A5 Tutorial 4 Pertemuan 2 6.1
A5 Tutorial 4 Pertemuan 2 6.1
LO :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi BPH.
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiopatogenesis BPH.
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi BPH.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor risiko BPH.
5. Mahasiswa mampu menjelaskan Gejala klinis BPH.
6. Mahasiswa mampu menjelaskan Pmx fisik BPH.
7. Mahasiswa mampu menjelaskan Pmx penunjang BPH.
8. Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi medika BPH.
9. Mahasiswa mampu menjelaskan Terapi Non-medikamentosa
(pemasangan) (tata cara) BPH.
10. Mahasiswa mampu menjelaskan Prognosis preventif BPH.
11. Mahasiswa mampu menjelaskan Edukasi BPH.
JAWAB :
1. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi BPH.
(Stefany)
Ada beberapa pengertian penyakit Benigna Prostate Hiperplasia
(BPH) menurut beberapa ahli adalah :
1. Benigna Prostate Hiperplasia (BPH) merupakan perbesaran
kelenjar prostat, memanjang ke atas kedalam kandung kemih
dan menyumbat aliran urin dengan menutupi orifisium uretra
akibatnya terjadi dilatasi ureter (hidroureter) dan ginjal
(hidronefrosis) secara bertahap (Smeltzer dan Bare, 2002).
2. BPH merupakakan pertumbuhan nodul-nodul
fibroadenomatosa majemuk dalam prostat, pertumbuhan
tersebut dimulai dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang
terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang
tersisa, prostat tersebut mengelilingi uretra dan, dan
pembesaran bagian periuretral menyebabkan obstruksi leher
kandung kemih dan uretra parsprostatika yang menyebabkan
aliran kemih dari kandung kemih (Price dan Wilson, 2006).
3. BPH merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada pria
umur 50 tahun atau lebih yang ditandai dengan terjadinya
perubahan pada prostat yaitu prostat mengalami atrofi dan
menjadi nodular, pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini
dapat mengakibatkan obstruksi urine ( Baradero, Dayrit, dkk,
2007).
.: Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
Benigna Prostat Hiperplasi (BPH) merupakan penyakit
pembesaran prostat yang disebabkan oleh proses penuaan, yang
biasa dialami oleh pria berusia 50 tahun keatas, yang
mengakibatkan obstruksi leher kandung kemih, dapat
menghambat pengosongan kandung kemih dan menyebabkan
gangguan perkemihan.
(Elisabeth)
Istilah benign prostatic enlargement (BPE) merupakan istilah klinis
yang menggambarkan bertambahnya volume prostat akibat
adanya perubahan histopatologis yang jinak pada prostat (BPH).
Diperkirakan hanya sekitar 50% dari kasus BPH yang berkembang
menjadi BPE. Pada kondisi yang lebih lanjut, BPE dapat
menimbulkan obstruksi pada saluran kemih, disebut dengan
istilah benign prostatic obstruction (BPO). BPO sendiri merupakan
bagian dari suatu entitas penyakit yang mengakibatkan obstruksi
pada leher kandung kemih dan uretra, dinamakan bladder outlet
obstruction (BOO). Adanya obstruksi pada BPO ataupun BOO
harus dipastikan menggunakan pemeriksaan urodinamik.
Prevalensi histologis BPH meningkat dari 20% pada laki-laki
berusia 41-50 tahun, 50% pada laki usia 51-60 tahun hingga lebih
dari 90% pada laki berusia di atas 80 tahun. Meskipun bukti klinis
belum muncul, namun keluhan obstruksi juga berhubungan
dengan usia. Pada usia 55 tahun + 25% laki-laki mengeluh gejala
obstruksi pada saluran kemih bagian bawah, meningkat hingga
usia 75 tahun di mana 7 50% laki-laki mengeluh berkurangnya
pancaran atau aliran pada saat berkemih (Cooperberg, 2013).
2. Mahasiswa mampu menjelaskan etiopatogenesis BPH.
(kurnia corie)
Etiologinya adalah ketidakseimbangan hormone peningkatan
kadar dihidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi
tua) yang mengakibatkan penurunan kadar androgen
(testoteron), sehingga terjadi hiperestrenisme relatif. Dimana
reseptor androgen sehingga sel menjadi lebih responsif
terhadap kerja dihydrotestoteron (DHT). DHT ini dibentuk
dari testosteron di dalam sel prostat oleh enzim 5α-reduktase
dengan bantuan koenzim NADPH. Dihidrotestosteron inilah
yang secara langsung memacu m-RNA di dalam sel-sel
kelenjar prostat untuk mensintesis protein growth factor
yang memacu pertumbuhan kelenjar prostat dan terjadilah
bph
3. Mahasiswa mampu menjelaskan Patofisiologi BPH.
(ghazy)
(Elisabeth)
Pembesaran prostat menyebabkan terjadinya penyempitan
lumen uretra pars prostatika dan menghambat aliran urine
sehingga menyebabkan tingginya tekanan intravesika. Untuk
dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih
kuat untuk melawan tekanan, menyebabkan terjadinya
perubahan anatomi buli-buli, yakni: hipertropi otot destrusor,
trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel bulibuli.
Perubahan struktur pada buli-buli tersebut dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau Lower Urinary
Tract Symptoms (LUTS) . Tekanan intravesika yang tinggi
diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada
kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini
menimbulkan aliran balik dari buli-buli ke ureter atau terjadinya
refluks vesikoureter. Jika berlangsung terus akan
mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis bahkan jatuh ke
dalam gagal ginjal.
4. Mahasiswa mampu menjelaskan Faktor risiko BPH.
(Ratih)
- Laki-laki diatas 50 tahun
Perubahan terjadi karena pengaruh usia tua menurunkan
kemampuan buli-buli dalam mempertahankan aliran urine
pada proses adaptasi oleh adanya obstruksi karena
pembesaran prostat, sehingga menimbulkan suatu gejala.
Sesuai dengan pertambahan usia, kadar testosteron mulai
menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun
lebih cepat pada usia 60 tahun keatas.
- Anggota keluarga pernah mengalami BPH
Dimana dalam riwayat keluarga ini terdapat mutasi dalam
gen yang menyebabkan fungsi gen sebagai gen penekan
tumor mengalami gangguan sehingga sel akan
berproliferasi secara terus menerus tanpa adanya batas
kendali.
- Merokok
Kebiasaan merokok menunjukkan bahwa seseorang yang
memiliki kebiasaan merokok mempunyai risiko BPH lebih
besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki kebiasaan
merokok. Nikotin pada rokok meningkatkan aktifitas enzim
perusak androgen, sehingga menyebabkan penurunan
kadar testosteron.
- Kurangnya berolah raga
Kurang berolahraga bisa menyebabkan seseorang
mengalami obesitas / kelebihan berat badan, yang secara
tidak langsung akan memengaruhi kesehatan reproduksi
secara keseluruhan.