Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
tugas makalah  ini dengan judul “Aliran Qadariyah” serta tak lupa pula penulis
haturkan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi kita Muhammad SAW
yang telah membawa kita dari zaman kebodohan menuju zaman yang sekarang
ini yakni zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Makalah ini di persiapkan dan di susun untuk memenuhi tugas perkuliahan


serta menambah wawasan dan ilmu pengetahuan, di dalam makalah ini penulis
menyadari bahwa penulisanya masih sangat sederhana dan jauh dari
kesempurnaan. Namun, besar harapan penulis semoga makalah yang disusun
ini bisa bermanfaat. Makalah ini dapat terselesaikan atas usaha
keras penulis dan bantuan rekan-rekan dalam diskusi untuk mengisi
kekuranganya.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa baik


dalam penyampaian maupun penulisan masih banyak kekurangannya untuk itu
saran dan kritik dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk penunjang
dalam pembuatan makalah penulis berikutnya.

  Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh...

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI.....................................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.........................................................................................iii

B. Rumusan Masalah....................................................................................iv

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Qadariyah................................................................................1

2. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah.......................................................1

3. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah................................................................4

4. Doktrin-Doktrin Aliran Qadariyah............................................................4

BAB III

ANALISA

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan..............................................................................................11

B. Saran........................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................12

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aliran-aliran (Firqoh) muncul setelah Rasulullah SAW wafat, pada zaman


Nabi Muhammad SAW umat Islam dapat kompak dalam lapangan agama,
termasuk di bidang aqidah. Kalau ada hal-hal yang tidak jelas atau hal-hal
yang diperselisihkan di antara para sahabat, mereka mengembalikan
persoalannya kepada nabi. Maka penjelasan beliau itulah yang kemudian
menjadi pegangan dan ditaatinya. Namun setelah Rasulullah wafat mulailah
bermunculah aliran-aliran (firqoh) ilmu kalam, terutama pada masa
pemerintahan Kholifah Usman bin affan. Syi’ah merupakan firqoh pertama
yang kemudian disusul oleh firqoh-firqoh lainnya, salah satunya adalah firqoh
Qadariyah.

Persoalan Iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran


Islam yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah
ini dalam ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika
berada di Mekkah. Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh
perhatian yang cukup kuat dibanding persoalan syari’at, sehingga tema sentral
dari ayat-ayat al-Quran yang turun selama periode ini adalah ayat-ayat yang
menyerukan kepada masalah keimanan.

Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang


Ilmu Kalam. Kalam secara harfiah berarti “kata-kata”. Kaum teolog Islam
berdebat dengan kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan
pemikirannya sehingga teolog disebut sebagai mutakallim yaitu ahli debat
yang pintar mengolah kata

Makalah ini akan mencoba menjelaskan aliran Qadariyah. Dalam makalah


ini penyusun hanya menjelaskan secara singkat dan umum tentang aliran
Qadariyah. Mencakup di dalamnya adalah latar belakang lahirnya sebuah
aliran dan ajaran-ajarannya secara umum

iii
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Qadariyah ?
2. Bagaimana awal kemunculan aliran Qodariyah?
3. Siapa tokoh-tokoh aliran Qodariyah?
4. Bagaimana Doktrin-doktrin aliran Qodariyah?

iv
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Qadariyah

Qadariyah berakar pada qadara yang dapat berarti memutuskan dan


memiliki kekuatan atau kemampuan. Sedangkan sebagai aliran dalam ilmu
Kalam. qadariyah adalah nama yang dipakai untuk suatu aliran yang
memberikan penekanan terhadap kebebasan dan kekuatan manusia dalam
menghasilkan perbuatan perbuatannya. 1

Dalam paham ini Qadariyah manusia di pandang mempunyai qudrat atau


kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian
bahwa manusia terpaksa tunduk kepada qadar atau qada Tuhan. Tentang
kapan munculnya paham qadariyah dalam Islam secara pasti tidak dapat
diketahui. Namun ada sementara para ahli yang menghubungkan paham
qadariyah ini dengan kaum Khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep
iman, pengakuan hati dan amal dapat menimbulkan kesadaran bahwa manusia
mampu sepenuhnya memilih dan menentukan tindakannya sendiri, baik atau
buruk. 2

2. Sejarah Munculnya Aliran Qadariyah

Menurut Ahmad Amin, dalam buku yang dikarang oleh Dra Safni Rida
yng berjudul Ilmu Kalam, ada para ahli teologi yang mengatakan bahwa
Qadariah pertama dimunculkan oleh Ma'bad Al-Jauhani (w. 80 H) dan
Ghailan Ad-Dimasqy. Ma'bad adalah seorang taba'i yang dapat dipercaya dan
pernah berguru kepada Hasan Al Basri. Sementara, Ghailan adalah seorang
orator berasal dari Damaskus dan ayahnya menjadi maula Utsman bin Affan.
lbnu Nabatah dalam kitabnya Syarh Al-Uyun, seperti dikutip Ahmad Amin
(1886-1954 M), memberi informasi lain bahwa yang pertama kali
1
Abuddin Nata, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF, Jakarta, PT Raja Grafindo
Persada, 1995, hlm. 36
2
Ibid, hlm.37

1
memunculkan paham Qadariah adalah orang Irak yang semula beragama
Kristen kemudian masuk Islam dan kembali ke agama Kristen. dari orang
inilah, Ma'bad dan Ghailan mengambil paham ini. Orang Irak yang dimaksud,
sebagaimana dikatakan Muhammad lbnu Syua'ib yang memperoleh informasi
dari Al-Auzai adalah Susan.

Sementara itu, W. Montgomery Watt menemukan dokumen lain melalui


tulisan Hellmut Ritter dalam bahasa Jerman yang dipublikasikan melalui
majalah Der Islam pada tahun 1933. Artikel ini menjelaskan paham Qadariah
yang terdapat dalam kitab Risalah dan ditulis untuk Khalifah Abdul Malik
oleh Hasan Al-Basri sekitar tahun 700 M. Hasan Al-Basri (642-728) adalah
anak seorang yang berstatus tahanan di Irak, lahir di Madinah, tetapi pada
tahun 657 pergi ke Basrah dan tinggal di sana sampai akhir hayatnya. Apakah
Hasan Al-Basri orang Qadariah atau bukan, hal ini memang terjadi
perdebatan. Akan tetapi, yang jelas, berdasarkan catatannya yang terdapat
dalam Kitab Risalah ini percaya bahwa manusia dapat memilih secara bebas
antara baik dan buruk. Hasan yakin bahwa manusia bebas memilih antara
berbuat baik atau berbuat buruk Ma'bad Al-Jauhani dan Ghailan Ad-
Dimasyqi, menurut Watt adalah penganut Qadariah yang hidup setelah Hasan
Al-Basri. Apabila dihubungkan dengan keterangan Adz-Dzahabi dalam Mizan
AI-l'tidal, seperti dikutip Ahmad Amin yang menyatakan bahwa Ma’bad Al-
Jauhani pernah belajar kepada Hasan Al-Bashri. Jadi, sangat mungkin paham
Qadariah ini mula-mula dikembangkan Hasan Al-Bashri. 3

Dengan demikian, keterangan yang ditulis oleh lbn Nabatah dalam Syarh
AI-Uyun yang mengatakan bahwa paham Qadariah berasal dari orang lrak
Kristen yang masuk Islam kemudian kembali ke Kristen, ada kemungkinan
direkayasa oleh orang yang tidak sependapat dengan paham ini, agar orang-
orang tidak tertarik dengan pikiran Qadariah. Menurut Kremer, seperti dikutip
Ignaz Goldziher, di kalangan Gereja Timur ketika itu perdebatan tentang butir
4
doktrin “Qadariah" mencekam pikiran para teolognya.

3
Dra Safni Rida M.Pd.I, Ilmu Kalam, Curup, LP2 STAIN Curup, 2010, hlm. 175
4
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html, yang diakses
pada 09 Oktober 2017 pukul 14:56

2
Berkaitan dengan persoalan pertama kali Qadariah muncul, penting untuk
melirik kembali pendapat Ahmad Amin yang menyatakan kesulitan untuk
menentukannya. Para peneliti sebelumnya pun belum sepakat mengenai ini
karena ketika itu penganut Qadariah sangat banyak Sebagian terdapat di Irak
dengan bukti bahwa gerakan ini terjadi pada pengajian Hasan Al-Basri.
Pendapat ini dikuatkan oleh pendapat Ibn Nabatah bahwa yang mencetuskan
pendapat pertama tentang masalah ini adalah seorang Kristen dari Irak yang
telah masuk Islam dan dari orang ini diambil oleh Ma 'bad dan Ghailan.
Sebagian yang lain berpendapat bahwa paham mi muncul di Damaskus
disebabkan oleh pengaruh orang-orang Kristen yang banyak dipekerjakan di
5
istana-istana khalifah.

6
Paham Qadariah mendapat tantangan keras dari umat islam ketika itu.
Ada beberapa hal yang mengakibatkan terjadinya reaksi keras terhadap paham
Qadariah.

a. Pendapat Harun Nasution, karena masyarakat Arab sebelum islam


kelihatannya dipengaruhi oleh paham fatalis. Kehidupan bangsa Arab
ketika itu serba sederhana dan jauh dari pengetahuan. Mereka merasa lebih
dan tidak mampu menghadapi kesukaran hidup yang ditimbulkan oleh
alam sekelilingnya. Faham itu dikembangkan mereka tidak dapat
menerimanya, faham qadariyah itu dianggap bertentangan dengan doktrin
Islam.
b. Tantangan dari pemerintah. Tantangan ini sangat mungkin terjadi karena
para pejabat menganut paham Jabariah. Ada kemungkinan juga pejabat
pemerintah menganggap gerakan paham Qadariah sebagai suatu usaha
menyebarkan paham dinamis dan daya kritis rakyat.

3. Tokoh-Tokoh Aliran Qadariyah

Tokoh utama Qadariyah adalah Ma’bad Al-Juhani dan Ghailan Al-


Dimasyqi. Kedua tokoh inilah yang pertama kali mempersoalkan tentang

5
Safni, Op. Cit, hlm 176
6
Ibid, hlm 176

3
Qadar. Semasa hidupnya, Ma’bad Al-Juhani berguru dengan Hasan Al-Basri,
sebagaimana Washil bin Atha’, tokoh pendiri mu’tazilah. Jadi, Ma’bad
termasuk tabiin atau generasi kedua sesudah Nabi. Sedangkan Ghailan semula
tinggal di Damaskus. Ia seorang ahli pidato sehingga banyak orang tertarik
dengan kata-kata dan pendapatnya. 7
Kedua tokoh Qadariyah ini mati terbunuh. Ma’bad Al-Juhani terbunuh
dalam pertempuran melawan Al-Hajjaj pada tahun 80 H. Ia terlibat dalam
dunia politik dengan mendukung gubernur Sajistan, Abdurrahman Al-Asy’ats
menentang kekuasaan bani Umayyah. Sedangkan ghailan Al-Dimasyqi
dihukum bunuh pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (105-125
H/ 724-743 M), khalifah dinasti Ummayyah yang kesepuluh. Hukuman bunuh
atas ghailan dilakukan karena ia terus menyebarluaskan faham qadariyah yang
dinilai membahayakan pemerintah. Ghailan gigih menyiarkan faham
qadariyah di Damaskus sehingga mendapat tekanan dari khalifah Umar bin
Abdul Aziz (717-720 M). Meskipun terus mendapat tekanan, Ghailan tetap
melakukan aktivitasnya hingga Umar wafat dan diganti oleh Yazid II (720-
724 M). Baru pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik (724-743 M)
kegiatan ghailan berhenti dengan eksekusi hukuman mati yang dijatuhkan
kepadanya 8

4. Doktrin-Doktrin Aliran Qadariyah

Pada Prinsipnya dasarpikiran ajaran aliran Qadariyah tentang perbuatan


manusia adalah manusia sendiri yang menentukan perbuatannya dengan
kemauannya, manusia dapat berbuat yang baik dan meninggalkan yang buruk
dan tidak ada campur tangan dengan Tuhan. Boleh dikata manusia yang
menciptakan perbuatan dengan qudrat yang telah diberikan Tuhan kepadanya
sejak lahir. Tuhan tidak ada hubungan dengan manusia sekarang ini, bahkan
Tuhan baru tahu akan perbuatan manusia setelah dikerjakan. Kalau manusia
berbuat baik akan diberi pahala dan sebaliknya kalau berbuat dosa akan

7
http://qadariyah.blogspot.co.id/ yang diakses pada 09 Oktober 2017 pukul 14:45
8
http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html, yang diakses
pada 09 Oktober 2017 pukul 14:56

4
disiksa-Nya, karena memakai qadrat tidak pada tempatnya. 9
Menurut paham ini manusialah yang memiliki dan melakukan segala
kehendaknyatanpa terikat oleh yang lain. penganut paham Qadariyah
menetapkan adanya ikhtiar dan kodrat bagi manusia, Jadi jelas bahwa dasar
pandangnya itu adalah pendapat nalar mereka dan kemudian diusahakan
penguatnya dengan penafsiran-penafsiran ayat suci yang sesuai dengan
pendapat mereka dan berusaha mentakwilkanya apabila ayat itu tidak sesuai
dengan logika mereka. Oleh karena itu, ketika paham Qadariyah dibawa ke
dalam kalangan orang-orang Islam yang bukan berasal dari Arab padang pasir
menimbulan kegoncangan dalam pemikiran mereka. Paham Qadariyah itu
mereka anggap bertentangan dengan ajaran islam. Adanya kegoncangan dan
sikap menentang paham Qadariyah ini. Dengan pemahaman seperti ini kaum
qadariyah berpendapat bahwa tidak ada alasan yang tepat untuk menyadarkan
segala perbuatan manusia kepada perbuatan Tuhan. 10
Pernyataan bahwa manusia mempunyai qudrat lebih lanjut dijelaskan oleh
Ali Musthofa al-Ghurabi bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan
manusia, dan dijadikan baginya kekuatan agar dapat melaksanakan apa yang
dibebankan oleh Tuhan kepadanya. Karena jika Allah memberikan beban
kepada manusia, namun Ia tidak memberikan kekuatan kepada manusia, maka
beban itu adalah sia-sia, sedangkan kesia-siaan bagi Allah adalah suatu hal
yang tidak boleh terjadi. Kemudian disini akan tampak ada dua pemahaman
terhadap sifat al Qudrat, yaitu Pertama, sifat al Qudrat yang dimiliki oleh
Allah yang lebih ditujukan kepada upaya ma'rifat kepada-Nya. Kedua sifat al-
Qudrat dalam paham Qodariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Perbedaannya Qudrat Tuhan adalah bersifat kekal, berada pada zat
Allah, tunggal, tidak berbilang dan berhubungan dengan segala yang dijadikan
obyek kekuatan (al-maqdurat) serta tidak berakhir dalam hubungannya dengan
zat.“ Sedangkan qudrat manusia adalah sementara, berproses, bertambah dan
berkurang bahkan dapat hilang. ]adi uraian tersebut di atas dapat difahami
bahwa faham aliran Qadariah, meletakkan manusia pada posisi merdeka

9
Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid / Kalam, Malang, UIN MALIKI PRESS, 2010,
hlm. 146
10
Safni, Op. Cit, hlm. 177

5
dalam menentukan tingkah laku dan kehendaknya. Jika manusia berbuat baik
maka hal itu adalah kehendak dan kemauannya sendiri serta berdasarkan
kemerdekaan dan kebebasan memilih yang ia miliki. Sehingga bisa seseorang
diberi pahala yang baik berupa surga di akhirat, atau diberi siksaan di neraka
maka semuanya itu adalah atas pilihannya sendiri
Pemahaman tentang Qadariyah ini jangan dikacaukan dengan pemahaman
tentang sifat al-Qudrat yang dimiliki oleh Allah, karena pemahaman terhadap
sifat al-Qudrat ini lebih ditujukan kepada upaya ma'rifat kepada Allah.
sedangkan paham Qadariyah lebih ditujukan kepada qudrat yang dimiliki
manusia. Namun terdapat perbedaan antara qudrat yang dimiliki manusia
dengan qudrat yang dimiliki Tuhan. Qudrat Tuhan adalah bersifat abadi,
kekal, berada pada zat Allah, tunggal, tidak berbilang dan berhubungan
dengan segala yang dijadikan objek kekuatan (al-maqdurat). serta tidak
berakhir dalam hubungannya dengan zat. Sedangkan qudrat manusia adalah
sementara, berproses. bertambah dan berkurang, dapat hilang. 11
Dalam kitab Al-Milal wa An-Nihal, yang dikutip dari buku Dra safni Rida
yang berjudul Ilmu Kalam, masalah Qadariah disatukan pembahasannya
dengan pembahasan tentang doktrin-doktrin Mu'tazilah, sehingga perbedaan
antara kedua aliran ini kurang jelas. Ahmad Amin menjelaskan bahwa
doktrin qadar kiranya lebih luas dikupas oleh kalangan Mu'tazilah. Sebab.
paham ini dijadikan sebagai salah satu di antara doktrin Mu'tazilah. sehingga
orang sering menamakan Qadariah dengan Mu'tazilah karena mereka sama-
sama percaya bahwa manusia mempunyai kemampuan untuk mewujudkan
tindakan tanpa campur tangan Tuhan
Harun Nasution menjelaskan pendapat Ghalian tentang doktrin Qadariah
bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbuatannya; manusia yang
melakukan. baik atas kehendak maupun kekuasaannya, dan manusia pula yang
melakukan atau menjauhi perbuatan-perbuatan jahat atau kemauan dan
dayanya.“ Salah seorang pemuka Qadariah yang lain, AnNazzam.
mengemukakan bahwa manusia hidup mempunyai daya. Selagi hidup manusia
12
mempunyai daya, ia berkuasa atas segala perbuatannya.
11
Ibid, hlm. 38
12
Abdul Rozak, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, CV PUSTAKA SETIA, 2012,

6
Dari beberapa penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa doktrin Qadariah
pada dasarnya menyatakan bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas
kehendaknya sendiri. Manusia dalam hal ini mempunyai kewenangan untuk
melakukan segala perbuatannya atas kehendaknya sendiri. baik berbuat baik
maupun berbuat jahat. Oleh karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas
kebaikan-kebaikan yang dilakukannya dan berhak pula memperoleh hukuman
atas kejahatan-kejahatan yang diperbuatnya. Dalam kaitan ini, apabila
seseorang diberi ganjaran, baik dengan balasan surga maupun diberi ganjaran
siksa dengan balasan neraka kelak di akhirat berdasarkan pilihan pribadinya,
bukan oleh takdir Tuhan. Sungguh tidak pantas manusia menerima siksaan
atau tindakan salah yang dilakukan bukan atas keinginan dan kemampuannya.
13
Paham takdir dalam pandangan Qadariah bukan dalam pengertian takdir
yang umum dipakai oleh bangsa Arab ketika itu. yaitu paham yang
mengatakan bahwa nasib manusia telah ditentukan terlebih dahulu. Dalam
perbuatan-perbuatannya, manusia hanya bertindak menurut nasib yang telah
ditentukan semenjak ajal terhadap dirinya. Dalam paham Qadariah. takdir
adalah ketentuan Allah yang diciptakan-Nya berlaku untuk alam semesta
beserta seluruh isinya semenjak ajal, yaitu hukum yang dalam istilah Al-
Quran adalah sunatullah. Secara alamiah, sesungguhnya manusia telah
memiliki takdir yang tidak dapat diubah. Manusia dalam dimensi fisiknya
tidak dapat berbuat lain, kecuali mengikuti hukum alam. Misalnya, manusia
ditakdirkan oleh Tuhan tidak mempunyai sirip, seperti dimiliki ikan sehingga
dapat berenang di lautan lepas. Demikian juga manusia tidak mempunyai
kekuatan seperti gajah yang mampu membawa barang beratus kilogram, tetapi
manusia ditakdirkan mempunyai daya pikir yang kreatif. Demikian juga
anggota tubuh lainnya dapat berlatih sehingga dapat tampil membuat sesuatu.
Dengan daya pikir yang kreatif dan anggota tubuh yang dapat dilatih terampil,
manusia dapat meniru yang dimiliki ikan sehingga dapat berenang di laut
lepas. Demikian juga, manusia dapat membuat benda lain yang dapat
membantunya membawa barang seberat yang dibawa gajah, bahkan lebih dari
itu.
hlm. 91
13
Ibid, hlm. 92

7
Dengan pemahaman seperti ini, kaum Qadariah berpendapat bahwa tidak
ada alasan yang tepat menyandarkan segala perbuatan manusia pada perbuatan
Tuhan. Doktrin-doktrin ini mempunyai tempat pijakan dalam doktrin islam.
Banyak ayat AI-Quran yang dapat mendukung pendapat ini, misalnya :

Q.S Al-Kahfi Ayat 29


         
       
       
14
      
29. Dan Katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; Maka
barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa
yang ingin (kafir) Biarlah ia kafir". Sesungguhnya kami Telah sediakan bagi
orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling
buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

Dalam Q.S Ar-Ra’d ayat 11


        
           
          
15
     

11. Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,


di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merobah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merobah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

Dalam Q.S Nisaa’ ayat 111


         

14
Yayasan Penterjemah dan Penafsir A-Qur’an, Al-Jumanatul ‘Ali, Al-Qur’an dan
Terjemahanya, Bandung, CV Al-Jumanatul Ali-Art (J-ART), 2004, hlm 297
15
Ibid, hlm 250

8
16
  
111. Barangsiapa yang mengerjakan dosa, Maka Sesungguhnya ia
mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri. dan Allah Maha
mengetahui lagi Maha Bijaksana.

BAB III

ANALISA

Jadi menurut penulis, Aliran adariyah ini adalah aliran yang menyatakan
bahwa segala perbuatan manusia adalah sesuai dengan kemauan manusia sendiri,
tanpa ada sedikitpun campur tangan Tuhan. Manusia memiliki Qudrah atau
kekuatan dan akal untuk memilih apa yang mau ia lakukan, apakah itu perbuatan
baik ataupun buruk.

16
Ibid, hlm 96

9
Dampak Positif berpaham Qadariyah adalah manusia akan lebih kreatif
dalam berkarya karena manusia tidak akan bersifat pasrah dan akan terus berusaha
untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Sedangkan dampak Negatifnya adalah manusia cenderung jauh dari Tuhan


sang pencipta, karena mera semua yang ia lakukan adalah dari kehendaknya
sendiri, dan terlihat sedikit sombong karena seolah-olah manusia itu bisa
melakukan semua hal.

Menurut penulis pemahaman dari aliran ini adalah bertentangan dengan


Islam yang sebenarnya, karena memang manusia dapat menentukan apapun yang
ia ingin lakukan, akan tetapi setiap manusia juga telah ditetapkan Takdirnya oleh
Allah SWT, jadi tidak dapat dipungkiri bahwa setiap manusia memiliki Takdir
atau Qada dan Qadar yang telah ditetapkan oleh Allah, karena percya kepada
Qada dan Qadar juga termasuk Rukun Iman bagi umat Muslim

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kata Qadariyah berasal dari bahasa Arab qadara yang berarti kemampuan dan
kekuatan. Adapun secara termenologi istilah, adalah suatu aliran yang percaya
bahwa segala tindakan manusia tidak diintervensi oleh Allah. Aliran-aliran ini

10
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia
dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.

Pokok ajaran Qadariyah bahwa manusia berkuasa atas perbuatan-perbutannya.


Manusia sendirilah yang melakukan perbuatan baik atas kehendak dan kekuasaan
sendiri dan manusia sendiri pula yang melakukan atau menjauhi perbuatan-
perbutan jahat atas kemauan dan dayanya sendiri. Tokoh an-Nazzam menyatakan
bahwa manusia hidup mempunyai daya, dan dengan daya itu ia dapat berkuasa
atas segala perbuatannya.

Dengan demikian bahwa segala tingkah laku manusia dilakukan atas


kehendaknya sendiri. Manusia mempunyai kewenangan untuk melakukan segala
perbuatan atas kehendaknya sendiri, baik berbuat baik maupun berbuat jahat. Oleh
karena itu, ia berhak mendapatkan pahala atas kebaikan yang dilakukannya dan
juga berhak pula memperoleh hukuman atas kejahatan yang diperbuatnya.
Ganjaran kebaikan di sini disamakan dengan balasan surga kelak di akherat dan
ganjaran siksa dengan balasan neraka kelak di akherat, itu didasarkan atas pilihan
pribadinya sendiri, bukan oleh takdir Tuhan.

B. Saran

Setelah membaca makalah ini diharapkan agar Mahasiswa dapat lebih


mengenal paham-paham yang ada dalam ajaran Islam. Dan bahwasanya setiap
paham itu memiliki dalil tersendiri dari al-Qur'an. Sehingga diharapkan nantinya
kita tidak mudah mengkafirkan paham yang lain. Perbedaan paham itu semata-
mata hanyalah karena perbedaan pemahaman dalam mentafsirkan al-Qur'an

DAFTAR PUSTAKA

http://hasby-hasbykacff.blogspot.co.id/2010/10/makalah-qodariyah.html,

http://qadariyah.blogspot.co.id/

Mulyono & Bashori, Studi Ilmu Tauhid / Kalam, Malang, UIN MALIKI PRESS,
2010
Nata, Abuddin, ILMU KALAM, FILSAFAT, DAN TASAWUF, Jakarta, PT Raja

11
Grafindo Persada, 1995,
Rida, Safni, ILMU KALAM, Curup, LP2 STAIN Curup, 2010

Rozak, Abdul, Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Bandung, CV PUSTAKA SETIA,


2012
Yayasan Penterjemah dan Penafsir A-Qur’an, Al-Jumanatul ‘Ali, Al-Qur’an dan
Terjemahanya, Bandung, CV Al-Jumanatul Ali-Art (J-ART), 2004

12

Anda mungkin juga menyukai