Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional

diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup

sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan derajat kesehatan yang

optimal. Dan kesehatan yang demikian yang menjadi dambaan setiap orang

sepanjang hidupnya. Tetapi datangnya penyakit merupakan hal yang tidak bisa

ditolak meskipun kadang -kadang bisa dicegah atau dihindari.

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena

ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama

faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang

satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,kedokteran, dan lain-lain

bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep

sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan

manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun

sosio budaya . UU No.23,1992 tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan

adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup

produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus

dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan

sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

1
Definisi sakit: seseorang dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit

menahun (kronis), atau gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas

kerja/kegiatannya terganggu. Walaupun seseorang sakit (istilah sehari -hari)

seperti masuk angin, pilek, tetapi bila ia tidak terganggu untuk melaksanakan

kegiatannya, maka ia di anggap tidak sakit. Tulisan ini merupakan tinjauan

pustaka yang membahas pengetahuan sehat-sakit pada aspek sosial budaya dan

perilaku manusia; serta khusus pada interaksi antara beberapa aspek ini yang

mempunyai pengaruh pada kesehatan dan penyakit.

B. Ruang Lingkup.

a. Konsep Sehat Sakit

b. Masalah Sehat Dan Sakit

c. Hasil Penelitian

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Makalah ini dibuat untuk membantu mahasiswa dalam memperluas

wawasan mengenai Konsep Sehat Sakit dalam konteks kebudayaan

khususnya konsep sehat sakit menurut masyarakat Kutai.

2. Tujuan Khusus

Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami penyerapan Konsep Sehat

Sakit di kebudayaan masyarakat kutai.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KONSEP SEHAT SAKIT

1. Definisi Sehat.

Sehat merupakan sebuah keadaan yang tidak hanya terbatas dari penyakit

akan tetapi juga meliputi seluruh aspek kehidupan manusia yang meliputi

aspek fisik,emosi,soaial dan spiritual.

Menurut WHO (1947) sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu

keadaan yang sempurna baim secara fisik, mental dan sosial serta tidak

hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO,1947)

2. Model Sehat Sakit

2a. Model rentang Sehat-sakit (Neiman)

Menurut neuman (1990): “ Sehat dalam suatu rentang merupakan

tingkatan kesejahteraan klien pada waktu tertentu, yang terdapat dalam

rentang dan kondisi sejahtera yang optimal, dengan energi yang paling

maksimum, sampai kondisi kematian yang menandakan habisnya energi

total”.

Sedangkan sakit merupakan proses dimana bangsa individu dalam

satu atau lebih dimensi yang ada mengalami perubahan atau penurunan

bila dibandingkan dengan kondisi individu sebelumnya.

2b. Model Kesejahteraan Tingkat Tinggi (Dunn)

Model yang dikembangkan Dunn (1977) ini berorientasi pada cara

memaksimalkan potensi sehat pada individu melalui perubahan perilaku.

Pada pendekatan model ini perawat melakukan intervensi keperawatan

3
yang dapat membantu klien merubah perilaku tertentu yang mengandung

resiko tinggi terhadap kesehatan. Model ini berhasil diterapkan untuk

perawatan lansia dan digunakan dalam keperawatan keluarga maupun

komunitas.

2c. Model Agen Penjamu Lingkungan (leavell at all).

Menurut pendekatan model ini tingkat sehat dan sakit individu atau

kelompok ditentukan oleh hubungan dinamis antara Agen, Penjamu, dan

Lingkungan.

Agen : Berbagai faktor internal-eksternal yang dengan atau tanpanya

dapat menyebabkan terjadinya penyakit atau sakit. Agen ini bisa bersifat

biologis,kimia,fisik,mekanis, atau psikososial. Jadi agen ini bisa berupa

yang merugikan (bakteri,stres) atau yang meningkatkan kesehatan (nutrisi

dll).

Penjamu :Seseorang atau sekelompok orang yang rentan terhadap

penyakit/sakit tertentu. Faktor penjamu antara lain: situasi kondisi fisik

dan psikososial yang menyebabkan seseorang yang beresiko menjadi

sakit.

Lingkungan : Seluruh faktor yang ada diluar penjamu.

a. Lingkungan fisik : Tingkat ekonomi,iklim, kondisi tempat tinggal,

penerangan, kebisingan.

b. Lingkungan Sosial : Hal-hal yang berkaitan dengan interaksi sosial,

misalnya : stress,konflik,kesulitan ekonomi, krisis hidup.

2d. Model keyakinan kesehatan.

4
Model keyakinan kesehatan menurut Rosenstoch(1974) dan Becker

dan Maiman (1975) menyatakan hubungan antara keyakinan seseorang

dengan perilaku yang ditampilkan. Model ini memberikan cara bagaiman

klien akan berprilaku sehubungan dengan kesehatan mereka dan

bagaimana mereka mematuhi terapi kesehatan yang diberikan.

2e. Model Peningkatan Kesehatan (Pender).

Dikemukakan oleh Pender (1982,1993,1996) yang dibuat untuk

menjadi sebuah model yang menyeimbangkan dengan model perlindungan

kesehatan. Fokus dari model ini adalah menjelaskan alasan keterlibatan

klien dalam aktivitas kesehatan (kognitif,persepsi dan faktor pengubah).

B. MASALAH SEHAT DAN SAKIT

Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultante

dari berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan

manusia, sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, g enetika, dan sebagainya.

Derajat kesehatan masyarakat yang disebut sebagai psychosocio somatic health

well being , merupakan resultante dari 4faktor(3)yaitu:

1. Environment atau lingkungan.

2. Behaviour atau perilaku,

Antara yang pertama dan kedua di hubungkan dengan ecological balance.

3. Heredity atau keturunan yang dipengaruhi oleh populasi,distribusi penduduk,

dan sebagainya.

4. Health care service berupa program kesehatan yang bersifat preventif,

promotif, kuratif, dan rehabilitatif. Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan

5
dan perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya (dominan)

terhadap tinggi rendahnya derajat kesehatan masyarakat. Tingkah laku sakit,

peranan sakit dan peranan pasien sangat dipengaruhi oleh faktor -faktor seperti

kelas sosial,perbedaan suku bangsa dan budaya. Maka ancaman kesehatan yang

sama (yang ditentukan secara klinis), bergantung dari variabel-variabel tersebut

dapat menimbulkan reaksi yang berbeda di kalangan pasien.

Pengertian sakit menurut etiologi naturalistik dapat dijelaskan dari segi

impersonal dan sistematik, yaitu bahwa sakit merupakan satu keadaan atau satu

hal yang disebabkan oleh gangguan terhadap sistem tubuh manusia.

Pernyataan tentang pengetahuan ini dalam tradisi klasik Yunani, India, Cina,

menunjukkan model keseimbangan (equilibrium model) seseorang dianggap sehat

apabila unsur -unsur utama yaitu panas dingin dalam tubuhnya berada dalam

keadaan yang seimbang. Unsur-unsur utama ini tercakup dalam konsep tentang

humors, ayurveda dosha, yin dan yang. Departemen Kesehatan RI telah

mencanangkan kebijakan baru berdasarkan paradigma sehat (4).

Paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan

kesehatan yang bersifat holistik, proaktif antisipatif, dengan melihat masalah

kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis

dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan

pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan

hanya penyembuhan penduduk yang sakit. Pada intinya paradigma sehat

memberikan perhatian utama terhadap kebijakan yang bersifat pencegahan dan

promosi kesehatan, memberikan dukungan dan alokasi sumber daya untuk

menjaga agar yang sehat tetap sehat namun teta p mengupayakan yang sakit

6
segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan tersebut menekankan pada masyarakat

untuk mengutamakan kegiatan kesehatan daripada mengobati penyakit. Telah

dikembangkan pengertian tentang penyakit yang mempunyai konotasi biomedik

dan sosio kultural. Dalam bahasa Inggris dikenal kata disease dan illness

sedangkan dalam bahasa Indonesia, kedua pengertian itu dinamakan penyakit.

Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua pengertian

tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi atau adaptasi dari proses-

proses biologik dan psikofisiologik pada seorang individu, dengan illness

dimaksud reaksi personal, interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau

perasaan kurang nyaman .

Para dokter mendiagnosis dan mengobati disease, sedangkan pasien

mengalami illness yang dapat disebabkan oleh disease illness tidak selalu disertai

kelainan organik maupun fungsional tubuh. Dalam konteks kultural, apa yang

disebut sehat dalam suatu kebudayaan belum tentu disebut sehat pula dalam

kebudayaan lain. Di sini tidak dapat diabaikan adanya faktor penilaian atau faktor

yang erat hubungannya dengan sistem nilai.

C. KONSEP SEHAT SAKIT MENURUT BUDAYA MASYARAKAT

Istilah sehat mengandung banyak muatan kultural, sosial dan pengertian

profesional yang beragam. Dulu dari sudut pandangan kedokteran, sehat sangat

erat kaitannya dengan kesakitan dan penyakit. Dalam kenyataannya tidaklah

sesederhana itu, sehat harus dilihat dari berbagai aspek. WHO melihat sehat dari

berbagai aspek . Definisi WHO (1981): Health is a state of complete physical,

mental and social well -beingand not merely the absence of disease or infirmity.

WHO mendefinisikan pengertian sehat sebagai suatu keadaan sempurna baik

7
jasmani, rohani, maupun kesejahteraan sosial seseorang. Sebatas mana seseorang

dapat dianggap sempurna jasmaninya ?, Oleh para ahli kesehatan, antropologi

kesehatan di pandang sebagai disiplin biobudaya yang memberi perhatian pada

aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku manusia, terutama

tentang cara-cara interaksi antara keduanya sepanjang sejarah kehidupan manusia

yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit. Penyakit sendiri ditentukan oleh

budaya: hal ini karena penyakit merupakan pengakuan sosial bahwa seseorang

tidak dapat menjalankan peran normalnya secara wajar. Cara hidup dan gaya

hidup manusia merupakan fenomena yang dapat dikaitkan dengan munculnya

berbagai macam penyakit, selain itu hasil berbagai kebudayaan juga dapat

menimbulkan penyakit. Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua

konsep penyebab sakit, yaitu: Naturalistik dan Personalistik. Penyebab bersifat

Naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh lingkungan,

makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak seimbangan dalam tubuh,

termasuk juga kepercayaan panas dingin seperti masuk angin dan penyakit

bawaan. Konsep sehat sakit yang dianut pengobat tradisional (Battra) sama

dengan yang dianut masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan

dengan keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang

dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal, wajar,

nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari –hari dengan gairah. Sedangkan

sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang kurang menyenangkan, bahkan

dirasakan sebagai siksaan sehingga menyebabkan seseorang tidak dapat

menjalankan aktivitas sehari-hari seperti halnya orang yang sehat . Sedangkan

konsep Personalistik menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh

8
intervensi suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu, roh,

leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir, tukang tenung).

BAB III

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitiana.

1. Lokasi Penelitian

Secara umum keadaan topografi Desa Kelinjau Ulu adalah dataran rendah

dengan batas u t a r a a d a l a h D e s a L o n g N a h , b a t a s t i m u r a d a l a h

K e c a m a t a n Muara Bengkal, batas barat adalah hutan rimba dan batas selatan

adalah Desa Kelinjau Ulu . D e s a K e l i n j a u U l u m e r u p a k a n d a e r a h

p e r t a n i a n d a n perkebunan sehingga cocok untuk pengembangan dan pembukaan

lahan perkebunan dalam skala besar seperti kelapa

s a w i t . Sebagian besar wilayah Desa Kelinjau Ulu merupakan daerah

a l i r a n s u n g a i . D e s a ini memiliki 11 Rukun Tetangga (RT) dan

seluruhnya bertempat diDesa Kelinjau Ulu. Dengan jumlah penduduk

pada tahun 2009 s e b a n y a k 5 7 4 9 j i w a y a n g t e r d i r i d a r i 1 1 8 8

k e p a l a k e l u a r g a keluarga. Dari total keseluruhan 5749 jiwa,

2810 di antaranya b e r j e n i s k e l a m i n l a k i - l a k i d a n 2 9 3 9

j i w a b e r j e n i s k e l a m i n perempuan.

2. Fasilitas Kesehatan Lokasi Penelitian

9
Fasilitas kesehatan yang dimiliki Desa Kelinjau Ulu

a d a l a h Puskesmas Induk Muara Ancalong dengan 2 orang dokter umum, 1orang

dokter gigi, 2 orang bidan, 1 orang perawat, 1 orang ahli gizi, 1orang kesehatan lingkungan

dan 1 orang apoteker. Puskesmas ini  j u g a t e l a h d i l e n g k a p i d e n g a n

r u a n g r a w a t i n a p p a d a a w a l t a h u n 2010.

B. Hasil wawancara

Dari kegiatan wawancara mendalam (Indepth Interview ) y a n g dilakukan pada

saat penelitian, maka diperoleh hasil sebagai berikut :

a . P e r i l a k u k e s e h a t a n

1.Pengetahuan

a) Ciri-Ciri Anak Bergizi Baik. Berdasarkan hasil wawancara

mendalam, diketahui bahwa menurut ibu ciri-ciri anak yang bergizi

baik adalah anak mau makan, tidak rewel, berat badannya naik, nda sakit.

” anak yang begizi baik ntu anak nya sehat  yang makan sayuran

lauk-pauk hehehe mcam” pkox. Klo sehat tu ya ndi sakit”, ndik cerewet,

makannya kawa banyak, tidur, cepat ngerti mun dipadahi, itu

jahak leh nya ku tahui ni”.

b) “C i r i - c i r i balita bergizi buruk nda mau makan,

t u b u h n y a n d i k b e g e m o k , jalannya lambat ndik sesuai

n g a n u m u r ,   rancak nangis, sering sakit, tu jayang ku tau nya yoh”.

Tetapi terdapat pula ibu yang tidak mengetahui tentang gizi buruk.”

Ha apa itu gizi buruk nda tau saya, ndak pernah dengar .”Menurut petugas

kesehatan dan kader posyandu, ciri-ciri anak bergizi buruk adalah sering

sakit, badan kurus, sering nangis, rambutnya kuning, kulit tidak cerah.

10
2. Cara pengolahan makanan

Masyarakat dalam mengolah makanan sebagaian menggunakan dapur kayu, tapi sebagian

juga memiliki kompor .

3. Budaya

a ) P a n t a n g a n i m u n i s a s i masyarakat desa kelinjau ulu memiliki

kebiasaan untuk tidak mengimunisasi anaknya sejak lahir. Masyarakat

beranggapan bahwa apabila bayi mereka diimunisasi dapat

mengakibatkan bocor darah hingga kematian. Sebagaimana yang

diungkapkan ibu berikut ini.

“ndik pernah anak saya ni diimunisasi takut bedarah, ndia mun

disuntik takut sakit ndik sembuh-sembuh, ndik rotos mun meliat

anak saya disuntik hehehehe “.

b) M e m b e r i m a k a n umumnya balita di wilayah tersebut makan sebanyak 2

sampai 3 kali dalam sehari, tetapi terdapat pula balita yang tidak makan dalam

sehari karena tidak ada nafsu makan.

S e b a g a i m a n a y a n g diungkapkan ibu berikut ini.

“ biasanya mun anakku ni mau makan bepadah sorang inya minta

makan, tapi mun nya ndik mau makan biar dipaksa ndi nda jua

makan. Sakit beneh makannya kanak ni bu. Mun nya nda atau pas masa’an

nya inya gawali bisa sharian ndak makan terus”.

Menu makanan yang diberikan Ibu pada balitanya adalah nasi d a n

kuah sayur karena anak mereka tidak suka makan

s a y u r . Umumnya anak mereka jarang mengonsumsi lauk karena

kurang tersedianya lauk di daerah tersebut.

11
“sakit anakku ni makannya, paling-paling ku beri nasi ja ngan kuah

gangan nya. Mkan sayur jua hik ndak. Makan jua jarang

n i ” . Apabila ibu tidak memasak sayur maka ibu akan memberikan nasi

yang diberi kuah mie instan agar makanan tidak hambar dan

anaknya mau makan.

Terdapat seorang ibu yang memberikan satu jenis

m e n u makanan setiap hari yaitu nasi dengan sayur santan labu.

Begitupula dengan minumnya anak ini tidak mau minum susu melainkan

hanya minum teh.

“ iya ni makan nya tiap hari sayur santan labu ni ja sama nasi. Hari-

hari dipolahkan tu maha. Makanan lain di coba muntah terus bunyinya nya

ndik mau, jadi makan ni ja tiap hari dari umur 1 tahun. Minum

susu ndik mau jadi minum air putih kalau makan. Sehari makannya 3

kali tu”. Khusus untuk makanan selingan balita gemar memakan

roti,sosis, dan makanan ringan (snack). Biasanya dikonsumsi pada

siangatau sore hari. Sebagaimana yang diungkapkan ibu berikut ini “ gawalnya ni

ngemil roti, sosis, ciki-ciki tu kalo siang makan tu tapi kadang-kadang sore. Gawal

nya tu makan tegak tu tapi mun makan nasi leh jereh beneh mojo’i”. Makanan

yang diberikan biasanya digabung dengan makanan untuk keluarga

dirumah, tetapi terdapat pula ibu yang memisahkan makanan

balita dengan keluarga. Balita diberi makan oleh ibunya p a d a

saat makan bersama. Sebagaimana yang diungkapkan

i b u berikut ini.

12
“kami makannya ya rame-rame serumahan jadi satu aj biar ndak repot masaknya kalau

dipisah”.

c) Ketika ada keluarga yang sedang hamil, maka banyak sekali larangan-

larangan bagi bumil tersebut selama hamil, begitu pula setelah melahirkan,

seperti yang ibu katakan berikut ini :

“ mun kami betian tu banyak hak larangan sida tuha-tuha tu gak : ndik

kawa duduk muka lawang bunyi sida sakit ndia beranak, ndik kawa mendi

malam ndia anaknya lahir merotak, ndik kawa belilit handok atau kain di

leher ndia anaknya telilit tali pusat bunyi sida....gak tu jua mun habis

beranak indu betis tu diikat hak ngan benang hitam ndik kawa tekena tijak

bunyi sida takut kambohan sakitnya ndia, hehehe gak tu hak kami ni nuruti

carangan sida-sida tuha tu hak”.

d) Saat ada anak mereka atau keluarga mereka sedang sirkum ,bisa kita lihat

ibu dari sianak yang sirkum rame-rame merendam rambut mereka

alasannya biar tidak ada perdarahan pada saat sirkum dilaksanakan.

“ mun ada anak kami besunat ,kami mamaknya merendam rambut di aer

bunyi sida biar ndik bedarah “.

4. Perilaku sakit.

1. S a a t anaknya demam ibu tidak langsung

m e m e r i k s a k a n a n a k n y a k e Puskesmas melainkan dikompres dengan

dedaunan yang bertujuan untuk menurunkan panas anaknya.

“ mun anakku demam panas biasanya langsung ku

kompres ngan kembang sepatu, di kepal-kepal baru hak

ku beri ke kepala sampe ke dahinya biasanya turun hak

13
panasnya, mun ada selesmanya biasanya kami beri kapur

ngan kunyit di dahi ngan batang hidungnya tu “.  

2. Saat anaknya BAB nya encer ibu tidak langsung meminumkan oralit

seperti anjuran kader posyandu, melainkan meminumkan perasan daun

sirsak.

“ mun nya beheraan biasanya ke beri aer dari perahan daun nangka

belanda maha, mun nya kembong ku hapusi minyak gas ngan minyak

makan maha perutnya”.

3. Jika ada keluarga yang mau melahirkan masyarakat jarang memanggil

bidan , hanya menggunakan jasa dukun beranak yang mereka kenal.

“kami mun ndak beranak biasanya mulai umur betian 7 bulan dah diberi

pelongseng ngan mamak kami atau boyok kami, pelongsengnya tu gak ni,

tiap malam jumat mulai 7 bulan tu perut tu digosok hak ngan sabun batang

cap tangan tu na dibacakan hak apa licin sabun ni licin jua kami beranak

ndia, jadi jarang kami ngiau bidan mun beranak”.

14
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak terlalu mutlak dan universal karena

ada faktor -faktor lain di luar kenyataan klinis yang mempengaruhinya terutama

faktor sosial budaya. Kedua pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang

satu hanya dapat dipahami dalam konteks pengertian yang lain. UU No.23,1992

tentang Kesehatan menyatakan bahwa: Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari

badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan

ekonomi. Dalam pengertian ini maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan

yang utuh terdiri dari unsur –unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya

kesehatan jiwa merupakan bagian integral kesehatan.

Banyak ahli filsafat, biologi, antropologi, sosiologi,kedokteran, dan lain-lain

bidang ilmu pengetahuan telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep

sehat dan sakit ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau ketidakmampuan

manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara biologis, psikologis maupun

sosio budaya .

B. Saran.

15
Setelah membaca makalah ini saran dari penulis yakni diharapkan

pembaca lebih memahami bagaimana konsep sehat sakit dalam kehidupan

masyarakat kutai terutama bagi mahasiswa Akademi Keperawatan

Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur yang sedang menempuh

perkuliahan, sehingga nantinya mahasiswa Akper Pemprov dan pembaca

dapat memahami dan mengetahui bagaimana penerapan konsep sehat sakit

di berbagai budaya khususnya budaya masyarakat kutai.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.askep.net/pdf/sehat-sakit-menurut-budaya-.html

2. www.ml.scribd.com/doc/61244466/BAB-IV

3. www.askep.net/pdf/sakit-menurut-who.html

4. Keluarga besar Ny. Askiah di Desa Kelinjau Hulu

17

Anda mungkin juga menyukai