Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara untuk mengetahui

gejala atau masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Pemeriksaan fisik

bertujuan untuk mengumpulkan data tentang kesehatan pasien, menambah

informasi, menyangkal data yang diperoleh dari riwayat pasien,

mengidentifikasi masalah pasien, menilai perubahan status pasien, dan

mengevaluasi pelaksanaan tindakan yang telah diberikan.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulis dalam membuat makalah ini adalah:

1. Untuk lebih memudahkan mahasiswi dalam konsep pemeriksaan fisik,

yaitu teknik pemeriksaan fisik.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pemeriksaan Fisik

2.1.1 Metode Pemeriksaan

Terdapat empat teknik pengkajian yang secara universal

diterima untuk digunakan.

1. Inspeksi

Inspeksi merupakan proses pengamatan atau observasi

untuk mendeteksi masalah kesehatan Pasien. Cara efektif

melakukan inspeksi adalah sebagai berikut:

1. Atur posisi pasien sehingga bagian tubuhnya dapat diamati

secara detail.

2. Berikan pencahayaan yang cukup.

3. Lakukan inspeksi pada area tubuh tertentu untuk ukuran,

bentuk, warna, kesimetrisan, posisi, dan abnomalitasnya.

4. Bandingkan suatu area sisi tubuh dengan bagian tubuh

lainnya.

5. Jangan melakukan inspeksi secara terburu-buru.

2. Palpasi

Merupakan pemeriksaan dengan indra peraba, yaitu

tangan, untuk menentukan ketahanan, kekenyalan, kekerasan.

tekstur, dan mobilitas. Palpasi membutuhkan kelembutan dan

2
sensitivitas. Untuk itu, hendaknya menggunakan permukaan

palmar Jari, yang dapat digunakan untuk mengkaji posisi,

tekstur, konsistensi, bentuk massa, dan pulsasi. Pada telapak.

tangan dan permukaan ulnar tangan lebih sensitif pada getaran.

Sedangkan untuk mengkaji temperatur, hendaknya menggunakan

bagian belakang tangan dan jari.

Palpasi ada 2 macam, yaitu palpasi medium dan palpasi

dalam. Palpasi medium untuk menilai lesi medieval pada

peritoneum dan untuk massa, nyeri tekan, pulsasi (meraba

denyut), dan nyeri pada kebanyakan struktur tubuh. Dilakukan

dengan menekan permukaan telapak jari 1-2 cm ke dalam tubuh

pasien, menggunakan gerakan sirkuler/memutar.

Palpasi dalam digunakan untuk menilai organ dalam

rongga tubuh, dan dapat dilakukan dengan satu atau dua tangan.

Jika dilakukan dengan dua tangan, tangan yang di atas menekan

tangan yang di bawah 2- 4 cm ke bawah dengan gerakan

sirkuler. Bagian yang nyeri atau tidak nyaman selalu dipalpasi

terakhir. Kadang, diperlukan untuk membuat rasa tidak nyaman

atau nyeri untuk dapat benar-benar menilai suatu gejala.

3. Perkusi

Perkusi merupakan pemeriksaan dengan melakukan

pengetukan yang menggunakan ujun -ujung jari pada bagian

3
tubuh untuk mengetahui ukuran, batasan, konsistensi organ-

organ tubuh, dan menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh.

Ada dua cara dalam perkusi yaitu cara langsung dan cara

tidak langsung. Cara langsung dilakukan dengan mengetuk

secara langsung menggunakan satu atau dua jari. Sedangkan cara

tidak langsung dilakukan dengan menempatkan jari tengah

tangan di atas permukaan tubuh dan jari tangan lain, telapak

tidak pada permukaan kulit. Setelah mengetuk, jari tangan ditarik

ke belakang.

Perkusi diperantarai (tak langsung) adalah metode yang

menggunakan alat alat pleksimeter untuk menimbulkan perkusi.

Dari sejarahnya, pleksimeter adalah palu karet kecil dan

digunakan untuk mengetu plessimeter, suatu objek padat kecil

(biasanya terbuat dari gading) yang dipegang erat di depan

permukaan tubuh. Ini merupakan metode yang disukai selama

hampir 100 tahun, tetapi pemeriksa merasa repot untuk

membawa peralatan ekstra ini. Sehingga, perkusi tak langsung

menggunakan jari telunjuk dan jari tengah atau hanya jari tengah

satu tangan bertindak sebagai pleksimeter, yang mengetuk jari

tengah tangan yang lain sebagai plessimeter.

4. Auskultasi

Auskultasi merupakan pemeriksaan dengan

mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh melalui

4
stetoskop yaitu pada paru-paru, pembuluh darah dan bagian

dalam /viscera abdomen. Dalam melakukan auskultasi, beberapa

hal yang perlu didengarkan diantaranya:

1. Frekuensi atau siklus gelombang bunyi.

2. Kekerasan atau amplituda bunyi.

3. Kualitas dan lamanya bunyi.

2.2 Persiapan untuk Pemeriksaan

1. Menyiapkan Alat

Peralatan yang diperlukan untuk pemeriksaan fisik menyeluruh

adalah:

 Pena cahaya atau senter

 Penggaris atau meteran

 Sarung tangan dan masker atau kaca mata pelindung

 Otoskop dan oftalmoskop

 Depresor lidah

 Stetoskop (dengan bel dan diafragma)

 Palu reflek

 Beberapa benda untuk menguji syaraf cranial.

Peralatan tambahan yang diperlukan untuk menilai tanda-tanda

vital (vital signs) antara lain:

 Thermometer untuk mengetahui temperatur

 Thermometer untuk mengetahui temperature

 Sfigmomanometer untuk mengetahui tekanan darah

5
 Jam dengan jarum penunjuk detik atau jam digital untuk menghitung

kecepatan detak jantung (nadi) dan pernafasan.

 Skala untuk mengukur berat badan

Hampir semua alat sudah tercantum pada daftar di atas. Karena

anda harns siap melakukan pemeriksaan terfokus tanpa interupsi, anda

harus menyiapkan peralatan dasar (misalnya sfigmomanometer dan

stetoskop) tersedia dan mudah dijangkau di ruang praktek

Pengaturan yang hati-hati dan konsisten sebelum memulai

pemeriksaa akan meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemeriksaan

dan menjamin pemeriksaan selalu dilakukan dengan urutan yang sesuai.

2. Menyiapkan Tempat dan Kondisi

Ruang pemeriksaan yang terpisah atau daerah dengan tirai

pembatas harus disediakan untuk menjamin privacy dan kerahasiaan

(confidentiality). Ruangan tersebut harus cukup hangat. Pencahayaan

yang baik dan lingkungan yang tenang merupakan hal yang penting,

walaupun kadang-kadang hal ini sulit diperoleh. Usaha untuk

memperoleh efek pencahayaan yang optimal dari sinar matahari atau

sumber cahaya artificial juga penting. Jika lampu berfluoresensi di atas

kepala merupakan sumber cahaya yang tersedia, maka pencahayaan

tangensial atau samping juga harus digunakan. Sinar fluoresens

menghilangkan semua bayangan permukaan, hal yang memang baik jika

anda bekerja di meja tulis, tapi akan menghalangi kemampuan anda

memvisualisasi karakteristik permukaan tubuh. Dengan menggunakan

6
sumber cahaya tangensial akan dapat diperoleh pandangan anatomi

tubuh yang lebih baik misalnya untuk melihat adanya benjolan, pulsasi

atau lesi kulit, Pena cahaya, lampu yang menjamin keamanan pasien.

3. Teknik Pemeriksaan Fisik

1. Inspeksi (melihat)

a. Kepala

 Rambut: warna, rontok/tidak, kebersihan

 Kulit kepala: ada ketombe, kutu, edema/tidak

b. Mata

 Palpebra: edema/tidak

 Selera: ikterik/tidak

 Conjunctiva: pucat atau tidak

 Pupil: reaksi terhadap cahaya, isokor/anisokor

c. Hidung

 Septum hidung: ditengah atau tidak

 Lubang hidung: secret/ada benda asing, peradangan,

perdarahan.

 Polip: seperti kutil di dalam hidung

d. Telinga

 Daun telinga: normal atau tidak

 Canalis: bersih atau tidak, berserumen/bernanah

 Membrane tympani: utuh/tidak

7
e. Rongga mulut

 Bau mulut: radang mukosa (stomatitis), aphtae (sariawan),

labio/palatos schiziz.

 Gigi: adanya karang gigi, carries, sisa gigi, gigi tanggal, gigi

palsu, perdarahan, abses, peradangan gusi.

 Lidah: kotor atau tidak

 Tonsil: membesar atau tidak

f. Leher

 Kelenjar Limfe (leher, submandibula/di bawah dagu, sekitar

telinga: membesar atau tidak.

 Kelenjar Tiroid: membesar atau tidak.

g. Payudara

 Simetris: sama besar/tidak

h. Abdomen (perut)

 Inspeksi: membuncit, membusung/rata, tinggi fundus uteri

i. Genital (alat kemaluan)

 Apakah ada pengeluaran pervaginaan/anus

j. Lengan dan tungkai

 Inspeksi: edema/tidak

2. Palpasi (meraba)

a. Payudara

 Palpasi: ada benjolan/tidak, nyeri/tidak

8
b. Paru-paru

 Palpasi: meraba vocal fremitus, normal (fremitus kanan dan

kiri sama).

c. Abdomen

 Palpasi hepar: normal atau tidak teraba

 Palpasi lien: normal atau tidak teraba

d. Lengan dan tungkai

 Palpasi: ada edema/tidak

3. Perkusi (mengetuk)

a. Lutut

Reflek patela: reflek/tidak

4. Auskultasi (mendengar)

a. Paru-paru

 Auskultasi: mendengar suara napas

Pasien diminta bernapas cukup, perhatikan suara napas,

adanya suara tambahan atau tidak.

b. Abdomen (Perut)

 Mendengarkan suara peristaltic usus dengan cara meletakan

stetoskop pada daerah epigastrium, normalnya 5-35x/menit.

 Mendengar denyut jantung janin.

Hal-hal/langkah-langkah standar

Selama pemeriksaan fisik, lakukan langkah-langkah untuk

menjamin keamanan pasien dan anda sendiri terhadap transmisi

9
penyakit yang dapt menyebar melalui darah dan untuk mencegah

komtaminasi-silang. Cairan tubuh yang dianggap bersifat infeksius atau

dapat menyebarkan infeksi antara lain ludah/saliva, darah, semen, cairan

vagina, cairan serebrospinal, cairan amnion, cairan pericardia dan

peritoneIa, cairan pleura dan simovial CDC telah menetapkan pedoman

langkah-langkah yang harns diikuti untuk membantu mencegah

penularan penyakit infeksi selama pemeriksaan fisiko Lihat Kotak 4-1

untuk ulasan hal/langkah-langkah standard tersebut.

Cuci tangan dengan seksama sebelum memulai pemeriksaan dan setelah


pemeriksaan selesai. (sebelum meninggalkan ruang)
Jika terdapat luka teriris, abrasi atau lesi lainnya, pakailah sarung tangan
untuk melindungi pasien,
Pakailah sarung tangan secara rutin jika terdapat kemungkinan kontak
dengan cairan tubuh selama:
- Pemeriksaan oral
- Pemeriksaan lesi kulit
- Mengumpulkan sampel
- Ketika kontak dengan permukaan atau perlalatan yang terkontaminasi
Gantilah sarung tangan ketika berganti kerja atau prosedur.
- Jika memakai sarung tangan, cucilah tang an segera setelah sarung
tangan dilepas dan dari pasien ke pasien lain.
- Pakai masker dan pelindung mata/wajah dan baju lab untuk
melindungi kulit membran mukosa dan pakaian jika terapat
kemngkinan terjadi cipratan atau semprotan cairan tubuh.
- Ikuti prosedur klinik atau lembaga untuk perawatan rutin dan
pembuanagna perlalatan, linen dan lain-lainya.
- Beri label yang jelas semua wadah peralatan agar dapat berhati-hati
dan waspada terhadap cairah tubuh.
2.3 Pemeriksaan Fisik

10
Kebanyakan kesalahan pemeriksaan fisik dan diagnosis bukan

berasal dari ketidaktauan, tetapi lebih banyak karena malas dan ketidak hati-

hatian. Tiga jenis kesalahan yang paling sering dilakukan oleh pemeriksa

yang masih baru adalah: kesalahan teknik, kesalahan deteksi dan

interpretasi, dan kesalahan pencatatan. Ketelitian dalam melakukan

pemeriksaan akan membantu penegakan diagnosis yang tepat dan bukannya

sekedar mengikuti dugaan.

Mengingat rutinitas pemeriksaan khusus dan belajar rmembaca

gejala dan menilai/mengkaji temuan-temuan klinis dapat menghilangkan 2

dari 3 jenis kesalahan tersebut.

Selain itu dapat menjadi lebih baik dengan cara memperhatikan

orang lain melakukan pemeriksaan, dengan mempraktekkan berbagai

tindakan, dan dengan mernperoleh umpan balik terhadap teknik. Juga akan

sangat membantu untuk membahas rekam medik pasien, terutama riwayat

kesehatan dan pemeriksaan fisik terdahulu. Temuan fisik dan irtterpretasi

yang dibuat oleh tim medis dan farmasis lain yang tercatat pada rekam

medic ini akan membantu. Melihat teknik umum apa yang berkaitan dengan

gejala tertentu dan apa arti temuan-temuan tersebut bagi professional

kesehatan lain.

Pemeriksa yang masih baru seringkali khawatir mengenai teknik

mereka, merupakan langkah-langkah penting urutan pemeriksaan, atau

melewatkan suatu temuan akibat mengabaikan atau tidak memiliki ilmu

mengenainya. Banyak yang malu melihat pasien yang tidak mengenakan

11
pakaian atau menyentuh pasien. Semua kekhawatiran ini sebenarnya alami

dan umum, namun demikian kitaa harus menunjukkan kepercayaan diri,

sabar, sopan, toleran dan lembut. Wajah mungkin secara spontan

menunjukkan kekagetan, khawatir, waspada, jijik atau bahkan frustasi oleh

keadaan pasien tertentu. Berusahalah selalu uutuk menyadari emosi.

2.4 Urutan dan Posisi Untuk Pemeriksaan Fisik

Pendekatan cephalocaudal, dari kepala ke kaki, dianggap pendekatan

urutan yang paling logis dan konsisten untuk pemeriksaan fisiko Dengan

metode cephalocaudal ini diharapkan untuk memulai pemeriksaan fisik

mulai dan yang paling tidak invasive atau intrusive ke teknik yang lebih

invasive atau intrusive. harus menjadi kompulsif terhadap rutinitas

pemeriksaan, mempraktekkan sampai pola konsisten pemeriksaan fisik

dipelajari dengan benar yang muncul dan berusaha untuk tidak

menampakkannya. Lagipula, hal ini adalah persoalan bagaimana untuk tetap

sensitif terhadap perasaan dan respon pasien.

2.5 Pemeriksaan Fisik Komprehensif

Farmasis tidak melakukan pemeriksaan fisik menyeluruh /

komprehensif. Walaupun demikian, memahami langkah-langkah bagaimana

suatu pemeriksaan fisik dilakukan sangatlah penting bagi seorang farmasis,

karena komponen pemeriksaan seringkali dilakukan sebagai bagian dari

persetujuan pada suatu praktek bersama/kolaborasi, pada pelayanan

12
penapisan/skrining kesehatan, di klinik imunisasi, pada sesi konseling

pasien dan edukasi, pemberian saran mengenai obat bebas, dan peracikan

resep obat rutin. Seorang pasien biasanya datang ke dokter, asisten dokter,

atau perawat dengan suatu alasan, misalnya permintaan untuk pemeriksaan

dan interpretasi suatu gejala atau suatu set gejala-gejala. Alternatif lain,

pasien mungkin meminta penapisan kesehatan fisik. Dokter akan bertemu

dengan pasien di ruang klinik (atau sejenisnya) atau ruang pemeriksaan di

rumah sakit.

Setelah memperoleh riwayat penyakit pasien, tanda-tanda vital akan

diobservasi. Ini menjadi jembatan “izin” yang memungkinkan pemeriksaan

fisik berlangsung dari berbicara kepada pasien menjadi menyentuh pasien

untuk pemeriksaan fisiko Hal ini menjadi suatu cara yang meredakan

ketegangan, karena kedua pihak yaitu pasien dan pemeriksa berkesempatan

untuk relaks dan mulai mengembangkan kepercayaan. Jika memungkinkan,

praktisioner harus mencuci tangan pada saat pasien ada di situ. Pasien akan

merasa nyaman jika mereka melihat pemeriksa mencuci tangan, karena

menganggap hal itu sebagai proteksi dan penghormatan terhadap

keberadaan mereka.

Pemeriksaan harus dilaksanakan secara metodis, perlahan dan

sengaja, sambil praktision mengajukan pertanyaan serta mendorong pasien

bertanya untuk lebih mengetahui bukti-bukti klinis yang ada pada riwayat

kesehatan pasien. Pemeriksa mengikuti jejak perubahan/variasi dibanding

keadaan "normal" pasien, seperti detektif mengikuti petunjuk untuk

13
memecahkan suatu misteri. Sebenarnya, metode yang digunakan oleh

pemeriksa maupun detektif dalam banyak hal mirip, karena pemeriksa

berusaha mencari penjelasan mengenai suatu gejala sedangkan detektif

berusaha memecahkan masalah kriminal.

Ketika pemeriksaan berlangsung, setiap langkah harus dijelaskan,

memberitahu pasien terlebih dahulu jika suatu tindakan mungkin akan

menyebabkan rasa tidak nyaman pada pasien. Keterangan singkat harus

diberikan kepada pasien mengenai tubuh pasien, metode pemeriksaan diri

sendiri, tanda-tanda dan gejala-gejala masalah yang potensial, dan

seterusnya. Berbagi infonnasi tersebut akan membangun hubungan dan

kepercayaan.

14
BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Tekhnik pemeriksaan fisik adalah cara untuk mengetahui gejala atau

masalah kesehatan yang dialami oleh pasien. Dengan cara mengamati atau

observasi untuk mengetahui masalah kesehatan (inspeksi), menentukan

ketahanan tubuh (palpasi), mengetahui ukuran organ-organ tubuh dan

menentukan adanya cairan dalam rongga tubuh (perkusi) dan mendengarkan

bunyi yang dihasilkan oleh tubuh (Auskultasi).

3.2 Saran

Dalam melakukan pemeriksaan fisik sebaiknya dilakukan dengan

efektif dan dilakukan secara sistematis.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Musrifatul dan Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Keterampilan Dasar


Praktik Klinik Untuk Kebidanan

American Cancer Society. American Cancer Society Guidelines for the Early
Detection of Cancer. Atlanta, GA: American Cancer Society, 2006

Seidel H, Ball J, Dains J, et al. Mosby’s Gui de to Physical Examination, 6th ed.
St. Louis: Mosby-Year Book, 2006

16
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang bertujuan untuk
memudahkan mahasiswi dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
meningkatkan mutu pendidikan.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik
dari segi isi maupun sistematika. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang dapat membangun, baik dari dosen maupun dari teman-
teman sekalian agar makalah yang kami buat ini tersusun dengan sempurna
sebagaimana yang kita harapkan.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan. Apabila terdapat kesalahan dari
makalah yang kami buat, mohon dimaafkan.

Pekanbaru, Juli 2010

Penulis

17
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................... i

DAFTAR ISI................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.......................................................................... 1

1.2 Tujuan....................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Teknik Pemeriksaan Fisik......................................................... 2

2.1.1 Metode Pemeriksaan..................................................... 2

2.2 Persiapan untuk Pemeriksaan.................................................... 5

2.3 Pemeriksaan Fisik..................................................................... 11

2.4 Urutan dan Posisi Untuk Pemeriksaan Fisik............................. 12

2.5 Pemeriksaan Fisik Komprehensif............................................. 12

BAB III KESIMPULAN

1.1 Kesimpulan............................................................................... 15

1.2 Saran.......................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA

ii
18

Anda mungkin juga menyukai