Anda di halaman 1dari 7

Materi Bahasa Indonesia kls XI

☺ Mengapresiasi dan Mengkreasikan Cerpen ☺


☺ PENGERTIAN CERPEN
Menurut bentuk fisiknya, cerita pendek (cerpen) adalah cerita yang pendek.
Ukuran pendek di sini diartikan sebagai, dapat selesai dibaca sekali duduk dalam
waktu kurang dari satu jam. Di samping itu, cerpen bersifat rekaan(fiction). Namun,
meskipun hanya bersifat rekaan, cerpen ditulis berdasarkan kenyataan kehidupan.
Apa yang diceritakan di dalam cerpen memang tidak pernah terjadi, tetapi dapat
terjadi semacam itu. Ciri hakiki cerpen adalah bertujuan untuk memberikan
gambaran yang tajam dan jelas, dalam bentuk yang tunggal, utuh, dan mencapai efek
yang tunggal pula pada pembacanya(Jacob Sumardjo, 1988:36).
Efek tunggal yang dimaksud di sini adalah pemahaman pembaca terhadap
penceritaan cerpen. Oleh karena itu, penceritaan dalam sebuah cerpen haruslah
dilakukan secara hemat dan ekonomis agar hanya ada satu kesan yang ditangkap
pembaca, biasanya tentang moral.

☺ UNSUR PEMBANGUN CERPEN

Unsur pembangun cerpen terdiri atas unsur instrinsik dan ekstrinsik. Unsur
Intrinsik menurut Nurgiyantoro (2009: 23) merupakan unsur pembangun karya
sastra yang berasal dari dalam karya itu sendiri. Unsur Ekstrinsik adalah unsur yang
berada di luar karya fiksi yang mempengaruhi lahirnya karya namun tidak menjadi
bagian di dalam karya fiksi itu sendiri. Sebelumnya Wellek dan Warren (1956 dalam
Nurgiyantoro, 2009: 23) juga berpendapat bahwa unsur ektrinsik merupakan
keadaan subjektivitas pengarang yang tentang sikap, keyakinan, dan pandangan
hidup yang melatarbelakangi lahirnya suatu karya fiksi, dapat dikatakan unsur
biografi pengarang menentukan ciri karya yang akan dihasilkan.

1) UNSUR – UNSUR INSTRIKSIK


1. Tema
Nurgiyantoro (2009 : 68) menafsirkan bahwa tema merupakan gagasan dasar
umum yang menopang sebuah karya sastra. Tema adalah ide sebuah cerita, bagian
inti, pokok dasar, atau fokus yang menjiwai sebuah cerita. Keberadaan tema
memiliki posisi penting dalam sebuah cerita. Di sisi pengarang, tema merupakan
tujuan utama yang hendak disampaikan kepada pembaca.
Tema merupakan inti atau pokok yang menjadi dasar pengembangan cerita.
Tema mempunyai posisi atau kedudukan yang penting dalam sebuah cerita. Untuk
memahami tema sebuah cerita, kita harus membaca cerita itu secermat-cermatnya.

2. Alur (Plot)
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan
sebab-akibat. Sumarjo dan Saini K.M. (1994:49) menyatakan, di samping alur yang
terdiri atas beberapa bagian, alur juga dapat dipecahkan menjadi bagian-bagian
tertentu, yaitu: (1) pengenalan, (2) timbul konflik, (3) konflik memuncak, (4) klimaks,
(5) pemecahan masalah.

Macam-Macam Alur
Jika dilihat dari urutan kronologisnya, alur dikelompokan menjadi 3 macam
yaitu, alur maju, alur mundur dan alur campuran. Di bawah ini adalah macam-macam
dan contoh alur berdasarkan urutan jalan ceritanya.
1. Alur maju
Pada alur maju atau disebut juga dengan alur progresif, penulis menyajikan
jalan ceritanya secara berurutan dimulai dari tahapan perkenalan ke tahapan
penyelesaian secara urut dan tidak diacak. Berikut ini adalah contoh cerita pendek
dengan menggunakan alur maju.

2. Alur mundur
Alur mundur adalah proses jalannya cerita secara tidak urut. Alur mundur
disebut juga sebagai alur regresif. Biasanya pengarang menyampaikan ceritanya
dimulai dari konflik menuju penyelesaian, kemudian menceritakan kembali latar
belakang timbulnya konflik tersebut. Contoh cerita menggunakan alur mundur.

3. Alur campuran
Alur jenis ini adalah gabungan dari alur maju dan alur mundur. Penulis pada
awalnya menyajikan ceritanya secara urut dan kemudian pada suatu waktu, penulis
menceritakan kembali kisah masa lalu atau flashback. Cerita yang menggunakan alur
ini cukup sulit untuk dipahami dan membutuhkan konsentrasi yang cukup tinggi.

3. Latar
Segala sesuatu dalam kehidupan ini harus terjadi pada suatu tempat dan
waktu. Cerita rekaan adalah dunia kata-kata yang didalamnya terdapat kehidupan
para tokohnya dalam rentetan peristiwa. Dengan demikian cerpen pun tidak terlepas
dari tempat dan waktu pula. Unsur yang menunjukkan di mana dan kapan peristiwa-
peristiwa dalam kisah itu berlangsung disebut latar /setting. Lebih lanjut Rahmanto
dan Hariyanto (1998 : 215) mendeskripsikan latar menjadi tiga kategori, yaitu:
tempat, waktu, dan sosial.
a) Latar Lokasi atau Tempat, Latar lokasi adalah informasi pada cerita yang
menjelaskan tempat cerita itu berlangsung. Sebagai Contoh latar lokasi cerita
adalah di kerajaan, di desa, di hutan, di pantai, di kahyangan, dll.
b) Latar Waktu, Latar waktu merupakan saat terjadinya peristiwa dalam dongeng,
sebagai contoh pagi hari, pada jaman dahulu kala, malam hari, tahun sekian, saat
matahari terbenam dll.
c) Latar Suasana, Latar suasana adalah informasi yang menyebutkan suasana pada
kejadian dalam dongeng berlangsung. Sebagai contoh latar suasana adalah rakyat
hidup damai dan sejahtera, masyarakat hidup dalam ketakutan karena raja yang
kejam, hutan menjadi ramai setelah purbasari hidup disana, dll

Latar dapat bersifat faktual atau imajiner. Fungsi latar adalah memperkuat
atau mempertegas keyakinan pembaca terhadap jalannya suatu cerita. Dengan
demikian, apabila pembaca sudah menerima latar sebagai sesuatu yang benar, dia
akan lebih siap dalam menerima pelaku ataupun kejadian-kejadian yang ada dalam
latar itu.

4. Tokoh dan Penokohan


A. Tokoh
Tokoh merupakan pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi
sehingga peristiwa itu mampu menjalin cerita, atau tokoh ialah pelaku dalam karya
sastra. Tanpa tokoh alur tidak akan pernah sampai pada bagian akhir cerita.
Nurgiyantoro (2009 : 176) membedakan tokoh dilihat dari segi peranan atau
tingkat pentingnya tokoh dalam cerita sebagai tokoh utama dan tokoh tambahan:
a) Tokoh sentral/ tokoh utama merupakan tokoh yang amat potensial menggerakan
alur. Potensial → mempunyai potensi, dimana arti potensi adalah sesuatu yang
dipandang dapat menghasilkan/ menguntungkan. Tokoh sentral merupakan pusat
cerita, penyebab munculnya konflik.
b) Tokoh bawahan/ tokoh sampingan/ tokoh pembantu/ tokoh figuran merupakan
tokoh yang tidak begitu besar pengaruhnya terhadap prkembangan alur, walaupun ia
terlibat juga dalam pengembangan alur itu.

Indikasi/ciri tokoh utama dan tokoh tambahan atau pembantu, dalam cetita
fiksi yaitu:
1. Tokoh utama, dengan indikasi/ciri:
• tokoh tersebut sering muncul
• tokoh yang sering diberi komentar
2. Tokoh tambahan/pembantu, dengan indikasi/ciri:
• tokoh yang mendukung tokoh utama;
• tokoh yang hanya diberi komentar alakadarnya.

Dilihat dari sifat tokoh, ada tiga jenis tokoh, yaitu:


a) Tokoh protagonis merupakan tokoh yang memperjuangkan kebenaran dan
kejujuran, serta memiliki watak yang baik.
b) Tokoh antagonis merupakan tokoh yang melawan kebenaran dan kejujuran, serta
memilki watak yang jelek. (Ingat, tokoh antagonis belum tentu jahat)
c) Tokoh Tritagonis merupakan tokoh yang bersifat sebagai penengah atau netral.

B. Penokohan
Penokohan merupakan cara pengarang dalam menggambarkan dan
mengembangkan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Penokohan terdiri atas
beberapa hal yaitu:
Karakter tokoh : watak; sifat tokoh
Karakteristik tokoh : bentuk atau ciri-ciri fisik tokoh
Karakterisasi tokoh : cara pengarang dalam menggambarkan karakter dan
karakteristik tokoh.
Pengarang dapat menggunakan teknik berikut untuk menggambar
karakterisasi tokoh-tokohnya:
a) Teknik analitik, karakter dan karakteristik tokoh diceritakan atau diuraikan
secara langsung oleh pengarang.
Contoh :
Siapa yang tidak kenal Pak Edi yang lucu, periang, dan pintar. Meskipun agak
pendek justru melengkapi sosoknya sebagai guru yang diidolakan siswa. Lucu dan
penyanyang.

b) Teknik dramatik, karakter dan karakteristik tokoh tidak diuraikan secara


langsung oleh pengarang. Karakter dan karakteristik tokoh dikemukakan melalui:
• penggambaran fisik dan perilaku tokoh;
• penggambaran lingkungan kehidupan tokoh;
• penggambaran bahasa yang digunakan para tokoh; dapat melalui dialog antar
tokoh.
• pengungkapan jalan pikiran tokoh; dan
• penggambaran oleh tokoh lain.
Contoh :
Begitu memasuki kamarnya Yayuk, pelajar kelas 1 SMA itu langsung melempar
tasnya ke tempat tidur dan membaringkan dirinya tanpa melepaskan sepatu terlebih
dahulu. (tingkah laku tokoh)

c) Teknik Campuran adalah gabungan analitik dan dramatik. Pelaku dalam cerita
dapat berupa manusia , binatang, atau benda-benda mati yang diinsankan

5. Point Of View (Sudut Pandang)


Istilah sudut pandang diartikan Stanton (1965) sebagaimana dikutip
Rahmanto dan Hariyanto (1998:2.16) sebagai posisi pengarang terhadap peristiwa-
peristiwa di dalam cerita. Posisi pengarang ini terdiri atas dua macam, yaitu:
a. Sudut pandang orang pertama
Pengarang berperan langsung sebagai orang pertama, sebagai tokoh yang
terlibat dalam cerita yang bersangkutan. Biasanya, tokoh tersebut menggunakan
kata ganti aku, saya, dsb. Jenis sudut pandang orang pertama:
1. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku utama, jika tokoh aku di dalam
cerita menjadi tokoh utama. Sudut pandang ini umumnya menggunakan kata ganti
seperti “Aku” ataupun “Saya” pada tokoh utama cerita. Dalam sudut pandang ini
penulis atau pembuat cerita seolah-olah terlibat dalam ceritanya dan dia sendiri
sebagai tokoh utama dalam cerita.
Contohnya:
Pagi hari aku bangun dari tidur panjang yang telah melelapakanku, aku
bergegas pergi ke kamar mandi untuk mandi sebelum berangkat ke sekolah. Setelah
itu aku membereskan tempat tidur dan sarapan pagi terlebih dahulu, lalu setelah
selesai sarapan barulah aku berangkat ke sekolah dan berpamaitan kepada orang
tua…
2. Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan
Sudut pandang orang pertama sebagai pelaku sampingan, jika tokoh aku di
dalam cerita menjadi tokoh sampingan. Maksudnya dalam sudut pandang ini seolah-
olah si tokoh utama yang bercerita, akan tetapi posisinya dalam scerita bukanlah
sebagai tokoh utama. Pusat cerita dalam sudut pandang ini adalah pada tokoh dia
atau orang lain, bukan pada tokoh “aku”.
Contohnya:
Aku bangga melihat Agus teman baikku, dia sangat cerdas dalam berbagai
mata pelajaran di sekolah. Terkadang aku merasa iri padanya, karena dia lebih
pintar dari pada aku, akan tetapi dia selalu membantuku jika aku dalam kesulitan dan
dia selalu menemaniku saat bermain…
b. Sudut pandang orang ketiga
Pengarang hanya sebagai orang ketiga yang berperan sebagai pengamat.
Biasanya ditandai dengan penggunaan tokoh dia, mereka, beliau, nama tokoh.
1. Sudut pandang orang ketiga serba tahu
Sudut pandang orang ketiga serba tahu, umumnya menggunakan kata ganti
seperti ia, dia atau nama dari pelaku yang ada dalam cerita yang dibuat oleh penulis.
Dalam sudut pandang ini penulis begitu lihai dalam menjelaskan dan mendripsikan
tiap-tiap tokohnya baik secara psikisnya maupun fisiknya.
Contohnya:
“Aku harus berjuang untuk mendapatkannya!” pikir Budi ketika melihat
Anggun yang sedang berjalan di depannya. Anggun adalah salah satu gadis yang
sangat cantik di sekolah itu. “Hey Anggun, bagaimana kabarmu hari ini,” sapa Budi.
Anggun yang tidak suka dengan Budi tidak menjawab sapaannya, dia terus
melangkahkan kakinya. Budi pun terdiam dan berpikir, ”Kenapa dia? tunggu saja
suatu saat kau akan menyesali perbuatanmu itu!” Dia pun menampakan senyum licik
di wajahnya…….

2. Sudut pandang orang ketiga pengamat


Sudut pandang orang ketiga pengamat ini maksudnya kata “dia” sangat
terbatas. Penulis cerita menggambarkan apa yang dilihat, didengar, yang dialami dan
yang dirasakan oleh tokoh utama dalam cerita, akan tetapi hal tersebut sangat
terbatas hanya pada seorang tokoh saja. Tokoh yang ada dalam cerita mungkin
cukup banyak tetapi mereka tidak diberikan kesempatan yang lebih untuk
menunjukan sosok yang sebenarnya, jadi hanya tokoh utama saja yang menunjukan
sosok yang sebenarnya.
Contohnya:
Datang seorang siswa baru berpakaian keren kedalam kelas. Wajahnya yang
tampan membuat semua siswi di kelas tersebut terdiam. Tiba-tiba siswa baru
tersebut tersenyum dan membuat semua siswi dikelas menjerit histeris, karena
tidak menyangka senyum siswa baru itu sangat mempesona…

6. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan
pengarang kepada pembaca melalui karyanya. Amanat disimpan rapi dan
disembunyikan pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk
menemukan amanat, tidak cukup dengan membaca dua atau tiga paragraf, tetapi
harus membaca keseluruhan cerita sampai tuntas.
7. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas
yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). (Keraf, 2000 :
113). Ruang lingkup gaya bahasa meliputi penggunaan kalimat, pemilihan diksi,
penggunaan majas, dan penghematan kata.

2). UNSUR EKSTRINSIK


Unsur ekstrinsik merupakan semua faktor luar yang mempengaruhi
penciptaan sebuah tulisan ataupun karya sastra. Bisa dikatakan unsur ektrinsik
adalah milik subjektif seorang penulis yang dapat berupa agama, budaya, kondisi
sosial, motivasi, yang mendorong sebuah karya sastra tercipta. Adapun unsur-unsur
ekstrinsik karya sastra berupa cerita dapat berupa:
1) Biografi pengarang (riwayat hidup pengarang)
2) Latar Belakang Penciptaan adalah kapan karya sastra tersebut diciptakan dan
apakah peristiwa yang melatarbelakangi cerita tersebut. atau sisi historis sastra.
3) Pandangan hidup pengarang/Latar belakang pengarang
4) Kondisi masyarakat pada saat karya sastra diciptakan yaitu keadaan masyarakat
baik itu ekonomi, sosial, budaya, politik pada saat karya sastra diciptakan

C. NILAI NILAI KEHIDUPAN DALAM KARYA SASTRA


Meskipun bersifat fiktif, cerpen merupakan karya sastra hasil pengolahan,
perenungan, dan pengamatan pengarang atas kehidupan di sekelilingnya. Dengan
karyanya pengarang berusaha mengungkapkan makna hidup dan kehidupan yang
tertangkap oleh mata batinnya. Nilai-nilai kehidupan yang diungkapkan pengarang
dapat melalui penokohan, alur, konflik, serta penyelesaian konflik (E. Kusnadi H.,
2009 : 118).
Nilai-nilai kehidupan yang dapat dicermati dari sebuah karya sastra adalah
sebagai berikut:
a) Nilai Budaya
b) Nilai pendidikan
c) Nilai sosial
d) Nilai religious atau Agama dan keyakinan
e) Nilai politik, ekonomi, hukum dll.

Anda mungkin juga menyukai