Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
social yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial ekonomi
pegangan bagi semua fasilitas dan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan
pengelolaan sediaan farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) serta pelayanan
farmasi klinik kegiatan tersebut harus didukung oleh sumber daya manusia serta
sarana dan prasarana sesuai standar untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan
1
Tenaga kefarmasian adalah tenaga yang melakukan pekerjaan kefarmasian
dari apoteker dan tenaga teknik kefarmasian. Menurut peraturan pemerintah Republik
kefarmasian yang terdiri dari atas sarjana farmasi, alimadyah farmasi, analis farmasi
keterampilan dan kemampuan yang baik dalam menjalankan tugas serta tanggung
jawab yang diembankan agar dapat memberikan pelayanan kefarmasian yang optimal
kepada pasien serta mempunyai sikap dan perilaku yang sesuai dengan etika dan kode
etik profesi.
bagaimana cara melakukan pengelolaan sediaan farmasi dan pelayanan farmasi klinik
yang tepat sesuai standar meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien.
Maka dilakukan Praktek Kerja Farmasi (PKF) di puskesmas salah satunya Puskesmas
2
1.2. Tujuan Praktek Kerja Farmasi
3. Mampu melakukan proses evaluasi diri terhadap kelompok kerja yang berada
mandiri.
2. Mampu menyiapkan dan meracik sediaan farmasi yang aman, efektif, stabil,
pekerjaan kefarmasian.
berbagai pihak.
3
1.3. Manfaat Praktek Kerja Farmasi
masyarakat.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat
merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari pelaksanaan upaya kesehatan,
5
pertama yang meliputi pelayanan kesehatan perorangan dan pelayanan kesehatan
masyarakat.
2.2.1 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas
Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai merupakan salah
ketersediaan dan keterjangkauan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang
1. Perencanaan
Medis Habis Pakai untuk menentukan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dalam
Tujuan perencanaan:
a. Perkiraan jenis dan jumlah Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
6
Perencanaan kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di
seleksi Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
sebelumnya, data mutasi Sediaan Farmasi, dan rencana pengembangan. Proses seleksi
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai juga harus mengacu pada Daftar Obat
Esensial Nasional (DOEN) dan Formularium Nasional. Proses seleksi ini harus
melibatkan tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas seperti dokter, dokter gigi,
bidan, dan perawat, serta pengelola program yang berkaitan dengan pengobatan.
pada anggaran yang tersedia dan memperhitungkan waktu kekosongan Obat, buffer
Tujuan permintaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah
memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di Puskesmas,
sesuai dengan perencanaan kebutuhan yang telah dibuat. Permintaan diajukan kepada
7
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu kegiatan dalam
menerima Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dari Instalasi Farmasi
pemeliharaan dan penggunaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai berikut
dan Bahan Medis Habis Pakai yang diserahkan, mencakup jumlah kemasan/peti, jenis
dan jumlah Sediaan Farmasi, bentuk Sediaan Farmasi sesuai dengan isi dokumen
8
mengajukan keberatan. Masa kedaluwarsa minimal dari Sediaan Farmasi yang
suatu kegiatan pengaturan terhadap Sediaan Farmasi yang diterima agar aman (tidak
hilang), terhindar dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin,
sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Tujuannya adalah agar mutu Sediaan
yang ditetapkan.
perundang-undangan; dan
kegiatan pengeluaran dan penyerahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
9
secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sub unit/satelit farmasi
Farmasi sub unit pelayanan kesehatan yang ada di wilayah kerja Puskesmas dengan
b. Puskesmas Pembantu;
c. Puskesmas Keliling;
d. Posyandu; dan
e. Polindes.
Pendistribusian ke sub unit (ruang rawat inap, UGD, dan lain-lain) dilakukan
dengan cara pemberian Obat sesuai resep yang diterima (floor stock), pemberian Obat
per sekali minum (dispensing dosis unit) atau kombinasi, sedangkan pendistribusian
Pemusnahan dan penarikan Sediaan Farmasi, dan Bahan Medis Habis Pakai
yang tidak dapat digunakan harus dilaksanakan dengan cara yang sesuai dengan
oleh BPOM (mandatory recall) atau berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin
10
edar (voluntary recall) dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
Penarikan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan terhadap produk yang izin edarnya
Pemusnahan dilakukan untuk Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai bila:
b. Telah kadaluwarsa;
Tahapan pemusnahan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai terdiri dari:
a. Membuat daftar Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang akan
dimusnahkan;
terkait;
Pengendalian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai adalah suatu
strategi dan program yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kelebihan dan
11
kekurangan/kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar. Tujuannya adalah
agar tidak terjadi kelebihan dan kekosongan Obat di unit pelayanan kesehatan dasar.
a. Pengendalian persediaan;
8. Administrasi
9. Pemantauan Dan Evaluasi Pengelolaan Sediaan Farmasi Dan Bahan Medis Habis
Pakai
12
a. Mengendalikan dan menghindari terjadinya kesalahan dalam pengelolaan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai sehingga dapat menjaga
Setiap kegiatan pengelolaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai,
dari Pelayanan Kefarmasian yang langsung dan bertanggung jawab kepada pasien
berkaitan dengan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dengan maksud mencapai hasil
b. Kefarmasian di Puskesmas.
13
c. Memberikan Pelayanan Kefarmasian yang dapat menjamin efektivitas,
persyaratan farmasetik dan persyaratan klinis baik untuk pasien rawat inap maupun
rawat jalan. Persyaratan administrasi meliputi: Nama, umur, jenis kelamin dan berat
badan pasien, nama, dan paraf dokter tanggal resep Ruangan/unit asal resep.
Persyaratan farmasetik meliputi bentuk dan kekuatan sediaan, dosis dan jumlah obat.
(ketidakcampuran Obat).
b. Duplikasi pengobatan.
d. Kontra indikasi.
e. Efek adiktif.
14
label/etiket, menyerahan sediaan farmasi dengan informasi yang memadai disertai
pemberian informasi dan rekomendasi obat yang dilakukan oleh apoteker kepada
dokter, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak lain di luar
Pada puskesmas seberang padang saat penyerahan obat kepada pasien secara
langsung atau tatap muka dilakukan dengan PIO dengan menginformasikan cara
penggunaan obat dengan benar dan penyimpanan obat secara benar. Selain itu
instalasi farmasi puskesmas seberang padang memiliki program CBIA (Cara Belajar
Insan Aktif) tehadap lansia yang dilakukan setiap hari kamis pada minggu kedua di
puskesmas pembantu Alang laweh dan ranah yang bertujuan untuk memberi edukasi,
indikasi, serta cara melihat expired date terhadap obat dan cara penggunaan obat
secara tepat.
15
Gerakan Masyarakat Cerdas Menggunakan obat merupakan salah satu
dengan cara penyuluhan kesekolah SMK dhuafa seberang Padang tentang DaGuSiBu
3. Konseling
masalah pasien yang berkaitan dengan penggunaan Obat pasien rawat jalan dan rawat
inap, serta keluarga pasien yang bertujuan untuk memberikan pemahaman yang benar
mengenai Obat kepada pasien/keluarga pasien antara lain tujuan pengobatan, jadwal
pengobatan, cara dan lama penggunaan Obat, efek samping, tanda-tanda toksisitas,
yaitu hipertensi, diabetes mellitus, kulit, diare dan kolesterol yang bertujuan agar
dilakukan secara mandiri atau bersama tim profesi kesehatan lainnya terdiri dari
dokter, perawat, ahli gizi, dan lain-lain. Puskesmas seberang padang belum
menerapka visit pasien rawat inap karena jumlah pasien sedikit adapun tujuan visit
pasien adalah :
16
b. Memberikan rekomendasi kepada dokter dalam pemilihan Obat dengan
Obat.
terapi pasien.
atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang digunakan pada manusia
untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi atau memodifikasi fungsi fisiologis
Pemantauan dan Evaluasi Penggunaan obat yang bertujuan untuk menemukan efek
samping obat sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal dan frekuensinya
jarang dan menentukan frekuensi dan insidensi efek samping Obat yang sudah sangat
meminimalkan efek samping yang bertujuan mendeteksi masalah yang terkait dengan
obat dan memberikan rekomendasi penyelesaian masalah yang terkait dengan Obat.
obat yang digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau (rasional) untuk
17
mendapatkan gambaran pola penggunaan obat pada kasus tertentu. Dan melakukan
evaluasi secara berkala untuk penggunaan obat tertentu. Setiap kegiatan pelayanan
apabila pasien menerima pengobatan sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dosis sesuai,
dalam waktu adequate dan dengan biaya yang terjangkau oleh masyarakat.
Penggunaan obat rasional dapat ditinjau dari tiga indikator utama yaitu peresepan,
Obat. Duplikasi pengobatan. Alergi, interaksi dan efek samping Obat, Kontra
apabila ada OTT untuk pulveres segera menanyakan ke dokter dan memberi saran
agar tidak terjadi interaksi obat, dengan tujuan pasien memperoleh obat sesuai
18
dengan kebutuhan klinis/pengobatan sehingga pasien memahami tujuan pengobatan
kecamatan sehat.
menyelenggarakan fungsi:
19
f. Melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas.
penyakit.
berwenang untuk:
dan preventif.
20
h. Melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan.
antara lain :
b. Dalam kondisi tertentu, pada 1 (satu) kecamatan dapat didirikan lebih dari
1 (satu) Puskesmas.
aksesibilitas.
2.4.1. Lokasi
a. Geografis;
c. Kontur tanah;
d. Fasilitas parkir;
e. Fasilitas keamanan;
21
g. Pengelolaan kesehatan lingkungan; dan
h. Kondisi lainnya
2.4.2 Bangunan
undangan;
2.4.3 Prasarana
b. Sistem pencahayaan;
c. Sistem sanitasi;
d. Sistem kelistrikan;
e. Sistem komunikasi;
22
j. Sistem transportasi vertikal untuk bangunan lebih dari 1 (satu) lantai;
l. Kendaraan ambulans.
c. Diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh institusi penguji dan pengkalibrasi
yang berwenang.
2.4.5 Ketenagaan
b. Dokter gigi;
c. Perawat;
d. Bidan;
i. Tenaga kefarmasian.
2.4.6 Kefarmasian
23
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar profesi,
Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di Puskesmas harus memiliki surat izin
Puskesmas harus dilaksanakan oleh Tenaga Kesehatan yang memiliki kompetensi dan
2.4.7 Laboratorium
Apoteker sebagai penanggung jawab, yang dapat dibantu oleh Tenaga Teknis
berdasarkan rasio kunjungan pasien, baik rawat inap maupun rawat jalan serta
24
Semua tenaga kefarmasian harus memiliki surat tanda registrasi dan surat izin
tahun dapat dilakukan penilaian kinerja tenaga kefarmasian yang disampaikan kepada
yang bersangkutan dan didokumentasikan secara rahasia. Hasil penilaian kinerja ini
Pendidikan dan pelatihan adalah salah suatu proses atau upaya peningkatan
optimal.
Tujuan Umum:
25
c. Terfasilitasinya program penelitian dan pengembangan bagi calon tenaga
Tujuan Khusus:
Kefarmasian.
berikut:
26
a. Setiap tenaga kefarmasian di Puskesmas mempunyai kesempatan yang
staf.
berkelanjutan terkait.
fungsi:
set meja dan kursi, serta 1 (satu) set komputer, jika memungkinkan. Ruang
27
penerimaan resep ditempatkan pada bagian paling depan dan mudah terlihat
oleh pasien.
terbatas meliputi rak Obat sesuai kebutuhan dan meja peracikan. Di ruang
pendingin, termometer ruangan, blanko salinan resep, etiket dan label Obat,
serta alat tulis secukupnya. Ruang ini diatur agar mendapatkan cahaya dan
d. Ruang konseling
Ruang konseling meliputi satu set meja dan kursi konseling, lemari
28
(lampiran), formulir catatan pengobatan pasien (lampiran), dan lemari arsip
f. Ruang arsip
dengan pengelolaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai dan Pelayanan
29
Puskesmas dapat dikategorikan berdasarkan karakteristik wilayah kerja dan
kemampuan penyelenggaraan.
30
c. Optimalisasi dan peningkatan kemampuan jaringan pelayanan Puskesmas dan
masyarakat perdesaan.
tenaga kesehatan;
aksesibilitas.
31
berorientasi kepada keselamatan pasien, dan standar prosedur operasional sesuai
Buat, Bandar Buat, Kec. Lubuk Kilangan, Kota Padang, Sumatera Barat Struktur
Instalasi Farmasi Puskesmas terdiri dari kepala Puskesmas oleh Ns. Hj. Linda Hasmi,
S. Kep, penanggung jawab apotek adalah Apt. Welli Nofiza, S. Farm sebagai
apoteker dan di bantu dua Tenaga Teknis Kefarmasian yaitu Widani Yulesphina dan
Ratna Juwita.
atau Penyaluran Sediaan Farmasi berupa obat harus memiliki seorang Apoteker
sebagai penanggung jawab. Apoteker sebagai penanggung jawab dan dapat dibantu
wajib dicatat oleh Tenaga Kefarmasian sesuai dengan tugas dan fungsinya.
perundang-undangan.
32
Pola struktur organisasi Puskesmas yang dapat dijadikan acuan di
yang membawahi:
33
e. Pelayanan kesehatan indera
f. Pelayanan persalinan
h. Pelayanan kefarmasian
i. Pelayanan laboratorium
a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
c. Bidan Desa
34
B. Puskesmas Kawasan Pedesaaan
yang membawahi:
35
d. Pelayanan kesehatan olahraga
f. Pelayanan persalinan
h. Pelayanan kefarmasian
i. Pelayanan laboratorium
a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
c. Bidan Desa
36
d. Jejaring fasilitas pelayanan kesehatan
Usaha.
a. Puskesmas Pembantu
b. Puskesmas Keliling
37
c. Bidan Desa
38
BAB III
Laporan Kegiatan
3.1 Perencanaan Kebutuhan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO) yang berasal
dari hasil rekapan obat di apotek, pustu, poli gigi, gizi, IGD, KIA, imunisasi, labor
dan sub unit Puskesmas, serta dari jumlah ketersediaan obat yang ada di gudang
Puskesmas.
untuk penggunaan tahun yang akan datang dengan rekapitulasi 18 bulan (12 bulan
dalam 1 tahun + 6 bulan sebagai buffer stock). Perencanaan obat diajukan ke IFK
Pengadaan obat dan bahan medis habis pakai di gudang obat Puskesmas Lubuk
Kilangan berdasarkan LPLPO Puskesmas yang telah dikirim ke IFK dan dilakukan
boleh kapan saja sesuai kebutuhan kecuali dinyatakan lain satu kali dalam 3 bulan,
39
3.3 Permintaan Sedian Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
(secara tiba-tiba) dapat dilakukan oleh gudang Puskesmas apabila terjadi obat
rusak, kadaluarsa atau kekosongan obat akibat peningkatan jumlah pasien atau
Lubuk Kilangan apabila terjadi obat rusak, kadaluarsa atau kekosongan obat
sediaan farmasi dengan memperhatikan nama, dosis, bentuk dan jumlah obat,
40
kemasan obat, nomor batch dan kadaluarsa obat yang dicocokkan dengan
SBBK.
tanda terima yang ditandatangani oleh petugas gudang obat Puskesmas Lubuk
Kilangan dan petugas apotek yang diketahui oleh Kepala Puskesmas Lubuk
apotek meliputi nama, dosis, bentuk sediaan, jumlah dan tanggal kadaluarsa
obat.
artinya sesuai dengan indikasi seperti vitamin pada rak penyimpanan dan
ditata secara rapi. Penyusunan obat tersebut menggunakan sistem FIFO (First
In First Out) dan FEFO (First Expire First Out), hal tersebut bertujuan untuk
disusun berdasarkan fast moving yaitu obat yang sering diresepkan yang
41
diletakkan di meja petugas, sedangkan sebagian lagi disimpan di lemari obat
FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) yang bertujuan
bunyinya hampir sama atau LASA (Look Alike Sound Alike) letaknya
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang dilakukan di
Gudang Obat Puskesmas Lubuk Kilangan sebagian sudah memenuhi syarat yang ada
(syrup, tablet, dll), penyimpanan obat secara FIFO (First In First Out) dan FEFO
(First Expired First Out) walaupun ada sebagian syarat belum di penuhi seperi
ruangan Gudang belum berukuran 3x4 m², sudut dinding dan lantai masih dibuat
tajam, dan belum adanya stiker LASA (Look Alike Sound Alike) dan HIGH ALERT.
Sedangkan penyimpan obat di apotek sudah cukup baik seperti penyimpan obat
secara kebutuhan konsumsi, bentuk sediaan, penyimpanan obat secara FIFO (First In
First Out) dan FEFO (First Expired First Out), sudah ada alat pendingin ruangan.
42
3.6 Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang ada di gudang obat
obat Puskesmas sebagai pengeluaran pada kartu stok obat dan buku
pengeluaran obat.
dokter dari masing-masing poli, yang diberikan kepada pasien langsung atau
a. Penerimaan resep
khusus penerimaan.
b. Skrining resep
kelengkapan resep seperti, tanggal resep, nama obat, dosis obat, bentuk
43
sediaan, jumlah obat dan signa obat, kemudian nama pasien, umur pasien,
alamat pasien dan status pelayanan. Jika ada keraguan saat membaca resep
Selanjutnya petugas apotek akan mengambil obat sesuai resep dan untuk
kemudian obat yang telah digerus dibagi sesuai dosis dan signa yang diminta
obat agar tidak terjadi kesalahan saat obat diberikan kepada pasien.
e. Penyerahan obat
nama pasien sesuai urutan resep. Saat penyerahan obat petugas apotek akan
menjelaskan cara pemakaian obat, kapan obat diminum, berapa kali obat
diminum dalam sehari, dan efek samping obat. Untuk obat antibiotik dan obat
golongan darah pasien, tinggi pasien, berat badan pasien dan nomor telepon
44
3.7 Pencatatan dan pelaporan
A. Pencatatan obat
c. Pencatatan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai masuk gudang obat
Puskesmas / SBBK.
d. Pencatatan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai keluar gudang obat
Puskesmas.
apotek puskesmas.
45
j. Pencatatan obat kadaluwarsa.
B. Pelaporan Obat
Identifikasi obat yang sudah rusak dan kadaluarsa dilakukan oleh petugas
gudang obat Puskesmas Lubuk Kilangan, apotek Puskesmas Lubuk Kilangan dan
seluruh sub unit pelayanan kesehatan lainnya. Kemudian obat yang rusak dan
kadaluwarsa tersebut dicatat jenis dan jumlahnya serta dikumpulkan di gudang obat
46
Puskesmas Lubuk Kilangan. Selanjutnya petugas gudang obat akan merekap dan
membuat laporan obat rusak atau kadaluarsa yang ditandatangani oleh kepala
Puskesmas kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Padang. Petugas gudang obat
yang sudah tersimpan di gudang selama minimal 3 tahun. Resep dikumpulkan dan
dihitung jumlahnya. Lalu resep lain ditimbang dan dicatat. Kemudian resep
dimusnahkan dengan cara proses pemusnahan resep (dibakar), yang disaksikan oleh
Kepala Puskesmas, petugas gudang obat Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Selanjutnya dibuat berita acara pemusnahan resep yang berisi tanggal, hari,
waktu pemusnahan resep, apoteker penanggung jawab, saksi-saksi, tahun resep yang
Berita acara dibuat 4 rangkap, 3 rangkap diserahkan ke Dinas Kesehatan Kota Padang
47
BAB IV
PEMBAHASAN
dilaksanakan mulai tanggal7 mei sampai 18 juni 2021. Kegiatan PKF meliputi
penanganan obat rusak dan kadaluarsa, dan pemusnahan resep) serta pelayanan
kefarmasian.
merupakan proses untuk menentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi dalam rangka
Lubuk Kilangan Kota Padang yaitu berdasarkan Laporan Pemakaian dan Lembar
Permintaan Obat (LPLPO) yang berasal dari hasil rekapan obat di apotek, Pustu,
IGD, gizi, KIA dan sub unit Puskesmas, serta dari jumlah ketersediaan obat yang ada
di gudang puskesmas. Kemudian ditentukan jenis dan jumlah sediaan farmasi yang
48
dibutuhkan dan dikirim ke IFK (Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota) dan BLUD
satu kali setahun berdasarkan pola penyakit, pola konsumsi pasien dengan
sebagai buffer stock) . Jadi perencanaan yang dilakukan di Gudang Obat Puskesmas
Lubuk Kilangan sudah sesuai dengan teori yang terdapat dalam Permenkes No. 74
tahun 2016.
Pelayanan Kesehatan. Pengadaan obat dan bahan medis habis pakai di gudang obat
Instalasi Farmasi Kota (IFK) Padang dan dilakukan satu kali dalam sebulan, yang
bertujuan untuk memenuhi permintaan di semua unit pelayanan. Jadi pengadaan yang
permenkes No. 74 tahun 2016 seperti pengadaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai
dibuat.
kepada IFK dilakukan boleh kapan saja kecuali dinyatakan lain yaitu sekali 3 bulan.
Kemudian IFK dan BLUD akan mengirimkan obat berdasarkan LPLPO tersebut.
49
Permintaan insidentil (secara tiba-tiba) dapat dilakukan oleh gudang Puskesmas
apabila terjadi obat rusak, kadaluarsa atau kekosongan obat akibat peningkatan
jumlah pasien atau penyakit tertentu sedangkan obat tersebut sangat dibutuhkan.
Obat Puskesmas Lubuk Kilangan berdasarkan LPLPO apotek, yang dilakukan satu
kali sebulan. Permintaan insidentil (secara tiba-tiba) dapat dilakukan oleh apotek
Puskesmas apabila terjadi obat rusak, kadaluarsa atau kekosongan obat akibat
peningkatan jumlah pasien atau penyakit tertentu sedangkan obat tersebut sangat
dibutuhkan.
Jadi permintaan pada gudang obat dan apotek Puskesmas Lubuk Kilangan telah
berdasarkan LPLPO.
Penerimaan Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan dengan
cara pengecekan terhadap kemasan, jenis dan jumlah sediaan farmasi, sesuai dengan
Lubuk Kilangan dengan membawa Surat Bukti Barang Keluar (SBBK) berdasarkan
dari LPLPO yang kemudian diserahkan kepada petugas gudang obat Puskesmas.
dengan memperhatikan nama, dosis, bentuk dan jumlah obat, kemasan obat, nomor
50
Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan menerima obat dari gudang obat
Puskesmas Lubuk Kilangan berdasarkan LPLPO. Kemudian dicatat pada buku tanda
terima yang ditandatangani oleh petugas gudang obat Puskesmas Lubuk Kilangan dan
petugas apotek yang diketahui oleh Kepala Puskesmas Lubuk Kilangan. Obat yang
diterima dilakukan pengecekan kembali oleh petugas apotek meliputi nama, dosis,
Penerimaan obat dan bahan medis habis pakai yang dilakukan di Gudang obat
Puskesmas Lubuk Kilangan sudah sesuai dengan yang ada diteori yaitu barang yang
terhadap obat dan bahan medis habis pakai tersebut. Sedangkan di apotek Puskesmas
Lubuk Kilangan juga sudah sesuai dengan yang dilakukan di Gudang obat Puskesmas
Lubuk Kilangan.
dari kerusakan fisik maupun kimia dan mutunya tetap terjamin, sesuai dengan
Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai di gudang obat Puskesmas
Lubuk Kilangan disusun secara farmakologis atau indikasi (vitamin) dan bentuk
sediaan pada rak penyimpanan dan ditata secara rapi. Penyusunan obat tersebut
menggunakan sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expire First Out),
hal tersebut bertujuan untuk menghindari adanya obat kadaluarsa. Gudang obat
51
Penyimpanan obat di apotek Puskesmas Lubuk Kilangan sebagian disusun
berdasarkan fast moving yaitu obat yang sering diresepkan yang diletakkan di meja
petugas, sedangkan sebagian lagi disimpan di lemari obat dan disusun serta
berdasarkan jenis sediaan. Penyusunan obat berdasarkan sistem FIFO (First In First
Out) dan FEFO (First Expired First Out) yang bertujuan untuk menghindari adanya
obat kadaluarsa. Obat-obat yang nama dan bunyinya hampir sama atau LASA (Look
Alike Sound Alike) diberi jarak dengan minimal 2 obat lain. Obat-obat yang
mempunyai resiko tinggi belum diberi label HIGH ALERT (seperti Metformin,
Glimepirid) dan LASA. Di apotek sudah tersedianya lemari pendingin untuk obat-
Penyimpanan sediaan farmasi dan bahan medis habis pakai yang dilakukan di
Gudang Obat Puskesmas Lubuk Kilangan sebagian sudah memenuhi syarat yang ada
obat secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) walaupun
ada sebagian syarat belum di penuhi seperi ruangan Gudang belum berukuran 3x4 m²,
sudut dinding dan lantai masih dibuat tajam, penyimpanan obat untuk obat-obat lasa
sudah di sediakan lengkapdengan stiker LASA (Look Alike Sound Alike) dan HIGH
ALERT. Sedangkan penyimpan obat di apotek sudah cukup baik seperti penyimpan
obat secara farmakologi, obat yang sering digunakan, bentuk sediaan, penyimpanan
obat secara FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out), sudah ada
52
Pendistribusian bertujuan untuk memenuhi kebutuhan Sediaan Farmasi di sub
unit pelayanan kesehatan di Puskesmas dengan jenis, mutu, jumlah dan waktu yang
tepat. Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang ada di gudang obat
dari masing-masing unit. Obat yang didistribusikan dicatat oleh petugas gudang obat
Puskesmas sebagai pengeluaran pada kartu stok obat dan buku pengeluaran obat.
Obat yang didistribusikan dari apotek dilakukan berdasarkan resep dokter dari
masing-masing poli, yang diberikan kepada pasien langsung atau pun kepada
keluarga pasien.
1. Penerimaan resep
meletakannya di dalam wadah khusus resep pada jendela khusus penerimaan, dan
2. Skrining resep
Setelah resep diterima maka petugas apotek akan memeriksa kelengkapan resep
seperti, tanggal resep, nama obat, dosis obat, bentuk sediaan, jumlah obat dan signa
obat, kemudian nama pasien, umur pasien, alamat pasien dan status pelayanan. Jika
ada keraguan saat membaca resep maka petugas akan menanyakan lagi kepada dokter
yang bersangkutan.
53
3. Pengambilan dan peracikan obat
Selanjutnya petugas apotek akan mengambil obat sesuai resep dan untuk resep
puyer/pulveres dilakukan peracikan obat dengan cara menggerus obat, kemudian obat
yang telah digerus dibagi sesuai dosis yang diminta dan di bungkus dengan
perkamen.
Setelah semua obat disiapkan maka petugas apotek akan membuatkan etiket
berdasarkan resep yang di terima. Lakukan pemeriksaan akhir terhadap obat agar
5. Penyerahan obat
Setelah pemeriksaan akhir selesai maka petugas apotek akan memanggil nama
pasien sesuai urutan. Saat penyerahan obat petugas apotek akan menjelaskan cara
pemakaian obat, kapan obat diminum, berapa kali obat diminum dalam sehari, dan
efek samping obat. Untuk obat antibiotik dan obat yang pemakaiannya khusus, saat
pelayanan informasi obat (PIO) petugas apotek menanyakan identitas pasien seperti
pekerjaan pasien, alamat pasien, golongan darah pasien, tinggi pasien, berat badan
pasien dan nomor telepon pasien yang berguna untuk pembuatan laporan PIO.
Pendistribusian Sediaan Farmasi dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
dilakukan di Gudang Obat Puskesmas Lubuk Kilangan sudah sesuai dengan teori
yang ada seperti pendistribusian obat dari gudang sesuai dengan kebutuhan (Floor
54
stock) masing-masing unit ruangan. Pada Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan
pendistribusian sedian farmasi sudah sesuai dengan teori yang ada dari penerimaan
resep, skrining resep, pengambilan dan peracikan obat, penyerahan obat sampai
penatalaksanaan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai secara tertib, baik obat maupun
Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan digunakan di
c. Pencatatan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai masuk gudang obat
Puskesmas / SBBK.
d. Pencatatan Obat dan Bahan Medis Habis Pakai keluar gudang obat
Puskesmas.
puskesmas.
55
d. Pencatatan pelayanan informasi obat (PIO) di apotek puskesmas.
56
Laporan bulanan pelayanan kefarmasian di apotek puskesmas. Laporan
Pencatatatan dan Pelaporan di Gudang Obat dan Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan
sudah sangat sesuai dengan yang ada diteori seperti pencatatan semua Obat dan
Bahan Medis Habis Pakai yang diterima, disimpan, didistribusikan dan yang
digunakan.
Identifikasi obat yang sudah rusak dan kadaluarsa dilakukan oleh petugas
gudang obat Puskesmas Lubuk Kilangan, apotek Puskesmas Lubuk Kilangan dan
seluruh sub unit pelayanan kesehatan lainnya. Kemudian obat yang rusak dan
kadaluwarsa tersebut dicatat jenis dan jumlahnya dan dikumpulkan di gudang obat
Puskesmas Lubuk Kilangan. Selanjutnya petugas gudang obat akan merekap dan
membuat laporan obat rusak atau kadaluarsa yang ditandatangani oleh kepala
Puskesmas kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Padang setiap bulannya. Petugas
Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan sudah sesuai dengan teori yang ada. Pertama
memisahkan, membuat laporan, kemudian dikirim ke Dinas Kesehatan Kota Padang dan
yang sudah tersimpan di gudang selama minimal 3 tahun. Resep dikumpulkan dan
dihitung jumlahnya. Lalu resep lain ditimbang dan dicatat. Kemudian resep
57
dimusnahkan dengan cara proses pemusnahan resep (dibakar), yang disaksikan oleh
Kepala Puskesmas, petugas gudang obat Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Selanjutnya dibuat berita acara pemusnahan resep yang berisi tanggal, hari,
waktu pemusnahan resep, apoteker penanggung jawab, saksi-saksi, tahun resep yang
dimusnahkan, jumlah lembar resep narkotik, berat resep keseluruhan dan tempat
Dinas Kesehatan Kota Padang dan satu rangkap sebagai arsip di Puskesmas Lubuk
Kilangan.
yang ada diteori seperti pemusnahan dilakukan apoteker, ada 2 orang saksi, resep
dimusnahkan dengan cara dibakar, resep narkotik dihitung lembaranya, resep lain
58
BAB V
KESIMPULAN
Kesimpulan
3. Untuk pengelolaan sediaan farmasi pada bagian penyimpanan obat sudah ada
tidak berdasarkan alphabet dan untuk obat LASA dan HIGHT ALERT audah
di sediakanya dan sudah ada log/stiker untuk obat LASA dan HIGT
59
BAB VI
SARAN
Saran
pengambilan obat .
60
DAFTAR PUSTAKA
61
LAMPIRAN
Gudang Farmasi
Kesehatan LPLPO + OBAT
LP LPO
Gudang Obat
Puskesmas
Keterangan :
62
Lampiran 2 : Alur Pelayanan Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan
Resep
Note :
63
Lampiran 3 : Penyimpanan Obat
64
Gambar 3 dan 4. Penyimpanan Bahan Medis Habis Pakai (BMHP) di gudang farmasi
65
Gambar 5. Penyimpanan obat di rak Apotek
66
Gambar 6. Penyimpanan obat berdasarkan bentuk sediaan (Tablet)
67
Gambar 7. Penyimpanan berdasarkan bentuk sediaan (Syrup)
68
Gambar 10. Etiket sediaan obat tablet
69
70
Gambar 11. Laporan pemakaian dan lembar permintaan obat
71
Gambar 12.laporan buku ssbk
Lampiran 6: Kartu
72
Gambar 14. Kartu stok obat
73
74
Gambar 17. Pelayanan kefarmasian di sertai dengan pio kepada pasien di
puskermaslubuk kilangan
75
76
Gambar 18.poses peracikan obat dalam bentuk pulvis
77
Gambar 17. Apotek Puskesmas Lubuk Kilangan Gambar 16 dan 17. Staf Farmasi dan
Mahasiswa
78
79