Diktat Islam - Ikhtiar Imti 2019
Diktat Islam - Ikhtiar Imti 2019
BAB I
Jazirah Arab hanya dikelilingi padang sahara dan gurun pasir dari seluruh sisinya.
Penduduknya terutama terdiri dari orang desa nomaden, sebagian lainnya menetap di kota-
kota seperti Mekah dan Madinah.Terdapat jalan raya Hijaz yang merupakan jalur
komunikasi ke dalam dan ke luar jazirah Arab.
Ahli geografi membagi Jazirah Arab menjadi Arabia Petrix (daerah di sebelah barat
daya Lembah Syria), Arabia Deserta (daerah Syiria itu sendiri), dan Arabia Felix (negeri
Yaman, yang terkenal dengan nama Bumi Hijau).
Penduduk Jazirah Arab dibagi menjadi (1) Arab Baidah (bangsa Arab yang telah
punah),(2) Arab Baqiyah (bangsa Arab yang masih lestari), yang terbagi lagi menjadi Arab
Ariba (kelompok Qathan, dengan tanah airnya Yaman) dan Arab Musta’ribah (sebagian besar
penduduk Arabia dari dusun sampai ke kota).Suku Quraisy adalah salah satu suku yang
berpengaruh di jazirah Arab. Hasyim merupakan kabilah pada zamannya.
1.1.2. Latar Belakang Dan Tujuan Turunnya Agama Islam Kepada Nabi Muhammad
Saw.
Nabi Muhammmad saw dilahirkan di Mekah. Ayahnya adalah Abdullah, putra dari
Abdul Muthalib, seorang Kepala Suku Quraisy. Ibunya ialah Aminah binti Abdul
Wahhab. Sejak kecil Nabi Muhammad saw. tumbuh dewasa dengan menghimpun sifat-sifat
terpuji danadab yang mulia.
Kondisi bangsa Arab sebelum kedatangan Islam, terutama di sekitar Mekkah masih
diwarnai dengan kebiasaan menyembah berhala sebagai Tuhan yang dikenal dengan istilah
Paganisme. Dan masa dimana Muhammad dilahirkan disebut dengan zaman Jahiliah,
sehingga mendorong nabi untuk bertahanus ( menyendiri untuk berdzikir ) di Gua Hira.
Dengan turunnya wahyu pertama ini, Muhammad SAW resmi sebagai Nabi dan Rasul.
Mulai dari wahyu pada tahap pertama hingga ketiga disebut masa pemantapan,
wahyu turun dengan tema-tema perintah :
1) Membaca (iqra’)
2) Menuntut ilmu atas dasar iman dan pentingnya mencari serta menyebarkan ilmu
3) Pentingnya sarana mencari dan menyebarkan ilmu pengetahuan : Iqra’
(membaca), menulis dan alat tulis, dan Nun (tinta)
4) Perintah shalat malam (bahkan sebelum adanya perintah shalat wajib) serta
membaca Al-Qur’an
5) Keseimbangan untuk memperbanyak ibadah di malam hari dan bekerja keras
di siang hari
QS. 16 (Al-Nahl) : 36 : “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap
umat (untuk menyerukan)….”
Ada yang menduga bahwa Nabi SAW mulanya hanya bermaksud mengajarkan agamanya
kepada orang-orang Arab, tetapi setelah berhasil di Madinah, beliau memperluas dakwahnya
untuk seluruh umat manusia.
Pendapat ini keliru, karena Allah dalam Q.S. 34 (Saba’) : 28 berfirman, yang artinya :
“Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai
pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada
mengetahui.”.
a) Teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab atau tepatnya
Hadramaut. Dikemukakan oleh Crawfurd, Kreyzer, Nieamann, De Hollander, dan
Veth. Tokoh Indonesia yang juga mengemukakan teori ini adalah Buya Hamka.
b) Teori yang menyatakan Islam datang dari India. Dikemukakan oleh Pijnapel tahun
1872. Membawa Islam melalui jalur perdagangan.
c) Teori yang menyatakan Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dikembangkan oleh
Fatimi. Dia mengutip Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang
terkemuka di Pasar adalah orang Benggali atau keturunan mereka.
Diantara para ulama’ yang sangat berperan dalam dakwah Islam di Indonesia adalah
yang dikenal dengan Wali Songo, artinya wali yang jumlahnya ada sembilan orang, yaitu :
1) Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim → orang yang disegani ajaran dan
fatwanya
2) Sunan Ampel atau Raden Rahmat → mendirikan pesantren Ampel Denta di Jawa
Timur
3) Sunan Bonang atau Makdum Ibrahim → menggunakan kesenian dan kebudayaan
4) Sunan Drajat atau Raden Qasim → mengutamakan pencapaian kesejahteraan sosial
masyarakat
5) Sunan Kudusatau Ja’far Shadiq → dijuluki Wali al-Il’mi (orang yang luas ilmunya)
6) Sunan Giri atau Raden Paku → ahli tata negara dan menciptakan permainan Jelungan,
Jamuran
8) Sunan Muria atau Raden Umar Said → mengembangkan tradisi Kenduri (upacara
mengirim doa kepada leluhur dengan doa-doa Islam)
9) Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah → melalui pernikahan untuk memperluas
hubungan dengan tokoh-tokoh berpengaruh dan memperkuat kedudukan.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Secara terminologis atau istilah, Islam adalah agama atau peraturan-peraturan Allah
yang diwahyukan kepada Nabi dan Rasul-Nya sebagai petunjuk bagi umat manusia agar
mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Dalam bahasa Arab, kata agama adalah ad-Dien yang mengandung pengertian
menguasai, menundukkan, patuh, utang, balasan, atau kebiasaan.
Kata dien dan kata jadiannya dalam Al-Qur’an disebut sebanyak 94 kali dalam berbagai
makna dan konteks, antara lain berarti pembalasan (QS 1:4); undang-undang duniawi
atau peraturan yang dibuat (QS 12:76); agama yang datang dari Allah: Dienullah (QS
3:83).
Bila Dien dirangkaikan dengan kata al-haq sehingga membentuk kata Dienulhaq,
maknanya adalah agama yang dibawa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sebagai
agama yang benar, yakni Islam (QS 9:33).
1. Adanya kepercayaan bahwa di luar kekuatan manusia ada kekuatan yang lebih
perkasa yaitu kekuatan Ghaib
2. Keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia dan kebahagiaan hidupnya
di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan kekuatan Ghaib tersebut.
3. Adanya respon yang bersifat emosional dari manusia, baik dalam bentuk perasaan
takut atau perasaan cinta. Selanjutnya respons itu mengambil bentuk pemujaan atau
penyembahan dan tatacara hidup tertentu bagi masyarakat yang besangkutan.
4. Paham adanya yang kudus (the sacred) dan suci, seperti kitab suci, tempat ibadah, dan
sebagainya.
1. Adanya kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi asal dari segala
yang ada;
2. Adanya ajaran ibadah yang mengatur pengabdian manusia kepada Tuhan Yang
Maha Esa tersebut.
3. Adanya Nabi yang menerima wahyu Tuhan Yang Maha Esa, yang berisi ajaran-
ajaran Tuhan dalam sebuah Kitab Suci;
4. Adanya ajaran akhlak/moral untuk berbuat baik, yang berisi nilai-nilai kebaikan
dan bersumber pada nilai ke-Tuhanan yang Maha Esa tersebut.
f. Agama yang Mudah → pelaksanaan ajarana agama Islam sangat mudah dan
memberikan kemudahan kepada umat Islam untuk mengamalkannya sesuai dengan
kemampuannya. [QS. Al-Baqarah : 286]
"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di
antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah
ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada
Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.
2.5.1. Al-Qur’an
a. Pengertian
Al-Qur'an adalah Kalamullah, diturunkan dengan bahasa Arab yang membacanya ibadah,
merupakan sumber ajaran Islam yang utama. Dengan kata lain Al-Qur’an adalah firman
Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam secara
berangsur-angsur melalui malaikat Jibril sebagai mukjizat dan pedoman hidup bagi umatnya.
Al-Qur’an diturunkan secara berangsur sejak Nabi diangkat menjadi Rasul umur 40 tahun
sampai menjellang wafatnya pada umur 63 tahun. Al-qur’an diturunkan dengan bahasa Arab.
Untuk menyampaikan firman-Nya kepada manusia, Allah memilih Nabi atau Rasul lalu
Allah menyampaikannya dengan 3 cara:
2) Dari belakang tabir (wahyu diserap oleh indra Nabi tanpa melihat pembawa
wahyu).
c. Kandungan Al-Qur’an
a. Pokok-pokok kimanan/keyakinan
b. Prinsip-prinsip syari’ah
c. Janji atau kabar gembira kepada yang berbuat baik (basyir) dan ancaman siksa
bagi yang berbuat dosa (nadzir)
d. Kisah-kisah, sejarah
d. Fungsi Al-Qur’an
Dalam Tarikh Tasyri’ Islami (sejarah pembinaan hukum Islam), kita menemukan
bahwa Al-Qur’an merupakan pedoman pertama dan utama bagi umat Islam. Setiap
persoalan selalu dikembalikan solusi dan pemecahannya kepada Al-Qur’an.
2.5.2. Sunnah/Hadits
a. Pengertian
Istilah hadits menurut para ahli hadits adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi
Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, baik berupa pebuatan, perkataan, maupun
persetujuan beliau (taqrir). Kata sunnah menurut kamus bahasa Arab bermakna jalan, arah,
peraturan, mode atau cara tentang tindakan atau sikap hidup.
b. Sejarah Sunnah/Hadits
Seratus tahun setelah hijrah (abad ke-1) terdapat banyak sekali hadis. Untuk menguji
validitas dan kebenaran suatu hadis, para muhadisin menyeleksi berbagai riwayat tentang hadis
dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadis tersebut yang dikenal
dengan sanad.
c. Klasifikasi Sunnah/Hadits
1) Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal
tidak mungkin mereka bersepakat dusta.
2) Masyhur, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh orang banyak kepada orang banyak
pula, tetapi jumlahnya tidak sampai kepada derajat mutawatir.
3) Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai
pada tingkat masyhur maupun mutawatir. Ada ulama yang memasukkan hadits
masyhur kepada golongan hadits ahad
1) Shahih, yaitu hadits yang sehat, yang diriwayatkan oleh orang-orang yang baik
dan kuat hafalannya, materinya baik dan persambungan sanadnya dapat
dipertanggungjawabkan.
2) Hasan, yaitu hadits yang memenuhi persyaratan hadits shahih kecuali dari segi
hafalan perawinya kurang baik.
3) Dhaif, yaitu lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah
seorang pembawanya kurang baik.
4) Maudhu’, yaitu hadits palsu, hadits yang dibikin oleh seseorang dan dikatakannya
sebagai sabda atau perbuatan Nabi .
b) Kepatuhan kepada Sunnah Rasulullah SAW berarti patuh dan cinta kepada Allah.
a) Shahih Bukhari
b) Sahahih Muslim
d) Sunan Nasai
e) Sunan Tirmidzi
2.5.3. Ijtihad/Rakyu
a. Pengertian
Ar-ra’yu artinya penglihatan yang berasal dari kata ra`a (melihat). Akan tetapi yang
dimaksud dengan penglihatan di sini bukanlah penglihatan mata, melainkan penglihatan akal.
Ijtihad diambil dari kata ijtahada - yajtahidu – ijtihadan, yang artinya mengerahkan
segala kesungguhan dan ketekunan secara optimal untuk menggali dan menetapkan suatu
hukum (syara’) dari sumber Al-Qur`an dan Sunnah.
Berbagai masalah kontemporer yang muncul dewasa ini, yang secara teknis belum
didapati di dalam Al-Qur’an dan Sunnah, menempatkan kedudukan ijtihad makin terasa
penting.
c. Syarat-syarat Berijtihad
Cara kita menyikapi perbedaan hasil ijtihad bagi kita yang tidak punya kompetensi untuk
melakukan ijtihad sendiri:
NB : Islam tidak memperbolehkan kita TAQLID BUTA, yaitu mengikuti hasil ijtihad
orang tanpa meyakini kekuatan hasil ijtihad tersebut. Biasanya taqlid buta terjadi
karena faktor-faktor yang tidak dibenarkan dalam Islam, seperti faktor fanatisme.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
- Basyar, selalu dihubungkan pada sifat-sifat biologis manusia (QS. 15: Al-Hijr : 33 dan QS.
30:Ar- Rum : 20), manusia makan dan minum (QS. 23:Al Mukminun : 33), memiliki insting
seperti hewan. Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 37 kali.
- Insan, berhubungan dengan sifat psikologis atau spiritual manusia sebagai makhluk yang
berpikir, berilmu, dan memikul amanah (QS. 33:Al-Ahzab : 72). Dalam Al-Qur'an disebutkan
sebanyak 65 kali.
- An-Nas, menunjuk pada semua manusia sebagai makhluk sosial atau secara kolektif.
Dalam Al-Qur'an disebutkan sebanyak 240 kali.
- Bani Adam, menunjuk pada aspek historis bahwa semua umat manusia berasal dari Nabi
Adam (QS. 7:Al-A'raf : 31).
- 'Abdun, manusia sebagai hamba Allah yang harus tunduk dan patuh kepada-Nya (QS.
34:Saba' : 9).
b) Alam dunia
Makna eseensial dari kata ‘abdun (hamba) adalah pengabdian sebagai wujud
kekuatan, ketundukan, dan kepatuhan. Tanggung jawab ‘abdullah terhadap dirinya adalah
memelihara ketakwaan. Tanggung jawab manusia kepada Allah untuk mengabadi tersebut
dalam Al-Qur’an disebut hablun min Allah.
Kekhalifahan manusia pada dasarnya diterapkan pada konteks individu dan sosial
yang berporos pada Allah, seperti firman Allah dalam QS. Ali Imran : 112.
BAB II
POKOK-POKOK AJARAN ISLAM
1. Akidah atau Iman Islam
1.1. Pengertian, Ruang Lingkup dan Kedudukan Akidah atau Iman Islam
1.1.1 Pengertian Akidah atau Iman Islam
Akidah secara etimologi: berasal dari kata ‘aqada ya’qidu ‘aqdan, artinya simpul atau ikatan
dari dua utas tali dalam satu buhul sehingga menjadi tersambung. Aqada berarti pula janji yang
kokoh, karna janji merupakan ikatan kesepakatan antara dua pihak yang mengadakan perjanjian.
Akidah secara terminologi: sesuatu yang mengharuskan hati membenarkannya, yang membuat
jiwa tenang dan menjadi kepercayaan yang bersih dari kebimbangan dan keraguan.
Akidah sering disebut sebagai keyakinan. Akidah dari segi istilah sama seperti iman. Namun,
istilah akidah masih bersifat umum untuk berbagai agama sedangkan iman adalah akidah islam.
Iman mendorong dan mendasari seorang muslim untuk berbuat.
Iman: mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan hati dan melaksanakan dengan segala
anggota badan (perbuatan).
Akidah Islam: pokok kepercayaan seorang muslim yang harus dipegang sebagai sumber
keyakinan yang mengikat.
2. Nubuwwat: pembahasan tentang utusan-utusan Allah yaitu, para nabi dan rasul Allah
3. Ruhaniyat: pembahasan berkaitan dengan makhluk gaib seperti malaikat, jin dan iblis
4. Sam’iyyat: pembahasaan berkenaan dengan alam ghaib (Alam akhirat, surga neraka, kubur, dll)
Terdapat enam materi keimanan yang juga harus dipahami seorang muslim atau biasa
disebut dengan rukun iman
Kedudukan akidah atau iman islam sangatlah penting, ibaratkan sebuah rumah akidah
merupakan pondasi dari rumah tersebut. Juga terdapat perumpamaan yang sangat menarik dalam
Al-Qur’an bahwa seorang mukmin itu laksana "Kalimatan thoyyibah" (kalimat yang baik), dan
laksana pohon yang baik (syajaratun thoyyibah). (QS.14:24-25).
Jika kita renungkan ayat di atas, indikator pohon yang baik ada tiga hal:
1. Ashluha tsabitun (akarnya menghujam ke perut bumi): Jika akar atau akidah kuat maka akan
mampu menghadapi segala dan godaan hidup seberat apapun.
2. Far’uha fis-samai (dahannya menjulang ke langit): ibarat muslim yang taat dalam menjalankan
syariah islam, baik dalam ibadah maupun sosial (muamalah).
3. Tu’tii ukulaha kulla hiin (berbuah setiap waktu): Dapat memberi kebermanfaatan terhadap
sesama.
Tauhid menurut bahasa artinya meng-Esakan, sedangkan menurut istilah adalah kepercayaan dan
keyakinan bahwa Allah Swt adalah Tuhan Yang Maha Esa.
Lawan dari Tauhid adalah syirik, yaitu mempersekutukan Allah, suatu kepercayaan adanya Tuhan
selain Allah.
2. Syariah Islam
Syariah menurut bahasa berarti jalan. Dalam hal ini syariah dapat berarti jalan yang harus dilalui
oleh setiap muslim. Syariah merupakan aspek norma, aturan atau hukum dalam ajaran Islam.
Syariah menurut terminologi: Sistem norma yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan,
hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya .
Ilmu yang membahas syariah, dinamakan Ilmu Fikih. Jadi Ilmu Fikih adalah ilmu yang
membahas hukum Islam yang berhubungan dengan perbuatan para orang mukallaf. Pemahaman
hukum syariah dituangkan dalam kitab-kitab fikih dan disebut dengan hukum fikih.
Syariah Islam mencakup semua aspek kehidupan manusia baik sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat, dalam hubungan dengan diri sendiri, manusia lain, alam lingkungan
maupun hubungan dengan Tuhan. Secara umum syariah terbagi menjadi dua bagian, yaitu
ibadah khusus dan ibadah umum. Ibadah khusus sering disebut dengan istilah ibadah saja atau
Ibadah khusus, keberadaanya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari AlQur’an
maupun dari Sunnah. Tatacaranya juga harus mengacu pada contoh dari Nabi Muhammad saw.
tau ibadah ghairu mahdhah.
Adapun prinsip muamalah adalah menjaga hubungan dengan sesama manusia berjalan
dengan harmonis, adil, saling meridloi antar pihak yang terlibat, mendatangkan kemaslahatan,
menghindari kemudaratan, tidak merugikan dan tidak dirugikan serta selaras dengan aturan yang
ditetapkan Allah.
Secara sederhana syariah merupakan ketentuan hukum yang disebut langsung oleh
Allah melalui firman-Nya dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad saw dalam kitab-kitab
Hadits. Sedang Fikih adalah rumusan–rumusan hukum yang dihasilkan oleh ijtihad para ahli
hukum Islam.
Beberapa pokok perbedaan antara syariah dan Fikih adalah sebagai berikut :
1. Syariah terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadits, dan Fikih terdapat dalam kitab-kitab Fiqih.
2. Syariah bersifat fundamental, ruang lingkupnya lebih luas dari Fikih, sedang Fikih bersifat
instrumental.
3. Syariah berlaku abadi sebagai suatu ketentuan Allah dan Rasul-Nya, sedang Fikih
merupakan karya manusia, sifatnya berubah dari masa ke masa.
4. Syariah hanya satu, sedang Fikih amat mungkin lebih dari satu. Hal ini dapat kita lihat
pada aliran-aliran fikih yang disebut mazahib atau kelompok-kelompok.
5. Syariah menujukkan kesatuan dalam Islam, sedang fikih menunjukkan keragamannya.
Kata akhlak merupakan bentuk jamak (plural) dari kata khuluk, berasal dari bahasa Arab
yang berarti tabiat, perangai, tingkah laku, kebiasaan, kelakuan. Menurut istilahnya, akhlak ialah
sifat yang tertanam di dalam diri seorang manusia yang bisa mengeluarkan sesuatu dengan senang
dan mudah tanpa adanya suatu pemikiran dan paksaan. Dalam KBBI, akhlak berarti budi pekerti
atau kelakuan.
Akhlak menurut Ibnu Maskawaih: sifat yang tertanam dalam jiwa seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan perbuatan tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan.
Ruang lingkung akhlak islam terbagi menjadi tiga, yang terdiri atas:
1. Akhlak kepada Allah: yang dimaksud dengan akhlak kepada Allah adalah bagaimana kita
mengakui kepada siapa semua kembali. Siapa yang menciptakan semua alam semesta ini.
Serta bagaimana kita sepatutnya beribadah kepada-Nya dan senantiasa tidak
menyombongkan diri di muka bumi ini.
2. Akhlak kepada Manusia: bagaimana kita berperilaku terhadap sesama manusia. Akhlak
kepada orang tua, keluarga, sahabat, tetangga dan sesama kaum muslim.
3. Akhlak kepada Alam Sekitar: cara kita memberlakukan alam ini dengan tidak
sewenang-wenang dan senantiasa memelihara alam ini. Akhlak yang baik disebut akhlak
mahmudah (cth: jujur, amanah) sedangkan akhlak yang buruk disebut madzmumah (cth:
kufur, syirik, munafik)
Berikut adalah nilai-nilai akhlak dalam islam yang berpotensi menciptakan kehidupan
yang harmonis:
1. Ikhlas: memurnikan ibadah atau amal shalih hanya untuk Allah dengan mengharap ridho
dari Nya semata
2. Jujur: berkata terus terang.
3. Adil: memberikan sesuatu yang semestinya kepada orang yang berhak terhadap sesuatu
itu.
4. Rendah Hati: mereka yang berjalan di muka bumi ini dengan tenang, mantap dan tidak
menyombongkan diri
5. Kasih Sayang: sikap saling mengasihi dan menyayangi sesama manusia.
6. Sabar: sikap menahan emosi dan keinginan, serta bertahan dalam situasi sulit dengan tidak
mengeluh.
Dari kelima istilah di atas, yang paling tepat adalah no. 5, maka ketemulah kata tasawuf
yang merupakan mashdar dari kata tasawwafa.
Tasawwuf secara terminologis: Suatu disiplin ilmu yang mempelajari cara dan jalan bagi
seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekat-dekatnya. Al
zuhud maksudnya seorang yang menuju jalan tasawuf atau sufi harus meninggalkan dunia
dan hidup kebendaan.
Tingkatan 10 tasawuf adalah tingkatan yang diterima masyoritas umat Islam. Tingkatan-
tingkatan berikutnya itu dianggap ekstrem dan hanya diterima oleh sebagian kecil umat
Islam.
Al-ittihad merupakan satu tingkatan setelah tingkatan yang telah disebutkan tadi, artinya
seseorang sudah merasa dirinya telah bersatu dengan Tuhan. Ada 2 bentuk ittihad:
1. Al-hulul, paham mengatakan Tuhan masuk ke dalam tubuh manusia tertentu.
2. Wahdatul wujud, segala sesuatu terdapat sifat ketuhanan dan sifat kemakhlukan.
Berdasarkan pada literatur yang ada, kesalahpahaman itu umumnya terjadi pada
beberapa hal, antara lain (1) salah memahami ruang lingkup agama islam, (2) salah
menggambarkan kerangka dasar dari ajaran agama islam, (3) kesalahan metode mempelajari
islam, (4) melihat islam dari perilaku pemeluknya, (5) memahami islam bukan dari ahlinya,
(6) memahami islam tidak secara utuh.