Anda di halaman 1dari 12

7

BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di

kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sehingga hasil belajar siswa meningkat. Untuk mempermudah memahami pengertian

PTK maka berikut akan diuraikan pengertian tiga unsur atau konsep yang terdapat

dalam penelitian tindakan kelas yakni :

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui metodologi

ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis untuk menyelesaikan

suatu masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu

yang berbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk memperbaiki atau

meningkatkan mutu atau kualitass proses belajar mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama menerima

pelajaran yang sama dari seorang guru

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Wijaya Kusuma (2009:9)

penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru di

dalam kelas. Cohen dan Manion sebagaimana dikutip oleh Padmono (2010)

menyatakan penelitian tindakan adalah intervensi kecil terhadap terhadap tindakan di

dunia nyata dan pemeriksaan cermat terhadap pengaruh intervensi tersebut.

Pandangan ini menunjukkan bahwa penelitian tindakan dapat dilakukan secara

kolaboratif dengan pakar. Pakar memberikan alternatif pemecahan dan alternatif

7
8

tersebut perlu diuji sejauh mana efektifitasnya. Dengan demikian peneleitian

tindakan menurut Cohen dan Manion bukan mutlak harus dilakukan oleh pekerja

sendiri (guru sendiri) akan tetapi guru dapat meminta atau bekerja sama dengan

pihak lain.

Menurut Hopkins, (20013: 65) “PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat

reflektif, yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemantapan

rasional dari tindakan – tindakannya dalam melaksanakan tugas dan memperdalam

terhadap kondisi dalam praktik pembelajaran Menurut pendapat Suyanto 

(2002:29) “PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan/atau

meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara professional”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan

melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat dapat memperbaiki atau

meningkatkan praktek pembelajaran di kelas secara professional.

B. Peningkatan

Dalam suatu pembelajaran tentu memiliki tujuan yaitu agar materi yang

disampaikan bisa dimengerti, difahami dan dilaksanakan sehingga tujuan

pembelajaran dapat tercapai. Upaya yang dilakukan dengan berbagai cara supaya

siswa dapat melakukan kegiatan sehingga akan mengalami perubahan menjadi lebih

baik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia arti kata peningkatan adalah proses,

cara, perbuatan meningkatkan (usaha, kegiatan, dan sebagainya). Menurut seorang


9

ahli bernama Adi S, (2003: 67) peningkatan berasal dari kata tingkat. Yang berarti

lapis atau lapisan d ari sesuatu yang kemudian membentuk susunan. Tingkat

juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan peningkatan berarti

kemajuan. Secara umum, peningkatan merupakan upaya untuk menambah

derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.

Makna kata peningkatan itu sendiri adalah proses, perbuatan, cara

meningkatkan (usaha, kegiatan) untuk mencapai suatu tujuan. Selain itu makna kata

tingkat adalah berlapis-lapis dari sesuatu yang tersususun sedemikian rupa, sehingga

membentuk suatu susunan yang ideal sedangkan peningkatan adalah kemajuan dari

seseorang dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak bisa menjadi bisa. Peningkatan

adalah proses, cara, perbuatan untuk menaikkan sesuatu atau usaha kegiatan untuk

memajukan sesuatu ke suatu arah yang lebih baik lagi dari pada sebelumya.

Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari keadaan atau

sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil dari sebuah peningkatan

dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas adalah jumlah hasil dari sebuah proses

atau dengan tujuan peningkatan. Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari

suatu objek karena terjadinya proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan.

Hasil dari suatu peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik

tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik tersebut

maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang telah diharapkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh pembelajar (guru) untuk membantu pelajar (siswa) dalam

meningkatkan proses pembelajaran sehingga dapat lebih mudah mempelajarinya.


10

Pembelajaran dikatakan meningkat apabila adanya suatu perubahan dalam proses

pembelajaran, hasil pembelajaran dan kwalitas pembelajaran mengalami perubahan

secara berkwalitas.

C. Hasil Belajar

Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi

perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar

merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seseorang dianggap

telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya

Menurut Ernest R. Hilgard (1984:252) belajar merupakan proses perbuatan yang

dilakukan dengan sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang

keadaannya berbeda dari perubahan yang ditimbulkan oleh lainnya. Ngalim

Purwanto, (1992:54) mengemukakan belajar adalah setiap perubahan yang relatif

menetap dalam tingkah laku, yang terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau

pengalaman. James O. Whittaker (Psikologi Belajar: Rineka Cipta; 1999) Belajar

adalah Proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau

pengalaman. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa belajar

adalah suatu proses perubahan prilaku yang kompleks dalam aspek kognitif, afektif,

dan psikomotorik melalui interaksi individu dengan lingkungannya yang dilakukan

seumur hidup.

Hasil belajar merupakan bagian terpenting dalam pembelajaran. Hasil belajar

dapat diartikan sebagai hasil maksimum yang telah dicapai oleh siswa setelah

mengalami proses belajar mengajar dalam mempelajari materi pelajaran tertentu.


11

Hasil belajar tidak mutlak berupa nilai saja, akan tetapi dapat berupa perubahan atau

peningkatan sikap, kebiasaan, pengetahuan, keuletan, ketabahan, penalaran,

kedisiplinan, keterampilan dan lain sebagainya yang menuju pada perubahan positif.

Menurut Anni (2004:4), “Hasil belajar adalah perubahan prilaku yang

diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar”. Hasil belajar adalah

”Hasil nyata dari apa yang dapat dilakukanya yang tidak dapat dilakukanya

sebelumnya”. Nasution.S (2008:23). Maka terjadi perubahan kelakuan yang dapat

kita amati dan dapat kita ukur dengan nilai dan dapat dibuktikanya dalam

perbuatan. Suratinah Tirtonegoro (2001:43) mengemukakan hasil belajar adalah

penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk simbol, angka,

huruf maupun kalimat yang dapat mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh

setiap siswa dalam periode tertentu.

Sedangkan menurut Arifin (2001: 47), “Hasil belajar merupakan indikator dari

perubahan yang terjadi pada individu setelah mengalami proses belajar mengajar,

dimana untuk mengungkapkannya menggunakan suatu alat penilaian yang disusun

oleh guru, seperti tes evaluasi”. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana

siswa tersebut memahami dan mengerti pelajaran yang diberikan. Hasil belajar juga

merupakan prestasi yang dicapai oleh siswa dalam bidang studi tertentu untuk

memperolehnya menggunakan standar sebagai pengukuran keberhasilan seseorang.

Berdasarkan beberapa pengertian hasil belajar di atas, disimpulkan bahwa hasil

belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima

pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan tersebut mencakup aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik


12

D. Ciri-ciri Makhluk Hidup.

Ciri-ciri makhluk hidup adalah bernapas, memerlukan makanan dan minuman,

bergerak, tumbuh dan berkembang, berkembang biak (reproduksi), mengeluarkan zat

sisa, peka terhadap rangsang, dan menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Ciri-ciri

makhluk hidup Mengutip Kemdikbud RI, secara umum ciri-ciri makhluk hidup

adalah sebagai berikut:

1. Bernapas

Bernpas adalah menghirup udara yang di antaranya mengandung oksigen (O2)

dan mengeluarkan udara dengan kandungan karbondioksida (CO2) lebih besar dari

yang dihirup. Kamu dapat merasaka kebutuhan bernapas dengan cara menahan untuk

tidak menghirup udara selama beberapa saat. Kamu akan merasakan sesak sebagai

tanda kekurangan oksigen.

2. Memerlukan makanan dan minuman.

Untuk melakukan aktivitas, setiap makhluk hidup memerlukan energi. Untuk

memperoleh energi, makhluk hidup memerlukan makanan dan minuman.

3. Bergerak.

Kamu dapat berjalan, berlari, menggerakkan anggota badan bahkan berenang.

Itu merupakan ciri bergerak. Tubuh dapat melakukan aktivitas karena memiliki

sistem gerak. Sistem gerak terdiri atas tulang, sendi, dan otot. Ketika hal itu bekerja

sama membentuk sistem gerak.

4. Tumbuh dan berkembang

Makhluk hidup akan mengalami tumbuh dan berkembang. Terlihat dari tinggi

dan berat badan yang sekarang tidak sama dengan yang dulu. Tidak hanya manusia
13

yang tumbuh dan berkembang tetapi hewan dan tumbuhan juga. Contoh kupu-kupu

bertelur, telur lalu menetas menjadi ulat, ulat lalu menjadi kepompong, kepomponh

berubah bentuk menjadi kupu-kupu muda, dan akhirnya berkembang menjadi kupu-

kupu dewasa.

5. Berkembang biak (reproduksi)

Reproduksi atau berkembang biak adalah kemampuan makhluk hidup untuk

memperoleh keturunan. Tujuan berkembang biak adalah untuk melestarikan

keturunan agar tidak punas. Contoh, kamu lahir dari ayah dan ibu, ayah dan ibu

masing-masing mempunyai orang tua yang kamu panggil kakek nenek dan

seterusnya.

6. Peka terhadap rangsang

Makhluk hidup mempunyai kemampuan untuk memberikan tanggapan

terhadap rangsangan yang diterima. Contoh, saat ada sorot lampu sangat terang

secara spontan kamu akan segera menutup kelopak mata. Tanaman putri malu

(Mimosa pudica) akan menutup daun-daunnya saat disentuh. Kemampuan

menanggapi rangsangan disebut iritabilitas. Iritabilitas adalah kemampuan makhluk

hidup untuk menanggapi rangsangan. Rangsang dapat berupa sentuhan, cahaya

matahari, air, zat kimia, suhu, dan gravitasi bumi. Hewan dan manusia dilengkapi

dengan alat indra untuk menanggapi rangsang. Seperti hidung untuk mencium bau,

mata untuk melihat, dan telinga untuk mendengar. Hewan tertentu memiliki alat

indra khusus, seperti gurat sisi pada ikan yang berfungsi untuk mengetahui

perubahan tekanan air. Tumbuhan juga mempunyai kepekaan terhadap rangsang

yang menghasilkan gerak pada tumbuhan.


14

7. Menyesuaikan diri terhadap lingkungan.

Kemampuan makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan

disebut adaptasi. Contoh, tumbuhan yang hidup di tempat kering memiliki daun yang

sempit dan tebal seperti kaktus. Sedangkan tumbuhan yang hidup di tempat lembab

memiliki daun lebar dan tipis, seperti tumbuhan paku-pakuan, contoh semanggi.

E. Model Pembelajaran Problem Solving

1. Pengertian Model Pembelajaran Problem Solving

Model problem solving adalah cara mengajar yang dilakukan dengan cara

melatih para murid menghadapi berbagai masalah untuk dipecahkan sendiri atau

secara bersama-sama (Alipandie, 1984:105). Menurut Sudirman (1987:146) model

problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah

sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha untuk

mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa

Menurut  Gulo (2002:111) menyatakan bahwa problem solving adalah model

yang mengajarkan penyelesaian masalah dengan memberikan penekanan pada

terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Menurut Djamarah (2006:92) model

pemecahan masalah (Problem Solving) adalah penggunaan model dalam kegiatan

pembelajaran dengan jalan melatih peserta didik menghadapi berbagai masalah baik

itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan

sendiri atau secara bersama-sama.

Djamarah dan Zain (2010, hlm. 91-92) menyatakan bahwa “model problem

solving (pemecahan masalah) bukan hanya sekedar model mengajar tetapi juga
15

merupakan suatu model berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan

model-model lain dimulai dengan mencari data sampai menarik kesimpulan”. Model

pemecahan masalah juga dapat diartikan sebagai “rangkaian aktivitas pembelajaran

yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah”

(Sanjaya, 2006, hlm. 214-215).

2. Langkah-Langkah Proses Problem Solving

menurut Djamarah (2013: 91-92) adalah sebagai berikut:

a. Ada masalah yang jelas untuk dipecahkan. Masalah ini harus tumbuh dari

siswa sesuai dengan taraf kemampuannya. 

b. Mencari data atau keterangan yang dapat digunakan untuk memecahkan

masalah yang muncul. Misalnya dengan jalan membaca buku-buku, meneliti,

bertanya, dan berdiskusi. 

c. Menetapkan jawaban sementara dari masalah tersebut. Dugaan jawaban tentu

saja didasarkan kepada data yang telah diperoleh, pada langkah kedua di atas. 

d. Menguji kebenaran jawaban sementara tersebut. Dalam langkah ini peserta

pelatihan harus berusaha memecahkan masalah sehingga betul-betul yakin

bahwa jawaban tersebut betul-betul cocok. 

e. Menarik kesimpulan. Artinya siswa harus sampai pada kesimpulan terakhir

tentang jawaban dari masalah tadi.

3. Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran problem solving

a. Kelebihan :

Menurut Tabrani (2008:5)  sebagai berikut :


16

1) Model pemecahan masalah memungkinkan menghubungkan pengajaran

dengan kehidupan sehari-hari, karena masalah-masalah yang diangkat dalam

kegiatan belajar bias diambil dari kehidupan sehari-hari, atau dari apa yang

dialaminya. 

2) Model ini dapat merangsang kemampuan intelektual dan daya pikir peserta

didik, karena dalam berfikir menggunakan problem solving mereka menyoroti

permasalahan dari berbagai segi. 

3) Model ini dapat melatih dan membiasakan peserta didik untuk menghadapi

dan memecahkan masalah secara cermat. 

4) Model ini mampu melatih peserta didik untuk berfikir secara sistematis dan

menghubungkannya dengan masalah-masalah lainnya.

b. kekurangan sebagai berikut:

1) Menentukan suatu masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan tingkat

berpikir siswa, tingkat sekolah dan kelasnya serta pengetahuan dan pengalaman

yang telah dimiliki siswa, sangat memerlukan kemampuan dan keterampilan

guru. Sering orang beranggapan keliru bahwa model pemecahan masalah hanya

cocok SLTP, SLTA dan PT saja. Padahal, untuk siswa SD sederajat juga bisa

dilakukan dengan tingkat kesulitan permasalahan yang sesuai dengan taraf

kemampuan berpikir anak. 

2) Proses belajar mengajar dengan menggunakan model ini sering memerlukan

waktu yang cukup banyak dan sering terpaksa mengambil waktu pelajaran lain. 
17

3) Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima

informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berpikir memecahkan

permasalahan sendiri atau kelompok, yang kadang-kadang memerlukan berbagai

sumber belajar, merupakan kesulitan tersendiri bagi siswa. (Djamarah, 2013: 92-

93)

F. Kerangka Berpikir

Penelitian tindakan kelas adalah suatu penelitian yang berusaha mengkaji dan

merefleksikan suatu pendekatan pembelajaran di kelas. Proses pembelajaran yang

dilakukan tidak terlepas dari adanya komunikasi guru dengan siswa, siswa dengan

siswa dan materi dengan sumber belajar yang digunakan. Dalam menjalankan

pembelajaran hendaknya guru menciptakan suasana belajar yang berkesan pada

peserta didik. Guru bisa menjalankan pembelajaran yang aktif dengan pemanfaatan

model dan strategi pembelajaran yang tepat dengan materi. Pemanfaatan yang tepat

antara kedua komponen ini dalam pembelajaran akan melahirkan model

pembelajaran yang membuat situasi pembelajaran semakin bermakna dan terkesan.

Dalam penenlitian tindakan kelas ini, peneliti akan menjalankan pembelajaran

dengan pemanfaatan model problem solving. Model problem solving merupakan cara

penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak

pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau

jawabannya oleh siswa.

Arikunto (2006) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas mempunyai

desain yang terdiri atas empat tindakan yang dilakukan dalam 2 siklus. Dalam setiap
18

siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri dari empat tindakan

yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

G. Hipotesis Tindakan

Hipotesis merupakan tindakan dugaan sementara terhadap suatu masalah yang

hendak diteliti yang kebenarannya perlu dilakukan melalui hasil penelitian.

Hipotesis penelitian tindakan kelas ini adalah: “Melalui penerapan model problem

solving pada materi ciri-ciri makhluk hidup dapat meningkatkan hasil belajar siswa

kelas III MIN Anoi Itam Tahun 2018”.

Anda mungkin juga menyukai