info@pdfcoffee.com
Login
Register
English
Home
Top Categories
Top stories
Best stories
Add Story
My Stories
1. Home
2. MAKALAH CESTODA
MAKALAH CESTODA
Author / Uploaded
analiskesehatan wika
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cestoda merupakan salah satu kelas dari filum
Platyhelminthes. Cacing kelas ini me
DOWNLOAD FILE
Recommend Stories
makalah cestoda
Cestoda
cestoda berasal dari bahasa yunani, cestos = ikat pinggang. cestoda adalah satu
kelas dari filum platyhelminthes yang me
Cestoda
CESTODA
CESTODA Cacing dalam klas cestoidea disebut juga cacing pita karena bentuk
tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pi
I. Judul : II. III. Hari, tanggal Tujuan : : IV. Identifikasi telur, skoleks, dan proglotid
(genus Hymenolepis),
cestoda
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Cestoda merupakan salah satu kelas dari filum Platyhelminthes.
Cacing kelas ini menyebabkan penyakit yang khususnya lebih menyerang usus
hospes definitif (manusia). Hospes perantara dari cacing ini sebagian besar berada
di ikan,anjing, tikus, dan lain-lain.Cestoda yang hidup di usus manusia sebagai
hospes definitifnya. Hospes reservoir nya adalah hewan/mamalia pemakan ikan.
Cacing dewasanya menempati usus vertebrata dan larvanya hidup di jaringan
vertebrata dan invertebrata. Bentuk cacing dewasa memanjang menyerupai pita,
biasanya pipih dorsoventral,tidak mempunyai alat cerna atau saluran vaskular dan
biasanya terbagi dalam segmen-segmen yang disebut proglotid yang bila dewasa
berisi alat reproduktif jantan dan betina. Ujung bagian anterior berubah menjadi
sebuah alat pelekat, disebut skoleks, yang dilengkapi dengan alat isap dan
kaitkait.Penyebaran cacing ini di Indonesia tidak terlalu banyak, karena masih
sedikitnya penggemar anjing, kucing, dan hewan mamalia lainnya yang berperan
sebagai hospes perantaranya sehingga di Indonesia sangat jarang ditemukan di
Indonesia. Penyakit ini dapat terdeteksi pada hati hospes karena ada kista di
dalamnya. Gejala dari penyakit ini umumnya diare karena cacing ini menginfeksi
usus pada hospesnya. Selain gejalanya, penyakit ini juga dapat diobat. 2.1
Rumusan Masalah 3.1 Tujuan Penulisan 1. Definisi Cestoda 2. Bagaimana cir – ciri
dari Cestoda? 3. Bagaimana Morfologi dari Cestoda? 4. Bagaimana Siklus Hidup
dari Cestoda ? 5. Bagaimana patologi dari Cestoda ? 6. Apa saja jenis-jenis dari
Cestoda ? 7. Bagaimana diagnosis dan pengobatan? 1.1
Tujuan Penulis
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Untuk mengetahui definisi cestoda Untuk mengetahui ciri-ciri dari cestoda Untuk
mengetahui morfologi dari cestoda Untuk mengetahui siklus hidup dari cestoda
Untuk mengetahui patologi dari cestoda Untuk mengetahui jenis-jenis dari cestoda
Untuk mengetahui diagnosis dan pengobatan
Definisi Cestoda Cacing dalam kelas cestoidea disebut juga cacing pita karena
bentuk
tubuhnya yang panjang dan pipih menyerupai pita. Cacing ini tidak mempunyai
saluran pencernaan ataupun pembuluh darah. Tubuhnya memanjang terbagi atas
segmen-segmen yang disebut proglotida dan segmen ini bila sudah dewasa berisi
alat reproduksi jantan dan betina. Pada dasarnya morfologi cacing dewasa terdiri
dari : Kepala atau scoleks yaitu kepala yang merupakan alat untuk melekat.
Dilengkapi dengan batilisap atau lekuk isap, leher yaitu tempat untuk pertumbuhan
badan, strobila adalah badan yang terdiri dari segmen proglotida. Tiap proglotida
dewasa mempunyai susunan alat kelamin jantan dan betina lengkap, keadaan ini
disebut hemafrodit.
Infeksi terjadi dengan menelan larva bentuk infektif atau menelan telur. Pada
cestoda dikenal dua ordo yakni Pseudophylidea dan Cyclophylidea. Sedangkan
yang menginfeksi manusia ada dua bentuk fase cacing yaitu, bentuk cacing dewasa,
bentuk larva atau pun keduanya. a. Cacing dewasa (manusia sebagai hospes
definitif) Diphylobotrium latum Taeniarinchus saginatus Taenia solium
Hymenolepis nana Hymenolepis diminuta Dipylidium caninum b.
2.2
Diphylobotrium sp
Taenia solium
Hymenolepis nana
Echinococcus granulosus
Ciri-ciri Cestoda 1. Semua anggota cestoda memiliki struktur yang pipih dan tertutup
oleh kutikula. 2. Cestoda juga disebut sebagai cacing pita karena bentuknya pipih
panjang seperti pita. 3. Tubuh cacing pita panjangnya antara 2m - 3m dan terdiri dari
: Kepala (skoleks), kepala (skoleks) dilengkapi dengan lebih dari dua
alat pengisap. Leher, tidak bersegmen, setelah skoleks kemdian lanjut ke leher.
Tubuh (strobila), terdiri dari segmen-segmen (proglotid) dan setiap segmen yang
menyusun strobila mengandung alat perkembangbiakan. Makin ke posterior segmen
makin melebar dan setiap segmen (proglotid) merupakan satu individu dan bersifat
hermafrodit.
4. Cacing pita biasanya hidup sebagai parasit dalam usus vertebrata dan tanpa alat
pencernaan. 5. Cestoda bersifat parasit karena menyerap sari makanan melalui
permukaan tubuhnya secara osmosis.
6. Penyerapan sari makanan terjadi dari usus halus inangnya melalui seluruh
permukaan proglotid. 7. Sari makanan diserap langsung oleh seluruh permukaan
tubuhnya, hal ini karena cacing pita tidak memiliki mulut dan sistem pencernaan,
skoleks hanya untuk menempelkan dirinya ke usus. 8. Skoleks pada jenis Cestoda
tertentu seperti Taenia solium selain memiliki alat pengisap, juga memiliki kait
(rostelum). 9. Rostelum berfungsi untuk melekat pada organ tubuh inangnya. 10.
Dibelakang skoleks pada bagian leher terbentuk proglotid. 11. Setiap proglotid
mengandung organ kelamin jantan (testis) dan organ kelamin betina (ovarium) 12.
Proglotid yang dibuahi ( yang matang ) terdapat di bagian posterior / paling bawah
tubuh cacing dan dapat melepaskan diri (strobilasi) dan keluar dari tubuh inang
utama bersamaan dengan tinja. 13. Sistem eksresi cacing pita terdiri dari saluran
pengeluaran yang berakhir dengan sel api. 14. Sistem saraf pada cacing pita sama
seperti Planaria dan cacing hati, tetapi kurang berkembang. 15. Manusia dapat
terinfeksi Cestoda saat memakan daging hewan yang dimasak tidak sempurna, atau
belum matang. 16. Inang pernatara Cestoda adalah hewan ternak misalnya Sapi
yang tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia saginata yang ada pada ototnya
sedangkan pada Babi tubuhnya terdapat Cisticercus jenis Taenia solium yang ada
pada ototnya. 17. Di Kedua ternak itu Cacing pita hanya sementara terjadi cyclus
ditubuhnya hingga membentuk Cysticercus. 18. Di sapi dan babi tidak dijumpai
cacing pita dalam bentuk Dewasa ( yang dewasa di tubuh manusia) tetapi hanya
dalam bentuk larva. 2.3
Morfologi Cestoda Ukuran cacing dewasa pada Cestoda bervariasi dari yang
panjangnya hanya
Cacing ini terdiri atas scolex (kepala) yang berfungsi sebagai alat untuk mengaitkan
diri pada dinding intestinum. Di belakang scolex terdapat leher, merupakan bagian
cacing yang tidak bersegmen. Di belakang leher tumbuh proglotid yang semakin
lama semakin banyak yang menyebabkan cacing menjadi semakin panjang dan
bersegmen-segmen. Setiap proglotid (segmen) dilengkapi dengan alat reproduksi
(jantan dan betina). Semakin jauh dari scolex, proglotidnya semakin tua sehingga
proglotid yang paling ujung seolah olah hanya sebagai kantung telur saja sehingga
disebut proglotid gravida. Proglotid muda selalu dibentuk dibelakang leher, sehingga
proglotid tua akan didorong semakin lama semakin jauh letaknya dari scolex.
Seluruh cacing mulai scolex, leher, sampai proglotid yang terakhir disebut strobila.
Cestoda berbeda dengan nematoda dan trematoda, tidak memiliki usus. Makanan
masuk dalam tubuh cacing karena diserap oleh permukaan tubuh cacing. Bagian
tubuh: a) Kepala (scolex) Berfungsi untuk melekat ( biasanya membulat). Pada
eucestoda biasanya mempunyai 4 sucker (acetabulum) yang dapat dilengkapi
dengan kait. Pada bagian skoleks dapat juga dijumpai adanya rostellum
(penonjolan/moncong) yang sering dilengkapi dengan kait. Pada cotyloda tidak
mempunyai organ melekat seperti eucestoda (acetabulum) tetapi mempunyai bothria
(celah panjang dan sempit serta berotot lemah). b) Leher Tidak bersegmen, sesudah
scoleks melanjut ke leher. c) Tubuh atau badan Terdiri dari segmen-segmen
(Proglottid) yang dipisahkan oleh garis-garis transversal, tiap-tiap proglotid biasanya
mengandung 1 atau 2 set organ reproduksi. d) Proglotid Dibentuk mulai dari leher
yang makin menjahui scoleks semakin dewasa/masak. Dikenal tiga macam
proglotid, yaitu proglottid muda, proglottid dewasa (organ reproduksi berkembang
dan berfungsi sempurna) dan proglotid gravid (penuh telur, organ reproduksi
mengalami degenerasi). Pada banyak cacing pita, telur tidak dikeluarkan tetapi
mengumpul di
proglotid gravid, selanjutnya proglotid ini lepas dan keluar bersama feses. Pada
eucestoda proglotid-proglotid jelas terpisah tetapi pada cotyloda tidak jelas
(pembentukannya sama-sama dalam satu waktu, contoh: pada plerocercoid yang
tidak bersegmen). Berdasarkan lepasnya proglotid, cestoda dibagi menjadi :
Apolytic Cestoda : melepaskan segmen gravid. Anapolytic Cestoda : tetap
membawa segmen gravid selama hidup. Euapolytic Cestoda : Segmen dilepas
waktu hamper gravid. Hyperapolytic Cestoda: segmen dilepas jauh sebelum gravid
dan
bebas di usus hospes. Pseudoapolytic Cestoda: telur keluar lewat porus uterus
kemudian segmen dilepas dalam kelompok dan degenerasi (Ex: pada cotyloda).
2.4
Siklus Hidup Cestoda Cacing pita merupakan hermafrodit, mereka memiliki sistem
reproduksi
baik jantan maupun betina dalam tubuh mereka. Sistem reproduksinya terdiri dari
satu testis atau banyak, cirrus, vas deferens dan vesikula seminalis sebagai organ
reproduksi jantan, dan ovarium lobed atau unlobed tunggal yang menghubungkan
saluran telur dan rahim sebagai organ reproduksi betina. Ada pembukaan eksternal
umum untuk sistem reproduksi baik jantan maupun betina, yang dikenal sebagai pori
genital, yang terletak pada pembukaan permukaan atrium berbentuk seperti cangkir.
Meskipun mereka secara seksual hermafrodit, fenomena pembuahannya termasuk
langka. Dalam rangka untuk memungkinkan hibridisasi, fertilisasi silang antara dua
individu sering dipraktekkan dalam reproduksi. Selama kopulasi, cirrus berfungsi
menghubungkan satu cacing dengan yang lain melalui pori kelamin, kemudian
dilakukan pertukaran spermatozoa. Siklus hidup cacing pita sederhana dalam arti
bahwa tidak ada fase aseksual seperti pada cacing pipih lainnya, tetapi rumit karena
setidaknya satu hospes perantara diperlukan serta tuan rumah definitif. Pola siklus
hidup telah menjadi kriteria penting untuk menilai evolusi antara Platyhelminthes.
Banyak cacing pita memiliki siklus hidup dua-fase dengan dua jenis host. Taenia
saginata dewasa tinggal di usus yang seperti parasit pada manusia. Proglottids dari
Taenia saginata meninggalkan tubuh melalui anus dan jatuh ke tanah, di mana
mereka mungkin jatuh pada rumput dan dimakan oleh hewan
pemakan rumput seperti sapi. Ini dikenal sebagai hospes perantara atau host
itermediate. Bentuk remaja dari Teania saginata bermigrasi dan menetap sebagai
kista dalam jaringan tubuh host intermediate seperti otot, dan bukan pada usus.
Taenia saginata remaja ini menyebabkan kerusakan lebih banyak pada host yang
menjadi tuan rumah definitif. Parasit melengkapi siklus hidupnya ketika melewati
hospes perantara parasit ke host definitif, ini biasanya terjadi karena host definitif
makan suatu bagian dari host perantara yang telah terinfeksi oleh Taenia saginata
remaja. Seperti kemungkinan manusia memakan daging sapi yang telah terinfeksi
oleh Taenia saginata, sehingga cacing tersebut dapat masuk dalam tubuh manusia
dan menetap di usus. 2.5
Patologi Cestoda Kasus penyakit banyak dilaporkan di daerah yang orangnya suka
kepala,mual,sembelit,
ataugangguan
pencernaan
kronis, dan kehilangannafsu makan. Ada dapat obstruksi usus pada manusia ketika
proglotid menyasar masuk apendiks, atau terdapat ileus yang dan ini dapat diatasi
dengan operasi. Cacing pita ini juga dapat mengusir antigenyang dapat
menyebabkan reaksi alergi pada individu.Sumber penularan apabila penderita
taeniasis sendiri dimana tinjanya mengandung telur atu proglotid, hewan sapi yang
mengandung cysticercus, makanan atau minuman danlingkungan yang tercemar
oleh telur-telur cacing pita. 2. Taenia Solium a. Klasifikasi Kingdom : Animalia Filum :
Platyhelminthes Kelas : Cestoda Ordo : Cyclophyllidea Famili : Taeniidae Genus :
Taenia Spesies : Taenia solium b. Epidemiologi Walaupun cacing ini kosmopolit,
kebiasaan hidup penduduk yang di pengaruhi tradisi kebudayaan dan agama,
memainkan peranan
penting. Pada orang-orang bukan pemeluk agama Islam, yang biasanya memakan
daging babi, penyakit ini ditemukan. Cara menyantap daging tersebut yaitu matang,
setengah matang, atau mentah dan pengertian akan keberhasilan atau hygiene,
memainkan peranan penting dalam penularan Taenia solium maupun sistiserkus
selulose. T. Solium dapat menyebabkan banyak masalah kesehatan itu, yang paling
lazim di negara berkembang di mana babi dibangkitkan. Banyak kali babi-babi
merumput di dekatdengan manusia, dan daerah ini sering menunjukkan kondisi
sanitasi yang buruk.. Karena itu, 'makanan pasokan babi yang terkontaminasi
dengan kotoran manusia, menciptakan situasi yang sempurna untuk Taenia solium
menyebar. c. Morfologi Cacing pita Taenia solium, berukuran panjang kira-kira 2 – 4
meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. Cacing ini seperti cacing Taenia
saginata,yang terdiri dariskoleks, leher, dan strobila yang terdiri dari 800 – 1000 ruas
proglotoid. Skoleks yang bulat berukuran kira-kira 1 milimeter, mempunyai 4 buah
batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing
sebanyak 25– 30 buah. Seperti Taenia saginata,strobila terdiri rangkaian proglotid
yang belum dewasa (imatur), dewasa(matur), dan mengandung telur (gravid).
Gambaran alat kelamin pada proglotid dewasasama denganTaenia saginata,kecuali
jumlah folikel testisnya lebih sedikit, yaitu 150 – 200 buah. Bentuk proglotid gravid
mempunyai ukuran panjang hampir sama denganlebarnya. Jumlah cacing uterus
pada proglotid gravid adalah 7 – 12 buah pada satu sisi. Lubang kelamin letaknya
bergantian selang-seling pada sisi kanan atau kiri strobila secara tidak beraturan. d.
Siklus Hidup Daur hidupnya mirip denganT. saginatus, tetapi hospes intermedier
berbeda dimana T. saginatus pada sapi dan T. Solium pada babi. Proglotid yang
penuh telur keluar melaluifeses, kemudian telur infektif keluar dimakan oleh babi.
Telur menetas dalam tubuh babi dan telur dan membentuk Cysticercus celluloses,
didalam daging (otot)
atau organ lainnya. Orang akan mudah terinfeksi bila memakandaging babi yang
kurang masak. Cysticercus berkembang menjadi cacing cacing mudayang langsung
menempel pada dinding intestinum dan tumbuh menjadi dewasa dalam waktu 5-12
minggu. Dimana cacing ini dapat bertahan hidup sampai 25 tahun. Cysticercosis
tidak seperti spesies cacing pita lainnya,T. Solium dapat berkembang dalam bentuk
cysticercus pada orang. Infeksi terjadi bila telur berembrio tertelan masuk kedalam
lambung dan usus, kemudian cacing berkembang menjadi cysticercus di dalamotot.
Cysticerci sering ditemukan dalam jaringan subcutaneus, mata, otak, otot,
jantung,hati dan paru. Kapsul fibrosa mengelilingi metacestoda ini, kecuali bila
cacing berkembang dalamkantong mata. Pengaruh cysticercus terhadap tubuh
bergantung pada lokasi cysticercus tinggal. Bila berlokasi di jaringan otot, kulit atau
hati, gejala tidak begitu terlihat, kecuali pada infeksi yang berat. Bila berlokasi di
mata dapat menyebabkan kerusakan retina, iris, uvea atau choroid.Perkembangan
cysticercus dalam retina dapat dikelirukan dengan tumor, sehingga kadangterjadi
kesalahan pengobatan dengan mengambil bola mata. Pengambilan cysticercus
dengan operasi biasanya berhasil dilakukan. Cysticerci jarang ditemukan pada
syaraf tulang belakang (spinal cord), tetapi sering ditemukan pada otak. Terjadinya
nekrosis
karena
tekanan
dapat
menyebabkan
saluran
getah
bening
atau
darah.
Embrio
heksakan
babi adalah monyet, onta, anjing, babi hutan, domba, kucing, tikus, dan
manusia.Larva tersebut berukuran 0,6 – 1,8 cm. Bila daging babi yang mengandung
larvasistiserkus dimakan setengah matang atau mentah oleh manusia, dinding kista
dicerna,skoleks mengalami evaginasi untuk kemudian melekat pada dinding usus
halus seperti yeyenum. Dalam waktu 3 bulan cacing tersebut menjadi dewasa dan
melepaskan proglotid dengan telur. e. Patologi Infeksi berat dapat terjadi kebutaan,
keseimbangan,hydrocephalus
karena
paralysis,
obstruksi
gangguan
atau
terjadi
menyebabkan
gejala
klinis
yang
berarti.
Bila
ada,
dapatmenyerupai nyeri ulu hati, mencret, mual, obstipasi, dan sakit kepala. Darah
tepi dapat menunjukan eosinofilia. Gejala klinis yang lebih berarti dan sering diderita
disebabkanoleh larva dan disebut sistiserkosis. Infeksi ringan biasanya tidak
menunjukan gejala, kecuali bila alat yang dihinggapiadalah tubuh yang penting.
Pada manusia, sistiserkus atau larva T. Solium sering menghinggapi jaringan
subkutis, mata, jaringan otak, otot, otot jantung, hati, paru, danrongga perut.
Walaupun sering dijumpai pengapuran pada sistiserkus tidak menimbulkan
gejala,
akan
tetapi
sewaktu-waktu
terdapat
panjang dan ramping, dan segmen yang lebih luas daripada panjang. Genital pori-
pori yang sepihak, dan setiap segmen dewasa berisi tiga testis. Setelaha polysis
segmen terkubur hancur, melepaskan telur, yang mengukur 30 µm untuk 47 µm
dengan diameter. Oncosphere ditutupi dengan selaput, tipis hialin, luar dan
membran, batin tebal dengan thickenings kutub yang mempunyai beberapa filamen.
Paraembryophores berat yang memberikan telur taeniid penampilan karakteristik
lurik merekakurang dalam hal ini dan keluarga lainnya dari cacing pita yang
menginfeksi manusia. Cacing ini merupakan golongan Cestoda yang memiliki
ukuran terkecil dengan panjang ±25 mm-10 cm dan lebar 1 mm. Skoleksnya bulat
memiliki rostellum yangrefraktil dengan mahkota kait-kait 20-30 buah. Strobila terdiri
dari kira-kira 200 proglotid. Telurnya bulat, mempunyai 2 membran yang meliputi
embrio dengan 6 buahkait. Dikenal sebagai cacing pita kerdil. Kosmopolitan.
Terdapat di tikus dan mencit, pada manusia khususnya anak-anak. d. Siklus hidup
Parasit ini biasanya apabila terinfeksi ringan tidak menimbulkan gejala. Tetapi,
jumlah besar dari cacing yang menempel pada dinding usus halus menimbulkan
iritasi mukosa usus. Kelainan yang sering ditimbulkan adalah toksemia umum
karena penyerapan sisa metabolit dari parasit masuk ke dalam sistem peredarahan
darah penderita. Pada anak kecil dengan infeksi berat, cacing ini dapat
menyebabkan keluhan neurologi yang gawat, mengalami sakit perut dengan atau
tanpa diare, kejangkejang, susah tidur, pusing, menimbulkan enteritis catarrhal,
berkurang berat
badan,
kurang
nafsu
makan,
bila
supersensitif
terjadi
http://anakkampus21.blogspot.com/2017/11/makalah-morfologi-fisiologicestoda.html
Contact information
Ronald F. Clayton
info@pdfcoffee.com
Address:
About Us
Contact Us
Copyright
Privacy Policy
Terms and Conditions
FAQ
Cookie Policy
Our partners will collect data and use cookies for ad personalization and
measurement. Learn how we and our ad partner Google, collect and use data.