Anda di halaman 1dari 20

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 31 diwajibkan kepada negara

untuk menyelenggarakan satu sistem pendidikan dan pengajaran sehingga

pendidikan itu menjadi hak dari setiap warga negara. Sebagai penjabaran lebih lanjut

dari Undang-Undang Dasar 1945 tersebut, pemerintah telah menetapkan Undang-

Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, dimana di

dalamnya dijelaskan keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara

terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional. Sistem pendidikan nasional,

merupakan subsistem dari pembangunan nasional dan mempunyai peran utama

dalam mengelola pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia sebagai

kekuatan sentral dalam proses pembangunan bangsa.

Juga dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Pasal 11 menyatakan

bahwa pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan dan

kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap

warga tanpa diskriminasi. Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) sesuai

Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi No.15 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kelola Kemenristekdikti, mempunyai tugas

melakukan pembinaan Kelembagaan Perguruan Tinggi. Saat ini, terdapat sekitar

3.250 institusi pendidikan tinggi dibawah Kemristekdikti yang berbentuk

Universitas, Institut, Sekolah Tinggi, Politeknik, dan Akademi, baik yang

1
2

diselenggarakan oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat. Dalam rangka

peningkatan kapasitas institusi, sejak tahun 2016 Direktorat Jenderal

Kelembagaan Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi memberikan

bantuan Program Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS) yang diberikan

kepada PTS di seluruh Indonesia melalui Badan Hukum Nirlaba Penyelenggara

Perguruan Tinggi. Program pembinaan ini diberikan berdasarkan pada evaluasi atas

rencana dan kebutuhan masing-masing PTS yang diwujudkan dalam bentuk

proposal.

Direktorat Jenderal Kelembagaan, Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan

Pendidikan Tinggi (Ditjen Kelembagaan IPTEK dan DIKTI) Kementerian Riset,

Teknologi dan Pendidikan Tinggi dalam mendukung upaya meningkatkan daya

saing bangsa melalui peningkatan kualitas pendidikan tinggi telah mengupayakan

berbagai inisiatif dan program. Inisiatif dan program dimaksud tidak hanya

ditujukan bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN), tetapi juga bagi Perguruan Tinggi

Swasta (PTS). Keberadaan PTS salah satunya adalah membantu upaya peningkatan

akses serta menaikkan Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan tinggi. Kontribusi

PTS tersebut masih perlu ditingkatkan menuju perbaikan kualitas yang lebih

baik. Oleh karena secara terus menerus dan bertahap Kementerian Riset, Teknologi

dan Pendidikan Tinggi menerobos beberapa program peningkatan PTS dan Kualitas

dosen, seperti hibah Penelitian dosen, hibah insentif pengabdian masyarakat untuk

dosen dan mahasiswa, Program Pembinaan Perguruan Tinggi Swasta (PP-PTS).

Ada yang bersifat Program Seritifikasi dosen. Program Hibah Kompetitif, dan ada

program insentif, serta investasi dalam pembinaan PTS di Indonesia.


3

Masa depan bangsa dan keunggulan bangsa, ditentukan oleh keunggulan

sumber daya manusia yang dimilikinya, disamping sumber daya alam dan modal.

Sumber daya manusia yang berkualitas tinggi diharapkan secara signifikan dapat

menjadi subjek pembangunan untuk lebih berhasil mengelola sumber daya

(resource) bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 Bab VI, pasal 14 disebutkan

bahwa "Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan

menengah. dan pendidikan tinggi".

Pendidikan Tinggi, merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah, hal ini

seperti yang disampaikan dalam pasal 19 ayat (1) undang-undang tersebut yaitu:

"Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah

yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, spesialis dan doktor

yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi"

Pendidikan tinggi sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional,

mempunyai tujuan umum sebagaimana tercantum dalam pasal 2 Peraturan

Pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, yaitu:

"(I) Menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang


memiliki kemampuan akademik dan/atau profesional yang dapat
menerapkan, mengembangkan dan/atau menciptakan ilmu pengetahuan,
teknologi dan/atau kesenian; (2) Mengembangkan dan menyebarluaskan
ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian dan/atau mengupayakan
penggunaannya untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat dan
memperkaya kebudayaan nasional".

Tujuan pendidikan tinggi tersebut, akan sangat tergantung dalam

pelaksanaannya dari kondisi penyelenggaraan perguruan tinggi. Hal ini sesuai

dengan keputusan Mendikbud Nomor 0339/U/1994 tentang Ketentuan Pokok


4

Penyelenggaraan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) yang sampai saat ini masih

diberlakukan, pada Bab I, pasal (1) disebutkan bahwa:

"(I) Perguruan Tinggi Swasta selanjutnya disebut PTS adalah satuan kegiatan
pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh masyarakat dalam hal ini
Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta; (2) Badan Penyelenggara
Perguruan Tinggi Swasta yang selanjutnya disebut BP- PTS adalah badan
yang mendirikan dan menyelenggarakan perguruan tinggi swasta, yang dapat
berbentuk yayasan, atau perkumpulan sosial, atau badan wakaf".

Perguruan Tinggi Swasta (PTS), sebagai satuan kegiatan pendidikan tinggi.

menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 20 ayat (1) disebutkan bahwa

"Perguruan tinggi dapat berbentuk Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut

atau Universitas". Seperti halnya pada Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di Perguruan

Tinggi Swasta (PTS) terdapat juga Sekolah Tinggi, yang menurut peraturan

pemerintah Nomor 60 tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi, pasal 58 ayat (1)

disebutkan bahwa: "Sekolah tinggi merupakan perguruan tinggi yang

menyelenggarakan pendidikan profesional dan/atau program pendidikan akademik".

Pada Kerangka Pengembangan Pendidikan Tinggi Jangka Panjang (KPPT-

JP) 2003-2010 (HELTS 2003-2010), disebutkan bahwa daya tampung perguruan

tinggi (PTS) saat ini telah mencapai 2/3 atau sekitar 1,6 juta dari seluruh mahasiswa

di seluruh Indonesia yang berjumlah sekitar 2,4 juta atau Angka Partisipasi Kasar

(APK) 11%. Hal ini menunjukkan jumlah mahasiswa PTS sudah jauh mencapai

kapasitas Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang hanya menampung 600.000

mahasiswa. Selanjutnya disebutkan juga bahwa pemerintah telah menetapkan

sasaran pada tahun 2020 dapat dicapai APK sebesar 25%. Berarti mahasiswa akan

menjadi sekitar 6 juta orang, yang mana saat itu daya tampung PTN akan naik dua

kali dari keadaan sekarang, sehingga menjadi 1,1 juta orang daya tampung PTS akan
5

naik 3 kali dari keadaan sekarang hingga mencapai 4,9 juta orang, sehingga PTS

akan menampung 5/6 dari seluruh jumlah mahasiswa di Indonesia.

Memperhatikan hal tersebut dapat menunjukkan bahwa permintaan

masyarakat (social demand) terhadap pendidikan tinggi semakin meningkat.

Meningkatnya permintaan ini menimbulkan persoalan berupa bagaimana

menjembatani antara aspirasi untuk mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi

dengan kemampuan yang tersedia dan serba terbatas dari anggaran perguruan tinggi

swasta untuk menampung dan memberi layanan sebaik-baiknya.

Sebagai gambaran jumlah PTS yang ada di wilayah Kopertis XIII Provinsi

Aceh, terdapat pada tabel berikut.

Gambar 1.1.
Data Perguruan Tinggi Swasta di Wilayah Kopertis XIII Aceh, 2018
Sumber: Kopertis Wil XIII Aceh (2018)

PTS berbentuk Sekolah Tinggi dan Akademi di Provinsi di Aceh menempati

posisi terbanyak yaitu sebesar 49 buah. Memperhatikan jumlah PTS berbentuk

Sekolah Tinggi di Provinsi Aceh tersebut, cukup memberikan arti penting dalam

membantu pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan tinggi bagi warga

negara Indonesia.
6

Peningkatan yang cukup pesat PTS di Aceh, memungkinkan dibentuk

Kantor Koordinator Perguruan Tinggi Swasta sendiri, yang selama ini bergabung

dengan Sumatera Utara pada Kantor Kopertis Wilayah I. Sejak tahun 2014, Aceh

memiliki Kopertis sendiri dengan nama Kopertis Wilayah XIII. Dan sejak tahun

2018 lalu, istilah Kopertis berubah bentuk menjadi Lembaga Layanan Pendidikan

Tinggi (LLDIKTI).

Sedangkan di lihat dari mutu program studi dari PTS di Provinsi Aceh

berdasarkan Akreditasinya, masih sangat rendah, hal ini digambarkan sebagai

berikut:

Gambar 1.2.
Akreditasi Prodi pada PTS di Wilayah Kopertis XIII Aceh, 2018
Sumber: Kopertis Wil XIII Aceh (2018)

Memperhatikan pertumbuhan PTS yang demikian pesat di Aceh, maka

program pembinaan dan insentif terhadap PTS termasuk dosen-dosen PTS, menjadi

sangat penting dalam upaya pelaksanaan pembinaan untuk pemberdayaan PTS yang

merupakan bagian dari sistem pendidikan nasional. Mengingat tantangan internal

dan eksternal PTS, sebagai perguruan tinggi semakin berat, seperti yang
7

dikemukakan oleh Jalal dan Supriadi (2001:390-394) bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi perguruan tinggi adalah sebagai berikut:

"(I) Faktor ekstemal seperti ( a) globalisasi; (b) perkembangan ekonomi


nasional; (c) adanya desentralisasi; (d) politik; (e) sosial budaya, dan (f)
kemajuan teknologi; (2) Faktor internal seperti (a) dampak manajemen
yang sentralistik (b) mekanisme pendanaan oleh pemerintah; (c)
manajemen dan organisasi; (d) SDM; (e) penelitian di perguruan tinggi,
dan (f) peran serta orang tua dalam pendanaan pendidikan".

Disamping itu terdapat sejumlah isu strategis yang perlu menjadi perhatian

pendidikan tinggi di masa depan menurut Jalal dan Supriadi (2001:394-397) yaitu

meliputi: (I) Pembenahan Struktural: dalam hal (a) otonomi dan akuntabilitas; (b)

strategi pendanaan; (c) sumber daya manusia; (d) deferensiasi misi; lalu juga pada

(2) peningkatan mutu dan relevansi, menyangkut : (a) peningkatan dan penjaminan

mutu: (b) penelitian di perguruan tinggi; (c) relevansi; (d) penyediaan dan perluasan

akses ke pendidikan tinggi.

Perguruan tinggi swasta di Aceh, akan terus menghadapi berbagai

tantangan besar yang perlu mendapat perhatian serius semua komponen, khususnya

pemilik PTS dan Kopertis sebagai lembaga pembina PTS. Globalisasi ekonomi dan

revolusi teknologi Informasi adalah dua kekuatan besar yang sangat mempengaruhi

dunia penguruan tinggi Indonesia, termasuk di Aceh. Kalau lembaga pendidikan

tinggi swasta tidak mampu merespon tantangan globalisasi ini dengan memadai,

diperkirakan lembaga tersebut tidak akan mampu mempertahankan eksistensinya di

masyarakat, dan secara pelan tetapi pasti akan kehilanganan kepercayaan dan

peranannya. Salah satu komponen dalam PTS yang memberikan warna

cemerlangnya PTS adalah sumber daya dosen sebagai pelaksana akademik,


8

diharapkan memiliki kualitas yang setara nasional, agar mampu bersaing di Era

industri 4.0 ke depan.

Hasil penelitian Marwan (2016) menyatakan bahwa Kinerja dosen

merupakan dimensi paling utama perlu dilakukan monitoring dan evaluasi setiap

semester atau setiap tahun. Penilaian kinerja dapat dilakukan oleh dosen sendiri,

maupun oleh peserta didik melalui IMD (indeks mengajar dosen) dalam

melaksanakan pekerjaan atau atasan langsung dosen melalui observasi kelas. Oleh

sebab itu perlu dilihat faktor yang menentukan tingkat kerja (prestasi kerja) seorang

dosen.

Kinerja dosen merupakan salah satu hal yang sangat penting dimiliki setiap

Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Provinsi Aceh. Mutu merupakan hasil akhir dari

kinerja. Hasil pengamatan peneliti bahwa mutu lulusan secara rara-rata masih

rendah, kelembagaan serta kebijakan pembiayaan perguruan tinggi di Aceh dari

pemerintah masih rendah, tingkat kepuasan dosen dan mahasiswa masih rendah,

tingkat kesejahteraan dosen masih rendah, sebahagian dosen belum MoU dengan

badan penyelenggara, dan manajemen yang masih tertutup. Hal ini berdampak

kepada semakin menurunnya kinerja dosen PTS.

Tidak terkecuali Universitas Almuslim Peusangan di Kabupaten Bireuen.

Walaupun PTS ini terpilih sebaga PTS terbaik di Aceh tahun 2018 lalu, kondisi

tersebut yang disebutkan kerap terjadi. Sehingga perlu adanya usaha bersama untuk

tetap menjaga eksistensi kepercayaan masyarakat pada PTS, hal ini sangat mungkin

dilakukan atas dasar kewenangan penuh diberikan pemerintah pada yayasan atau

badan penyelenggara atau pengelola PTS itu sendiri untuk dapat meningkatkan mutu
9

proses terutama, sehingga mendapatkan lulusan yang berkualitas dan dapat bersaing

dengan lulusan sesama PT.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuan dengan tugas utama

mentransformasikan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui

pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian

seorang dosen dituntut untuk dapat memperlihatkan kinerjanya. Dalam rangka

pencapaian kinerja Dosen membutuhkan komponen-komponen intern dan ekstern

organisasi PTS menuju arah pencapaian kinerja dosen melalui adanya manajemen

pengelolaan organisasi yang efektif dan efisien. Tentu saja perguruan tinggi harus

mampu menjawab tantangan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,

melalui perumusan visi, misi, tujuan, sasaran, program kerja, dan penetapan

indikator kinerja. Untuk dapat meningkatkan kinerja PTS di provinsi Aceh.

Pemerintah pusat menyediakan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) di

setiap daerah. Untuk provinsi Aceh adalah Wilayah XIII, sebagai langkah untuk

memudahkan atau mempercepat terlaksananya fungsi WASDALBIN.

Hal yang sangat penting bagi orgainsasi PTS adalah adalah menyangkut

kinerja dosen yang telah menjadi sorotan publik di era keterbukaan dan iklim

demokratisasi saat ini.

Menurut data Kopertis Wilayah XIII Aceh, tahun 2010 lalu, jumlah semua

dosen yang memiliki jabatan akademik sebanyak 477 orang, dengan sebaran 274

orang dengan jabatan Asisten Ahli, 136 orang Lektor, 64 orang Lektor Kepala, dan 1

Guru Besar, dan terdapat 1.896 orang dosen tanpa jabatan fungsional akademik.

Pada tahun 2016, terjadi perubahan, yakni terdapat 336 asisten ahli, 154 lektor, 57

lektor kepala, dan 3 profesor. Selain itu, 2.043 dosen tanpa jabatan fungsional dari
10

2.593 orang total jumlah dosen (Serambinews.com/5/3/2016). Lalu data terakhir

yang dirilis LLDIKTI Wilayah XIII Aceh, mencatat jumlah semua dosen yang

memiliki jabatan akademik sebanyak, sebagaimana digambarkan berikut ini:

Gambar 1.3.
Akreditasi Prodi pada PTS di Wilayah Kopertis XIII Aceh, 2018
Sumber: Kopertis Wil XIII Aceh (2018)

Dari data karakteristik dosen diatas, sungguh sangat masih dikatakan

rendah kualitas akademiknya. Sehingga makin sulitnya perguruan tinggi swasta

memperoleh mutu yang baik dan untuk dapat mempertahankan jumlah mahasiswa

yang terdaftar maupun perolehan mahasiswa baru dalam tiap tahunnya pada PTS di

Wilayah XIII Provinsi Aceh. Termasuk di Universitas Almuslim, dari 231 total

dosen tetapnya, terdapat 8 dosen dengan jabatan Lektor Kepala, 75 berpangkat

Lektor, 81 Asisten Ahli, dan masih 67 dosen belum memiliki jabatan fungsional.

Tinggi rendahnya kinerja dosen dipengaruhi oleh banyak faktor yang

terlibat di dalamnya, antara lain kemampuan dan kemauan kerja, ketersediaan sarana

dan prasarana, kebijakan kompensasi yang diterapkan baik kompensasi finansial

maupun non finansial atau kompensasi langsung maupun kompensasi tidak


11

langsung, lingkungan kerja, budaya, motivasi dalam mengajar, kepuasan kerja dan

faktor-faktor lainnya.

Budaya organisasi merupakan salah satu perangkat organisasi PTS yang

dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan PTS. Bahkan, budaya organisasi dapat

diandalkan sebagai daya saing organisasi, terutama apabila budaya organisasi

menyajikan nilai-nilai strategis yang dapat diandalkan untuk bersaing. Dalam

peradaban modern, budaya organisasi bukan lagi sejarah masa lalu organisasi dalam

meraih sukses, tetapi lebih sebagai rekayasa manajemen atau pemegang otoritas

organisasi untuk berkompetensi. Oleh karena itu, budaya organisasi senantiasa

dijaga, dipelihara dan dikelola dengan baik agar dapat diandalkan sebagai instrumen

untuk berkompetisi. Dampak terhadap kinerja terjadi apabila budaya organisasi

dapat memberikan motivasi bagi dosen dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan

dengan baik.

Parker dan Bradley dalam Sopiah (2008; 181) menyimpulkan bahwa

khusus untuk organisasi-organisasi publik, guna meningkatkan nilai kompetitifnya,

maka diperlukan suatu budaya organisasi yang mampu beranjak dari model-model

administrasi publik tradisional sebagaimana hal tersebut telah dilakukan oleh

organisasi-organisasi sektor swasta. Penelitian mengenai kinerja ini juga dilakukan

Kotter dan Heskett dalam Sopiah (2008; 177) menyimpulkan bahwa budaya

organisasi mempunyai dampak positif terhadap kinerja ekonomi perusahaan dan

budaya organisasi dapat diciptakan dan dibentuk untuk menghasilkan kinerja yang

baik. Beranjak dari penelitian ekonomi perusahaan yang telah dilakukan beberapa

waktu lalu dari sektor swasta, peneliti beranggapan PTS adalah organisasi swasta

bidang jasa pendidikan yang tidak jauh berbeda dengan swasta publik bidang
12

ekonomi, kedua organisasi bidang tersebut membutuhkan kualitas pada proses dan

produk. Oleh karenanya, kajian penelitian ini perlu dilakukan terhadap kinerja dosen

PTS untuk melihat seberapa besar budaya organisasi akan berpengaruh pada kinerja

dosen.

Schein dalam Ashar (2001; 36) mengatakan bahwa budaya organisasi

adalah shared basic assumption yang dipelajari ketika organisasi memecahkan

masalah eksternal dan internal yang dianggap valid. Dikatakan lebih lanjut bahwa

selama pemecahan itu valid, organisasi tidak akan mengalami masalah. Dengan kata

lain, budaya organisasi akan menunjang unit kerjanya dan menunjang

produktivitasnya.

Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan adanya pengaruh

langsung budaya organisasi terhadap kinerja. Qomariah (2012; 787-801) dalam

penelitiannya diseluruh PTS di Kabupaten Jember dengan jumlah sampel 110 dosen

menyimpulkan budaya organisasi mampu memberikan sumbangan sebesar 75%

terhadap kinerja dosen, dan hasil uji hipotesis menyatakan bahwa budaya organisasi

berpengaruh terhadap kinerja dosen. Oleh karena itu, menurut peneliti, budaya

organisasi merupakan elemen terpenting dalam meningkatkan produktivitas kerja,

yang berimplikasi pada semakin baiknya kinerja. Untuk itu, perlu dilakukan kajian

ulang melalui suatu penelitian tentang kinerja dosen PTS, apakah kinerja dosen

tersebut dipengaruhi oleh budaya organisasi PTS?, atau budaya organisasi salah satu

faktor yang berpengaruh pada kinerja dosen baik langsung maupun tidak langsung.

Hal ini perlu pembuktian melalui kajian penelitian selanjutnya terhadap dosen-dosen

PTS di Provinsi Aceh, seperti kasus di Universitas Almuslim Peusangan Bireuen,


13

sebagai PTS terbaik di Aceh tahun 2018 lalu. Apakah sesuai hasil temuan

sebelumnya bahwa budaya organisasi dapat meningkatkan kinerja dosen.

Selain budaya PTS, juga dibutuhkan motivasi berprestasi yang dapat

mendorong dosen untuk melakukan pekerjaan sesuai tugas dan tanggungjawabnya

dalam bentuk perwujudan tridharma PT. Dosen harus mampu menciptakan dan

menumbuhkan dorongan dari dalam dirinya dan dari luar dirinya sehingga akan

mendapatkan kepuasan kerja dan kinerja. Motivasi berprestasi asset yang penting

untuk terus dipelihara dan dijaga kestabilan seorang dosen untuk melaksanakan

suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta

didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Motivasi dapat

dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun bukan satu-satunya faktor yang

membentuk kinerja (Wibowo, 2011; 389). Masukan individual dan konteks

pekerjaan merupakan dua faktor kunci yang mempengaruhi motivasi. Pekerjaan

mempunyai kemampuan, pengetahuan kerja, disposisi dan sifat, emosi, suasana hati,

keyakinan, dan nilai-nilai pada pekerjaan. Konteks pekerjaan mencakup lingkungan

fisik, penyelesaian tugas, pendekatan organisasi pada rekognisi dan penghargaan,

kecukupan dukungan pengawasan, serta budaya organisasi (Wibowo, 2011; 391).

Salah satu teori mengenai terbentuknya motivasi adalah teori Robert

Kreitner dan Angelo Kinicki bahwa motivasi diperoleh melalui kebutuhan (needs),

adanya kekurangan fisologis atau psikologis yang menimbulkan perilaku. Menurut

teori ini, menunjukkan bahwa kebutuhan yang terpuaskan dapat kehilangan potensi

motivasional.

Selanjutnya Uno (2011; 50) memberi kesimpulan atas teori motivasi bahwa

untuk dapat membantu memotivasi pegawai dan meningkatkan kepuasan kerja perlu
14

diperhatikan hal-hal seperti: 1) pegawai menegrti apa yang dimaksud dengan kinerja

efektif dan mereka mengetahui apa yang diharapkan organisasi dari mereka, 2)

semua pegawai diperlakukan secara adil dan penilaian tentang kinerja adalah

objektif, 3) kembangkan jenis-jenis penghargaan yang berbeda, sesuai dengan apa

yang ditunjukkan oleh pegawai, 4) doronglah semangat seluwes mungkin di

lingkungan tempat kerja dan kembangkan gaya manajemen yang mudah diserap dan

mampu diubah-ubah untuk menyesuaikan orang dan lingkungan, dan 5)

kembangkan sebuah sistem manajemen kinerja yang baik dan harmonis, sehingga

pehgawai terangsang untuk meningkatkan motivasi kerjanya.

Motivasi berprestasi dapat dipastikan mempengaruhi kinerja, walaupun

bukan satu-satunya faktor yang membentuk kinerja. Aspek pembinaan manusia dan

motivasi berprestasi merupakan fokus utama perhatian organisasi. Motivasi

berprestasi yang tinggi akan berdampak pada peningkatan produktivitas dan

efisiensi.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama

mentransformasikan, mengembangkan dan menyebar luaskan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian pada masyarakat.

(Pasal 1 UU No. 14 tahun 2005). Dosen disini merupakan sumber daya manusia

yang profesional pada dunia pendidikan yang memiliki peran untuk mencerdaskan

bangsa melalui proses belajar mengajar. Dosen merupakan salah satu sumber ilmu

yang diperuntukkan untuk kemajuan generasi penerus bangsa dalam pencapaian

tujuannya untuk membangun generasi yang cerdas, berakhlak mulia, serta

bertanggung jawab dalam membangun masa depan Indonesia.


15

Melaksanakan tugas keprofesionalan seorang dosen mempunyai kewajiban

antara lain (Arwildayanto, 2013) : a) Melaksanakan pendidikan, penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat; Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b) Meningkatkan dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan

dengan ilmu pengetahuan, tehnologi dan seni; c) Bertindak obyektif dan tidak

diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik

tertentu, atau latar belakang sosio ekonomi peserta didik dalam pembelajaran.

d)Menjunjung tinggi teraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik, serta

nilai-nilai agama dan etika; dan e) Memelihara dan memupuk persatuan dan

kesatuan bangsa. Standar mutu kerja dosen menjadi fondasi maupun acuan untuk

meningkatkan mutu dan profesionalisme kerja dosen sebagai sumber daya manusia

yang kompeten.

Berdasarkan pasal 82 ayat (1)Undang Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang

guru dan dosen, pemerintah wajib melaksanakan program sertifikasi pendidik paling

lama dalam waktu 12 bulan terhitung sejak berlakunya undang-undang tersebut.

Diamanatkan pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia

Nomer 42 tahun 2007 tentang Sertifikasi Dosen, menetapkan pasal 1 : Ayat 1 :

sertifikasi dosen adalah pemberian sertifikat pendidik untuk dosen dalam jabatan.

Ayat 2 : sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diikuti oleh dosen

yang telah memiliki kualifikasi akademik sekurang-kurangnya program magister

(S2) /setara, memiliki pengalaman kerja sebagai pendidik pada perguruan tinggi

sekurangkurangnya 2 (dua) tahun, dan memiliki jabatan akademik sekurang-


16

kurangnya Asisten Ahli. Ayat 3 : sertifikasi dosen diselenggarakan oleh perguruan

tinggi terakreditasi yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan Nasional.

Pengertian sertifikasi dosen adalah bukti formal dari pemerintah sebagai

pengakuan yang diberikan pada dosen sebagai tenaga profesional. (UURI No. 15

tahun 2005). Sertifikasi dosen dilakukan melalui uji kompetensi untuk mendapatkan

sertifikat pendidik. Uji kompetensi dilakukan melalui penilaian dokumentasi

portofolio yang merepresentasikan kualifikasi akademik dan unjuk kerja Tri Dharma

Perguruan Tinggi, penilaian persepsional dari teman sejawat, mahasiswa dan dosen

yang bersangkutan tentang kepemilikan kompetensi pedagogik, profesional, sosial

dan kepribadian serta pernyataan diri dosen yang bersangkutan dalam

pengembangan institusinya.

Dengan diberikannya sertifikasi kepada dosen yang telah memenuhi

persyaratan sertifikasi akan memperoleh tunjangan profesi atau tambahan

penghasilan selain gaji yang diterima sesuai dengan peraturan perundangan yang

ada.

Simpulan penelitian Dyah Listyarini (2017), menggunakan 60 responden

dari populasi seluruh dosen yang menerima sertifikasi di perguruan tinggi swasta

kota Semarang yang jumlahnya 1548 orang, ada pengaruh positip dan signifikan

dengan kinerja dosen yang telah mendapatkan sertifikasi dosen, karena dirasakan

betapa besar manfaat tambahan penghasilan dari sertifikasi dosen untuk memenuhi

kebutuhan sehari-hari serta untuk peningkatan kualitas diri dosen itu sendiri.

Dengan alasan dan uraian diatas peneliti tertarik untuk mengkaji dan

menganaliis kinerja dosen Universitas Almuslim Peusangan Bireuen, dengan


17

mengambil judul; “Pengaruh Budaya Organisasi, Motivasi, dan Sertifikasi Dosen

Terhadap Kinerja Dosen” dengan Studi Kasus di Universitas Almuslim.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, sangat jelas bahwa

terdapat banyak variabel yang mempengaruhi kinerja dosen perguruan tinggi swasta

di Provinsi Aceh. Dosen sebagai pendidik, peneliti dan pengabdi kepada masyarakat

harus menguasai dan memiliki berbagai karakteristik individu untuk dapat

meningkatkan kinerjanya.

Masih rendahnya kinerja dosen di PTS, seperti di Universitas Almuslim,

menjadi momok besar dalam kemampuan PTS dapat bersaing dengan PTN,

sehingga masih rendahnya kepercayaan orangtua untuk menitipkan studi anak-

anaknya di PTS.

Juga secara relatif budaya organisasi, dalam hal ini budaya yang

dikembangkan di PTS masih belum optimal. Padahal menurut ahli manajemen,

budaya organisasi adalah variabel yang berpengaruh langsung terhadap kinerja

pegawai atau dosen di PTS.

Menurut pandangan peneliti, bahwa kinerja dosen tidak bisa hanya melihat

satu atau dua faktor, dan tidak bisa dipandang secara parsial saja. Namun harus

melibatkan banyak faktor, apakah faktor teoritis ataupun empiris, dan faktor-faktor

tersebut saling berhubungan (kausalitas) Maka untuk membuktikan teori dan

padangan empiris, perlu dilakukan penelitian tentang factor-faktor terkait dengan


18

kinerja dosen, khususnya pada PTS dengan mengambil kasus di Universitas

Almuslim.

Peneliti mengamati dan melihat kondisi pendidikan tinggi saat ini

khususnya PTS di Provinsi Aceh perlu belum semuanya dapat berdaya saing dalam

meningkatkan output perguruan tinggi, dan ini terbukti para lulusan masih

mengandalkan menjadi pegawai negeri.

Oleh karena itu, penelitian tentang kinerja dosen dan variabel-variabel yang

diduga dapat mempengaruhinya, diantaranya Budaya Organisasi, motivasi dosen,

dan Sertifikasi Dosen pada perguruan tinggi swasta (PTS) dalam wilayah kerja

LLDIKTI XIII Provinsi Aceh, masih layak dan perlu diteliti. Tetapi kasus yang

peneliti lakukan dengan lokusnya adalah dosen di Universitas Almuslim.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi / pembatasan masalah tersebut, maka rumusan

masalah penelitian ini diajukan dalam bentuk pertanyaan penelitian, agar prosedur

kerja penelitian lebih jelas dan terarah. Yaitu:

1) Apakah budaya organisasi berpengaruh langsung ataupun tidak langsung

terhadap Kinerja Dosen di Universitas Almuslim?.

2) Apakah motivasi berpengaruh langsung ataupun tidak langsung terhadap

Kinerja Dosen di Universitas Almuslim?.

3) Apakah sertifikasi dosen berpengaruh langsung ataupun tidak langsung

terhadap Kinerja Dosen Dosen di Universitas Almuslim?.

1.4. Tujuan Penelitian


19

Sesuai dengan rumusan masalah yang diajukan, maka tujuan penelitian yang

ingin dicapai adalah untuk mengetahui dan mengkaji:

1) Pengaruh budaya organisasi terhadap Kinerja Dosen di Universitas

Almuslim.

2) Pengaruh motivasi terhadap Kinerja Dosen di Universitas Almuslim.

3) Pengaruh sertifikasi dosen terhadap Kinerja Dosen Dosen di Universitas

Almuslim.

1.5. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik secara teoretis

maupun secara praktis.

Manfaat teoretis penelitian ini antara lain:

1. Temuan penelitian ini adalah model teoritis kinerja Dosen yang diharapkan

dapat memberikan sumbangan terhadap pengembangan teori perilaku

organisasi, khususnya teori budaya organisasi, motivasi, dan kinerja.

2. Model teoritis yang didapatkan diharapkan dapat memberikan jawaban teoritis

terhadap masalah kinerja Dosen, sehingga dapat dijadikan model teoritis untuk

meningkatkan kinerja Dosen Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di Provinsi Aceh,

dengan hasil penelitian di Universitas Almuslim ini.

3. Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan bandingan bagi peneliti untuk

penelitian yang relevan di kemudian hari.

Manfaat praktis penelitian ini antara lain:

1. Memberikan informasi tentang kinerja Dosen di Universitas Almuslim Bireuen

serta faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu: Budaya Organisasi, Motivasi

dan Sertifikasi Dosen.


20

2. Memberikan umpan balik bagi pimpinan PTS (seperti di Universitas Almuslim)

dalam upaya meningkatkan kinerja dosen serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya.

Anda mungkin juga menyukai