Anda di halaman 1dari 45

PROPOSAL SKRIPSI TIPE-1

GEOLOGI DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG


DITINJAU DARI SIFAT FISIK DAN SIFAT MEKANIK
TANAH DI DAERAH BINANGUN DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KARANGGAYAM KABUPATEN KEBUMEN
PROVINSI JAWA TENGAH
4/9 Lembar Peta RBI No.1408-133 (Gombong)

Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana


pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains &Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Oleh
M Guslan Saptoaji
151.10.1021

JURUSAN TEKNIK GEOLOGI


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT SAINS & TEKNOLOGI AKPRIND YOGYAKARTA
2020
HALAMAN PENGESAHAN

GEOLOGI DAN ANALISIS KESTABILAN LERENG


DITINJAU DARI SIFAT FISIK DAN SIFAT MEKANIK
TANAH DI DAERAH BINANGUN DAN SEKITARNYA
KECAMATAN KARANGGAYAM KABUPATEN KEBUMEN
PROVINSI JAWA TENGAH
4/9 Lembar Peta RBI No.1408-133 (Gombong)
Diajukan untuk memenuhi persyaratan akademik tingkat sarjana
pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknologi Mineral
Institut Sains &Teknologi AKPRIND Yogyakarta

Penyusun

M Guslan Saptoaji
151.10.1021

Menyetujui

DosenPembimbing I DosenPembimbing II

Dr. Sri Mulyaningsih, S.T, M.T Dina Tania, S.T, M.T


NIK. 96.0672.516 E NIK. 13.0582.700 E

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Geologi

Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T.


NIK. 16.0869.767 E

ii
PROPOSAL SKRIPSI TIPE I

RENCANA KEGIATAN

JudulSkripsi : Geologi dan analisis kestabilan lereng ditinjau dari


sifat fisik dan sifat mekanik tanah di Daerah Binangun
dan Sekitarnya, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten
Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.
Penyusun : M Guslan Saptoaji
No Mahasiswa : 151.10.1021
Pembimbing I : Dr. Sri Mulyaningsih, S.T, M.T
Pembimbing II : Dina Tania S.T, M.T
LetakAstronomi : 07030’00” - 07035’00” LS dan 110032’30” –
110037’30” BT.
No Lembar Peta : 4/9 Lembar Peta RBI nomor 1408-133 (Gombong)
Luas Daerah : 9 x 9 km
Metode pendekatan : 1. Studi pustaka
2. Penelitian geologi di lapangan mencakup semua
aspek geologi dan geomorfologi,serta pengambilan
sampel batuan dan tanah.
3. Analisis laboratorium yaitu analisis sifat fisik dan
sifat mekanik tanah, analisis petrografi dan analisis
fosil.
Hasil yang diharapkan : Mampu memetakan dan mengetahui kondisi geologi
dan geomorfologi permukaan, serta mampu
menganalisis kestabilan lereng daerah penelitian
berdasarkan data sifat fisik dan sifat mekanik tanah.
Lama penelitian : 6 bulan.
Rencana anggaran : Rp 6.500.000,-

iii
PRAKATA

Puji syukur penyusun panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada penyusun sehingga dapat
menyelesaikan proposal skripsi tipe I ini, dengan judul Geologi dan analisis
kesetabilan lereng ditinjau dari sifat fisik dan sifat mekanik tanah di Daerah
Binangun dan Sekitarnya, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen,
Provinsi Jawa Tengah.
Pada kesempatan ini penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu menyelesaikan proposal skripsi tipe I ini, diantaranya
adalah:
1. Dr. Sri Mulyaningsih, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing I dan Dekan
Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Yogyakarta yang telah banyak
memberikan bimbingan serta arahannya dalam menyelesaikan proposal skripsi
tipe I ini.
2. Dina Tania, S.T, M.T selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
memberikan bimbingan serta arahannya dalam menyelesaikan proposal skripsi
tipe I ini.
3. Ir. Miftahussalam, M.T. selaku dosen wali yang telah senantiasa memberikan
semangat dan arahan dalam menyelesaikan proposal skripsi.
4. Danis Agoes Wiloso, S.T., M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Geologi,
Fakultas Teknologi Mineral, IST AKPRIND Yogyakarta yang telah
memberikan semangat sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan
proposal skripsi ini.
5. Orang tua dan saudara yang setiap saat memberikan dukungan doa, dorongan
dan semangat baik moril maupun materil yang sangat berharga bagi penyusun.
6. Teman-teman Volcano “GAIA15” yang telah membantu dalam memberikan
doa dan semangat sehingga penyusunan proposal skripsi ini dapat
terselesaikan.
Penyusun menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari sempurna, maka
penyusun mengharapkan segala kritik dan saran yang membangun agar proposal
ini dapat lebih baik, sehingga dapat menjadi perbaikan untuk penyusunan
proposal di masa mendatang.

Yogyakarta,18 Juli 2020

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ii
RENCANA KEGIATAN................................................................................iii
PRAKATA.......................................................................................................iv
DAFTAR ISI...................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
DAFTAR TABEL...........................................................................................vii
BAB 1 PENDAHULUAN...............................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................1
1.3 Maksud dan Tujuan...........................................................................2
1.4 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah................................................2
1.5 Batasan Masalah................................................................................4
1.6 Kegunaan Penelitian..........................................................................4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................5
2.1 Dasar Teori........................................................................................5
2.2 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik tanah..................................................9
2.3 Sumber Pustaka.................................................................................13
BAB 3 METODE PENELITIAN..................................................................16
3.1 Tahap Pendahuluan...........................................................................16
3.2 Tahap Penelitian Lapangan...............................................................16
3.3 Penelitian di Laboratorium dan Studio.............................................18
3.4 Tahap Akhir.......................................................................................22
3.5 Peralatan dan Bahan Penelitian.........................................................23
BAB 4 GEOLOGI REGIONAL....................................................................26
4.1 Fisiografi Regional............................................................................26
4.2 Struktur Geologi Regional................................................................27
4.2.1. Arahtimurlaut – baratdaya (Pola Meratus)…...…………………27
4.2.2. Arahutara – selatan (Pola Sunda)……………………………… …27
4.2.3. Pola Jawa…………………………………………………….........27
4.3 Stratigrafi Regional........................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 32
RENCANA ANGGARAN.............................................................................. 33
RENCANA KEGIATAN................................................................................ 34

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Lembar peta lokasi penelitian.....................................................3


Gambar 1.2 Kesampaian Daerah......................................................................3
Gambar 2.1 Peta DEM daerah penelitian……………………………………..7
Gambar 2.2 Zonasi kawasan rawan longsor …………………………………..8
Gambar 4.1 Sketsa fisiografi Pulau Jawa dan Madura....................................26
Gambar 4.2 Gambaran umum struktur geologi Pulau Jawa...........................29

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian zona kawasan rentan bencana longsor dan kasifikasi
tingkatkerawanannya…………………..………………………………...9
Tabel 3.1 Bagan alir penelitian.........................................................................14
Tabel 4.1 Kolom stratigrafi regional daerah penelitian...................................21

vii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Longsor atau sering disebut dengan gerakan massa adalah suatu peristiwa

geologi yang terjadi karena pergerakan massa batuan atau tanah dengan berbagai

tipe dan jenis seperti jatuhnya bebatuan atau gumpalan besar tanah. Pada

prinsipnya gerakan massa terjadi apabila ada gaya pendorong pada lereng lebih

besar dari gaya penahan. Analisis kestabilan lereng berdasarkan sifat fisik dan

sifat mekanik tanah dilakukan untuk menentukan faktor keamanan dari lereng

yang berpotensi terjadi longsoran.

Desa Binangun dan sekitarnya, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten

Kebumen, Jawa Tengah, memiliki banyak titik rawan terjadi gerakan massa.

Bahkan telah banyak titik-titik yang mengalami longsoran . Daerah tersebut

hampir setiap musim penghujan terjadi gerakan massa tanah atau batuan yang

seringkali menimbulkan kerugian. Analisis gerakan massa perlu dilakukan pada

lereng alami yang berada pada daerah tersebut. Analisis tersebut antara lain untuk

mengetahui sifat fisik tanah dan menentukan faktor keamanan lereng yang berada

di daerah Binangun dan sekitarnya.

1.1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan yang diangkat penyusun meliputi permasalahan geologi

secara umum, diantaranya geologi regional, geomorfologi, struktur geologi,

sejarah geologi dan geologi lingkungan. Permasalahan khusus yang diangkat oleh

1
2
penyusun adalah geologi dan analisis kestabilan lereng ditinjau dari sifat fisik dan

sifat mekanik tanah di Daerah Binangun dan Sekitarnya, Kecamatan

Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah.

Permasalahan yang diangkat dan akan dibahas kali ini adalah tentang

kesetabilan lereng di daerah tersebut, yang dapat menjadi pertimbangan keamanan

pada daerah tersebut. Analisis sifat fisik dan sifat mekanik tanah akan digunakan

untuk penentuan tingkat keamanan pada lereng bukit.

1.3 Maksud dan Tujuan

Maksud dari penyusunan proposal skripsi ini adalah untuk memenuhi

persyaratan akademik tingkat Sarjana pada Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknologi Mineral, Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan daerah penelitian agar

dapat mengetahui kondisi geologi permukaan yang mencakup aspek

geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, aspek sejarah geologi dan geologi

lingkungan daerah penelitian serta untuk studi analisis kesetabilan lereng di

daerah penelitian.

1.4 Letak, Luas dan Kesampaian Daerah

Secara administratif, daerah penelitian terletak di Desa Binangun dan

Sekitarnya, Kecamatan Karanggayam, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa

Tengah. Secara geografis daerah penelitian terletak pada koordinat 07030’00” -

07035’00” LS dan 110032’30” – 110037’30” BT. (Gambar 1.1).


2

Gambar 1.1 Lembar peta daerah penelitian


(Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional, 1999)

Daerah penelitian mempunyai skala peta 1 : 25.000, pada 4/9 lembar peta

RBI nomor 1408-133 (Gombong) dengan luas daerah penelitian adalah 9 km × 9

km atau sama dengan 81 km2 (Gambar 1.2).

Daerah penelitian terletak kurang lebih 135 km ke arah barat dari pusat kota

Yogyakarta yang dapat ditempuh dengan waktu ± 3 jam dengan menggunakan

kendaraan roda empat maupun roda dua.


4

Gambar 1.2 Kesampaian Daerah (penyusun, 2020)

1.5 Batasan Masalah

Batasan masalah yang penyusun angkat dalam penelitian ini adalah dapat

menganalisis kestabilan lereng berdasarkan sifat fisik (pengujian bobot isi tanah,

bobot isi kering, dan kadar air, berat jenis, batas cair tanah (liquit limit), dan batas

plastis tanah (plastic limit) dan sifat mekanik tanah (kuat geser langsung tanah

(Direct shear) di Daerah Binangun dan sekitarnya, Kecamatan Karanggayam,

Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

1.6 Kegunaan Penelitian

Penelitian di daerah Binangun dan sekitarnya dapat digunakan sebagai

dokumen akademik, serta bagi pemerintah daerah setempat agar mengetahui

bagaimana keadaan geologi dan potensi bahaya longsor di daerahnya, sehingga

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, dan penelitian analisis kesetabilan lereng

ditinjau dari sifat fisik dan sifat mekanik tanah untuk penentuan tingkat

keamanan pada lereng bukit di daerah penelitian.

Adanya penelitian tentang kestabilan lereng di Desa Binangun, Kecamatan

Karanggayam, Kabupaten Kebumen ini diharapkan dapat dipergunakan oleh

pemerintah setempat dalam upaya mitigasi bencana gerakan massa, utamanya

disaat musim penghujan sehingga dapat meminimalisir adanya korban jiwa

maupun materil.
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Dasar Teori

Gerakan massa didefinisikan sebagai tanah, batuan, ataupun keduanya

yang bergerak turun pada suatu bidang gelincir di bawah pengaruh bidang

gravitasi Faktor pengontrolnya yaitu nilai slope yang relatif besar, curah hujan

tinggi, peningkatan muka air tanah, serta pelapukan yang intensif. Pada suatu

lereng terdapat system gaya yang bekerja secara alami. Faktor penyebab longsor

lahan terdiri dari faktor pasif dan factor aktif. Faktor pasif meliputi topografi,

keadaan geologi atau litologi, keadaan hidrologis, kondisi tanah, keterdapatan

longsor sebelumnya, dan kondisi vegetasi. Faktor aktif yang mempengaruhi

longsor lahan diantaranya aktivitas manusia dalam penggunaan lahan dan iklim,

terutama terkait dengan curah hujan.

Studi mekanika tanah dapat juga digunakan untuk menentukan tekanan

tanah lateral, daya dukung tanah, dan analisis stabilitas lereng. Studi semacam ini

selalu membantu seorang insinyur sipil untuk merancang dan membangun

struktur yang lebih baik, dan secara tidak langsung studi ini membantu dalam

mitigasi risiko, juga karena jika kita tahu sebelumnya bagaimana massa tanah

akan berperilaku, kita dapat melakukan tindakan pencegahan kerusakan atau

kerusakan terhadap konstruksi yang dibangun.

Sifat fisis atau properti tanah dasar pada suatu konstruksi, sangat

mempengaruhi berbagai elemen konstruksi yang akan dibangun di atasnya.

Properti tanah ditunjukkan dengan berbagai parameter yang disebut dengan

5
6

indeks properti atau indeks sifat-sifat fisis tanah, seperti berat volume, kadar air,

porositas, angka pori, derajat kejenuhan, derajat kepadatan, derajat kerapatan,

berat jenis, analisis butiran, batas cair, batas plastis, batas susut, dan sebagainya.

Sedangkan parameter seperti, koefisien konsolidasi, kohesi, sudut geser dalam,

dan lain sebagainya adalah merupakan parameter teknis tanah, yang dipengaruhi

oleh sifat-sifat fisis tanah.

Penelitian analisis kestabilan lereng dengan metode Bishop dilakukan

dengan tiga parameter yaitu bobot isi tanah, kohesi dan sudut geser dalam. Bobot

isi tanah didapatkan melalui uji sifat fisik tanah, sedangkan kohesi dan sudut geser

dalam diperoleh melalui uji sifat mekanik tanah. Metode Bishop dipakai untuk

menganalisis permukaan gelincir yang berbentuk lingkaran. Metode ini

diasumsikan bahwa gaya-gaya normal total berada/bekerja di pusat alas

perpotongan dan bias ditentukan dengan menggunakan gaya-gaya pada potongan

secara vertical atau normal. Kestabilan lereng tergantung pada gaya penggerak

dan gaya penahan yang bekerja pada bidang gelincir. Perbandingan antara gaya-

gaya penahan terhadap gaya-gaya penggerak tanah inilah yang disebut dengan

Faktor Keamanan (FK) lereng. Nilai FK secara teori didapatkan dari persamaan

sebagai berikut:

Faktor keamanan lereng memiliki nilai ketentuan sebagai berikut :

FK > 1,0 : Lereng stabil

FK < 1,0 : Lereng tidak stabil

FK = 1,0 : Lereng kritis


7

Banyak faktor yang mempengaruhi kestabilan lereng, maka walaupun nilai

FK menunjukan stabil hal ini harus ditunjang dengan data lain.

Gambar 2.1 Peta DEM daerah penelitian (penyusun, 2020)

Zonasi kerentanan gerakan massa diatur dalam PERMENPU No.

22/PRT/M/2007 tentang pedoman penataan ruang kawasan rawan bencana

longsor. Penetapan kawasan rawan bencana longsor dan zona berpotensi longsor
6

didasarkan pada hasil pengkajian terhadap daerah yag diindikasikan berpotensi

longsor atau lokasi yang diperkirakan akan terjadi longsor akibat proses alami dan

aktivitas manusia. Kriteria dalam penetapan kawasan rawan bencana longsor

sebagai berikut :
8

a. Kondisi kemiringan lereng

b. Curah hujan

c. Kondisi tanah

d. Struktur batuan

e. Struktur geologi atau patahan

f. Adanya gerakan tanah

g. Jenis tutupan lahan atau vegetasi

Kriteria-kriteria tersebut disusun untuk kemudian dilakukan

pembuatan zona kerentanan gerakan massa yang terbagi dalam beberapa

zona yaitu Zona Tipe A, Zona Tipe B dan Zona Tipe C.

Gambar 2.2 Zonasi kawasan rawan longsor (PERMENPU, 2007)


9

Pembuatan zona kerentanan gerakan massa yang diatur oleh PERMENPU

2007 dilakukan untuk penataan ruang dan penggunaan lahan, sehingga dapat

meminimalisir korban jiwa dan materi akibat adanya gerakan massa dan tanah

longsor.

Tabel 2.1 Pembagian zona kawasan rentan bencana longsor dan kasifikasi tingkat
kerawanannya (PERMENPU, 2007)

2.2 Sifat Fisik dan Sifat Mekanik Tanah

2.2.1 Sifat fisik tanah

Uji sifat fisik tanah dilakukan untuk mendapatkan parameter bobot

isi tanah. Bobot isi dari suatu masa tanah adalah perbandingan antara berat
10

total tanah terhadap isi total tanah, yang dinyatakan dalam notasi γwet

(gram/cm3 ). Berat jenis partikel dari suatu tanah memperlihatkan

kerapatan dari partikel secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan sebagai

perbandingan massa total dari partikel padatan dengan total volume dan

tidak termasuk ruang pori diantara partikel (termasuk berat air dan udara).

Besarnya berat jenis partikel bahan organik umumnya berkisar antara 1,3

sampai 1,5 gram/cm3 .

γwet = ( w2 – w1) 𝑣 gram/cm3

γdry = 𝛾𝑤𝑒𝑡 1+𝑊 gram/cm3

Dimana=

Wet :berat isi tanah basah (gr/cm3 )

Dry :betar isi tanah kering (gr/cm3 )

W :kadar air (%)

V : volume cincin (cm3 )

W1 :berat ring (gr)

W2 :berat ring + tanah (gr)

Bobot isi tanah sangat berguna dalam mengevaluasi tanah kohesif dan

pengujiannya juga mudah. Sedangkan pada tanah non kohesif pengujian berat isi

tanah sedikit agak sulit pelaksanaannya, kecuali jika tanah non kohesif tersebut

terletak sangat dekat dengan permukaan tanah. Seperti halnya kadar air tanah,

berat isi tanah juga merupakan sifat fisik tanah yang penting, dan dilakukan secara

rutin bersama– sama dengan pengujian lainnya di laboratorium. Pelaksanaan


9

pengujian ini menggunakan metode silinder tipis yang dimasukkan kedalam

tanah, sehingga tidak dapat dilakukan pada jenis tanah berpasir lepas atau terdapat

banyak kerikil. Berat isi tanah pada umumnya dapat dikaitkan dengan sifat–sifat

teknis tertentu, seperti kekuatan dan komprebility. Dalam hal ini dimana didapat

benda uji yang asli (undisturbed samples), maka di ganti dengan benda uji yang

terganggu (distrubed samples) mempertahankan berat isi dan kadar air yang

sesuai dengan keadaan aslinya (Braja M. Das, 1995).

2.3.2 Sifat mekanik tanah

Dalam penelitian ini, penyusun melakukan uji sifat mekanik tanah untuk

mengatahui nilai parameter kohesi dan sudut geser dalam. Kohesi adalah gaya

tarik menarik antara partikel dalam tanah, dinyatakan dalam satuan berat per

satuan luas. Kohesi tanah akan semakin besar jika kekuatan gesernya makin besar.

Nilai kohesi (c) diperoleh dari pengujian laboratorium yaitu pengujian kuat geser

langsung (direct shear strength test) dan pengujian triaxial (triaxial test). Sudut

geser dalam merupakan sudut yang dibentuk dari hubungan antara tegangan

normal dan tegangan geser di dalam material tanah atau batuan. Parameter kuat

geser tanah ditentukan dari uji-uji laboratorium pada benda uji yang diambil dari

lapangan harus diusahakan tidak berubah kondisinya, terutama pada contoh asli

(undisturb), di mana masalahnya adalah harus menjaga kadar air dan susunan

tanah lempung. Umumnya, contoh benda uji diperoleh baik dengan kondisi

terganggu atau tidak asli (disturbed-sample) maupun di dalam tabung contoh


10

(undisturb sample). Pada pengambilan tanah benda uji dengan tabung, biasanya

kerusakan contoh tanah realtif lebih kecil. Kuat geser tanah dari benda uji yang

diperiksa di laboratorium, biasanya dilakukan dengan besar beban yang

ditentukan lebih dahulu dan dikerjakan dengan menggunakan tipe peralatan yang

khusus. Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya kuat geser tanah yang diuji

di laboratorium, adalah:

a) Kandungan mineral dari butiran tanah.

b) Bentuk partikel.

c) Angka pori dan kadar air.

d) Sejarah tegangan yang pernah dialami.

e) Tegangan yang ada di lokasi (di dalam tanah)

f) Perubahan tegangan selama pengambilan contoh dari dalam tanah.

g) Tegangan yang dibebankan sebelum pengujian

h) Cara pengujian

i) Kecepatan pembebanan.

j)Kondisi drainase yang dipilih, drainase terbuka (drained) atau drainase

tertutup (undrained).

k) Tekanan air pori yang ditimbulkan

l) Kriteria yang diambil untuk penentuan kuat geser.

Butir (a) sampai (e) ada hubungannya dengan kondisi aslinya yang tidak

dapat dikontrol, tetapi dapat dinilai dari hasil pengamatan lapangan, pengukuran,

dan kondisi geologi. Butir (f) tergantung dari kualitas benda uji dan penanganan
9

benda uji dalam persiapan pengujian. Butir (g) sampai (l) tergantung cara

pengujian yang dipilih. Uji geser langsung dapat digunakan untuk analisis

kestabilan dalam bidang geoteknik, di antaranya untuk analisis kestabilan lereng,

daya dukung pondasi, analisis dinding penahan, dan lain‐lain. Uji geser langsung

tidak dapat mengukur tekanan air pori yang timbul saat penggeseran dan tidak

dapat mengontrol tegangan yang terjadi di sekeliling contoh tanah. Keterbatasan

uji geser langsung yang lain adalah karena bidang runtuh tanah ditentukan,

meskipun belum tentu merupakan bidang terlemah. Pada benda uji yang kering,

kedua batu tembus air (porous stone) tidak diperlukan. Selama pengujian,

perpindahan (∆L) akibat gaya geser dari setengah bagian atau kotak geser dan

perubahan tebal (∆h) benda uji dicatat. Alat uji geser langsung dapat berbentuk

bujur sangkar. Kotak pengujian dapat bervariasi dari yang luasnya 100 x 100

mm2 sampai 300 x 300 mm2 (Braja M. Das, 1995).

2.3 Sumber Pustaka

Pustaka yang digunakan oleh penyusun dalam menulis proposal skripsi ini

antara lain:

Angga Aditya., dkk. 2016. Karakterisasi Lereng Berpotensi Longsor Serta

Upaya Mitigasi Bencananya: Studi Kasus di Badan Jalan Lembang dan

Cijambe-Subang. Prosiding Seminar Nasional Fisika (E-Journal)

SNF2016.Vol V. Bandung
10

Asikin, S., Handoyono, A., Busono, H., Gafoer, S. 1992.,Peta Geologi Lembar

Kebumen, Jawa, Skala 1 : 100.000. Bandung. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Badan Geologi.

Bakosurtanal, 2000, Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Ungaran, Skala 1:

25.000, Bogor.

Bemmelen Van, R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol.1A. The Hague,

Government Printing Office, Jakarta.

Braja, M.D, 2011. Principles of Geotechnical Engineering, Cengage Learning,


Stamford.

Gogot, S.B. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium. Yogyakarta: Graha Ilmu

Marani, M.I,R., dkk. 2016., Penentuan Zona Gerakan Tanah dan Analisis

Kemantapan Lereng di Kecamatan Boyolali,Jawa Tengah. Departemen

Teknik Geologi Universitas Diponegoro.Semarang

Rajagukguk,.OCP.dkk. 2014. Analisis Kestabilan Lereng dengan Metode Bishop.

Jurnal Sipil Statik Vol.2 No.3. Manado

Sobirin, dkk. 2017. Analisis Potensi dan Bahaya Longsor Menggunakan

Modifikasi Metode Indeks Storie di Kabupaten Kebumen Jawa Tengah. Industrial

Research Workshop and National Seminar.Bandung

Sukandarrumidi, 2012, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti

Pemula, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta


9

Winduhutomo,S dkk.,2019. Tingkat Kestabilan Lereng Pada Peristiwa Gerakan

Tanah di Sepanjang Jalan Wilayah Konservasi Karangsambung.

Prosiding Seminar Nasional Kebumian Ke-12. Yogyakarta


15

Maulana, H. Dan Inayatillah, A. Tutorial Rocscience Slide V. 5.0 Untuk

Kestabilan Lereng. Jakarta, 2010


BAB 3
METODE PENELITIAN

Tahap penelitian dibagi atas 4 bagian besar, yaitu tahap pendahuluan,

tahap penelitian lapangan, tahap analisis laboratorium dan studio,serta tahap akhir

(Gambar 2). Tahap-tahap tersebut saling berkaitan antara satu dengan yang

lainnya dan bersifat saling melengkapi, (tabel 3.1)

3.1 Tahap Pendahuluan

Metode yang digunakan yaitu berupa studi pustaka dan pengumpulan

referensi terkait yang berhubungan dengan judul studi kasus. Tahap pendahuluan

dilakukan untuk mempelajari segala sesuatu yang berhubungan dengan daerah

penelitian. Pada tahap pendahuluan ini dilakukan pembuatan proposal, pembuatan

izin penelitian, dan pencarian data sekunder yang dapat diperoleh dari interpretasi

peta topografi maupun peta DEM. Penelitian ini tetap memperhatikan hasil dari

peneliti-peneliti terdahulu yang telah melaksanakan penelitian di daerah penelitian

untuk mempermudah dalam pelaksanaan pemetaan geologi secara efektif dan

efisien. Selain itu juga dilakukan studi pustaka dari literatur, dari buku atau jurnal

terkait mengenai daerah dan studi kasus penelitian.

3.2 Tahap Penelitian Lapangan

Penelitian lapangan dibagi menjadi 3 urutan pelaksanaan, yaitu: tahap

perencanaan lintasan, tahap pemetaan detail, dan tahap pengambilan sampel

batuan dan tanah.

16
17
a. Perencanaan lintasan

Perencanaan lintasan dilakukan dengan mengadakan pengenalan

medan (recognize), sambil mencari singkapan yang dapat digunakan dalam

penelitian lebih lanjut. Tujuan lain dari recognize yaitu untuk memilih rute

dengan singkapan dan jalur yang baik.

Lintasan tersebut dapat melalui jalur jalan yang telah tersedia dan

apabila memungkinkan untuk melalui jalur sungai, maka hal itu akan lebih

baik.

b. Tahap pemetaan detail

Pelaksanaan pemetaan detail meliputi pengambilan data selengkap

mungkin dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dengan

melihat kondisi geologi yang ada di daerah penelitian, yang meliputi

pencarian data litologi, geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan

geologi lingkungan baik itu potensi negatif maupun potensi positif yang

dapat diplotkan pada peta lapangan sehingga mendapatkan data yang akurat.

c. Tahap pengambilan sampel batuan

Pengambilan sampel batuan di lapangan selanjutnya diproses lebih lanjut

untuk dianalisis di laboratorium seperti analisis petrografi dan analisis fosil.

d. Tahap pengambilan sampel tanah

Pengambilan sampel tanah dilakukan pada lereng bukit Desa

Binangun dengan menggunakan pipa paralon sebanyak 3 buah yang disebar


18
pada tiap sisi lereng bukit. Sampel tanah ini kemudian di uji di laboratorium

untuk kemudian di ketahui hasil Sifat Fisik dan Sifat Mekaniknya.

3.3 Tahap Penelitian di Laboratorium dan Studio

Penelitian laboratorium dilakukan selama dan setelah penelitian lapangan

selesai, penelitian ini berupa analisis petrografi, analisis fosil, serta uji sifat fisik

dan mekanik tanah. Analisis petrografi dilakukan untuk mengetahui tekstur

batuan, struktur batuan, dan mineral-mineral penyusunnya. Berikut merupakan

langkah-langkah dalam analisis petrografi batuan :

1. menyiapkan sampel batuan yang masih utuh dan cukup untuk di buat

sayatan

2. melakukan sayatan batuan yang kemudian di tempatkan dalam

selembar kaca

3. siapkan mikroskop polarisasi, sayatan, lembar deskripsi dan alat tulis

4. nyalakan mikroskop dan tempatkan sayatan pada titik pengamatan /

meja mikroskop

5. lakukan pengamatan seperti sudut pemadaman, ukuran mineral,

pleokriosme, jenis mineral, persentase, klasifikasi batuan dan

sebagainya

6. lakukan deskripsi dan catat seluruh hasil deskripsi pada lembar yang

disediakan.
18

Sedangkan analisis fosil dilakukan untuk mengetahui umur serta

lingkungan pengendapan lapisan batuan di daerah penelitian. Berikut merupakan

langkah-langkah dalam analisis fosil :

1. Siapkan sampel batuan, lakukan preparasi terlebih dahulu

2. Sampel dilakukan penguraian secara fisik dengan direbus, di tumbuk,

dicuci dengan deterjen, dan dijemur

3. Selanjutnya sampel di urai dengan cara kimia yaitu dengan larutan

H202, aduk kemudian tunggu cairan hingga habis, angkat dan jemur

atau di oven.

4. Sampel kemudian di lakukan penyaringan dengan mesh 10,14,30,40,60,

dan 80

5. Masukkan semua sampel dalam mesh pada plastik sampel masing-

masing.

6. Lakukan determinasi fosil pada nomor mesh 40 dan 60

7. Nyalakan mikroskop dan siapkan sampel,cawan,jarum serta lembar

determinasi

8. Masukkan sampel kedalam cawan kemudian letakkan pada meja

mikroskop

9. Gunakan mikroskop untuk mengamati keberadaan fosil dalam cawan,

kemudian pisahkan fosil tersebut dengan jarum

10. Lakukan determinasi fosil seperti bentuk test, aperture, bentuk kamar

dan sebagainya

11. Catat seluruh deskripsi pada lembar determinasi


20

12. Masukkan fosil yang telah di determinasi pada plat wadah penyimpanan

fosil.

Uji sifat fisik dan mekanik tanah dilakukan untuk mendapatkan

parameter yang digunakan dalam perhitungan nilai faktor keamanan

metode Bishop, antara lain bobot isi tanah, kohesi dan sudut geser dalam.

Ketiga parameter tersebut kemudian di olah dalam program Slide untuk

diketahui nilai FK nya. Berikut merupakan langkah-langkah dalam uji sifat

fisik dan mekanik batuan:

A. Uji sifat fisik tanah ( Bobot isi tanah)

Untuk mendapakan bobot isi tanah, dilakukan langkah-langkah yaitu:

1. Siapkan tanah hasil bor

2. Tanah ditumbuk kembali sampai halus, gunakan mesh 40 untuk

menyaring tanah agar lebih halus

3. Masukkan dalam cawan dan ukur diameter serta tebal ring untuk

mendapatkan volume wadah

4. Timbang berat ring serta wadah+tanah basah

5. Tanah yang telah di mesh dicampur dengan air murni kemudian diaduk

hingga merata (tidak terlalu encer)

6. Cetak tanah dengan menggunakan ring

7. Timbang dengan menggunakan neraca

8. Masukkan kedalam oven selama 30 menit dengan suhu diatas 300

derajat celcius

9. Setelah dioven, lakukan penimbangan kembali


21

10. Lakukan perhitungan bobot isi kering dengan cara pembagian antara

berat wadah+tanah basah dengan volume wadah.

B. Uji sifat mekanik tanah (direct shear test / kuat geser langsung)

Pengujian kuat geser langsung tanah dilakukan untuk mendapatkan nilai

kohesi dan sudut geser dalam, langkah-langkah yang dilakukan yaitu :

1. Keluarkan contoh tanah yang tidak terganggu undisturbed) dari tabung

(atau buat remolded sample), dan dipotong menggunakan kawat

pemotong (trimmer), agar ketebalan contoh tanah sama dengan

ketebalan ring pemotong.

2. Pasang batu porous pada bagian bawah tabung percobaan, kemudian

pasang plat bergerigi di atas batu porous.

3. Keluarkan contoh tanah dari ring pemotong, dan masukkan ke dalam

tabung percobaan (di atas plat bergerigi).

4. Letakkan batu bergerigi di atas contoh tanah, kemudian pasang batu

porous di atas batu bergerigi.

5. Masukkan tabung percobaan ke dalam kompartemen, dan atur dial

penurunan agar jarum menunjukkan angka nol.

6. Atur torak beban dan pencatan gaya geser (proving ring) agar tepat

menempel pada tabung percobaan

7. Siapkan timer (stop watch) untuk memulai percobaan.

8. Pasang beban N, dan segera jalankan mesin (T) bersamaan dengan

stopwatch
22

9. Catat besarnya gaya yang terjadi pada proving ring (T) dan dial

penurunan pada setiap interval tertentu

10. Percobaan dilanjutkan sampai contoh tanah hancur, yang ditunjukkan

dari gaya pada proving ring yang konstan

11. Ulangi percobaaan dari alangkah 1-10 pada contoh tanah baru dan

beban normal (N) yang lebih besar

12. Hitung tekanan normal (σ) dan tegangan geser (t) maksimum yang

terjadi

13. Gambar grafik hubungan antara tekanan normal dan tegangan geser.

Kemudian tentukan besarnya kohesi (c) dan sudut geser dalam (ø)

14. Besarnya kohesi tanah (c) ditentukan dari perpotongan antara garis

linear dan ordinat pada tekanan normal (σ) sebesar nol, sedangkan

besar sudut geser dalam tanah (ø) ditentukan dari sudut kemiringan

antara garis regresi (linear) yang menghubungkan titik-titik hasil

pengujian dan garis (sumbu) horizontal.

Penelitian studio dilakukan setelah mendapatkan hasil dari penelitian

lapangan dan penelitian laboratorium. Penelitian ini berupa pengolahan

data seperti penarikan litologi, analisis data struktur geologi serta analisis

stabilitas lereng dengan metode Bishop.

3.4 Tahap Akhir

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan draft laporan berdasarkan

atas data lapangan dan data laboratorium. Laporan penelitian membahas


19

tentang geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, sejarah geologi dan

geologi lingkungan
23

di daerah penelitian serta studi kasus analisis kestabilan lereng.

Laporan tersebut disajikan dalam bentuk uraian laporan, disertai peta

lintasan dan lokasi pengamatan, peta geomorfologi, peta geologi, peta

kelerengan, peta zonasi kerawanan gerakan massa, dan peta kestabilan

lereng.

Tabel 3.1 Bagan alir penelitian

3.5 Peralatan dan Bahan Penelitian


25

Alat dan bahan yang diperlukan dalam menunjang kegiatan penelitian

baik di lapangan maupun melakukan analisis di laboratorium, sebagai

berikut:

a. Alat dan bahan yang digunakan pada saat di lapangan terdiri dari:

1) Kompas geologi tipe Brunton sistem azimut 0°-360°, digunakan untuk

menentukan arah, mengukur kemiringan lereng, mengukur arah

kelurusan sungai, mengukur kedudukan batuan, mengukur data struktur

garis dan bidang struktur geologi, serta untuk menentukan titik

keberadaan lokasi saat di lapangan.

2) Palu geologi batuan sedimen dan batuan beku merk Estwing, digunakan

untuk mengambil conto batuan di lapangan.

3) Loupe dengan perbesaran 10x dan 20x, digunakan untuk melihat

mineral penyusun batuan.

4) Kamera digital merk Canon, untuk mengambil foto atau gambar

singkapan di lapangan.

5) GPS merk Garmin tipe 64 S, digunakan untuk menentukan titik

koordinat lokasi dan merekam data lapangan.

6) Alat tulis lengkap, digunakan untuk mencatat data di lapangan,

mengeplot peta, dan member nomor sampel batuan pada plastik

sampel.

7) Buku catatan lapangan, digunakan untuk mencatat data di lapangan.

8) Kantong sampel batuan, digunakan untuk menyimpan dan member

nomor pada sampel batuan.


24

9) Jas hujan, digunakan pada saat berada di lapangan dengan kondisi

cuaca hujan.

10) Sepatu lapangan, dibutuhkan untuk memenuhi standar keamanan,

melindungi kaki dari gigitan binatang atau benda tajam.

11) Peta topografi daerah penelitian skala 1 : 25.000 sebagai peta dasar

yang digunakan untuk menginterpretasi medan di lapangan. Peta

topografi juga berfungsi sebagai peta dasar pembuatan peta tematik

seperti peta lintasan, peta geomorfologi dan peta geologi.

12) Peta RBI Lembar Gombong nomor 1408-133, digunakan untuk

mengetahui kondisi serta tataguna lahan daerah penelitian.

13) Contoh batuan dari litologi yang dijumpai di lapangan, untuk dianalisis

di Laboratorium, baik analisis petrografi, analisis fosil dan analisis sifat

keteknikan.

b. Alat dan bahan yang digunakan dalam analisis laboratorium terdiri dari:

1) Mikroskop binokuler merk XSG dengan pembesaran 40 kali untuk

analisis fosil mikro.

2) Mikroskop polarisasi merk NP-107A dan kamera dengan pembesaran

40 kali untuk analisis petrografi.

3) Mesh 40, 60, 80, 100, 150, 200 dan kuas cat untuk mengayak fosil

mikro.
BAB 4
GEOLOGI REGIONAL

4.1 Fisiografi Regional

Secara fisiografi daerah Jawa Tengah dibagi menjadi enam satuan yaitu

(Van Bemmelen , 1949 dalam Hadiyansyah, 2005) :

a. Dataran Aluvial Jawa utara

b. Satuan Gunungapi Kuarter

c. Antiklinorium Bogor-Serayu Utara – Kendeng

d. Depresi Jawa Tengah

e. Pegunungan Serayu selatan dan,

f. Pegunungan Selatan Jawa.

Gambar 4.1 Sketsa fisiografi

Jawa Tengah (Bemmelen, 1949)

26
27
Daerah penelitian terletak pada Fisiografi Pegunungan Serayu Selatan

yang memiliki struktur geologi kompleks, hal ini disebabkan oleh adanya

subduksi lempeng yang turut membentuk daerah di Pegunungan Serayu Selatan.

4.2. Struktur Geologi Regional

Pulau Jawa merupakan suatu komplek sejarah dengan penurunan

cekungan, pensesaran, perlipatan, dan vulkanisme. Umumnya, ada 3 arah pola

umum struktur yaitu arah timur laut – barat daya (Pola Meratus), arah utara –

selatan (Pola Sunda), dan arah timur – barat.

4.2.4. Arah timurlaut – baratdaya (Pola Meratus)

Dari data tektonostratigrafi, diketuhi bahwa Pola Meratus merupakan pola

yang paling tua dengan umur Kapur hingga Paleosen yang tersebar dalam Jalur

Tinggian Karimun Jawa dan menerus melaui Karangsambung hingga daerah

Cimandiri, Jawa Barat. Sesar ini mengalami pengaktifan kembali oleh aktivitas

tektonik yang lebih muda. Sedangkan pada bagian barat, tercermin pada Sesar

Cimandiri, di bagian tengah tercerminkan dari pola penyebaran singkapan

batuanpra-Tersier di daerah Karangsambung. Pada bagian timur ditunjukkan oleh

sesar pembatas Cekungan Pati.

4.2.5. Arahutara – selatan (Pola Sunda)

Pada pola ini, dominasi ekspresi tampak di bagian barat yang berupa sesar-

sesar pembatan Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna. Pola

Sunda memiliki juga struktur berupa regangan.


28
Pola Sunda, dari data seismik-nya menunjukan bahwa pola tersebutlah

yang mengaktifkan sesar-sesar pada Pola Meratus pada Eosen Akhir hingga

Oligosen Akhir

4.2.6. Pola Jawa

Pada bagian barat pola ini terwakilkan oleh sesar-sesar naik seperti Sesar

Beribis dan sesar pada Cekungan Bogor. Pada bagian tengah tampak pola dari

sesar-sesar Zona Serayu Utara dan Serayu Selatan. Sedangkan di bagian timur

terekspresikan oleh arah Sesar Pegunungan Kendeng.

Cekungan yang dihasilkan dari aktifitas tersebut. Menurut Kusumadinata,

1975 dalam Pulunggono, 1994, cekungan yang dihasilkan adalah Cekungan Jawa

Utara bagian barat dan Cekungan Jawa Utara timur yang dipisahkan oleh

Tinggian Karimun Jawa. Cekungan bagian barat memiliki geometri memanjang

relatif utara-selatan, sedangkan bagian timur memiliki geometri relative timur-

barat.

Secara regional, Pulau Jawa dibagi menjadi 3 satuan tektonik (Gambar

4.2), yaitu:

1. Cekungan Jawa Utara yang terdiri atas Cekungan Jawa barat laut dan

Cekungan Jawa timur laut

2. Daerah Cekungan Bogor – Kendeng

3. Daerah Cekungan Pegunungan Selatan


29

Gambar 4.2 Gambaran umum struktur geologi Pulau Jawa (Natalia dkk., 2010)

4.3. Stratigrafi Regional

Berdasarkan peta Geologi Lembar Kebumen, Jawa (S. Asikin, A. Handoyo,

H. Busono, S. Gafoer (1992), dapat diketahui bahwa batuan di daerah ini mulai

dari yang tertua (Paleosen) hingga termuda (Pliosen) terdiri dari :

1. Kompleks Melange Luk Ulo yang berupa bongkah-bongkah batuan Pra Tersier

dengan massa dasar serpih hitam (berumur Kapur Atas).

2.Formasi Karangsambung yang tersusun oleh batulempung bersisik dengan

bongkah batugamping , konglomerat, batupasir, batugamping dan basal

(berumur Eosen). Dalam formasi ini terdapat pula batugamping terumbu yang

berupa olistolit.

3.Formasi Totogan yang tersusun oleh breksi dengan komponen batulempung,

batupasir, batugamping dan basal (berumur Oligo-Miosen)


30
4.Formasi Waturanda yang tersusun oleh batupasir kasar, makin ke atas berubah

menjadi breksi dengan komponen andesit, basal dan massa dasar batupasir tuf.

Dalam Formasi ini terdapat anggota tuf yang tersusun oleh perselingan tuf

kaca, tuf kristal, batupasir gampingan dan napal tufan (berumur Miosen Awal).

5.Formasi Penosogan yang teridiri dari perselingan batupasir gampingan,

batulempung, tuf, napal dan kalkarenit (berumur Miosen Tengah).

6.Diabas yang merupakan batuan beku intrusi hasil aktivitas volkanik (Miosen

Tengah)

7.Formasi Halang yang tersusun oleh perselingan batupasir, batugamping, napal

dan tuf dengan sisipan breksi (berumur Pliosen).

8.Formasi Peniron yang terdiri dari breksi dengan komponen andesit,

batulempung, batugamping, serta massa dasar batupasir tufan bersisipan tuf.

9.Endapan Pantai yang berupa pasir lepas

10.Alluvium yang berupa lempung, lanau, pasir, kerikil dan kerakal

Tabel 4.1 Stratigrafi daerah kebumen


(Asikin, 1992)
32

DAFTAR PUSTAKA

Asikin, S., Handoyono, A., Busono, H., Gafoer, S. 1992.,Peta Geologi Lembar
Kebumen, Jawa, Skala 1:100.000. Bandung. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Badan Geologi.

Bakosurtanal, 2000, Peta Rupa Bumi Indonesia Lembar Ungaran, Skala 1:


25.000, Bogor.

Bemmelen Van, R.W., 1949. The Geology of Indonesia. Vol.1A. The Hague.
Jakarta Government Printing Office.

Braja, M.D, 2011. Principles of Geotechnical Engineering, Cengage Learning,


Stamford.

Gogot, S.B. 2011. Pengujian Tanah di Laboratorium. Yogyakarta. Graha Ilmu

Hardiyatmo H.C. 2002. Mekanika Tanah 1. Yogyakarta: Gadjah Mada University


Press.

Hardiyatmo H.C. 2002b. Mekanika Tanah 2. Yogyakarta: Gadjah Mada


University Press.

Sukandarrumidi, 2012, Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis Untuk Peneliti


Pemula, Yogyakarta. Gadjah Mada University Press.
33
RENCANA ANGGARAN

NO Keperluan Besar Biaya


1. Persiapan
a. Pengadaan peta dan literatur Rp. 100.000,-
b. Pembuatan proposal Rp. 50.000,-
c. Pengurusan izin Rp. 10.000,-
d. Perlengkapan pembuatan peta Rp. 10.000,-

2. Perlengkapan Lapangan
a. Larutan HCL 0,1 N Rp. 30.000,-
b. Alat tulis Rp. 50.000,-
c. Obat-obatan Rp. 50.000,-
d. Pipa PVC Rp. 135.000,-
3 Biaya operasional lapangan
a. Konsumsi dan akomadasi Rp. 1.000.000,-
b. Transportasi Rp. 500.000,-
4. Analisis Laboratorium
a. Analisis petrografi Rp. 750.000,-

5. Checking
a. Konsumsi dan akomodasi Rp. 1.500.000,-

6 Penyusunan Laporan
a. Pengadaan peta 5 eks @Rp.10.000,- x 15 Rp. 150.000,-
b. Pembuatan draft 5 eks Rp. 300.000,-
7. Perbaikan Laporan
a. Penggadaan peta 5 eks @ Rp.10.000,- x 15 Rp. 150.000,-
b. Perbaikan draft Rp . 500.000,-
c. Foto copy dan penjilidan skripsi Rp. 250.000.-
8. Lain-lain
a. Biaya tak terduga Rp. 700.000,-
9. Rekapitulasi Anggaran Biaya
a. Persiapan Rp. 170.000,-
b. Perlengkapan Lapangan Rp. 130.000,-
c. Biaya operasional lapangan Rp. 1.500.000,-
d. Analisis Laboratorium Rp. 1.200.000,-
e. Checking Rp. 1.500.000,-
f. Penyusunan Laporan Rp. 450.000,-
g. Perbaikan Laporan Rp. 900.000,-
h. Lain-lain Rp. 700.000,-

Total Biaya Rp. 6.500.000,-


34

Tahun 2020
No Jenis Kegiatan
November Desember Januari Februari Maret April
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pra Lapangan:                                                
  a.    Studi pustaka                                                
  b.   Pembuatan proposal                                                
  c.    Perizinan                                                
2 Operasional:                                                
  a.    Pemetaan geologi                                                
3 Analisis Laboratorium:                                                
  a.    Analisis Petrografi                                              
  b.   Analisis fosil                                                
  c.    Uji Sifat Fisik & Mekanik Tanah                                                
4 Konsultasi:                                                
  a. Data lapangan                                                
  b. Data laboratorium                                              
c. Ceking Lokasi
  d.  Laporan dan peta                                                
 5 Penyusunan Draft                                                
6 Kolokium                                                
7 Sidang Pendadaran                                                
8 Perbaikan Draft                                                
9 Yudisium                                                
RENCANA KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai