MAkalah Aliran Qadariyah
MAkalah Aliran Qadariyah
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.........................................................................................iii
B. Rumusan Masalah....................................................................................iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Qadariyah................................................................................1
BAB III
ANALISA
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan..............................................................................................11
B. Saran........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
iii
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Qadariyah ?
2. Bagaimana awal kemunculan aliran Qodariyah?
3. Siapa tokoh-tokoh aliran Qodariyah?
4. Bagaimana Doktrin-doktrin aliran Qodariyah?
iv
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Qadariyah
Menurut Ahmad Amin, dalam buku yang dikarang oleh Dra Safni Rida
yng berjudul Ilmu Kalam, ada para ahli teologi yang mengatakan bahwa
Qadariah pertama dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani (w. 80 H) dan
Ghailan Ad-Dimasqy. Ma'bad adalah seorang taba'i yang dapat dipercaya dan
pernah berguru kepada Hasan Al Basri. Sementara, Ghailan adalah seorang
orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan.
lbnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin
(1886-1954 M), memberi informasi lain bahwa yang pertama kali
1
Abuddin Nata, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1995, hlm. 36
2
Ibid, hlm.37
1
memunculkan paham Qadariah adalah orang Irak yang semula beragama
Kristen kemudian masuk Islam dan kembali ke agama Kristen. dari orang
inilah, Ma'bad dan Ghailan mengambil paham ini. Orang Irak yang dimaksud,
sebagaimana dikatakan Muhammad lbnu Syua'ib yang memperoleh informasi
dari Al-Auzai adalah Susan.
Dengan demikian, keterangan yang ditulis oleh lbn Nabatah dalam Syarh
AI-Uyun yang mengatakan bahwa paham Qadariah berasal dari orang lrak
Kristen yang masuk Islam kemudian kembali ke Kristen, ada kemungkinan
direkayasa oleh orang yang tidak sependapat dengan paham ini, agar orang-
orang tidak tertarik dengan pikiran Qadariah. Menurut Kremer, seperti dikutip
Ignaz Goldziher, di kalangan Gereja Timur ketika itu perdebatan tentang butir
4
doktrin “Qadariah" mencekam pikiran para teolognya.
3
Dra Safni Rida M.Pd.I, Ilmu Kalam, Curup, LP2 STAIN Curup, 2010, hlm. 175
4
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html, yang diakses
pada 09 Oktober 2017 pukul 14:56
2
Berkaitan dengan persoalan pertama kali Qadariah muncul, penting untuk
melirik kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk
menentukannya. Para peneliti sebelumnya pun belum sepakat mengenai ini
karena ketika itu penganut Qadariah sangat banyak Sebagian terdapat di Irak
dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri.
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan
pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang
telah masuk Islam dan dari orang ini diambil oleh Ma 'bad dan Ghailan.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa paham mi muncul di Damaskus
disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak dipekerjakan di
5
istana-istana khalifah.
6
Paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham
Qadariah.
5
Safni, Op. Cit, hlm 176
6
Ibid, hlm 176
3
Qadar. Semasa hidupnya, Ma’bad Al-Juhani berguru dengan Hasan Al-Basri,
sebagaimana Washil bin Atha’, tokoh pendiri mu’tazilah. Jadi, Ma’bad
termasuk tabiin atau generasi kedua sesudah Nabi. Sedangkan Ghailan semula
tinggal di Damaskus. Ia seorang ahli pidato sehingga banyak orang tertarik
dengan kata-kata dan pendapatnya. 7
Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh. Ma’bad Al-Juhani terbunuh
dalam pertempuran melawan Al-Hajjaj pada tahun 80 H. Ia terlibat dalam
dunia politik dengan mendukung gubernur Sajistan, Abdurrahman Al-Asy’ats
menentang kekuasaan bani Umayyah. Sedangkan ghailan Al-Dimasyqi
dihukum bunuh pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105-125
H/ 724-743 M), khalifah dinasti Ummayyah yang kesepuluh. Hukuman bunuh
atas ghailan dilakukan karena ia terus menyebarluaskan faham qadariyah yang
dinilai membahayakan pemerintah. Ghailan gigih menyiarkan faham
qadariyah di Damaskus sehingga mendapat tekanan dari khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun terus mendapat tekanan, Ghailan tetap
melakukan aktivitasnya hingga Umar wafat dan diganti oleh Yazid II (720-
724 M). Baru pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
kegiatan ghailan berhenti dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan
kepadanya 8
7
http://qadariyah.blogspot.co.id/ yang diakses pada 09 Oktober 2017 pukul 14:45
8
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html, yang diakses
pada 09 Oktober 2017 pukul 14:56
4
disiksa-Nya, karena memakai qadrat tidak pada tempatnya. 9
Menurut paham ini manusialah yang memiliki dan melakukan segala
kehendaknyatanpa terikat oleh yang lain. penganut paham Qadariyah
menetapkan adanya ikhtiar dan kodrat bagi manusia, Jadi jelas bahwa dasar
pandangnya itu adalah pendapat nalar mereka dan kemudian diusahakan
penguatnya dengan penafsiran-penafsiran ayat suci yang sesuai dengan
pendapat mereka dan berusaha mentakwilkanya apabila ayat itu tidak sesuai
dengan logika mereka. Oleh karena itu, ketika paham Qadariyah dibawa ke
dalam kalangan orang-orang Islam yang bukan berasal dari Arab padang pasir
menimbulan kegoncangan dalam pemikiran mereka. Paham Qadariyah itu
mereka anggap bertentangan dengan ajaran islam. Adanya kegoncangan dan
sikap menentang paham Qadariyah ini. Dengan pemahaman seperti ini kaum
qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyadarkan
segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. 10
Pernyataan bahwa manusia mempunyai qudrat lebih lanjut dijelaskan oleh
Ali Musthofa al-Ghurabi bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia, dan dijadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa yang
dibebankan oleh Tuhan kepadanya. Karena jika Allah memberikan beban
kepada manusia, namun Ia tidak memberikan kekuatan kepada manusia, maka
beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-siaan bagi Allah adalah suatu hal
yang tidak boleh terjadi. Kemudian disini akan tampak ada dua pemahaman
terhadap sifat al Qudrat, yaitu Pertama, sifat al Qudrat yang dimiliki oleh
Allah yang lebih ditujukan kepada upaya ma'rifat kepada-Nya. Kedua sifat al-
Qudrat dalam paham Qodariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Perbedaannya Qudrat Tuhan adalah bersifat kekal, berada pada zat
Allah, tunggal, tidak berbilang dan berhubungan dengan segala yang dijadikan
obyek kekuatan (al-maqdurat) serta tidak berakhir dalam hubungannya dengan
zat.“ Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan
berkurang bahkan dapat hilang. ]adi uraian tersebut di atas dapat difahami
bahwa faham aliran Qadariah, meletakkan manusia pada posisi merdeka
9
Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid / Kalam, Malang, UIN MALIKI PRESS, 2010,
hlm. 146
10
Safni, Op. Cit, hlm. 177
5
dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika manusia berbuat baik
maka hal itu adalah kehendak dan kemauannya sendiri serta berdasarkan
kemerdekaan dan kebebasan memilih yang ia miliki. Sehingga bisa seseorang
diberi pahala yang baik berupa surga di akhirat, atau diberi siksaan di neraka
maka semuanya itu adalah atas pilihannya sendiri
Pemahaman tentang Qadariyah ini jangan dikacaukan dengan pemahaman
tentang sifat al-Qudrat yang dimiliki oleh Allah, karena pemahaman terhadap
sifat al-Qudrat ini lebih ditujukan kepada upaya ma'rifat kepada Allah.
sedangkan paham Qadariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat yang dimiliki manusia
dengan qudrat yang dimiliki Tuhan. Qudrat Tuhan adalah bersifat abadi,
kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak berbilang dan berhubungan
dengan segala yang dijadikan objek kekuatan (al-maqdurat). serta tidak
berakhir dalam hubungannya dengan zat. Sedangkan qudrat manusia adalah
sementara, berproses. bertambah dan berkurang, dapat hilang. 11
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, yang dikutip dari buku Dra safni Rida
yang berjudul Ilmu Kalam, masalah Qadariah disatukan pembahasannya
dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu'tazilah, sehingga perbedaan
antara kedua aliran ini kurang jelas. Ahmad Amin menjelaskan bahwa
doktrin qadar kiranya lebih luas dikupas oleh kalangan Mu'tazilah. Sebab.
paham ini dijadikan sebagai salah satu di antara doktrin Mu'tazilah. sehingga
orang sering menamakan Qadariah dengan Mu'tazilah karena mereka sama-
sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
tindakan tanpa campur tangan Tuhan
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya; manusia yang
melakukan. baik atas kehendak maupun kekuasaannya, dan manusia pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atau kemauan dan
dayanya.“ Salah seorang pemuka Qadariah yang lain, AnNazzam.
mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya. Selagi hidup manusia
12
mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya.
11
Ibid, hlm. 38
12
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2012,
6
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa doktrin Qadariah
pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Manusia dalam hal ini mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri. baik berbuat baik
maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan berhak pula memperoleh hukuman
atas kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, apabila
seseorang diberi ganjaran, baik dengan balasan surga maupun diberi ganjaran
siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat berdasarkan pilihan pribadinya,
bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas manusia menerima siksaan
atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya.
13
Paham takdir dalam pandangan Qadariah bukan dalam pengertian takdir
yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu. yaitu paham yang
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam
perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah
ditentukan semenjak ajal terhadap dirinya. Dalam paham Qadariah. takdir
adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya berlaku untuk alam semesta
beserta seluruh isinya semenjak ajal, yaitu hukum yang dalam istilah Al-
Quran adalah sunatullah. Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah
memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya
tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia
ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip, seperti dimiliki ikan sehingga
dapat berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai
kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, tetapi
manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif. Demikian juga
anggota tubuh lainnya dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu.
Dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil,
manusia dapat meniru yang dimiliki ikan sehingga dapat berenang di laut
lepas. Demikian juga, manusia dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat yang dibawa gajah, bahkan lebih dari
itu.
hlm. 91
13
Ibid, hlm. 92
7
Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariah berpendapat bahwa tidak
ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan
Tuhan. Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam.
Banyak ayat AI-Quran yang dapat mendukung pendapat ini, misalnya :
14
Yayasan Penterjemah dan Penafsir A-Qur’an, Al-Jumanatul ‘Ali, Al-Qur’an dan
Terjemahanya, Bandung, CV Al-Jumanatul Ali-Art (J-ART), 2004, hlm 297
15
Ibid, hlm 250
8
16
111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia
mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.
BAB III
ANALISA
Jadi menurut penulis, Aliran adariyah ini adalah aliran yang menyatakan
bahwa segala perbuatan manusia adalah sesuai dengan kemauan manusia sendiri,
tanpa ada sedikitpun campur tangan Tuhan. Manusia memiliki Qudrah atau
kekuatan dan akal untuk memilih apa yang mau ia lakukan, apakah itu perbuatan
baik ataupun buruk.
16
Ibid, hlm 96
9
Dampak Positif berpaham Qadariyah adalah manusia akan lebih kreatif
dalam berkarya karena manusia tidak akan bersifat pasrah dan akan terus berusaha
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan dan
kekuatan. Adapun secara termenologi istilah, adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Aliran-aliran ini
10
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia
dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html,
http://qadariyah.blogspot.co.id/
Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid / Kalam, Malang, UIN MALIKI PRESS,
2010
Nata, Abuddin, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF, Jakarta, PT Raja
11
Grafindo Persada, 1995,
Rida, Safni, ILMU KALAM, Curup, LP2 STAIN Curup, 2010
12