Anda di halaman 1dari 4

FGD BAKSOS PULMOSTRA 2020

“DUH, BAB KU ENCER”


Sabtu, 5 Desember 2020

Skenario :

Identifikasi kata sulit :


-
Learning Objectives :
1. Peserta mampu mengetahui definisi diare.
 WHO : Diare adalah meningkatnya frekuensi buang air besar yang disertai
perubahan konsistensi menjadi lunak/cair. Biasanya disertai degan muntah dan
tinja berdarah. Biasanya dijumpai pada 3 tahun pertama kehidupan.
 Kapita selekta kedokteran : Saat diare, BAB ekitar 2-3 x sehari. Bisa disertai
darah, demam (disebut syndrome disentri). Diare akut : < 14 hari, diare kronis : >
14 hari
 Buang air besar dengan feses tidak berbentuk (cair). Jika berlangsung > 2 minggu
disebut diare kronis.
 Depkes RI 2005 : Penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi tinja
(lebih lembek/cair) dan peningkatan frekuensi BAB, biasanya 3 kali atau lebih
dalam sehari
 IDAI : diare dapat melibatkan lambung, usus halus, usus besar
 Depkes RI 2011 : Buang air besar dengan konsistensi lembek/cair bahkan bisa
berpa air saja dengan penambahan frekuensi dan dapat disertai lendir

2. Peserta mampu mengetahui manifestasi klinis diare.


 Buku saku pelayanan kesehtaan anak dari WHO : tanda-tanda dehidrasi
ringan/berat. Co : rewel/gelisah, kesadaran berkurang, mata cekung, jika dicubit
di bagian perut kembalinya lambat, haus/minum dengan lahap, bisa juga tidak
nafsu minum ; darah dalam tinja ; tanda-tanda invaginasi (massa intraabdominal,
tinja hanya lendir dan darah) ; tanda-tanda gizi buruk ; perut kembung
 Okta, dkk dalam makalah Dyah Ardiani : cengeng, gelisah, suhu menignkat,
nafsu makan meningkat, tinja cair dan berdarah, anus lecet, dehidrasi, tekanan
darah menurun, syok, berat badan menurun, mata cekung, mulut dan kulit kering
 RSIP NTB : muntah (77,8%), demam (77,8%), kejang (9%)
 Universitas Muhammdiyah : diare akut (tinja cair, mendadak, lemah, lesu,
demam, muntah) ; diare kronis (demam, BB turun, malutrisi, anemia)
 Kapita selekta :
- infeksi usus halus : lebih banyak, lebih cair, dehidrasi
- infeksi colon : lebih sedikit, frekuensi banyak

3. Peserta mampu mengetahui penyebab diare.


 Repository Unud --> Faktor infeksi : bakteri (Escherichia coli) --> infeksi
noninvasif (ke usu halus. Co : Eschericia coli) dan infeksi invasif (ke colon . co :
Salmonella thypii), virus (Rotavirus), cacing, parasit, ; faktor malabsorbsi :
malabsorbsi karbhidrat dan lemak ; faktor makanan (makanan yang tercemar, basi
terlalu banyak lemak, kurang matang) ; faktor psikologi (rasa takut cemas,
tegang) ; alergi (co : laktosa intoleransi) ; keracunan (co : makanan pada bayi
mengandung mikroba seperti Pseudomonas cocofenenans, Clostridium
botulinum) ; sebab lain (kurangnya air bersih, kurangnya fasilitas
sanitasi/hygiene, kurangnya ASI)
 Depkes RI : tidak memberikan ASI 4-6 bulan pertama ; penggunaan botol susu ;
menyimpan makanan masak dalam suhu kamar (mudah tercemar kuman) ;
menggunakan air tercemar ; tidak mencuci tangan sesudah buang air dan sebelum
makan ; tidak membuang tinja secara benar
 Jurnal UMS : Faktor sosial ekonomi (komunitas berdaya beli rendah, kurangnya
persediaan air bersih, rendahnya pendidikan tentang penerapan hidup bersih dan
sehat)
 Jurnal Unila : Faktor lingkungan (pembuangan tinja dan sumber air minum yang
kurang tepat, kurangnya pengelolaan tinja, cepatnya pertumbuhan penduduk)
 Jurnal Unud : Faktor eksternal (kekurangan gizi)
 Jurnal UMM : diare akut --> mayoritas karena infeksi, diare kronis --> mayoritas
disebabkan adanya intoleransi, abnormalitas organ penyerapan/intestinal

4. Peserta mampu memahami pentingnya PHBS (Penerapan Hidup Bersih dan Sehat)
di komunitas
 Jurnal Unair : Upaya pencegahan dampak jangka pendek dalam upaya
peningkatan kesehatan dalam lingkungan keluarga, masyarakat umum, dan
sekolah yang menjadi tolak ukur capaian kesehatan.
 Jurnal Undip : Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ; mewujudkan
pengetahuan, kesadaran, dan kemauan dalam penignkatan kesehatan
 Kemenkes : PHBS adalah semua upaya kesehatan atas kemauan pribadi. Upaya
penularan budaya hidup sehat melalui beragai jalur komunikasi, pencegahan dan
penangulangan masalah kesehatan, upaya untuk meningkatkan kualitas hidup
masyarakat.
 Depkes RI : Harus dimulai dari unit terkecil masyarakat (rumah tangga) sehingga
dapat berpengaruh ke komunitas
 Jurnal UAD ; mencegah risiko infeksi penyakit, memelihara kesehatan
 Portal Garuda : beberapa penelitian menunjukkan adanya hubungan antara
praktik mencuci tangan sebelum makan (PHBS) dengan kejadian diare pada
komunitas --> penurunan kasus diare pada komunitas yang menerapkan PHBS

5. Peserta mampu memahami cara edukasi yang efektif.


 BPJS : membuat kegiatan olahraga sehat (co : senam sehat, senam lansia) ;
kerjasama dengan faskes untuk pemerian konsultasi dan pemeriksaan kesehatan ;
promosi kesehatan keliling (video edukasi, dsb) ; edukasi melalui media (media
cetak seperti koran/majalah/brosur, media elektronik seperti media sosial)
 Jurnal Efektivitas CTPS dalam pencegahan diare : penyuluhan ke posyandu
(pretest-materi-posttest) --> pengetahuan masyarakat terkait diare dan ctps
meningkat
 Edukasi latar belakang / dasar masalah kesehatan --> apa itu diare, mengapa
berbahyaa, gejala seperti apa, bagaimana penanggulangannya, makanan dan
minuman yang mendukung
 Kemenkes : edukasi cara pemberian cairan kepada bayi, kapan harus membawa
bayi ke faskes (seperti saat tinja cair, frekuensi meningkat, tinja berdarah, dsb)
 Jurnal UMS : edukasi ceramah dan video tergolong effektif pada golongan
masyarakat yang belum teredukasi
 Kemkes RI : metode demonstarsi (mencontohkan), dapat dimulai dari lingkungan
keluarga
 Bagaimana PHBS dapat bertahan lama (efektif) di masyarakat --> dilakukan
secara bersama-sama dengan saling mengingatkan

Anda mungkin juga menyukai