. Cain, S. A. Wasserman, P. V.
Minorsky, R. B. Jackson, Biology. 8th ed. Pearson Benjamin Cummings,
San Fransisco: xlvi + 1267 hlm.
Lewis, R. 2003. Human genetics: Concepts and applications. 5th Ed. The
McGraw-Hill Companies, Inc., Boston: xviii + 454 hlm.
Russell, P.J. 1998. Genetics. 5th Ed. The Benjamin/Cummings Publishing
Company, Inc., California: xxi + 805 hlm.
Tamarin, R.H. 1999. Principles genetics. 5th Ed. WCB/McGraw-Hill, Boston: xvi +
686 hlm.
Wolfe, W.L. 1995. An introduction to cell and molecuar biology. Wadworth
Publishing Company, Belmont: xvii + 772 hlm.

40

Anda mungkin juga menyukai