Anda di halaman 1dari 26

Kisi – Kisi

BAB I

SEJARAH DAN MAKNA AGAMA ISLAM

A. Sejarah dan Perkembangan Agama Islam

1.1. SEJARAH TURUN DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM PADA


MASA NABI MUHAMMAD saw.
1.1.1 Geografis Dan Sejarah Masyarakat Arab

Batas geografis Jazirah Arab:

Utara : Mesopotania, Syiria, dan Palestina


Timur dan Selatan : Teluk Parsi (Persia) dan Samudera Hindia
Barat : Laut Merah

Jazirah Arab hanya dikelilingi padang sahara dan gurun pasir dari seluruh sisinya.
Penduduknya terutama terdiri dari orang desa nomaden, sebagian lainnya menetap di kota-
kota seperti Mekah dan Madinah.Terdapat jalan raya Hijaz yang merupakan jalur
komunikasi ke dalam dan ke luar jazirah Arab.

Ahli geografi membagi Jazirah Arab menjadi Arabia Petrix (daerah di sebelah barat
daya Lembah Syria), Arabia Deserta (daerah Syiria itu sendiri), dan Arabia Felix (negeri
Yaman, yang terkenal dengan nama Bumi Hijau).

Penduduk Jazirah Arab dibagi menjadi (1) Arab Baidah (bangsa Arab yang telah
punah),(2) Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih lestari), yang terbagi lagi menjadi Arab
Ariba (kelompok Qathan, dengan tanah airnya Yaman) dan Arab Musta’ribah (sebagian besar
penduduk Arabia dari dusun sampai ke kota).Suku Quraisy adalah salah satu suku yang
berpengaruh di jazirah Arab. Hasyim merupakan kabilah pada zamannya.

1.1.2. Latar Belakang Dan Tujuan Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad
Saw.
Nabi Muhammmad saw dilahirkan di Mekah. Ayahnya adalah Abdullah, putra dari
Abdul Muthalib, seorang Kepala Suku Quraisy. Ibunya ialah Aminah binti Abdul
Wahhab. Sejak kecil Nabi Muhammad saw. tumbuh dewasa dengan menghimpun sifat-sifat
terpuji danadab yang mulia.

Saat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam berusia:


 6 tahun : Ibunya wafat saat perjalanan kembali dari Madinah ke Mekah setelah
berziarah, dan menjadi yatim piatu, lalu diasuh oleh kakenya Abdul
Muthalib.
 8 tahun : Kakeknya, Abdul Muthalib, meninggal dunia, kemudian Rasulullah
diasuh oleh pamannya Abu Thalib.
 12 tahun : Diajak oleh pamnnya, Abu Thalib, turut serta dengan kafilah dagang ke Syam

(Suriah). Seorang pendeta Kristen bernama Buhairah, melihat ciri-ciri seorang


Nabi pada Muhammad saw.

 25 tahun : Menikah dengan Khadijah dan dikaruniai 6 orang anak, 2 putra :


Qasim dan Abdullah, dan 4 putri :Zainab, Ruqaiyah, Ummu
Kalsum dan Fatimah.
 35 tahun : Muhammad saw dapat menyelesaikan perselisihan antar suku, mengenai siapa
yang berhak unutk meletakan Hajar Aswad di tempatnya. Yaitu dengan cara
Nabi Muhammad saw. meletakkan batu itu di atas surbannya dan
mempersilakan setiap kepala suku secara bersama membawanya dengan
memegang tiap-tiap ujung/pinggir surban. Atas keputusannya ini Rasullulah
dijuluki Al-Amin (orang yang terpercaya).

 Menjelang umur 40 tahun :Sering mengasingkan diri ke Gua Hira.

 40 tahun : Menerima wahyu pertama Al-‘Alaq ayat 1-5

Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekkah masih
diwarnai dengan kebiasaan menyembah berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah
Paganisme. Dan masa dimana Muhammad dilahirkan disebut dengan zaman Jahiliah,
sehingga mendorong nabi untuk bertahanus ( menyendiri untuk berdzikir ) di Gua Hira.

1.1.3. Proses Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad Saw.

1. Pertama, pada tanggal 17 Ramadhan / 6 Agustus 611 M, Nabi Muhammad SAW


melihat cahaya terang benderang memenuhi Gua Hira. Tiba-tiba suatu makhluk unik
berada di depannya lalu memerintah :“Iqra!” (bacalah). Yang kemudian diketahui itu
adalah Jibril menyampaikan wahyu pertama sebagaimana tertera dalam QS. 96 (Al-‘Alaq)
: 1-5 yang artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang Menciptakan.
Dia menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu Yang Maha
Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dan yang
mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya”.

Dengan turunnya wahyu pertama ini, Muhammad SAW resmi sebagai Nabi dan Rasul.

2. Kedua,QS. 68 (AL-Qalam) : 1-7, beberapa minggu setelah turun wahyu pertama

3. Ketiga, QS. 73 (Al-Muzammil) : 1-8

Mulai dari wahyu pada tahap pertama hingga ketiga disebut masa pemantapan,
wahyu turun dengan tema-tema perintah :

1) Membaca (iqra’)
2) Menuntut ilmu atas dasar iman dan pentingnya mencari serta menyebarkan ilmu
3) Pentingnya sarana mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan : Iqra’
(membaca), menulis dan alat tulis, dan Nun (tinta)
4) Perintah shalat malam (bahkan sebelum adanya perintah shalat wajib) serta
membaca Al-Qur’an
5) Keseimbangan untuk memperbanyak ibadah di malam hari dan bekerja keras
di siang hari

4. Keempat, QS. 74 (Al-Muddatsir) : 1-7, berisi perintah untuk bangkit menyampaikan


dakwah

Dakwah Nabi Muhammad SAW dibagi menjadi dua periode :

1. Periode Mekah, ciri pokoknya adalah pembinaan dan pendidikan tauhid


(dalam arti luas)
2. Periode Madinah, ciri pokoknya adalah Pendidikan sosial dan politik (dalam
arti luas)
1.1.4. Hubungan Agama Islam Dengan Agama Para Nabi Sebelumnya
QS. 35 (Fathir) : 24 : “Tidak satu umat (kelompok masyarakat) pun kecuali telah pernah
diutus kepadanya seorang pembawa peringatan”.

QS. 16 (Al-Nahl) : 36 : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan)….”

QS. 40 (Ghafir) : 78 : “Kami telah mengutus nabi-nabi sebelummu, di antara mereka


ada yang telah Kami sampaikan kisahnya, dan ada pula yang tidak kami sampaikan
kepadamu”

QS. 4 (An-Nisa') : 163: “Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu


sebagaimana Kami telah memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya,
dan Kami telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan
anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman, dan Kami berikan Zabur
kepada Daud.”

1.1.5. Metode Dakwah Nabi Muhammad Saw.


Dengan turunnya wahyu keempat, mulailah Rasulullah saw mulai berdakwah dengan tahapan:
1. Pertama-tama, Ia melakukan dakwah secara diam-diam di lingkungan rumah dan
keluarganya sendiri serta di kalangan rekan-rekannya. Maka orang-orang yang pertama
kali menyambut dakwahnya adalah :

 Khadijah, istrinya. Wanita pertama yang masuk Islam



 Ali bin Abi Thalib, Pemuda muslim pertama

 Abu Bakar, sahabat karib sejak kanak-kanak. Pria dewasa pertama yang masuk
Islam

 Zaid bin Haritsah, bekas budak yang telah jadi anak angkatnya

 Ummu Aiman, pengasuh Nabi Muhammad saw. sejak ibunya masih hidup

2. Setelah beberapa lama, turun QS. Al-Hijr: 94yang menjadi perintah dakwah secara
terang-terangan. Perjalanan dakwah terang-terangan beliau secara berurutan di
antaranya adalah :
 Mengundang kerabat karib dalam sebuah jamuan. Namun mendapat
tantangan dari kaum kafir Quraisy. Sebagian kerabat menolak dengan cara lemah-
lembut dan ada pula yan menolak dengan kasar, salah satunya ialah Abu Lahab.

 Langkah dakwah selanjutnya mengumpulkan penduduk di Bukit Safa,
dekat Ka’bah.Nabi Muhammad SAW. bertanya apakah orang-orang akan percaya
apabila beliau berkata di belakang bukit Shafa aka nada musuh yang besar siap
menyerang. Orang-orang menjawab percaya karena Nabi Muhammad SAW tidak
pernah berbohong. Kemudian Nabi melanjutkan dan menerangkan kepada mereka
bahwa beliau adalah seorang pemberi peringatan yang mengingatkan bahwa hanya
Allah SWT saja yang patut disembah. Namun, reaksi orang-orang ada yang mengejek
beliau gila, berteriak-teriak marah, dan ada yang diam. Abu Lahab berteriak
“Celakalah engkau hai Muhammad. Untuk inikah engkau mengumpulkan kami?” dari
peristiwa Abu Lahab inilah turun QS. Al-Lahab : 1-5.

 Hubungannya dengan paman beliau, abu Thalib, berusaha dilepaskan oleh
para penguasa Mekah, kaum feudal, dan para pemilik budak. Mereka meminta agar
Abu Thalib memilih satu diantara memerintahkan Muhammad SAW. berhenti dari
dakwahnya atau menyerahkan keponokannya itu kepada mereka. Abu Thalib terpengaruh
dengan segala ancaman yang diberikan dan meminta Nabi Muhammad SAW
menghentikan dakwahnya, tetpai Nabi tetap menolak dengan tegas dan akhirnya
pamannya itupun meneguhkan hati untuk terus mendukung dakwah beliau.

 Mereka berusaha menukar Muhammad SAW dari Abu Thalib dengan
seorang pemuda yang gagah dan tampan bernama Umarah bin Walid. Namun usaha
ini tetap gagal karena Abu Thalib menolaknya

 Kaum Quraisy mengutus Utbah bin Rabi’ah untuk menemui langsung
Muhammad SAW dan membujuknya dengan harta, tahta, wanita. Namun tetap
gagal.

 Kaum Quraisy mulai menggunakan kekerasan fisik. Hal tersebut berupa
penyiksaan terhadap anggota keluarga mereka sendiri yang masuk Islam sampai ia murtad
kembali (termasuk budak-busak). Hal ini menyebabkan mengungsikan sahabat-
sahabatnya ke luar Mekah. Pada tahun kelima kerasulannya, Nabi Muhammad SAW
menetapkan Habasyah (Ethiopia) sebagai negeri tempat pengungsian, karena raja negeri
itu seseorang yang adil, lapang hati, dan suka menerima tamu.

 Menguatnya posisi Islam (dengan masuknya dua orang kuat Quarisy)
mengakibatkan reaksi kaum Quraisy semakin keras. Bani Hasyim dilumpuhkan
dengan berbagai blokade seperti jual-beli atau pernikahan, sehingga Bani Hasyim
mengalami penderitaan, kelaparan, kemiskinan yang berlangsung selama tiga tahun. Pada
akhirnya, blokade tersebut dicabut dan tak lama paman Nabi SAW. meninggal dunia dan
tiga hari setelahnya isteri beliau, Khadijah, juga meninggal dunia →Tahun ke-10
kenabian → Tahun kesedihan (‘Am al-Huzn).

1.1.6. Nabi Muhammad Saw Diutus Untuk Seluruh Umat Manusia

Ada yang menduga bahwa Nabi SAW mulanya hanya bermaksud mengajarkan agamanya
kepada orang-orang Arab, tetapi setelah berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya
untuk seluruh umat manusia.

Pendapat ini keliru, karena Allah dalam Q.S. 34 (Saba’) : 28 berfirman, yang artinya :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”.

1.2. SEJARAH MASUK DAN PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM DI


INDONESIA

1.2.1. Asal Mula Islam Masuk Ke Indonesia

Pendapat tentang awal mula masuknya Islam ke Indonesia :


- Abad ke-13 M → bukti keberadaan pemerintahan Islam
- Abad ke-11 M → batu nisan bertanggal 1082 dari Fatimah Binti Maimun yang
menunjukkan adanya penganut Islam pada abad ke-11 M
- Abad ke-7 M → catatan perjalanan orang Cina saat dinasti T’ang menunjukkan
adanya komunitas muslim di Utara Sumatera.
Teori mengenai tempat asal datangnya Islam ke Indonesia atau Asia Tenggara:

a) Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau tepatnya
Hadramaut. Dikemukakan oleh Crawfurd, Kreyzer, Nieamann, De Hollander, dan
Veth. Tokoh Indonesia yang juga mengemukakan teori ini adalah Buya Hamka.
b) Teori yang menyatakan Islam datang dari India. Dikemukakan oleh Pijnapel tahun
1872. Membawa Islam melalui jalur perdagangan.
c) Teori yang menyatakan Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dikembangkan oleh
Fatimi. Dia mengutip Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang
terkemuka di Pasar adalah orang Benggali atau keturunan mereka.

1.2.2. Kegiatan Dakwah di Indonesia

Metode dakwah para ulama’ di Indonesia adalah:

a. Keteladanan : mencontohkan kesantunan, kejujuran, murah hati, suka menolong


b. Ceramah : mengajak orang untuk diberikan pencerahan tentang ajaran Islam
c. Perkawinan : merupakan metode yang sangat efektif, hanya saja jangkauannya
yang sangat terbatas, biasanya terbatas pada istri dan keluarganya.
d. Kesenian : media ini memiliki daya tarik yang kuat untuk memanggil massa.
Dakwah dimasukkan dalam substansi kesenian atau disajikan disela-sela
pagelaran kesenian.
e. Pendekatan Tasawuf : karena titik temu antara ajaran agama Islam dengan ajaran
Hindu dan Buddha adalah melalui tasawuf seperti, dzikir, do’a, I’tikaf, dll.

Diantara para ulama’ yang sangat berperan dalam dakwah Islam di Indonesia adalah
yang dikenal dengan Wali Songo, artinya wali yang jumlahnya ada sembilan orang, yaitu :

1) Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim → orang yang disegani ajaran dan
fatwanya
2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat → mendirikan pesantren Ampel Denta di Jawa
Timur
3) Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim → menggunakan kesenian dan kebudayaan
4) Sunan Drajat atau Raden Qasim → mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial
masyarakat
5) Sunan Kudusatau Ja’far Shadiq → dijuluki Wali al-Il’mi (orang yang luas ilmunya)

6) Sunan Giri atau Raden Paku → ahli tata negara dan menciptakan permainan Jelungan,
Jamuran

7) Sunan Kalijagaatau Raden Mas Said → mengenalkan Islam lewat pertunjukan


Wayang

8) Sunan Muria atau Raden Umar Said → mengembangkan tradisi Kenduri (upacara
mengirim doa kepada leluhur dengan doa-doa Islam)
9) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah → melalui pernikahan untuk memperluas
hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dan memperkuat kedudukan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

B. Makna Agama Islam Bagi Kehidupan


2.1. Pengertian Agama Islam
Secara etimologis, kata Islam berasal dari bahasa Arab,salima-yaslamu-
salamatan wasalaman, yang artinya “selamat, damai, tunduk, patuh, pasrah,
menyerahkan diri, rela, puas , menerima, sejahtera dan tidak cacat”.

Dari ilmu morfologi, kata Islam diambil dari aslama-yuslimu-islaman,


memiliki beragam makna, antara lain dijelaskan dalam Al-Qur'an :

1. Ketaatan, dijelaskan, QS.72 (Al-Jin) : 14

2. Menyerahkan diri, QS.2 (Al-Baqarah) : 112

3. Tunduk dan patuh, QS.3 (Ali Imran) : 85.

Secara terminologis atau istilah, Islam adalah agama atau peraturan-peraturan Allah
yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

Dalam bahasa Arab, kata agama adalah ad-Dien yang mengandung pengertian
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, atau kebiasaan.

Kata dien dan kata jadiannya dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai
makna dan konteks, antara lain berarti pembalasan (QS 1:4); undang-undang duniawi
atau peraturan yang dibuat (QS 12:76); agama yang datang dari Allah: Dienullah (QS
3:83).
Bila Dien dirangkaikan dengan kata al-haq sehingga membentuk kata Dienulhaq,
maknanya adalah agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai
agama yang benar, yakni Islam (QS 9:33).

Kepercayaan manusia kepada ajaran agama, khususnya Tuhan, dilandasi oleh:

1. Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih
perkasa yaitu kekuatan Ghaib
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya
di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut.
3. Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan
takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respons itu mengambil bentuk pemujaan atau
penyembahan dan tatacara hidup tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.

4. Paham adanya yang kudus (the sacred) dan suci, seperti kitab suci, tempat ibadah, dan
sebagainya.

Suatu kepercayaan dikategorikan sebagai sebuah agama apabila memenuhi empat


kriteria berikut:

1. Adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi asal dari segala
yang ada;
2. Adanya ajaran ibadah yang mengatur pengabdian manusia kepada Tuhan Yang
Maha Esa tersebut.
3. Adanya Nabi yang menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang berisi ajaran-
ajaran Tuhan dalam sebuah Kitab Suci;
4. Adanya ajaran akhlak/moral untuk berbuat baik, yang berisi nilai-nilai kebaikan
dan bersumber pada nilai ke-Tuhanan yang Maha Esa tersebut.

2.3. Karakteristik Agama Islam


a. Agama Tauhid → Satu-satunya agama yang mengajarkan ke-Esa-an Allah SWT
secara murni. [QS. Al-Ikhlas : 1-4]
b. Agama sempurmna → Agama yang mengandung ajaran yang memberi petunjuk
pada seluruh aspek kehidupan manusia. [QS. Al-Maidah : 3]
c. Agama fitrah → Ajaran Agama Islam itu sesuai dengan fitrah kehidupan manusia dan
tidak menimbulkan efek negatif dalam kehidupan manusia. [QS. Ar-Rum : 30]
d. Agama universal → agama yang berlaku sampai akhir masa dan berlaku sampai akhir
dan berlaku kepada umat manusia seluruhnya setelah diutusnya Rasulullah SAW [QS.
Saba’ : 28]
e. Agama yang mengandung kebenaran mutlak → artinya kebenaran ajaran Islam
tidak bergantung pada dukungan pembenaran unsur lain, karena agama Islam berupa
firman-firman Allah, dan Allah adalah Yang Maha Benar Mutlak [QS. Al-Baqarah :
147]

f. Agama yang Mudah → pelaksanaan ajarana agama Islam sangat mudah dan
memberikan kemudahan kepada umat Islam untuk mengamalkannya sesuai dengan
kemampuannya. [QS. Al-Baqarah : 286]

2.5. Sumber Ajaran Agama Islam


Sumber ajaran Islam adalah Al-Qur’an, Sunnah atau Hadis dan ijtihad (ra’yu), yang
ditegaskan juga pada QS.4 (Al-Nisa'): 59 yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

2.5.1. Al-Qur’an
a. Pengertian

Al-Qur'an adalah Kalamullah, diturunkan dengan bahasa Arab yang membacanya ibadah,
merupakan sumber ajaran Islam yang utama. Dengan kata lain Al-Qur’an adalah firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara
berangsur-angsur melalui malaikat Jibril sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya.

  Al-Qur’an diturunkan berangsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari

  Terdiri dari 6.666 ayat, 114 surat, dan 30 juz


 Al-Qur’an dimulai dengan surat Al-Fatihah dan diakhiri dengan surat An- Nas 
b. Sejarah turun dan Penulisan Al-Qur’an

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur sejak Nabi diangkat menjadi Rasul umur 40 tahun
sampai menjellang wafatnya pada umur 63 tahun. Al-qur’an diturunkan dengan bahasa Arab.

Untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia, Allah memilih Nabi atau Rasul lalu
Allah menyampaikannya dengan 3 cara:

1) Dengan wahyu (langsung ke dalam hati Nabi)

2) Dari belakang tabir (wahyu diserap oleh indra Nabi tanpa melihat pembawa
wahyu).

3) Dengan mengutus malaikat (Jibril) yang membawa wahyu.

c. Kandungan Al-Qur’an

Secara garis besar, Al-Qur’an mengandung prinsip-prinsip pokok ajaran sebagai


petunjuk, pedoman bagi manusia dalam menghadapi kehidupan, yaitu :

a. Pokok-pokok kimanan/keyakinan

b. Prinsip-prinsip syari’ah

c. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa
bagi yang berbuat dosa (nadzir)
d. Kisah-kisah, sejarah

e. Dasar-dasar dan isyarat-isyarat ilmu pengetahuan, seperti : astronomi, fisika,


kimia, ilmu hukum, ilmu bumi, ekonomi, pertanian, kesehatan, teknologi, dsb

d. Fungsi Al-Qur’an

1. Al-Qur’an diturunkan sebagai petunjuk (hidayah) bagi manusia.

2. Al-Qur’an memberikan penjelasan terhadap segala sesuatu.

3. Al-Qur’an berfungsi memberikan rahmat dan menyampaikan kabar gembira


kepada manusia yang berserah diri.
4. Al-Qur’an sebagai penawar jiwa yang sakit (syifa').
e. Kedudukan Al-Qur’an

Dalam Tarikh Tasyri’ Islami (sejarah pembinaan hukum Islam), kita menemukan
bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Setiap
persoalan selalu dikembalikan solusi dan pemecahannya kepada Al-Qur’an.

Mayoritas Ushul Fiqh berpendapat bahwa :


 Ayat-ayat yang berhubungan dengan ibadah, pengadilan, politik dalam Al-Qur’an
tidak lebih dari sepersepuluh isi Al-Qur’an
 Ayat-ayat hukum yang berhubungan dengan ibadah dan muamalah ada 500
(sebagian berpendapat hanya 200)

2.5.2. Sunnah/Hadits

a. Pengertian
Istilah hadits menurut para ahli hadits adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik berupa pebuatan, perkataan, maupun
persetujuan beliau (taqrir). Kata sunnah menurut kamus bahasa Arab bermakna jalan, arah,
peraturan, mode atau cara tentang tindakan atau sikap hidup.

b. Sejarah Sunnah/Hadits
Seratus tahun setelah hijrah (abad ke-1) terdapat banyak sekali hadis. Untuk menguji
validitas dan kebenaran suatu hadis, para muhadisin menyeleksi berbagai riwayat tentang hadis
dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadis tersebut yang dikenal
dengan sanad.

c. Klasifikasi Sunnah/Hadits

Ditinjau dari segi bentuknya, hadits diklasifikasikan menjadi:


1) Fi’li (perbuatn Nabi)

2) Qauli (perkatan Nabi)

3) Taqriri (keiizinan atau persetujuan Nabi), seperti perbuatan sahabat yang


disaksikan Nabi, dan Nabi tidak menegornya
Ditinjau berdasarkan jumlah perawinya (dari segi jumlah orang yang menyampaikan
hadits, atau sanadnya), hadits dapat diklasifikasikan kepada:

1) Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal
tidak mungkin mereka bersepakat dusta.
2) Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang banyak
pula, tetapi jumlahnya tidak sampai kepada derajat mutawatir.
3) Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai
pada tingkat masyhur maupun mutawatir. Ada ulama yang memasukkan hadits
masyhur kepada golongan hadits ahad

Ditinjau dari segi diterima atau tidaknya, hadits dibagi menjadi:

1) Hadits maqbul, yaitu hadits yang dapat diterima

2) Hadits mardud, yaitu hadits yang ditolak.

Ditinjau dari kualitasnya, hadits dibagi menjadi:

1) Shahih, yaitu hadits yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang baik
dan kuat hafalannya, materinya baik dan persambungan sanadnya dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Hasan, yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali dari segi
hafalan perawinya kurang baik.
3) Dhaif, yaitu lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah
seorang pembawanya kurang baik.
4) Maudhu’, yaitu hadits palsu, hadits yang dibikin oleh seseorang dan dikatakannya
sebagai sabda atau perbuatan Nabi .

d. Kedudukan dan Fungsi

a) Sunnah adalah sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al-Quran.

b) Kepatuhan kepada Sunnah Rasulullah SAW berarti patuh dan cinta kepada Allah.

c) Sunnah berfungsi sebagai penafsir Al-Qur'an.


Kitab-kitab hadis banyak sekali, dan diantara kitab-kitab tersebut ada 7 kitab hadis yang
dianggap para ulama sebagai kitab hadis yang utama sehingga disebut Kutub Sittah,
yaitu:

a) Shahih Bukhari

b) Sahahih Muslim

c) Sunan Abu Daud

d) Sunan Nasai

e) Sunan Tirmidzi

f) Sunan Ibnu Majah

g) Musnad Imam Ahmad

2.5.3. Ijtihad/Rakyu

a. Pengertian
Ar-ra’yu artinya penglihatan yang berasal dari kata ra`a (melihat). Akan tetapi yang
dimaksud dengan penglihatan di sini bukanlah penglihatan mata, melainkan penglihatan akal.

Ijtihad diambil dari kata ijtahada - yajtahidu – ijtihadan, yang artinya mengerahkan
segala kesungguhan dan ketekunan secara optimal untuk menggali dan menetapkan suatu
hukum (syara’) dari sumber Al-Qur`an dan Sunnah.

b. Dasar, Kedudukan dan Fungsi Ijtihad/Rakyu


Ijtihad merupakan keunikan yang spesifik dalam ajaran Islam yang universal, sehingga
penerapan hukum-hukum syara’ serta pengalihan hukum dan norma dapat diselaraskan dengan
situasi dan kondisi yang berlaku tanpa keluar atau meninggalkan sumber pokoknya (Al-Qur’an
dan Sunnah).

Berbagai masalah kontemporer yang muncul dewasa ini, yang secara teknis belum
didapati di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, menempatkan kedudukan ijtihad makin terasa
penting.
c. Syarat-syarat Berijtihad

a. Mengetahui nash Al-Qur`an dan Sunnah

b. Mengetahui dan menguasai bahasa Arab

c. Mengetahui soal-soal ijma’

d. Mengetahui ushul fiqih.

e. Mengetahui nasikh dan mansukh.

f. Mengetahui ilmu-ilmu penunjang lainnya.

d. Menyikapi Hasil Ijtihad/Rakyu

Cara kita menyikapi perbedaan hasil ijtihad bagi kita yang tidak punya kompetensi untuk
melakukan ijtihad sendiri:

a) Ittiba', yaitu melakukan kajian berbagai aspek ijtihad secara komprehensif


dari para mujtahid yang menghasilkan ijtihad yang berbeda-beda tersebut.
b) Muqollid, yaitu mengikuti hasil ijtihad ulama' mujtahid yang diyakini
kekuatannya tanpa melakukan kajian proses dan hasil ijtihad tersebut bagi umat
Islam yang tidak mempunyai kompetensi untuk melakukan kajian ijtihad.

NB : Islam tidak memperbolehkan kita TAQLID BUTA, yaitu mengikuti hasil ijtihad
orang tanpa meyakini kekuatan hasil ijtihad tersebut. Biasanya taqlid buta terjadi
karena faktor-faktor yang tidak dibenarkan dalam Islam, seperti faktor fanatisme.

c) Menghargai hasil ijtihad lain yang tidak diikuti

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------

C. Manusia Beragama Islam

3.1 Karakteristik Manusia Beragama Islam


3.1.1 Penyebutan Manusia Dalam Al-Qur'an
Konsep manusia di dalam Al-Qur'an dipahami dengan memperhatikan kata-kata yang
saling menunjuk pada makna manusia, yaitu :

- Basyar, selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia (QS. 15: Al-Hijr : 33 dan QS.
30:Ar- Rum : 20), manusia makan dan minum (QS. 23:Al Mukminun : 33), memiliki insting
seperti hewan. Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 37 kali.

- Insan, berhubungan dengan sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang
berpikir, berilmu, dan memikul amanah (QS. 33:Al-Ahzab : 72). Dalam Al-Qur'an disebutkan
sebanyak 65 kali.

- An-Nas, menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 240 kali.

- Bani Adam, menunjuk pada aspek historis bahwa semua umat manusia berasal dari Nabi
Adam (QS. 7:Al-A'raf : 31).

- 'Abdun, manusia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (QS.
34:Saba' : 9).

3.1.4. Alam Kehidupan Manusia


a) Alam rahim

b) Alam dunia

c) Alam barzah atau alam kubur

d) Alam akhirat, yang terdiri dari empat tahapan, yaitu :

1) yaumu ba’ats atau hari kebangkitan

2) yaumu mahsyar atau hari dikumpulkannya manusia di mahsyar

3) yaumu miizan atau yaumu hisab, yaitu hari penimbangan/perhitungan


amal perbuatan
4) yaumu jaza’ atau hari pembalasan terhadap hasil
penimbangan/perhitungan amal perbuatan manusia
3.2. Tanggung Jawab Manusia Beragama Islam

3.2.1. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Hamba Allah

Makna eseensial dari kata ‘abdun (hamba) adalah pengabdian sebagai wujud
kekuatan, ketundukan, dan kepatuhan. Tanggung jawab ‘abdullah terhadap dirinya adalah
memelihara ketakwaan. Tanggung jawab manusia kepada Allah untuk mengabadi tersebut
dalam Al-Qur’an disebut hablun min Allah.

3.2.2. Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah Allah

Sebagai khalifah (wakil atau pengganti yang memegang kekuasaan) Allah


Subhanahu Wa Ta’ala, manusia menjadi khalifah memegang mandat Tuhan untuk
mewujudkan kemakmuran di muka bumi. Kekuasaan yang diberikan kepada manusia
bersifat kreatif, yang memungkinkan dirinya mengolah serta mendayagunakan apa yang ada di
muka bumi untuk kepentingan kehidupan yang dibatasi oleh aturan-aturan dan ketentuan-
ketentuan yang telah digariskan oleh yang mewakilkannya, yaitu hukum-hukum Allah
Subhanahu Wa Ta’ala baik yang tertulis dalam Al-Qur’an (ayat Quraniyah) dan Sunnah
Rasulullah saw maupun yang tersirat dalam alam semesta (ayat kauniyah).

Kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks individu dan sosial
yang berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam QS. Ali Imran : 112.
BAB II
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
1. Akidah atau Iman Islam
1.1. Pengertian, Ruang Lingkup dan Kedudukan Akidah atau Iman Islam
1.1.1 Pengertian Akidah atau Iman Islam

Akidah secara etimologi: berasal dari kata ‘aqada ya’qidu ‘aqdan, artinya simpul atau ikatan
dari dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqada berarti pula janji yang
kokoh, karna janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua pihak yang mengadakan perjanjian.

Akidah secara terminologi: sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat
jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.

Akidah sering disebut sebagai keyakinan. Akidah dari segi istilah sama seperti iman. Namun,
istilah akidah masih bersifat umum untuk berbagai agama sedangkan iman adalah akidah islam.
Iman mendorong dan mendasari seorang muslim untuk berbuat.

Iman: mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan melaksanakan dengan segala
anggota badan (perbuatan).

Akidah Islam: pokok kepercayaan seorang muslim yang harus dipegang sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.

Manfaat dan pengaruh iman dalam kehidupan manusia :


1. Iman menyelapkan kepercayaan kepada kekuasaan benda

2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut

3. Iman menanamkan sifat “self help” dalam kehidupan

4. Iman memberikan ketentraman jiwa

5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan thayibah)

6. Iman memelihara sikap ikhlas dan konsekuen

7. Iman memberikan keberuntungan


1.1.2 Ruang Lingkup Akidah atau Iman Islam
Para ulama membagi ruang lingkup akidah menjadi empat pembahasan yaitu,

1. Ilahiyat: pembahasan mengenai ketuhanan terutama tentang Allah

2. Nubuwwat: pembahasan tentang utusan-utusan Allah yaitu, para nabi dan rasul Allah

3. Ruhaniyat: pembahasan berkaitan dengan makhluk gaib seperti malaikat, jin dan iblis

4. Sam’iyyat: pembahasaan berkenaan dengan alam ghaib (Alam akhirat, surga neraka, kubur, dll)

Terdapat enam materi keimanan yang juga harus dipahami seorang muslim atau biasa
disebut dengan rukun iman

1. Iman kepada Allah

2. Iman kepada Malaikat

3. Iman kepada Kitab

4. Iman kepada Rasul

5. Iman kepada Hari Akhir

6. Iman kepada Qadha dan Qadar

1.1.3 Kedudukan Akidah atau Iman Islam

Kedudukan akidah atau iman islam sangatlah penting, ibaratkan sebuah rumah akidah
merupakan pondasi dari rumah tersebut. Juga terdapat perumpamaan yang sangat menarik dalam
Al-Qur’an bahwa seorang mukmin itu laksana "Kalimatan thoyyibah" (kalimat yang baik), dan
laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). (QS.14:24-25).

Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik ada tiga hal:

1. Ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi): Jika akar atau akidah kuat maka akan
mampu menghadapi segala dan godaan hidup seberat apapun.
2. Far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit): ibarat muslim yang taat dalam menjalankan
syariah islam, baik dalam ibadah maupun sosial (muamalah).

3. Tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu): Dapat memberi kebermanfaatan terhadap
sesama.

1.1.4 Ketauhidan Allah

Tauhid menurut bahasa artinya meng-Esakan, sedangkan menurut istilah adalah kepercayaan dan
keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.

Lawan dari Tauhid adalah syirik, yaitu mempersekutukan Allah, suatu kepercayaan adanya Tuhan
selain Allah.

2. Syariah Islam

2.1.1 Pengertian Syariah Islam

Syariah menurut bahasa berarti jalan. Dalam hal ini syariah dapat berarti jalan yang harus dilalui
oleh setiap muslim. Syariah merupakan aspek norma, aturan atau hukum dalam ajaran Islam.

Syariah menurut terminologi: Sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya .

Ilmu yang membahas syariah, dinamakan Ilmu Fikih. Jadi Ilmu Fikih adalah ilmu yang
membahas hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan para orang mukallaf. Pemahaman
hukum syariah dituangkan dalam kitab-kitab fikih dan disebut dengan hukum fikih.

2.1.2 Ruang Lingkup Syariah Islam

Syariah Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun

sebagai anggota masyarakat, dalam hubungan dengan diri sendiri, manusia lain, alam lingkungan

maupun hubungan dengan Tuhan. Secara umum syariah terbagi menjadi dua bagian, yaitu
ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus sering disebut dengan istilah ibadah saja atau

ibadah), sedangkan ibadah umum sering diungkapkan dengan istilah muamalah.

Ibadah khusus, keberadaanya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari AlQur’an
maupun dari Sunnah. Tatacaranya juga harus mengacu pada contoh dari Nabi Muhammad saw.
tau ibadah ghairu mahdhah.

Adapun prinsip muamalah adalah menjaga hubungan dengan sesama manusia berjalan
dengan harmonis, adil, saling meridloi antar pihak yang terlibat, mendatangkan kemaslahatan,
menghindari kemudaratan, tidak merugikan dan tidak dirugikan serta selaras dengan aturan yang
ditetapkan Allah.

2.1.3 Perbedaan Syariah Islam dengan Fikih Islam

Secara sederhana syariah merupakan ketentuan hukum yang disebut langsung oleh
Allah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw dalam kitab-kitab
Hadits. Sedang Fikih adalah rumusan–rumusan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli
hukum Islam.

Beberapa pokok perbedaan antara syariah dan Fikih adalah sebagai berikut :

1. Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan Fikih terdapat dalam kitab-kitab Fiqih.

2. Syariah bersifat fundamental, ruang lingkupnya lebih luas dari Fikih, sedang Fikih bersifat
instrumental.
3. Syariah berlaku abadi sebagai suatu ketentuan Allah dan Rasul-Nya, sedang Fikih
merupakan karya manusia, sifatnya berubah dari masa ke masa.
4. Syariah hanya satu, sedang Fikih amat mungkin lebih dari satu. Hal ini dapat kita lihat
pada aliran-aliran fikih yang disebut mazahib atau kelompok-kelompok.
5. Syariah menujukkan kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan keragamannya.

3. Akhlak Islam atau Ihsan

3.1 Pengertian dan Ruang Lingkup Akhlak Islam


3.1.1 Pengertian Akhlak

Kata akhlak merupakan bentuk jamak (plural) dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab
yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah
sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang
dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti
atau kelakuan.

Akhlak menurut Ibnu Maskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.

3.1.2 Ruang Lingkup Akhlak Islam

Ruang lingkung akhlak islam terbagi menjadi tiga, yang terdiri atas:

1. Akhlak kepada Allah: yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah adalah bagaimana kita
mengakui kepada siapa semua kembali. Siapa yang menciptakan semua alam semesta ini.
Serta bagaimana kita sepatutnya beribadah kepada-Nya dan senantiasa tidak
menyombongkan diri di muka bumi ini.
2. Akhlak kepada Manusia: bagaimana kita berperilaku terhadap sesama manusia. Akhlak
kepada orang tua, keluarga, sahabat, tetangga dan sesama kaum muslim.
3. Akhlak kepada Alam Sekitar: cara kita memberlakukan alam ini dengan tidak
sewenang-wenang dan senantiasa memelihara alam ini. Akhlak yang baik disebut akhlak
mahmudah (cth: jujur, amanah) sedangkan akhlak yang buruk disebut madzmumah (cth:
kufur, syirik, munafik)

3.1.3 Nilai-nilai Akhlak Islam

Berikut adalah nilai-nilai akhlak dalam islam yang berpotensi menciptakan kehidupan
yang harmonis:

1. Ikhlas: memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap ridho
dari Nya semata
2. Jujur: berkata terus terang.

3. Adil: memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap sesuatu
itu.

4. Rendah Hati: mereka yang berjalan di muka bumi ini dengan tenang, mantap dan tidak
menyombongkan diri
5. Kasih Sayang: sikap saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia.

6. Sabar: sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak
mengeluh.

4.5 Paham dan Madzhab yang berkembang di Bidang Akhlak


 Akhlab secara garis besar dibagi menjadi 2 bagian:
1. Akhlaq terhadap Khaliq (pencipta) yaitu Allah SWT, mentaati segala perintah-Nya,
menjauhi segala larangan-Nya, berdoa kepada-Nya, dan beristighfar
2. Akhlak terhadap makhluk, dibagi menjadi 2
 Akhlak terhadap manusia (Nabidan rasul, diri sendiri, keluarga,masyarakat,
bangsa)
 Akhlak terhadap selain manusia (alam jamadi, alam nabati, alam hewani)

 Tasawuf secara etimologis memiliki beberapa makna


1. Ahlu shuffah, yaitu para sahabat Nabi yang tinggal di samping masjid Nabawi yang
menghabiskan umurna untuk mendalami ajaran Islam.
2. Al-shaf, barisan sholat paling depan. Orang shufi mempunyai keutamaan lebih besar.
3. Shafiyyun, jernih atau suci.Seorang shufi dapat mensucikan dirinya.
4. Shopos, yaitu hikmah. Orang shufi memiliki hikmah yang tinggi.
5. Shauf, yaitu bulu domba/kain wol kasar. Orang shufi sering mengenakan pakaian
seperti ini.

 Dari kelima istilah di atas, yang paling tepat adalah no. 5, maka ketemulah kata tasawuf
yang merupakan mashdar dari kata tasawwafa.

 Tasawwuf secara terminologis: Suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagi
seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya. Al
zuhud maksudnya seorang yang menuju jalan tasawuf atau sufi harus meninggalkan dunia
dan hidup kebendaan.

 Jalan itu ditempuh melalui zuhud dan stasiun diantaranya,


1. Taubat, sufi harus bertaubat dari segala kesalahannya.
2. Wara, sufi meninggalkan hal bersifat syubhat atau meragukan.
3. Faqr, tidak mengharap lebih dari apa yang ia peroleh.
4. Shabr, bersikap tabah dalam menjalankan perintah Allah SWT.
5. Tawadahu, bersikap rendah hati dalam segala hal.
6. Takwa, bersikap hati-hati dan menjaga diri.
7. Tawakkal, menyerahkan diri atau pasrahpada ketentuan Allah SWT.
8. Ridha, menerima dengan tulus qada dan qadar.
9. Cinta, cinta yang mendalam pada Allah SWT.
10. Makrifat, mengenal Allah SWT secara mendalam.

 Tingkatan 10 tasawuf adalah tingkatan yang diterima masyoritas umat Islam. Tingkatan-
tingkatan berikutnya itu dianggap ekstrem dan hanya diterima oleh sebagian kecil umat
Islam.

 Al-ittihad merupakan satu tingkatan setelah tingkatan yang telah disebutkan tadi, artinya
seseorang sudah merasa dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Ada 2 bentuk ittihad:
1. Al-hulul, paham mengatakan Tuhan masuk ke dalam tubuh manusia tertentu.
2. Wahdatul wujud, segala sesuatu terdapat sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.

4.6 Salam Paham Terhadap Islam

Berdasarkan pada literatur yang ada, kesalahpahaman itu umumnya terjadi pada
beberapa hal, antara lain (1) salah memahami ruang lingkup agama islam, (2) salah
menggambarkan kerangka dasar dari ajaran agama islam, (3) kesalahan metode mempelajari
islam, (4) melihat islam dari perilaku pemeluknya, (5) memahami islam bukan dari ahlinya,
(6) memahami islam tidak secara utuh.

Anda mungkin juga menyukai