Anda di halaman 1dari 17

Alya’ Tsabitah

04011281722104
Alpha 2017

LIMFADENOPATI

A. Definisi
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukuran lebih
besar dari 1 cm. Limfadenopati juga dapat didefinisikan sebagai abnormalitas ukuran
atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening supraklavikula,
iliak, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar epitroklear dengan
ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.

B. Klasifikasi
Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal (limfadenopati
lokalisata) dan pembesaran KGB umum (limfadenopati generalisata). Limfadenopati
lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan
limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang
berjauhan dan simetris.
Limfadenopati leher dibagi dua yaitu akut dan kronik. Limfadenopati leher akut
ditandai dengan ukuran KGB >10 mm, merah, dan nyeri; bisa juga teraba fluktuasi
(seperti cairan di dalam benjolan) dan demam. Kuman penyebab biasanya Streptokokus
atau Stafilokokus yang masuk dari infeksi sekitar mulut, tenggorokan, gigi, dan kulit
kepala.
Limfadenopati leher kronik ditandai dengan pembesaran KGB lebih dari 2 minggu.
Beberapa penyebab limfadenopati kronik adalah:
1. Eksim/atopi: pembesaran KGB ditemukan di kepala bagian belakang, bilateral, dan
tidak nyeri.
2. Infeksi kronis: sitomegalovirus, tuberkulosis, toksoplasma, dan HIV.
3. Keganasan: limfoma dan leukemia.
4. Penyakit rematik: artritis reumatik juvenil dan lupus.
Limfadenopati akut diobati dengan antibiotik, atau drainase (mengeluarkan cairan)
bila teraba fluktuasi. Sementara itu, limfadenopati kronik perlu diinvestigasi
penyebabnya dengan pemeriksaan darah, Rontgen dada, CT-scan, USG, tes tuberkulin
(Mantoux), dan biopsi eksisi.

C. Etiologi
Penyebab yang paling sering limfadenopati adalah:
1. Infeksi
a. Infeksi virus
Infeksi yang disebabkan oleh virus pada saluran pernapasan bagian atas
seperti Rinovirus, Parainfluenza Virus, influenza Virus, Respiratory Syncytial Virus
(RSV), Coronavirus, Adenovirus ataupun Retrovirus. Virus lainnya Ebstein Barr
Virus (EBV), Cytomegalo Virus (CMV), Rubela, Rubeola, Varicella-Zooster Virus,
Herpes Simpleks Virus, Coxsackievirus, dan Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Infeksi HIV sering menyebabkan limfadenopati serivikalis yang merupakan
salah satu gejala umum infeksi primer HIV. Infeksi primer atau akut adalah
penyakit yang dialami oleh sebagian orang pada beberapa hari atau minggu
setelah tertular HIV. Gejala lain termasuk demam dan sakit kepala, dan sering kali
penyakit ini dianggap penyakit flu (influenza like illness).
Pembengkakan kelenjar getah bening bersifat tidak sakit, simetris dan
kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang
bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk di inguinal. Biasanya kulit
pada kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah.
Kelenjar yang bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan
dengan cara menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran sebesar kacang
polong sampai sebesar buah anggur.

b. Infeksi Bakteri
Peradangan KGB (limfadenitis) dapat disebabkan Streptokokus beta
hemolitikus Grup A atau stafilokokus aureus. Bakteri anaerob bila berhubungan
dengan caries dentis dan penyakit gusi, radang apendiks atau abses tubo-ovarian.
Pada awal infeksi, aspirat mengandung campuran neutrofil dan limfosit.
Kemudian mengandung bahan pirulen dari neutrofil dan massa debris.
Limfadenitis bakterial akut biasanya menyebabkan KGB berwarna merah, panas
dan nyeri tekan. Biasanya penderita demam dan terjadi leukositosis neutrofil
pada pemeriksaan darah tepi.
Pada infeksi oleh Mikobakterium tuberkulosis, aspirat tampak karakteristik
sel epiteloid dengan latar belakang limfosit dan sel plasma. Sel epiteloid berupa
sel bentuk poligonal yang lonjong dengan sitoplasma yang pucat, batas sel yang
tidak jelas, kadang seperti koma atau inti yang berbentuk seperti bumerang yang
pucat, berlekuk dengan kromatin halus.

Keganasan seperti leukemia, neuroblastoma, rhabdomyo-sarkoma dan


limfoma juga dapat menyebabkan limfadenopati. Diagnostik sitologi Limfoma
Hodgkin umumnya dibuat dengan ditemukannya tanda klasik yaitu sel Reed
Sternberg dengan latar belakang limfosit, sel plasma, eosinofil dan histiosit. Sel
Reed Sternberg adalah sel yang besar dengan dua inti atau multinucleated dengan
sitoplasma yang banyak dan pucat.

Metastasis karsinoma merupakan penyebab yang lebih umum dari


limfadenopati dibandingkan dengan limfoma, khususnya pada penderita usia
lebih dari 50 tahun. Dengan teknik biopsi aspirasi jarum halus lebih mudah
mendiagnosis suatu metastasis karsinoma daripada limfoma.

Penyakit lainnya yang salah satu gejalanya adalah limfadenopati adalah


penyakit Kawasaki, penyakit Kimura, penyakit Kikuchi, penyakit Kolagen, penyakit
Cat-scratch, penyakit Castleman, Sarcoidosis, Rhematoid arthritis dan Sisestemic
lupus erithematosus (SLE).
Obat-obatan dapat menyebabkan limfadenopati generalisata. Limfadenopati
dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin dan isoniazid. Obat-
obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril, carbamazepine,
cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine, quinidine, sulfonamida,
sulindac).
Imunisasi dilaporkan juga dapat menyebabkan limfadenopati di daerah leher,
seperti setelah imunisasi DPT, polio atau tifoid. Meskipun demikian, masing-
masing penyebab tidak dapat ditentukan hanya dari pembesaran KGB saja,
melainkan dari gejala-gejala lainnya yang menyertai pembesaran KGB tersebut.

D. Patofisiologi
Kelenjar getah bening (KGB) adalah bagian dari sistem pertahanan tubuh kita. Tubuh
kita memiliki kurang lebih sekitar 600 kelenjar getah bening, namun hanya di daerah sub
mandibular (bagian bawah rahang bawah; sub: bawah; mandibula: rahang bawah), ketiak
atau lipat paha yang teraba normal pada orang sehat. Terbungkus kapsul fibrosa yang
berisi kumpulan sel-sel pembentuk pertahanan tubuh dan merupakan tempat
penyaringan antigen (protein asing) dari pembuluh-pembuluh getah bening yang
melewatinya. 
Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan
diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran
pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki
sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah
bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi
antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. 
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit
dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi
infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau
timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucherdisease).
Bila daerah terkena radang, biasanya terjadi kenaikan yang menyolok pada aliran
limfe dari daerah itu. Telah diketahui bahwa dalam perjalanan peradangan akut, lapisan
pembatas pembuluh limfe yang terkecil agak meregang, sama seperti yang terjadi pada
venula, dengan demikian memungkinkan lebih banyak bahan interstisial yang masuk
kedalam pembuluh limfe. Bagaimanapun juga, selama peradangan akut tidak hanya
aliran limfe yang bertambah, tetapi kandungan protein dan sel dari cairan limfe juga
bertambah dengan cara yang sama.
Sebaliknya, bertambahnya aliran bahan-bahan melalui pembuluh limfe
menguntungkan karena cenderung mengurangi pembengkakan jaringan yang meradang
dengan mengosongkan sebagian dari eksudat, sementara agen-agen yang dapat
menimbulkan cedera dapat dibawa oleh pembuluh limfe dari tempat peradangan primer
ketempat yang jauh dalam tubuh. Dengan cara ini, misalnya, agen-agen yang menular
dapat menyebar. Penyebaran sering dibatasi oleh penyaringan yang dilakukan oleh
kelenjar limfe regional yang dilalui oleh cairan limfe yang bergerak menuju kedalam
tubuh, tetapi agen atau bahan yang terbawa oleh cairan limfe mungkin masih dapat
melewati kelenjar dan akhirnya mencapai aliran darah. Dengan mengetahui lokasi
pembesaran KGB maka kita dapat mengarahkan kepada lokasi kemungkinan terjadinya
infeksi atau penyebab pembesaran KGB. Benjolan, bisa berupa tumor baik jinak atau
ganas, bisa juga berupa pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar ini ada banyak sekali
di tubuh kita, antara lain di daerah leher, ketiak, dalam rongga dada dan perut, di
sepanjang tulang belakang kiri dan kanan sampai mata kaki. Kelenjar getah bening
berfungsi sebagai penyaring bila ada infeksi lokal yang disebabkan bakteri atau virus.
Jika tidak terjadi infeksi, kemungkinan adalah tumor. Apalagi bila pembesaran
kelenjar di daerah-daerah tersebut di atas, pertumbuhannya cepat dan mudah
membesar. Bila sudah sebesar biji nangka, misalnya, bila ditekan tidak sakit, maka perlu
diwaspadai. Jalan terbaik, adalah dilakukan biopsy di kelenjar tersebut. Diperiksa jenis
sel-nya untuk memastikan apakah sekedar infeksi atau keganasan. Jika tumor dan
ternyata ganas, pembesaran kelenjar akan cepat terjadi. Dalam sebulan, misalnya, sudah
membesar dan tak terasa sakit saat ditekan. Beda dengan yang disebabkan infeksi.
Umumnya tidak bertambah besar dan jika daerah di sekitar benjolan ditekan, terasa
sakit.

E. Diagnosis
Diagnosis limfadenopati memerlukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang apabila diperlukan.
1. Anamnesis
a. Lokasi
Lokasi pembesaran KGB pada dua sisi leher secara mendadak biasanya
disebabkan oleh infeksi virus saluran pernapasan bagian atas. Pada infeksi oleh
penyakit kawasaki umumnya pembesaran KGB hanya satu sisi saja. Apabila
berlangsung lama (kronik) dapat disebabkan infeksi oleh Mikobakterium,
Toksoplasma, Ebstein Barr Virus atau Citomegalovirus.

b. Gejala Penyerta
Demam, nyeri tenggorok dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi
saluran pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat
badan mengarahkan kepada infeksi tuberkulosis atau keganasan. Demam yang
tidak jelas penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan
oleh penyakit kolagen atau penyakit serum (serum sickness), ditambah adanya
riwayat pemakaian obat-obatan atau produk darah.

c. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit sekarang dan dahulu seperti adanya peradangan tonsil
sebelumnya, mengarahkan kepada infeksi oleh Streptococcus; luka lecet pada
wajah atau leher atau tanda-tanda infeksi mengarahkan penyebab infeksi
Staphilococcus; dan adanya infeksi gigi dan gusi juga dapat mengarahkan kepada
infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah sebelumnya dapat mengarahkan kepada
Citomegalovirus, Epstein Barr Virus atau HIV.

d. Riwayat Pemakaian Obat


Limfadenopati dapat timbul setelah pemakaian obat-obatan seperti fenitoin
dan isoniazid. Obat-obatan lainnya seperti allupurinol, atenolol, captopril,
carbamazepine, cefalosporin, emas, hidralazine, penicilin, pirimetamine,
quinidine, sulfonamida, sulindac. Pembesaran karena obat umumnya seluruh
tubuh (limfadenopati generalisata).

e. Riwayat Pekerjaan
Paparan terhadap infeksi paparan/kontak sebelumnya kepada orang dengan
infeksi saluran napas atas, faringitis oleh Streptococcus, atau tuberkulosis turut
membantu mengarahkan penyebab limfadenopati. Riwayat perjalanan atau
pekerjaan, misalnya perjalanan ke daerah-daerah di Afrika dapat mengakibatkan
penyakit Tripanosomiasis, orang yang bekerja dalam hutan dapat terkena
Tularemia.

2. Pemeriksaan Fisik
Karakteristik dari KGB dan daerah sekitarnya harus diperhatikan. KGB harus
diukur untuk perbandingan berikutnya. Harus dicatat ada tidaknya nyeri tekan,
kemerahan, hangat pada perabaan, dapat bebas digerakkan atau tidak dapat
digerakkan, apakah ada fluktuasi, konsistensi apakah keras atau kenyal.
• Ukuran: normal bila diameter 0,5 cm dan lipat paha >1,5 cm dikatakan abnormal.
• Nyeri tekan: umumnya diakibatkan peradangan atau proses perdarahan.
• Konsistensi: keras seperti batu mengarahkan kepada keganasan, padat seperti
karet mengarahkan kepada limfoma; lunak mengarahkan kepada proses infeksi;
fluktuatif mengarahkan telah terjadinya abses/pernanahan.
• Penempelan/bergerombol: beberapa KGB yang menempel dan bergerak
bersamaan bila digerakkan. Dapat akibat tuberkulosis, sarkoidosis atau keganasan.

Pada pembesaran KGB oleh infeksi virus, umumnya bilateral lunak dan dapat
digerakkan. Bila ada infeksi oleh bakteri, kelenjar biasanya nyeri pada penekanan,
baik satu sisi atau dua sisi dan dapat fluktuatif dan dapat digerakkan. Adanya
kemerahan dan suhu lebih panas dari sekitarnya mengarahkan infeksi bakteri dan
adanya fluktuatif menandakan terjadinya abses. Bila limfadenopati disebabkan
keganasan tanda-tanda peradangan tidak ada, KGB keras dan tidak dapat digerakkan
oleh karena terikat dengan jaringan di bawahnya.

3. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan berupa USG, Pemeriksaan
Laboratorium, dan CT Scan

F. Pengobatan
Pengobatan limfadenopati KGB leher didasarkan kepada penyebabnya. Banyak kasus
dari pembesaran KGB leher sembuh dengan sendirinya dan tidak membutuhkan
pengobatan apapun selain observasi.
Kegagalan untuk mengecil setelah 4-6 minggu dapat menjadi indikasi untuk
dilaksanakan biopsi KGB. Biopsi dilakukan terutama bila terdapat tanda dan gejala yang
mengarahkan kepada keganasan. KGB yang menetap atau bertambah besar walau
dengan pengobatan yang adekuat mengindikasikan diagnosis yang belum tepat.
Antibiotik perlu diberikan apabila terjadi limfadenitis supuratif yang biasa
disebabkan oleh Staphyilococcus. aureus dan Streptococcus pyogenes (group A).
Pemberian antibiotik dalam 10-14 hari dan organisme ini akan memberikan respon positif
dalam 72 jam. Kegagalan terapi menuntut untuk dipertimbangkan kembali diagnosis dan
penanganannya. Pembedahan mungkin diperlukan bila dijumpai adanya abses dan
evaluasi dengan menggunakan USG diperlukan untuk menangani pasien ini.
PEMERIKSAAN LAINNYA

 Pemeriksaan rontgen paru dalam batas normal


 Aspirasi jarum halus (FNAB) menunjukkan fokus-fokus beberapa sel epiteloid
dengan latar belakang sel limfosit matur mengesankan suatu limfadenitis kronis
granulomatosa;
Saran: dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi (Biopsi Eksisi)
 Hasil biopsy Eksisi: kesan reactive lymphadenopathy kemungkinan karena
toxoplasmosis.
 Pengecatan Ziehl-Neelsen pada aspirat: tidak dijumpai acid-alcohol fast bacilli.
 Tes serologi IgG positif dan IgM negatif.

A. Pemeriksaan Rontgen Paru Normal


Pemeriksaan thorax luar dengan inspeksi, untuk mengetahui bagian dalam
dilakukan pemeriksaan menggunakan foto/pencitraan. Pencitraan tersebut
menggunakan sinar x yang ditemukan Wilhelm Conrad Rontgen. Sesuatu yang
menghalang sinar x maka akan memberikan gambaran putih (opaq) dan sesuatu
yang ditembus sinar x akan memberikan gambaran hitam (lucent).

arcus aorta

costae

pulmo

A.pulmonalis dextra jantung


Dalam melihat hasil foto Rontgen harus diperhatikan adanya kelainan2
seperti garis-garis putih, kabut atau gambaran bulat seperti koin (coin lesion) pada
paru-paru. Di Indonesia penyakit paru seperti TB (Tuberculosis) masih banyak.
Cirinya : di paru-paru nampak gambaran seperti awan, khususnya di bagian apex
karena vaskularisasi pada bagian apex relative sedikit, sehingga jika terdapat infeksi
mudah berkembang. Tetapi kalau gambaran seperti awan ada di bawah, bukan
merupakan TB. Kecuali pada orang yang lanjut usia, biasanya TB menyerang paru
bagian bawah.

Pada gambar disamping terdapat bulatan


(panah pendek) yang terletak di
midclavicular line, ini bukanlah kanker.
Dikatakan kanker jika bulatan terletak agak
di atas (lihat panah panjang)
kanker

Kalau TB titik/bulatan berjumlah banyak


tersebar sebesar biji wijen sehingga disebut
milliary(kecil-kecil). Jika penyebaran TB
melalui bronchus, biasanya titik-titik yang
tampak di apex kecil-kecil semakin ke bawah
semakin besar titiknya.

B. FNAB (FINE NEEDLE ASPIRATION BIOPSY)


Pemeriksaan patologi anatomi adalah penunjang penting dalam diagnosa tumor.
Macam pemeriksaannya antara lain :
1. Histopatologi jaringan dari bahan operasi atau biopsi
2. Sitologi cairan, bisa dari cairan pleura, asites ataupun cairan kista lain
3. Sediaan pap smear
4. FNAB ( Fine Needle Aspirasy Biopsy )

FNAB merupakan langkah diagnostik awal pengelolaan nodul tiroid, dengan


catatan harus dilakukan oleh operator dan dinilai oleh ahli sitologi yang
berpengalaman. Tehnik FNAB aman, sederhana, tanpa komplikasi, murah, dan dapat
dipercaya, serta dapat dilakukan pada pasien rawat jalan dengan resiko yang sangat
kecil.
Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau aspirasi jarum halus adalah
pemeriksaan langsung pada benjolan penderita tumor menggunakan jarum kecil,
mulai ukuran 23 sampai dengan 27 tergantung pada ukuran, lokasi serta sifat tumor.
Syarat dari pemeriksaan FNAB ini adalah tumor harus teraba dan dapat dijangkau
jarum. Apabila tumor terlalu dalam atau tidak terlihat dari luar, sebagai contoh
tumor paru, maka dapat dilakukan FNAB dengan tuntunan CT scan atau USG. Khusus
untuk tumor kulit atau berupa ulkus, maka akan dilakukan scrapping atau kerokan.
Jarum yang digunakan pada pemeriksaan FNAB, jarum halus
dengan panjang yang berbeda tergantung pada lokasi dan sifat
tumor

Kelebihan dari pemeriksaan FNAB


adalah cepat (selesai dalam 1 hari), tidak perlu puasa sehingga bisa dilakukan kapan
saja, tidak terlalu sakit, dan bisa memberikan diagnosa yang akurat untuk
penanganan lanjutan. Penderita dengan benjolan di leher, baik struma ataupun
limfadenopati tercatat paling banyak dikirim ke laboratorium Patologi Anatomi (PA)
untuk dilakukan FNAB, disusul benjolan payudara. Usia pasien beragam, mulai dari
bayi sampai dewasa. Jenis kelamin didominasi oleh wanita.
Hasil pemeriksaan FNAB dapat membantu klinisi dalam menegakkan
diagnosa untuk kelanjutan terapi. Karena itulah bisa disebut sebagai triple diagnosis,
berdasar diagnosa klinik dari klinisi, pemeriksaan modalitas lain seperti radiologi, dan
akhirnya ditegakkan dengan diagnosa PA (FNAB), walaupun golden standard tetap
adalah dengan pemeriksaan histopatologi jaringan.
Langkah – langkah pemeriksaan FNAB adalah setelah melalui meja
pendaftaran, pasien masuk ruang pemeriksaan. Dokter spesialis patologi anatomi
akan memeriksa, menentukan target yang akan ditusuk / puncture, melakukan
puncture dan aspirasi sampel benjolan. Kemudian dibuat hapusan di obyek glass dari
sampel tersebut, dilakukan pengecatan, dan diperiksa oleh dokter PA di bawah
mikroskop.
Hasil dari pemeriksaan FNAB cukup akurat dalam penegakkan diagnosa,
namun pada tumor yang kistik, maupun terlalu besar terkadang sulit untuk
didapatkan sel yang representatif , sehingga tetap perlu dilakukan pemeriksaan
histopatologi jaringan dari bahan operasi.
Pemeriksaan FNAB untuk penegakan awal diagnosa tumor, dapat ditentukan
apakah tumor tersebut bersifat jinak, ganas, atau hanya radang saja. Bila diagnosa
tumor sudah tegak, maka setelah FNAB biasanya akan diikuti pemeriksaan
histopatologi jaringan dari bahan operasi, untuk memastikan diagnosa akhir dan
pada kasus tumor ganas bisa menetukan staging/ stadium.

C. Biopsi Eksisional
Yaitu pengambilan seluruh massa yang dicurigai disertai jaringan sehat di
sekitarnya. Metode ini dilakukan di bawah bius umum atau lokal tergantung lokasi
massa dan biasanya dilakukan bila massa tumor kecil dan belum ada metastase .
Tehnik biopsi eksisional, adalah sebagai berikut :

 Rancang garis eksisi,


 Sebaiknya panjang elips empat kali lebarnya.
 Lebar maksimum ditentukan oleh elastisitas, mobilitas, serta banyaknya kulit yang
tersedia di kedua tepi sayatan.
 Banyaknya jaringan sehat yang ikut dibuang tergantung pada sifat lesi, yaitu:
 Lesi jinak, seluruh tebal kulit diangkat berikut kulit sehat di tepi lesi dengan sedikit
lemak mungkin perlu dibuang agar luka mudah dijahit.
 Karsinoma sel basal, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 0.5 s/d 1 cm kulit
sehat.
 Karsinoma sel skuamosa, angkat seluruh tumor beserta paling kurang 1 s/d 2 cm
kulit sehat.
 Insisi dengan skalpel nomor 15 hingga menyayat seluruh tebal kulit.
 Inspeksi luka dan atasi perdarahan.
 Tutup dengan jahitan sederhana menggunakan benang yang tidak dapat diserap.
D. Pengecatan Ziehl-Neelsen
Pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) merupakan pewarnaan yang digunakan untuk
identifikasi kuman Basil tahan asam. Pewarnaan ini menyebabkan pori-pori lipid
pada bakteri akan melebur sehingga zat warna dapat masuk kedalam tubuh kuman.
Bila preparat dingin zat warna tidak dapat terlepas kembali walaupun dipengeruhi
dengan asam. sehingga kuman yang tidak tahan asam akan mengambil zat warna
kedua pada pewarnaan berikutnya. Basil tahan asam akan menghasilkan warna
merah, sedangkan non Basil tahan asam akan berwanra biru.
Alat dan bahan yang harus dipersiapn dalam pewarnaan ZN adalah reagen
Larutan Carbol Fushin 1% (ZN A), larutan Asam Alkohol 3% (ZN B), larutan Methylen
Blue 0,1% (ZN C) dan perlatan seperti obyek glass, busen, mikroskop. Peringatan
untuk penggunaan reagen pewarnaan ZN, pada reagen carbol fuchin bersifat toksik
dan berbahaya, jika terkena mata menyebabkan rasa terbakar. Larutan asam alkohol
berbahaya bila terhirup dan tertelan, harus dijauhkan dari api. Larutan methylen
blue juga berbahaya jika terhirup, menyebabkan iritasi terhadap mata, pernafasan
dan kulit. Jadi penggunaan reagen harus berhati-hati, tutup kembali jika sudah
digunakan dan simpan pada suhu 15 - 25 derajat celcius, dan tidak terkena sinar
matahari langsung.
Prosedur pewarnaan ZN pertama letakkan sediaan diatas rak dengan jarak
minimal 1 jari telunjuk, tuangkan Carbol Fuchin sampai menutupi seluruh
permukaan sediaan. Langkah selanjutnya panaskan sediaan dengan sulut api sampai
keluar uap (jangan sampai mendidih), kemudian dinginkan selama 10 menit. Buang
Carbol Fuchin dari sediaan satu per satu secara perlahan-lahan dengan cara dibilas
dengan air mengalir sampai bersih (tidak tampak sisa zat warna merah). Selanjutnya
tuangkan Methylen Blue hingga manutupi seluruh sediaan dan biarkan selama 60
detik. Buang Methylen Blue dari sediaan satu per satu secara perlahan - lahan
dengan dibilas menggunakan air mengalir. Langkah terakhir sediaan pada rak
pengering.
Pembacaan hasil, positif(+) Basil Tahan Asam berwanrna merah baik sendiri
maupun bergerombol dengan latar belakang biru. Pelaporan hasil pemeriksaan
mikroskopis mengacu kepada skala IUATLD (International Union Againt Tuberculosis
and Lung Disease), skala sebagai berikut :

DAFTAR PUSTAKA

Abbas, A.K., Aster, J.C., dan Kumar, V. 2015. Buku Ajar Patologi Robbins. Edisi 9. Singapura:
Elsevier Saunders.

Prasetyo, Z. A., Nugroho, K., & Hapsari, R. (2012). Uji Diagnostik Fnab (Fine Needle
Aspiration Biopsy) Dibandingkan Dengan Biopsi Patologi Anatomi Dalam Mendiagnosis
Karsinoma Tiroid (Doctoral dissertation, Fakultas Kedokteran).

Oehadian, A. (2013). Pendekatan diagnosis limfadenopati. Cdk, 40, 727-732.

McAdam A, Sharpe AH. Acute and Chronic Inflammation. Dalam: Kumar V AA, Fausto N,
editor. Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2010.
Analisis Masalah

1a. Bagaimana mekanisme terbentuknya benjolan?


Pembuluh-pembuluh limfe akan mengalir ke KGB sehingga dari lokasi KGB akan
diketahui aliran pembuluh limfe yang melewatinya. Oleh karena dilewati oleh aliran
pembuluh getah bening yang dapat membawa antigen (mikroba, zat asing) dan memiliki
sel pertahanan tubuh maka apabila ada antigen yang menginfeksi maka kelenjar getah
bening dapat menghasilkan sel-sel pertahanan tubuh yang lebih banyak untuk mengatasi
antigen tersebut sehingga kelenjar getah bening membesar. 
1b. Apa yang menyebabkan benjolan membesar?
Pembesaran kelenjar getah bening dapat berasal dari penambahan sel-sel
pertahanan tubuh yang berasal dari KBG itu sendiri seperti limfosit, sel plasma, monosit
dan histiosit atau karena datangnya sel-sel peradangan (neutrofil) untuk mengatasi
infeksi di kelenjar getah bening (limfadenitis), infiltrasi (masuknya) sel-sel ganas atau
timbunan dari penyakit metabolite macrophage (gaucherdisease).
1d. Faktor-faktor yang menyebabkan adanya massa pada leher pada kasus?

1e.Bagaimana hubungan waktu dengan membesarnya benjolan?


Limfadenopati leher akut ditandai dengan ukuran KGB >10 mm, merah, dan nyeri;
bisa juga teraba fluktuasi (seperti cairan di dalam benjolan) dan demam. Kuman
penyebab biasanya Streptokokus atau Stafilokokus yang masuk dari infeksi sekitar mulut,
tenggorokan, gigi, dan kulit kepala.
Limfadenopati leher kronik ditandai dengan pembesaran KGB lebih dari 2 minggu.
Beberapa penyebab limfadenopati kronik adalah:
1. Eksim/atopi: pembesaran KGB ditemukan di kepala bagian belakang, bilateral, dan
tidak nyeri.
2. Infeksi kronis: sitomegalovirus, tuberkulosis, toksoplasma, dan HIV.
3. Keganasan: limfoma dan leukemia.
4. Penyakit rematik: artritis reumatik juvenil dan lupus.
3a. Mengapa benjolan tidak ada perubahan setelah diberikan antibiotik selama 2 minggu?
Karena kemungkinan antibiotik yang diberikan kurang tepat sasaran sehingga tidak
menghilangkan penyebab penyakit dan tidak dapat mengurangi gejala yang timbul.
7b. Mengapa rontgen paru harus dilakukan?
Untuk membantu menegakkan diagnosis. Jika di paru-paru nampak gambaran
seperti awan, khususnya di bagian apex karena vaskularisasi pada bagian apex relative
sedikit, sehingga jika terdapat infeksi mudah berkembang. Tetapi kalau gambaran seperti
awan ada di bawah, bukan merupakan TB. Kecuali pada orang yang lanjut usia, biasanya
TB menyerang paru bagian bawah.

7c. Apa yang dimaksud aspirasi jarum halus?


Fine Needle Aspirasi Biopsi (FNAB) atau aspirasi jarum halus adalah pemeriksaan
langsung pada benjolan penderita tumor menggunakan jarum kecil, mulai ukuran 23
sampai dengan 27 tergantung pada ukuran, lokasi serta sifat tumor.

7d. Bagaimana mekanisme pemeriksaan aspirasi jarum halus?


Langkah – langkah pemeriksaan FNAB adalah setelah melalui meja pendaftaran,
pasien masuk ruang pemeriksaan. Dokter spesialis patologi anatomi akan memeriksa,
menentukan target yang akan ditusuk / puncture, melakukan puncture dan aspirasi
sampel benjolan. Kemudian dibuat hapusan di obyek glass dari sampel tersebut,
dilakukan pengecatan, dan diperiksa oleh dokter PA di bawah mikroskop.

7k. Apa yang dimaksud dengan pengecatan Ziehl-Neelsen?


Pewarnaan Ziehl-Neelsen (ZN) merupakan pewarnaan yang digunakan untuk identifikasi
kuman Basil tahan asam. Pewarnaan ini menyebabkan pori-pori lipid pada bakteri akan
melebur sehingga zat warna dapat masuk kedalam tubuh kuman.

7l. Bagaimana mekanisme pengecatan Ziehl-Neelsen?


Prosedur pewarnaan ZN pertama letakkan sediaan diatas rak dengan jarak
minimal 1 jari telunjuk, tuangkan Carbol Fuchin sampai menutupi seluruh permukaan
sediaan. Langkah selanjutnya panaskan sediaan dengan sulut api sampai keluar uap
(jangan sampai mendidih), kemudian dinginkan selama 10 menit. Buang Carbol Fuchin
dari sediaan satu per satu secara perlahan-lahan dengan cara dibilas dengan air mengalir
sampai bersih (tidak tampak sisa zat warna merah). Selanjutnya tuangkan Methylen Blue
hingga manutupi seluruh sediaan dan biarkan selama 60 detik. Buang Methylen Blue dari
sediaan satu per satu secara perlahan - lahan dengan dibilas menggunakan air mengalir.
Langkah terakhir sediaan pada rak pengering.
Pembacaan hasil, positif(+) Basil Tahan Asam berwanrna merah baik sendiri
maupun bergerombol dengan latar belakang biru. Pelaporan hasil pemeriksaan
mikroskopis mengacu kepada skala IUATLD (International Union Againt Tuberculosis and
Lung Disease), skala sebagai berikut :

7m. Bagaimana interpretasi dari tidak dijumpainya acid-alcohol fast bacilli?


Tidak dijumpainya acid-alcohol fast bacilli menunjukkan bahwa penyebab dari
limfadenopati pada kasus bukan karena bakteri tahan asam sehingga kemungkinan
penyakit TBC yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dapat dieliminasi.

Anda mungkin juga menyukai