NAMA KELOMPOK :
Di era globalisasi tahun 2020 mendatang, kesehatan kerja merupakan salah satu prasyarat
yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar negara yang harus
dipenuhi. Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk menciptakan
tempat/lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat
mengurangi/terbebas dari kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada
akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja suatu perusahaan/tempat kerja.
Maka dari itu, kami membuat makalah tentang peraturan perundangan yang mengatur
pelaksanaan kesehatan kerja mengenai gambaran umum hingga perjanjian kerja bersama.
Kemampuan keterampilan dan keahlian pekerja perlu terus menerus ditingkatkan melalui
perencanaan dan program pelatihan kerja, pemagangan dan pelayanan penempatan kerja.
Sebagai tujuan pembangunan, pekerja perlu mendapatkan perlindungan dalam semua aspek,
perlindungan tersebut meliputi hak-hak dasar pekerja, diantaranya perlindungan atas keselamatan
dan kesehatan kerja serta jaminan sosial sehingga menjamin rasa aman dan tentram dalam
melaksanakan tugasnya
Perlindungan sosial yang diberikan oleh pemerintah terhadap masyarakat tidak terkecuali
terhadap kecelakaan kerja dan terganggunya kesehatan. Sejak kesehatan diakui sebagai salah
satu hak asasi manusia, dalam penerapannya terdapat berbagai pengertian. Setiap Warga Negara
Indonesia berhak untuk mendapatkan jaminan baik berupa kesehatan,
Kesehatan kerja difilosofikan sebagai suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin
keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani, tenaga kerja pada khususnya dan
manusia pada umumnya, hasil karyanya menuju masyarakat makmur dan sejahtera. Sedangkan
pengertian secara keilmuan adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha
mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.
Kesehatan Kerja tidak dapat dipisahkan dengan proses produksi baik jasa maupun
industri. Dalam lingkungan pekerjaan itu terdapat banyak hal-hal yang dapat mengancam
kesehatan pekerjanya. Hal itu tidak terlepas dari Undang-Undang No 36 Tahun 2009
2.2.2 Undang-Undang No. 40 tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (Pasal
19-24)
2.2.3 Undang-Undang No. 36 tahun 2009 Tentang Kesehatan Kerja (Pasal 165-166)
1. Pengelola tempat kerja wajib melakukan segala bentuk upaya kesehatan melalui upaya
pencegahan, peningkatan, pengobatan dan pemulihan bagi tenaga kerja.
2. Pekerja wajib menciptakan dan menjaga kesehatan kerja yang sehat dan menaati
peraturan yang berlaku di tempat kerja.
3. Dalam penyeleksian pemilihan calon pegawai pada perusahaan, hasil pemeriksaan
kesehatan secara fisik dan mental digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
4. Pengusaha wajib menjamin kesehatan pekerja melalui upaya pencegahan, peningkatan,
pengobatan dan pemulihan serta wajib menanggung seluruh biaya pemeliharaan
kesehatan pekerja.
5. Implementasi upaya kesehatan kerja di perusahaan adalah membuat lingkungan yang
bersih, cukup sirkulasi udara dan cahaya, menyediakan toilet yang memadai, meyediakan
tempat kerja yang aman, memasang peringatan dan himbauan mengenai kesehatan kerja,
memberikan fasilitas pengecekan kesehatan untuk karyawan.
2.3 Peraturan Pemerintah
2.3.1 PP No. 26 Tahun 1977 Tentang Pengujian Kesehatan PNS dan Tenaga Lainnya
yang Bekerja Pada NKRI (Pasal 3-7)
1. Yang berwenang menguji kesehatan Pegawai Negri Sipil dan tenaga lainnya yang
bekerja pada NKRI adalah dokter penguji, team penguji.
2. Dokter penguji dan team penguji kesehatan menetapkan 500 waktu pengujian dan
memanggil yang bersangkutan untuk di uji kesehatannya.
3. Hasil pengujian kesehatan diberitahukan secara tertulis berlaku untuk 1 tahun.
4. Biaya pengujian kesehatan ini dibebankan kepada anggaran Departemen Kesehatan..
5. Implementasinya adalah melaksanakan pelayanan kesehatan MCU terhadap PNS
melakukan pemeriksaan fisik, pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan rekam
jantung, pap smear.
2.3.2 PP No. 47 Tahun 2016 Tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan (Pasal 2-5)
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan
baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a memberikan pelayanan kesehatan dasar.
3. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat kedua sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
memberikan pelayanan kesehatan spesialistik.
4. Fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat ketiga sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
memberikan pelayanan kesehatan subspesialistik.
5. Implementasinya adalah setiap perusahaan memiliki klinik perusahaan yang berada
dalam sistem kesehatan nasional bentuk dari upaya kesehatan masyarakat pada strata
pertama/UKM tingkat dasar dibawah koordinasi Puskesmas.
2.4.1 PP No. 7 Tahun 1999 Tentang Wajib Lapor Penyakit Akibat Hubungan Kerja
Instruksi Presiden No.7 Tahun 1999 tentang wajib Lapor Penyakit akibat Hubungan
kerja, instruksi ini merupakan hierarki hukum dari keputusan Menteri tenaga Kerja Nomor
02/Men/1981 tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja.
1. Apabila terjadi kecelakaan disuatu unit kerja, maka karyawan yang mengetahui kejadian
tersebut memberikan pertolongan pertama pada korban (P3K) bila diperlukan.
2. Karyawan lainnya yang mengetahui kejadian segera menghubungi pimpinan untuk
memberitahukan perihal terjadinya kecelakaan dan petugas yang pada saat itu ada, untuk
mendapatkan pertolongan selanjutnya, membawa korban ke unit gawat darurat rumah
sakit, bila diperlukan.
3. Melaporkan kejadian kecelakaan yang sesuai secara singkat dengan menyebutkan lokasi
kejadian serta peristiwa terjadinya dengan jelas
4. Atasan korban melaporkan kejadian tersebut secara tertulis kepada pengawas K3 (dengan
menggunakan formulir laporan kecelakaan dalam waktu tidak lebih dari 24 jam)
5. Dokter rumah sakit yang menangani korban (bila diperlukan) mengisi formulir laporan
kecelakaan dengan menyebutkan keadaan korban dan mengirimkannya ke pengawas K3
Perusahaan.
6. Petugas K3 dan atasan korban meneliti sebab-sebab kecelakaan dan menentukan langkah-
langkah pencegahan agar kecelakaan yang serupa tidak terulang lagi dikemudian hari.
7. Setelah penderita sembuh dan tidak lagi dirawat di rumah sakit, dokter rumah sakit yang
menangani (bila diperlukan) mengirimkan laporan sembuh dengan menjelaskan tentang
prosentase cacat dari korban ataupun lainnya kepada pengawas K3 dan bagian personalia
untuk penyelesaian korban
8. Bila korban meninggal dunia, maka dokter rumah sakit yang menangani mengeluarkan
surat keterangan kematian dan mengirimkan ke bagian personalian segera menyelesaikan
segala urusan administrasi korban tersebut serta memberitahukan kepada pihak keluarga
korban.
9. Bila kecelakaan menimpa seorang karyawan diluar kawasan maupun lingkungan
perusahaan, maka karyawan lain atau pihak keluarga yang mengetahui kejadian itu segera
memberitahu hal tersebut kepada pihak perusahaan.
1 Pekerja yang didiagnosis menderita Penyakit Akibat Kerja berdasarkan surat keterangan
dokter berhak atas manfaat JKK meskipun hubungan kerja telah berakhir.
2 Penyakit yang telah didiagnosis sebagai Penyakit Akibat Kerja dilakukan pencatatan dan
pelaporan untuk kepentingan pendataan secara nasional.
3 Penyakit yang disebabkan oleh faktor kimia, penyakit yang disebabkan oleh faktor fisika,
penyakit kulit, gangguan otot dan kerangka, gangguan mental dan perilaku.
1. Memperoleh gambaran kesehatan pekerja secara menyeluruh dan tidak terbatas pada
penyakit akibat kerja atau penyakit terkait kerja.
2. Memudakan dalam perencanaa, monitoring dan evaluasi program kesehatan kerja.
3. Sarana untuk saling ukur antar provinsi, kabupaten atau kota, atau unit kesehatan.
Upaya sinkronisasi telah dirintis dengan penyusunan beberapa keputusan bersama antara
kementrian terkait yang mengatur pelaksanaan kesehatan kerja sebagai berikut :
3. Jika setelah pegawai selesai kerja (lebih dari 3 bulan) jika terdapat kejadian
penyakit akibat kerja masuk tanggung jawab siapa?
Apabila karyawan selesai bekerja di suatu perusahaan karena mengundurkan diri
atau resign, maka wajib mengurus perubahan status kepersertaan BPJS
kesehatannya, jika tidak maka kepesertaan bisa terhenti dan ada denda yang perlu
dibayarkan dan untuk bulan berikutnya perusahaan sudah tidak berkewajiban
untuk membayarkan dan bertanggung jawab mengenai kesehatan kerja pekerja
tersebut dan itu menjadi tanggung jawab pekerja itu sendiri jika terjadi PAK.
5. Dalam keputusan presiden RI jika pekerja dalam kurun waktu 3 bulan sudah tidak
menjadi pegawai apakah tanggungan siapa jika terdapat penyakit akibat kerja?
Pertanyaan ini sama dengan nomor 3. Apabila pekerja dalam kurun waktu 3 bulan
sudah tidak menjadi pegawai karena mengundurkan diri dan jika terjadi PAK
maka itu menjadi tanggung jawab pekerja itu sendiri dan perusahaan sudah sudah
tidak berkewajiban untuk membayarkan dan bertanggung jawab mengenai
kesehatan kerja pekerja tersebut. maka seseorang tsb wajib mengurus perubahan
status kepersertaan BPJS kesehatannya, jika tidak maka kepesertaan bisa terhenti
dan ada denda yang perlu dibayarkan.
6. Jika terjadi kecelakaan kerja di perusahaan, baik lalai atau yg lainnya. itu masih
tanggung jawab siapa?
Jadi jika terjadi kecelakaan kerja diperusahaan yang disebabkan kelalaian seorang
pekerja itu merupakan tanggung jawab pekerja dan juga perusahaan tersebut
tempat seorang itu bekerja biasanya akan didiskusikan terlebih dahulu apa
masalah si pekerja tersebut.