Anda di halaman 1dari 15

DOI: 10.24114/jg.v12i02.

16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

PEMULIHAN PASCA BENCANA GEMPA BUMI DI LOMBOK UTARA PADA


TAHUN 2018

Heru Kusuma Bakti1, Achmad Nurmandi2 1 ,2Magister Ilmu Pemerintahan


Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Brawijaya, Geblagan, Tamantirto,
Kec. Kasihan, Bantul, DIY, 55183, Indonesia e-mail: herukusuma3@gmail.com

Diterima: 21 Februari 2020, Direvisi: 04 April 2020, Disetujui: 22 Juni 2020

Abstrak
Guncangan gempa bumi berkekuatan 7.0 SR yang terjadi di Provinsi NTB khususnya
Lombok Utara pada tahun 2018 yang lalu telah berdampak kepada kondisi berbagai aspek
kehidupan masyarakat dan pemerintah di Kabupaten Lombok Utara, untuk itu tentu
pemerintah daerah punya tanggung jawab yang lebih besar untuk melakukan pemulihan
pasca terjadinya bencana hal tersebut juga tertuang dalam Undang-undang No 24
Tahun 2007, penelitian ini bertujuan untuk melihat upaya pemulihan yang dilakukan
oleh pemerintah daerah melalui proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi. Penelitian ini
bersifat deskriptif dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan di olah dengan
aplikasi Nvivo 12 Plus. Hasil menunjukan bahwa upaya yang dilakukan oleh pemerintah
daerah adalah dengan melakukan Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang telah ditetapkan
melalui 5 aspek utama yaitu Sektor Sosial, Ekonomi, Infrastruktur, Pemukiman serta
Lintas Sektor. Akan tetapi dalam proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi yang dilakukan
oleh Pemerintah Daerah banyak menimbulkan persoalan di masyarakat khususnya di
Sektor Pemukiman, rumitnya proses birokrasi menimbulkan lambatnya pemulihan sektor
pemukiman, ketidak puasan masyarakat dalam pendataan kategori rusak ringan, sedang
maupun rusak berat yang dilakukan oleh pemerintah daerah serta kurangnya keterlibatan
masyarakat dalam proses pemulihan juga merupakan permasalahan yang terjadi pada
proses Rehabilitasi dan Rekonstruksi.

Kata kunci: Bencana, Gempa Bumi, Pemulihan Bencana, rehabilitasi dan rekonstruksi

Abstract
Shock earthquake with a magnitude of 7.0 that occurred in NTB Province, especially
North Lombok in 2018, has had an impact on the conditions of various aspects of
community and government life in North Lombok. Therefore, local governments have a
greater responsibility to carry out recovery after the occurrence disaster, this study aims
to look at the recovery efforts undertaken by the local government through the
Rehabilitation and Reconstruction process. This research is descriptive in nature using a
qualitative research method and treated with the application of Nvivo 12 Plus. The
results show that the efforts made by the local government are to carry out the
Rehabilitation and Reconstruction that have been determined through 5 main aspects
namely the Social, Economic, Infrastructure, Settlement and Cross-Sector . However, in
the process of Rehabilitation and Reconstruction carried out by the Regional
Government, many problems in the community, especially in the Settlement Sector, the
complexity of the bureaucratic process caused slow recovery of the residential sector,
community dissatisfaction in the data collection categories of minor, moderate and severe
damage carried out by the local government as well the lack of community involvement
in the recovery process is also a problem in the Rehabilitation and Reconstruction
process.

Keywords: Disasters, Earthquakes, Disaster Recovery, rehabilitation and reconstruction

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 137


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

PENDAHULUAN ancaman tinggi terhadap gempa bumi. Hal


Secara geografis, Indonesia ini juga didukung oleh kondisi struktur
termasuk sebagai wilayah yang rawan geologi Pulau Lombok. Daerah Kabupaten
terhadap berbagai kejadian bencana alam, Lombok Utara, meskipun tidak berada
yang dapat menimbulkan ancaman bagi langsung di zona tumbukan lempeng besar
masyarakat Indonesia yg disebabkan oleh seperti di Lombok bagian Selatan, tapi
baik faktor alam dan faktor manusia tumbukan pada lempeng besar tersebut juga
(perbuatan manusia). Salah satu bencana akan bisa memicu getaran pada daerah Back
yang sering terjadi di Indonesia adalah Arc (Busur Belakang) dimana lokasi
Gempa Bumi seperti yang terjadi di Kabupaten Lombok Utara menurut tatanan
Lombok Nusa Tenggara Barat pada tahun tektoniknya. Berikut data sebaran gempa
2018 yang lalu. Bencana yang terjadi di Lombok pada Juli 2018 lalu.
Indonesia khususnya Lombok telah
menimbulkan keperihatinan semua
lapisan Masyarakat terkhususnya
pemerintah yang mempunyai peran
penting dalam pencegahan ataupun
penanganan setelah terjadinya bencana.
Sejak satu tahun berlalu gempa
berkekuatan 7.0 SR yang melanda Nusa
Tenggara Barat khususnya di Kabupaaten
Lombok Utara pada tanggal 5 Juli 2018
masih menyisakan duka mendalam bagi
masyarakat Lombok Utara, sebagian
masyarakat masih tinggal di rumah
sementara karena masih trauma dan
sampai saat ini gempa kecil pun masih
sering terjadi. Kepulauan Nusa Tenggara
Barat khususnya Lombok secara tektonik
memang kawasan seismik aktif. Lombok
menjadi wilayah yang rawan terhadap Gambar 1. Peta Sebaran Pusat Gempa
potensi diguncang bencana Gempa Bumi Lombok pada Bulan Juli sampai dengan
karena Lombok terletak diantara 13 September 2018
pembangkit gempa dari selatan dan utara. Dampak dari gempa di Lombok
Sebelah selatan terdapat zona subduksi Utara menyebabkan sebanyak 537 jiwa
lempeng Indo-Australia yang menunjam meninggal dunia, 101.735 jiwa mengungsi,
kebawah Pulau Lombok, dari sebelah hampir 76 ribu bangunan rumah
utara terdapat struktur geologi Sesar Naik mengalami rusak berat, rusak sedang
Flores, yang jalurnya memanjang dari laut maupun rusak ringan, selain itu, berbagai
Bali ke timur hingga Flores, dari pada fasilitas ekonomi (pasar, pertokoan,
ituPulau Lombok memang rawan gempa perhotelan dan akomodasi lainnya),
jalur Sesar naik Flores(Tim Seismologi fasilitas umum dan sosial, kantor
Teknik BMKG, 2018). Sejalan dengan pemerintahan, sarana dan prasarana
Lewerissa dalam Wekke menjelaskan transportasi, komunikasi, air bersih serta
bahwa Gempa bumi yang menghantam layanan publik lainnya terganggu.
Pulau Lombok disebabkan oleh lempeng
tektonik Australia yang bergerak ke barat
laut sampai ke utara (Wekke et al., 2019).
Semua Desa di Kabupaten Lombok
Utara termasuk dalam kategori memiliki

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 138


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167
Tabel 1. Rekapitulasi Penilaian Kerusakan dan Kerugian

Nilai Kerusakan Nilai Kerugian Total Kerusakan


No Sektor dan Kerugian
(Rp) (Rp)
(Rp)
1 Pemukiman 3,505,485,200,000 3,731,409,800,000 7,236,895,000,000
2 Infrastruktur 303,676,794,062 15,943,406,000 319,620,200,062
3 Sosial 1,160,633,995,036 169,893,013,566 1,330,527,008,602
4 Ekonomi 274,310,973,839 428,718,820,000 703,029,793,839
5 Lintas Sektor 235,104,235,250 166,009,017,698 401,113,252,948
TOTAL 5,479,211,198,187 4,511,974,057,264 9,991,185,255,451
Sumber: Dokumen Rencana Aksi Rehab Rekon Pasca Gempa Lombok Utara 2018

Dari tabel di atas angka kerusakan tanggung jawab untuk melakukan


dan kerugian yang di alami oleh pemerintah rehabilitasi dan rekonstruksi berupa
daerah mencapai 10 Triliun, sebagai perbaikan dan pemulihan dari berbagai
Kabupaten baru pemerintah daerah aspek yang terdampak. Dengan demikian
tentunya membutuhkan dukungan dari baik Pemerintah Pusat dan Daerah
semua pihak, dan dari tabel tersebut sektor mempunyai tanggung jawab yang lebih
pemukiman menjadi kerugian terbesar bagi besar terhadap pemulihan pasca bencana.
pemerintah daerah. Dengan angka Pemulihan pasca bencana menjadi
kebutuhan Rehabilitasi dan Rekonstruksi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan
mencapai 6 Triliun, dengan komposisi dengan manajemen kebencanaan yang ada
rencana pendanaan dari APBN sebesar di Indonesia. Manajemen bencana gempa
51,04,51% yang terdiri dari DSP BNPB, bumi terdiri dari dua kegiatan (1) Pra
Anggaran Kementerian/Lembaga dan bencana dan (2) Pasca bencana. Kegiatan
Usulan Hibah RR. Dana berasal dari sumber pasca bencana, mencakup, antara lain,
lainnya yaitu dana masyarakat dan dunia respons bencana / tanggap darurat, serta
usaha sebesar 21,11%, berasal APBD pemulihan bencana. Kegiatan pra bencana
Kabupaten Lombok Utara sebesar 3,44% meliputi kesiapsiagaan, pendidikan
dan dari APBD Provinsi NTB sebesar 0,35%. kesadaran risiko, pelatihan, perencanaan
Dalam Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tata ruang, dan desain struktur tahan
tentang penangulangan bencana juga telah bencana (Kholil et al., 2019).
mengamanatkan pemerintah baik itu (Army, 2015) berpendapat proses
pemerintah pusat maupun pemerintah pemulihan telah menjadi salah satu
daerah sebagai penyelenggara utama yang langkah penting yang harus
bertanggung jawab terhadap pelaksanaan diimplementasikan setelah bencana terjadi
kegiatan pemulihan pasca bencana (Daswati senada dengan (Ziqiang Han, 2017)
et al., 2019). Peraturan Pemerintah Nomor pemulihan bencana dapat
21 Tahun 2008 juga menyebutkan bahwa dikonseptualisasikan sebagai proses
diferensial memulihkan, membangun
penanggung jawab dalam kembali, dan membentuk kembali
penyelenggaraan penanggulangan lingkungan fisik, sosial ekonomi dan alam
bencana adalah Pemerintah Pusat dan melalui perencanaan dan tindakan pasca
Daerah sebab Pemerintah memiliki terjadinya bencana, pemulihan bencana
wewenang untuk melaksanakan bisa menjadi peluang untuk pemerintah
Penanggulangan bencana mulai dari dalam membangun daerah agar lebih baik
prabencana, saat tanggap darurat, hingga dan dapat bertahan pada resiko bencana
pascabencana. Dalam penanggulangan yang lebih besar pada waktu mendatang.
pasca bencana yang disebutkan pada pasal 1 Proses pemulihan tersebut disebut sebagai
ayat 10 bahwa pemerintah memiliki fase Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 139


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Fase rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana masih dilakukan oleh


biasanya merupakan perbaikan pemerintah Lombok Utara dan tentu tidak
infrastruktur dan fasilitas untuk cukup sampai 1 atau 2 tahun kedepan
memulihkan fungsi sosial dan ekonomi untuk mengembalikan fungsi
daerah yang terkena bencana sedangkan penghidupan masyarakat seperti sebelum
fase rekonstruksi muncul sebagai restorasi terjadinya bencana dan dari pada itu
jangka panjang yang tidak hanya mencakup penulis akan membahas tentang upaya
perbaikan fisik masyarakat yang terkena pemulihan yang dilakukan oleh
dampak tetapi juga kebangkitan mata pemerintah Lombok Utara pasca bencana
pencaharian, ekonomi, industri, budaya, gempa bumi yang terjadi di NTB pada
tradisi, dan lingkungan (Ong, Jamero 2016). tahun lalu khususnya di Lombok Utara di
Proses pemulihan pasca bencana tentu berbagai sektor seperti Pemukiman,
membutuhkan waktu beberapa minggu Infrastruktur, Ekonomi, Sosial, dan Lintas
hingga lebih dari satu tahun, tergantung Sektor.
pada tingkat kerusakan dan infrastruktur
yang akan diperbaiki. Phillips dalam (Sagala METODE PENELITIAN
& Lutfiana, 2015) mengatakan pada fase Penelitian ini mengkaji tentang
pemulihan pasca bencana pembangunan pemulihan pasca gempa yang terjadi di
kembali dari berbagai aspek lebih Nusa Tenggara Barat khususnya di
menitikberatkan pada pembangunan jangka Lombok Utara pada tahun 2018 yang lalu,
panjang, pemulihan pasca bencana melputi penelitian ini menggunakan pendekatan
beberaapa aspek yang menjadi fokus metode deskriftif kualitatif, data primer
pemerintah yaitu Sektor Perumahan, yang digunakan oleh peneliti ialah
Ekonomi, Lingkungan Infrastruktur, Sosial dokumen perencanaan rehabilitasi dan
Psikologis dan Pelayanan Publik. (Horney et rekonstruksi yang telah di tetapkan oleh
al., 2018) berpendapat pemulihan bencana pemerintah daerah dan data sekunder di
yang baik harus mendukung peningkatan ambil dari berita online terkait rehabilitasi
dalam perencanaan mitigasi, kesiapan, dan dan rekonstruksi pasca gempa Lombok
pengembangan yang akan berkontribusi Utara yang bisa di pertanggung jawabkan
pada peningkatan ketahanan bencana di tingkat keakuratannya, dan data tersebut
masa depan. Untuk itu pemerintah tidak di olah dengan menggunakan aplikasi
hanya memberikan pelayanan kepada Nvivo 12 Plus setalah di lakukan
masyarakat akan tetapi mempersiapkan pengcodingan langkah yang dilakukan
resioko bencana yang akan datang dengan selanjutnya adalah dengan menggunakan
melihat perencanaan mitigasi, kesiapan dan crostab untuk melihat upaya-upaya yang
sebagainya, apalagi Lombok masih dilakukan oleh Pemerintah Daerah dalam
mempunyai resiko bencana Gempa besar proses rehabilitasi dan rekonstruksi.
yang akan datang. United Nations
Development Programme (UNDP) pada HASIL DAN PEMBAHASAN
artikelnya juga menjelaskan bahwa proses Pemulihan Pasca Bencana Gempa Bumi
pemulihan pasca terjadinya bencana Lombok Utara Tahun 2018
mencakup 4 bidang yang harus terpenuhi Pada bab ini peneliti akan
dengan berfokus pada : (1) Pemulihan menyajikan hasil serta pembahasan terkait
sektor ekonomi, (2) Sektor pelayanan publik pemulihan pasca bencana dalam hal ini
seperti pendidikan, kesehatandan serta proses rehabilitasi dan rekonstruksi yang
pelayanan publik lainnya (3) Perumahan telah di olah dari aplikasi Nvivo 12 Plus,
yang terdampak bencana, (4) Sektor hasil menunjukkan bahwa dalam proses
infrastruktur (UNDP, 2015). Sampai pada pemulihan rehabilitasi dan rekonstruksi
saat ini kegiatan pemulihan yang dilakukan oleh pemerintah Lombok
Utara ditatapkan melalui Sektor Sosial,
Ekonomi, Pemukiman, Infrastruktur serta

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 140


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Lintas Sektor dan di berbagai sektor diarahkan untuk mencapai tujuan


tersebut telah di tetapkan melalui sub pembangunannya dan meningkatnya
bidang masing-masing yang telah di kondisi ekonomi masyarakat lokal dan
rencanakan melalui proses penilaian daerah yang lebih baik, lebih aman dan
kerusakan dan kerugian, atau penilaian lebih berkelanjutan dalam jangka panjang
dan perhitungan pascabencana untuk itu pemerintah Lombok utara harus
(JITUPASNA) yang menghasilkan memulihkan sektor ekonomi berbasis
estimasi kerusakan dan kerugian yang ketahanan untk keberlanjutan masyarakat.
dihitung untuk 5 (lima) sektor utama Pada pemulihan pasca bencana Lombok
tersebut. pemerintah telah menetapkan rencana aksi
dalam proses Rehabilitasi dan
Rekonstruksi yang meliputi Sektor
Pemukiman, Sosial, Infrastruktur, Ekonomi,
serta Lintas Sektor sesuai dengan peraturan
yang telah ditetapkan oleh baik BNPB
maupun pemerintah pusat, dibeberapa
daerah juga telah dilakukan hal serupa
untuk melakukan rencana aksi dalam proses
rehabilitasi dan rekonstruksi. (Coffey, 2017)
pada kasus pasca bencana letusan gunung
Merapi dan
Sinabung pemerintah juga telah
menetapkan untuk melakukan proses
Rehabilitasi dan Rekonstruksi melalui
Gambar 2. Pemerintah Daerah dalam
berbagai sektor di antaranya Sektor
Pemulihan berbagai Sektor
Pemukiman, Sosial, Infrastruktur, Ekonomi,
serta Lintas Sektor. Pada kasus pasca
Meskipun saat ini sektor bencana letusan merapi pemulihan awal
pemukiman dan sosial menjadi prioritas
yang dilakukan oleh pemerintah setempat
utama dalam pemulihan pasca bencana
meliputi memulihkan fungsi dan layanan
tetapi dari grafik di atas menjelaskan
dasar pemerintah, infrastruktur, serta
bahwa sektor ekonomi lebih dominan
kehidupan sosial, ekonomi, dan
dikarenakan dalam pengolahan data di
budaya masyarakat dengan cara
Nvivo lebih banyak berbicara terkait
memulihkan lembaga-lembaga sosial
dengan program yang di upayakan
masyarakat yang terkena dampak yang
pemerintah bersama lembaga pemerintah
vital untuk proses pemulihan (rehabilitasi
lain dan swasta untuk memperbaiki
dan rekonstruksi) jangka panjang.
kondisi ekonomi masyarakat terdampak,
Memberikan stimulus untuk pemulihan
sebab sektor ekonomi merupakan bidang
mata pencaharian ekonomi dan
yang terpenting untuk penghidupan
pendapatan. Tak hanya itu penelitian
masyarakat yang akan datang. Menurut
(Kurnia, 2017) tentang pelaksanaan
(Hadi, 2019) dari pengalaman pemulihan
kebijakan rehab rekon perumahan pasca
ekonomi pascabencana sebelumnya dari
gempa 30 september 2009 di Sumatra
beberapa bencana lain yang telah
Barat pemerintah menetapkan rencana
dilakukan, khususnya setelah gempa
aksi pemulihan pasca bencana meliputi
Yogyakarta dan letusan Gunung Merapi,
pada kegiatan 4 sektor yaitu: Sektor
bahwa proses dan tahapan pemulihan
Perumahan, Infrastruktur, gedung
ekonomi membutuhkan waktu yang
pemerintahan, Sosial, Ekonomi produktif.
relatif lebih lama dibandingkan dengan
Berikut peneliti akan menjelaskan hasil
pemulihan bidang lain, sehingga target
temuan dari masing-masing sektor.
pemulihan yang tidak hanya pulih ke
kondisi awal dapat tercapai, tetapi lebih

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 141


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Pemulihan Sektor sosial sekolah, pemerintah pusat melalui


Sektor sosial merupakan sektor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
yang terkena dampak terbesar setelah menyiapkan dana bantuan pendidikan Rp
pemukiman, kebutuhan pemulihan 229 miliar untuk mendukung pemulihan
terbesar pada sektor sosial terdapat pada sarana pendukung kegiatan belajar dan
sarana keagamaan 67,32%, Pendidikan mengajar pascagempa Lombok khusunya di
sebesar 19,42%, Fasilitas kesehatan 11,71% Lombok Utara sebelumnya pemerintah telah
dan sarana seni budaya sebesar 1,56%. menyediakan tenda darurat untk belajar
Kerusakan pada sektor sosial di bidang mengajar di sekolah, sampai saat ini Dinas
pendidikan telah menyebabkan siswa Dikpora Lombok Utara mengklaim
tidak dapat bersekolah untuk beberapa pembangunan gedung sekolah mencapai 70
minggu yang diakibatkan gedung sekolah % dan sisanya masih dalam tahap
hancur pasca gempa, Pelayanan kesehatan pengerjaan, untuk mengurangi resiko
yang menurun, dan masyarakat tidak bencana kedepannya pemerintah daerah
dapat melakukan ibadah di tempat- haruslah mendesain rekonstruksi gedung
tempat ibadah. , Pemulihan di sektor sekolah berbasis tahan terhadap gempa.
sosial dilakukan di beberapa sub-sektor di Di bidang Kesehatan hampir seluruh
bidang pendidikan, kesehatan, agama dan puskesmas dan pustu hancur akibat dari
budaya. bencana Gempa Bumi, tentu masyarakat
membutuhkan pelayanan kesehatan yang
baik pasca terjadinya bencana , pemulihan
yang dilakukan oleh pemerintah daerah
pada awal masa pemulihan adalah
pendirian puskesmas darurat atau
sementara untuk memberikan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat yang terdampak
bencana, saat ini pemerintah telah mulai
membangun puskesmas melalui
kementerian kesehatan pemerintah memberi
bantuan dana kepada pemerintah daerah,
pembangunan yang di prioritaskan pertama
adalah RSUD Lombok Utara dikarenakan
Gambar 3. Pemulihan Sektor Sosial
bangunan yang sudah tak layak pakai akibat
bencana gempa, pemerintah juga mendapat
Dari figure hasil Nvivo 12 di atas
dukungan dari berbagai pihak non
pemulihan sektor sosial dilakukan melalui
pemerintah atau lembaga swasta dalam
sub bidang bidang pendidikan dan
pembangunan fasilitas kesehatan seperti
kesehatan, pada bidang pendidikan hampir
pustu, tidak hanya dari pembangunan fisik
seluruh fasilitas pendidikan di Lombok
saja akan tetapi memberikan pelayanan
Utara hancur mulai dari SD, SMP dan SMA
trauma healing kepada masyarakat terutama
serta setingkat lainnya, akibatnya banyak
kepada anak-anak dengan tujuan
siswa yang tidak bisa belajar disekolahnya
memulihkan kondisi psikologis atau trauma
masing-masing, mereka menggunakan
pasca terjadinya bencana gempa bumi. Pada
tenda-tenda darurat untuk mengikuti proses
aspek keagamaan juga dampak kerusakan
belajar mengajar. Upaya pemulihan awal
yang tidak akibat dari bencana gempa bumi,
yang dilakukan oleh pemerintah adalah
untuk membangun kembali fasilitas ibadah
membuat tenda-tenda darurat atau sekolah
masyarakat pemerintah bekerjasama dengan
sementara untuk proses belajar menajar.
berbagai lembaga non pemerintah untuk
Pemerintah juga melibatkan lembaga atau
membangun fasilitas
arganisasi lain dalam merekonstruksi
gedung

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 142


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

ibadah baik semi permanan ataupun sarana dan prasarana dari pariwisata yang
permanen. Pemerintah telah membangun rusak dll menyebabkan terjadinya
gedung sekolah dengan skema tahan pertumbuhan ekonomi yang tidak stabil
terhadap gempa, membangun sekolah bagi pemerintah dan masyarakat. Upaya
yang tahan terhadap gempa dapat pemulihan yang dilakukan oleh
dianggap sebagai langkah pertama untuk pemerintah di bidang Sektor Ekonomi
membuat sekolah tangguh dalam meliputi berbagai sub bidang di antaranya
menghadaapi gempa yang akan datang UMKM, pertanian dan perkebunan,
(Baytiyeh, 2019). Belajar dari gempa di perikanan dan peternakan, perdagangan,
cina Sebelum membangun gedung serta pariwisata seperti yang terlihat pada
dilakukan survei geologis terlebih dahulu Gambar berikut.
untuk mengidentifikasi topografi, geologi,
dan kemudian membangun bangunan di
daerah di mana bangunan tahan gempa
serta diusahakan untuk menghindari
lokasi bangunan yang aseismik. Perlu
dicatat bahwa dalam hal apa pun, sekolah
tidak boleh dibangun di atas patahan
aktif, tanah longsor, atau pencairan tanah,
yang berada di area tahan gempa. Ini akan
mencegah gedung sekolah dari kerusakan
parah akibat gempa bumi (Duan et al.,
2018). Begitupun dengan gedung
pelayanan kesehatan seperti Rumah Sakit
dan Puskesmas pemerintah harusnya
melakukan kajian mendalam terlebih Gambar 4. Pemulihan Sektor Ekonomi
dahulu, mengambil kebijakan yang tepat
adalah salah satu dari keberhasilan Pada pemulihan tahap awal
pemulihan pasca bencana. Peneliti pembangunan pasar menjadi prioritas
berpendapat bahwa untuk pemulihan pemerintah dalam mengembalikan kondisi
pasca gempa yang terjadi perlu adanya ekonomi masyarakat agar perekonomian
ketahanan berbasis masyarakat masyarakat bisa berjalan dengan baik.
dikarenakan seperti yang sudah di Dibidang UMKM yang dilakukan oleh
katakan NTB khususnya Lombok pemerintah daerah adalah memberikan
mempunyai resiko gempa yang besar di santunan kepada pelaku usaha kecil melalui
masa yang akan datang untuk perlunya kementerian, sebanyak 148 orang pedagang
membangun kesadaran masyarakat untuk usaha kecil yang tersebar di beberapa
bisa berdampingan dengan bencana yang kecamatan yang ada di lombok utara
akan datang, pemerintah harus memberi menerima masing-masing Rp 2 Juta untuk
edukasi kepada masyarakat bagaimana membantu pemulihan kondisi usaha
memberi ketahanan terhadap bahaya ekonomi. Pada bidang UMKM pemerintah
bencana. lebih banyak memberikan pendampingan
kepada pelaku usaha dalam hal ini
Pemulihan Sektor Ekonomi pemerintah bekerjasama dengan pihak non
Perekonomian di Lombok Utara pemerintah untuk memberi pelatihan
pasca gempa bumi merupakan sektor yang kepada pelaku usaha
mengalami kerugian cukup signifikan, UMKM untk mengelola serta
rusaknya aset dari para pelaku usaha dan meningkatkan nilai jual atau
UMKM, para petani mengalami kerugian meningkatkan produktifitas dari usaha
pada saat panen serta banyaknya fasilitas yang dimiliki dengan mengelola sumber
daya alam lokal, tidak pemerintah daerah

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 143


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

juga berupaya menciptakan Wira Usaha bersinergi dalam membantu masyarakat


Baru (WUB) bagi masyarakat dengan untuk bangkit dari keterpurukan akibat
memberikan peralatan penunjang untuk gempa. 60 % Pendapatan dari pemerintah
produksi, dalam melakukan kegiatan daerah berasal dari Pariwisata, meskipun
tersebut pemerintah perlu dukungan dari perbaikan sarana-prasarana pariwisata
semua pihak pemangku kepentingan baik sudah dilakukan akan tetapi itu tidak
di Provinsi, Pusat dan Organisasi Swasta, cukup untuk menarik wisatawan datang
pada bidang pertanian upaya yang di ke Lombok Utara perlu adanya langkah
lakukan oleh pemerintah dalam strategis dari pemerintah dalam
membantu petani pasca pemulihan pemulihan pariwisata contoh konkrit yang
bencana dengan melakukan bisa dilakukan oleh pemerintah selain
pendistribusian bantuan pupuk, bibit melakukan perbaikan fisik adalah dengan
tanaman, alat pertanian dan perkebunan mengembalikan citra pariwisata Lombok
melalui koperasi maupun unit usaha tani, Utara, karena citra merupakan kesan atau
pengadaan pelatihan manajemen lahan penilaian yang diberikan publik terhadap
untuk meningkatkan kapasitas sumber objek pariwisata yang ada di Lombok
daya petani dalam mengolah lahan agar Utara pasca terjadinya gempa pada tahun
semakin efektif serta pelatihan dan 2018 pariwisata NTB khususnya Lombok
pendampingan usaha pertanian Utara mendapat citra yang negatif dari
berkelanjutan dengan bekerjasama berbagai wisatawan sehingga para
dengan Koperasi, BUMDES, BUMD, wisatawan berfikir kembali untuk datang
Pemerintah dan Swasta untuk ke Lombok, tentu pemerintah harus
meningkatkan produktifitas hasil berupaya sedemikian rupa untuk
pertanian dan bernilai jual karena mengembalikan citra pariwisata yang ada
menurut (Abraham, 2018) kejadian gempa d Lombok Utara. (Joakim & Wismer, 2015)
di Lombok Utara berdasarkan waktu dan belajar dari pemulihan pasca gempa
data kerugian yang dilaporkan, terjadi yogyakarta pada tahun 2006 untuk
pada saat panen, ini yang menyebabkan pemulihan sektor ekonomi masyarakat
pada akhirnya hasil dari panan tersebut bantul membutuhkan waktu yang cukup
mengalami kerugian serta penurunan lama untuk bisa pulih kembali, upaya
kualitas dan tentu para petani akan lebih yang dilakukan oleh pemerintah Bantul
fokus untuk bisa membangun kembali hampir sama dengan apa yang dilakukan
rumah mereka yang rusak. oleh Pemerintah Lombok Utara sepeti
Pada bidang pariwisata pemerintah memberikan pelatihan kepada pelaku
memberikan bantuan atau dana stimulan UMKM dan memberikan bantuan
untuk perbaikan sarana prasarana desa peralatan untk mendukung usaha
wisata serta untuk peningkatan ekonomi masyarfakat akan tetapi pemerintah tidak
pelaku usaha di desa wisata selain itu mendirikan lembaga keuangan mikro
melalui pemerintah pusat pemerintah untuk memberikan dukungan modal
daerah terus melakukan perbaikan pada pelaku usaha untuk baik pelaku usaha
fasilitas wisata yang ada di Lombok Utara UMKM yang sudah terbentuk maupun
dikarenakan pemasukan PAD Lombok akan di bentuk serta masyarakat diberi
Utara masuk melalui pariwisata. Pada dukungan pemasaran dan jaringan untuk
pemulihan sektor ekonomi masyarakat di mempromosikan penjualan produk
tuntut untuk mengembangkan ekonomi mereka, inilah yang harus di upayakan
berdasarkan sumber daya potensial yang oleh pemerintah Lombok Utara dalam
ada di sekitar, serta pengembangan membantu para pelaku usaha UMKM
ekonomi kreatif yang di dasarkan pada sebab peralatan tanpa dukungan modal
kearifan lokal dalam hal ini pemerintah tentu tidak akan berjalan secara maksimal.
bersama pihak swasta Senada dengan (Dinda, 2018) dalam

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 144


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

penelitian tentang pemulihan pasca ringan. tapi pada sampai saat rekonstruksi
bencana Gunung Sinabung pada rumah masih menjadi permasalahan
pemulihan ekonomi pemerintah pemeintah bersama masyarakat di daerah,
memberikan kursus keterampilan kepada banyak masyarakat belum menerima
masyarakat dan memberi modal untuk haknya untuk bantuan rekonstruksi rumah
usaha kecil dan menengah dan pemerintah tersebut, permasalahan terbesar pada
sendiri membuka lapangan pekerjaan pembangunan RTG tersebut ada pada
berbasis keterampilan ekonomi kreatif. proses birokrasi yang berbelit, mulai dari
persoalan penerima, pokmas, nama ganda
Sektor Pemukiman penerima, belum lagi persoalan fasilitator
Akibat dari bencana gempa yang yang kurang, bahan bangunan yang langka
melanda Lombok pada tahun lalu sektor SDM tukang yang minim dan masih banyak
perumah merupakan sektor yang sangat lagi. Salah satu lembaga non
besar dampaknya bagi masyarakat dan pemerintah yang membantu daerah dalam
pemerintah daerah, dari data yang ada penanggulangan pasca bencana adalah
hampir 50 ribu unit rumah mengalami lembaga Aksi Cepat Tanggap (ACT), bentuk
kerusakan baik rusak berat, sedang kerjasama yang dilakukan ditunjukkan
maupun ringan, pembangunan dengan penyediaan posko-posko
pemukiman nantinya di kelola dengan pengungsian serta membuat pemukiman
skema swakelola berbasis masyarakat sementara untuk para korban bencana tak
yangdirancang menggunakan strategi hanya itu ACT juga membangun WC
pengorganisasian masyarakat serta Umum di beberapa tempat khususnya
bertumpu pada inisiatif dan prakarsa tempat yang jauh dari jangkauan, tak hanya
masyarakat dan tentu dengan tidak ACT tetapi PMI juga telah membangun
meninggalkan kearifan lokal serta gotong fasilitas umum berupa 20 Toilet umum serta
royong dalam membangun rumah berbasis mushola. tapi yang menjadi permasalahan
tahan gempa,ada beberapa pilihan yang di sampai pada saat ini adalah banyaknya
tawarkan oleh pemerintahan kepada masyarakat yang masih mengeluh terhadap
masyarakat seperti Risha (rumah instan kualitas perumahan yang di bangun sebab
sederhana sehat), Rika (rumah instan kayu) banyak bangunan yang tidak sesuai dengan
dan Riko (rumah instan konvensional). spek yang di tawarkan karena pekerjaan
Untuk pemulihan awal yang dilakukan oleh pemukiman ini melalui pihak ketiga dan
pemerintah daerah bersama kementerian masih banyaknya masyarakat yang belum
dan pihak non pemerintah atau lembaga mendapatkan dana stimulan untuk
swasta adalah membangun rumah pembangunan rumah. Dari data yang ada
sementara kepada masyarakat yang jumlah total rumah rusak berat 44.014 yang
terdampak meskipun tidak semua sudah jadi 100 persen baru sebanyak 6.863
mendapat bantuan serta masyarakat juga dengan presentase 15.59 persen. Sementara
lebih banyak bergerak sendiri untuk untuk rumah rusak sedang yang totalnya
membuat rumah sementara sebagai tempat 1.758 unit yang sudah jadi 100 persen baru
tinggal. 101 unit atau 3.75 persen. Untuk rumah
Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan rusak ringan dari total 4.081 yang sudah jadi
Umum dan Perumahan Rakyat sebanyak 316 atau 7.74 persen sedangkan
menyediakan dana rekonstruksi sekitar dari perkiraan awal pemulihan sektor
Rp50 juta per keluarga untuk mereka yang permukiman dilaksanakan selama dua
menderita kerusakan perumahan berat 25 tahun anggaran, yakni tahun anggaran 2018-
juta per keluarga untuk mereka yang 2019 dengan prioritas pembangunan rumah
menderita kerusakan perumahan sedang dilaksanakan pada tahun 2018 tetapi pada
dan Rp10 juta per keluarga untuk mereka kenyataannya
yang menderita kerusakan perumahan

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 145


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

masih jauh dari yang di rencanakan (Ong di rasakan dengan baik. berbeda dengan
et al., 2016) mengatakan Rekonstruksi yang dilakukan oleh Pemerintah
perumahan adalah salah satu kegiatan Kabupaten Lombok Utara dalam rencana
terpenting pada proses rekonstruksi aksi rehabilitasi dan rekonstruksi
pascabencana, tanpa membangun kembali menekankan bahwa dalam pembangunan
rumah, kemampuan rumah tangga untuk kembali rumah warga perlunya
melakukan kegiatan normal akan keterlibatan masyarakat atau partisipasi
terhambat. Untuk pemukiman yang masyarakat dalam pembangunan rumah
berada di kawasan resiko rawan terhadap akan tetapi pada kenyataannya
bencana yaitu pada sesar aktif ditetapkan keterlibatan masyarakat dalam
kebijakan pemindahan atau relokasi ke perencanaan sampai pada pelaksanaan
tempat yang aman sesuai dengan rekonstruksi rumah keterlibatan
rekomendasi Pusat Vulkanologi dan partisipasi masyarakat masih kurang,
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) dibentuknya Kelompok Masyarakat atau
melalui mekanisme relokasi komunal POKMAS memang dinilai baik untuk
maupun mandiri. Adapun rumah yang membawa semangat gotong royong akan
berada pada zona aman dapat dilakukan tetapi tidak berjalan secara maksimal
pembangunan kembali/perbaikan secara karena sebagian besar masyarakat lebih
in-situ (tapak semula) tetapi sampai pada memilih untuk menggunakan pihak ketiga
pemulihan saat ini relokasi warga tidak dalam pembangunan rumah, dari segi
dapat dilakukan karena berbagai pengawasan pemerintah pun masih lemah
pertimbangan akibatnya masyarakat tetap ini terlihat dari banyaknya rumah yang
membangun rumah di tempat semula. tidak sesuai dengan spesifikasi rumah
Upaya untuk merehabilitasi dan tahan gempa, serta banyaknya aplikator
rekonstruksi yang telah dilakukan yang korupsi uang dana stimulan rumah.
pemerintah pun telah dilaksakan hingga Penelitian dari (Ophiyandri et al., 2013)
saat ini, tetapi banyak yg menjadi mengungkapkan keberhasilan Aceh, Nias
masalahan saat pembangunan rumah dan Yogyakarta dalam merekonstruksi
warga dari awal pelaksanaan sampai pada perumahan di dukung oleh beberapa
saaat ini, dari keadaan birokrasi yang faktor yaitu, transparansi dan
berbelit-belit sampai masih adanya akuntabilitas, strategi / kebijakan
masyarakat yang belum mernerima dana rekonstruksi yang tepat, dan pemahaman
stimulan perbaikan rumah. tentang metode berbasis masyarakat,
(Christ et al., 2017) Belajar dari partisipasi dan kontrol masyarakat serta
pengalaman erupsi merapi 2010 tentang koordinasi dan komunikasi yang baik.
rekonstruksi permukiman berbasis Tanpa adanya transparansi dari
masyarakat di Kabupaten Cangkringan pemerintah tentu masyarakat menaruh
pemerintah menggunakan sistem ketidakpercayaan kepada pemerintah
Rekompak yang diadopsi dari serta akan berdampak kepada faktor
keberhasilan pemulihan di Aceh dan keberhasilan yang lainnya.
Bantul. Sistem ini menempatkan Pemerintah seharusnya melakukan
masyarakat sebagai aktor utama dalam mengevaluasi dikarenakan banyaknya
rekonstruksi permukiman. Setiap fase permasalahan yang masih terjadi di
dalam Rekonstruksi Permukiman Berbasis masyarakat khususnya rekonstruksi
Masyarakat di Kabupaten Cangkringan rumah warga sebab rekonstruksi menjadi
seperti perencanaan, konstruksi, kontrol suatu yang penting bagi kehidupan
dan evaluasi, melibatkan masyarakat, masyarakat.
Masyarakat mengambil peran penting
dalam proses rekonstruksi, hasil dari
program ini bagi masyarakat benar-benar

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 146


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Sektor Infrastruktur terputusnya jaringan air bersih PDAM dan


Sektor Infrastruktur merupakan sumur milik masyarakat yang tertutup
sektor penting untuk mendukung akibat reruntuhan gempa membuat para
kegiatan aktifitas sosial dan ekonomi warga kesulitan dalam mendapatkan air
masyarakat, tanpa infrastruktur yang baik bersih, tentu dalam perbaikan jaringan
tentu aktifitas sosial ekonomi masyarakat PDAM tersebut membutuhkan waktu yang
menjadi terhambat. cukup lama. Pada bidang transportasi darat
Terjadinya bencana gempa yang pemerintah melakukan perbaikan jalan
terjadi pada tahun 2018 di Lombok Utara yang mengalami kerusakan berat guna
mengakibatkan rusaknya berbagai memudahkan akses baik untuk
infrastruktur yang ada dan aktifitas menyalurkan bantuan ataupun untuk
masyarakat menjadi terganggu serta mendukung kegiatan ekonomi
secara tidak langsung berdampak masyarakat, beberapa jembatan
terhadap kondisi sosial dan ekonomi penghubung antar wilayah saat ini juga
masyarakat sekitar. Dari laporan yang ada telah selesai di rekonstruksi bersama
angka kerugian yang di timbulkan kementerian Pekerjaan Umum. Pada
mencapai Rp.303.676.794.062, pemulihan bidang Sanitasi dan air bersih pemulihan
pada sektor Infrastruktur dilakukan awal yang dilakukan oleh pemerintah
melalui sub bidang di antaranya terdiri bersama lembaga terkait ataupun swasta
atas pemenuhan kebutuhan sub sektor memberikan sumur bor kepada wilayah
transportasi baik darat laut dan yang terdampak terutama yang jauh dari
sebagainya, energi, sumber daya air, pos jangkauan air dan saat ini rekonstruksi
dan komunikasi serta sanitasi dan Sumber air telah selesai di kerjakan oleh
kebutuhan air bersih. institusi terkait dalam hal ini PDAM.

Lintas Sektor
Dampak yang di timbulkan pasca
terjadinya gempa bumi pada lintas sektor
berupa kerusakan fisik dari kantor-kantor
pemerintaha yang ada di Lombok Utara
sehingga menyebabkan terganggunya
aktifitas pelayanan kepada masyarakat,
kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi
pasca bencana lintas sektor terdiri atas
pemenuhan kebutuhan sub sektor
Pemerintahan, keamanan ketertiban,
Lingkungan Hidup, perbankan dan
Gambar 5. Pemulihan sektor infrastruktur pengurangan resiko bencana, dengan
perkiraan total kebutuhan sebesar Rp.
Dari figure diatas dapat dilihat bahwa 389,195,154,943 diperuntukan tersebesar
bidang air bersih menjadi suatu perhatian untuk sub sektor pemerintahan yaitu
serisu dari pemerintah dan non 58,58% mengingat hampir seluruh kantor
pemerintah karena menjadi kebutuhan pemerintahan mengalami kerusakan berat
hidup bagi masyarakat, pemenuhan air maupun sedang.
bersih dan sanitasi pasca bencana
merupakan suatu hal yang paling
mendasar dan tentu menjadi priorotas
dalam pemulihan pasca bencana yang
terjadi di Lombok Utara terlihat dari
berbagai upaya yang telah dilakukan oleh
pemerintah daerah, pada saat gempa

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 147


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

serta penghidupan masyaraka


kedepannya, upaya lain yang telah di
lakukan oleh pemerintah daerah dalam
rangka meningkatkan pemahaman serta
kesiapsiagaan masyarakat terhadap resioko
bencana yang akan datang yaitu dengan
memberikan sosialisasi dan memberi
pelatihan pengurangan resiko bencana, serta
pepemrintah telah membentuk desa siaga
bencana di beberapa desa, Pendidikan dan
pelatihan pengurangan risiko bencana juga
telah dilakukan guna menumbuhkan dan
menanamkan budaya keselamatan dan
Gambar 6. Pemulihan Lintas Sektor kesiapsiagaan bagi masyarakat yang berada
di kawasan rawan bencana tinggi selain itu
Meskipun dari hasil Nvivo 12 pemerintah juga membentuk sekolah siaga
pengurangan resiko bencana mencapai 33 bencana untuk beberapa sekolah di Lombok
% tetapi prioritas awal yang dilakukan Utara, siswa di beri pelatihan atau edukasi
oleh pemerintah adalah pada pemulihan terkait dengan mitigasi bencana tentu ini
kembali fungsi pelayanan publik dan menjadi langkah yang baik untuk
sarana prasarana pemerintahan seperti pemerintah mengurangi resiko bencana
pembangunan tenda-tenda darurat atau untuk yang akan datang. Seperti yang di
kantor sementara untuk kebutuhan ketahui pemulihan Lintas Sektor dilakukan
pelayanan kepada masyarakat. melalui berbagai sub bidang tetapi yang
Pembangunan kembali secara permanen menjadi sorotan penting dalam diskusi ini
gedung-gedung pemerintahan yang rusak adalah Pengurangan Resiko Bencana (PRB)
tentu akan dilakukan secara bertahap yang akan datang sebab potensi adanya
mengingat kebutuhan yang di butuhkan bencana di Lombok masih sangat besar
oleh pemerintah daerah tidaklah sedikit, untuk itu sangat penting PRB menjadi
seiring dengan menunggu komitmen prioritas pemerintah daerah selain
pemerintah pusat untuk memberikan merekonstruksi di bidang lain. Pemerintah
anggaran lebih kepada pemerintah Lombok daerah mempunyai kapasitas atau peran
Utara. Pemerintah menginginkan untuk penting dalam pengurangan resiko bencana,
pembangunan gedung kantor bupati pengurangan risiko bencana menjadi suatu
diharapkan Kemendagri bisa membantu kebutuhan yang harus direncanakan secara
dalam hal pembiayaan. Pada bidang sistematis oleh pemangku kepentingan
pengurangan resiko bencana warga yang dalam menghadapi resiko bencana yang
berada di kawasan rawan bencana tinggi, akan datang, pengurangan resiko bencana
diupayakan untuk di lakukan relokasi ke berbasis masyarak bisa menjadi jawaban
tempat yang aman sesuai dengan dalam hal tersebut pemerintah harus
rekomendasi PVMBG karena ada beberapa melibatkan masyarakat
wilayah berdasarkan hasil kajian di
rekomendasikan untk di relokasi sebab ada
sekitar 29 Dusun di dataran tinggi dinilai
serta memberikan pendidikan
harus direlokasi, pemerintah juga tidak
kebencanaan kepada masyarakt,
semudah itu untuk melakukan relokasi, dan
penelitian dari (Pascapurnama et al., 2018)
yang menjadi permasalahan adalah banyak
belajar dari jepang negara yang rawan
warga yang menolak di relokasi karena
akan adanya resiko bencana, pendidikan
beberapa pertimbangan dan juga
bencana di Jepang telah diterapkan sejak
pemerintah memerlukan kajian yang lebih
sedini mungkin kepada anak-anak sekolah
luas terkait dengan pembiayaan

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 148


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

yang dinamakan Sekolah Siaga Bencana membuat pemetaan resiko bencana agar
(SSB) pemerintah Jepang menyadari bahwa memudahkan dalam perencanaan PRB
siswa adalah salah satu ujung tombak tersebut.
dalam pencegahan dan tanggapan bencana.
Di sekolah, pendidikan bencana diatur KESIMPULAN
berdasarkan Undang-Undang yang telah Dari penelitian yang telah
ditetapkan oleh pemerintah jepang serta dilakukan kesimpulan ialah pemerintah
pendidikan kebencanaan telah masuk ke lombok utara dalam melakukan pemulihan
kurikulum sekolah, misalnya, di tingkat pasca bencana berfokus melalui 5 Sektor
sekolah dasar, siswa diajarkan mengenali diantaranya Sektor Pemkiman, Ekonomi,
jenis-jenis bencana, mengetahui peran Infrastruktur, Sosial dan Lintas Sektor dari
pekerja publik seperti petugas pemadam berbagai sektor tersebut memiliki sub
kebakaran, dan mencegah cedera ketika bidang pemulihan, serta pemulihan pasca
terjadi bencana. Di tingkat masyarakat bencana berpedoman kepada Inpres Nomor
umum pemerintah harus melibatkan dalam 5 tahun 2018 tentang percepatan Rehabilitasi
hal kesiapsiagaan, tanggap darurat, dan dan Rekonstruksi penanganan gempa
pemulihan dari bencana alam. PRB berbasis Lombok yang telah di buat oleh Presiden RI,
masyarakat memungkinkan masyarakat penyusunan rencana rehabilitasi dan
untuk berpartisipasi secara positif dan aktif rekonstruksi pasca terjadinya bencana
dalam rencana PRB sehingga mereka dapat didasarkan pada hasil Pengkajian
diberdayakan dan memiliki peningkatan Kebutuhan Pasca Bencana (Jitu Pasna) yang
kapasitas mereka untuk mengurangi telah di susun bersama lembaga pemerintah
kerentanan mereka terhadap bahaya alam. yang mempunyai
Di Indonesia, kegiatan-kegiatan dalam PRB wewenang dan rencana tersebut dipadukan
berbasis masyarakat secara umum memang dengan kebijakan serta kemampuan
telah di terapakan tetapi sangat sedikit pembiayaan dari pemerintah Pusat maupun
pemerintah yang paham akan konsep dari Daerah, dunia usaha atau sumber dana
PRB berbasis masyarakat tersebut atau tidak lainnya yang sah.Pemulihan pasca gempa
berjalannya secara efektif. Pasca terjadinya lombok juga telah melibatkan berbagai
Gempa Bumi di Lombok Utara pemerintah lembaga kepentingan yang terkait seperti
memang telah menerapkan dibeberapa kementerian dan lembaga lain serta pihak
sekolah program Sekolah Siaga Bencana non pemerintah atau swasta telah banyak
(SSB) ini merupakan langkah baik yang bersinergi dengan pemerintah daera untuk
telah di lakukan oleh pemerintah yang perlu membantu meringankan beban masyarakat.
mencadi evaluasi adalah tidak hanya Pada awal masa pemulihan pasca bencana
pembangunan pemukiman masyarakat,
memberikan sekedar simulasi fasilitas fisik pendidikan sperti gedung
kebencanaan akan tetapi harus sekolah serta pemulihan sektor ekonomi
dimasukkan kedalam kurikulum menjadi skala prioritas pemerintah daerah,
pendidikan sekolah agar bisa bertahan pada pemulihan sektor ekonomi telah dilakukan
resiko bencana mendatang serta agenda dengan berbagai upaya pendampingan serta
PRB harus masuk kedalam ke dalam pelatihan kepada masyarakat khususnya
rencana pembangunan daerah, pemerintah pelaku UMKM akan tidak cukup kuat untuk
daerah harus mulai meninjau dan memberikan modal ataupun keberlanjtan
mengevaluasi rencana tata ruang yang ada pemasaran yang diberikan oleh pemerintah.
untuk disinkronkan dengan rencana dan Meskipun pemulihan berjalan dengan baik
program untuk mengurangi Risiko Bencana. sampai pada saat ini tetapi ada sejumlah
Dalam hal ini, BAPPEDA memiliki posisi permasalahan yang harus di jadikan bahan
strategis sebagai perencana PRB serta
pemerintah daerah harus

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 149


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

evaluasi pemerintah daerah seperti Shelters post disaster ( ICS ) in the City
keterlambatan pembangunan Rumah Tahan of Palu.
Gempa (RTG) bagi masyarakat yang sampai Dinda Kurnia Putri, Syafri Anwar, I. U.
pada saat ini juga masih banyak yang belum (2018). Jurnal kapita selekta geografi.
menerima bantuan serta masih adanya 1(November), 56–63.
fasilitator yang bermasalah di Duan, Y., Bo, J., Li, X., & Su, Z. (2018).
lapangan sehingga menyebabkan Earthquake damage analysis of
terjadinya keterlambatan ini terlihat dari school buildings in Jiuzhaigou. IOP
jumlah rumah yang dibangun masih jauh Conference Series: Materials Science and
yang di harapkan. Engineering, 392(4).
https://doi.org/10.1088/1757-
DAFTAR PUSTAKA 899X/392/4/042016
Abraham , Wiwaha, A. D. (2018). Strategi Hadi, S. (2019). Learning from The Legacy
Recovery Sektor Pertanian of Post-Disaster Recovery in
Pascabencana Gempa Di Kabupaten Indonesia for The Acceleration of
Lombok Utara. Journal Dialog Post-Disaster Recovery in Lombok.
Penanggulangan Bencana BNPB, 9(2), Jurnal Perencanaan Pembangunan: The
102–115. Indonesian Journal of Development
Army, B. T. H. E. (2015). Post-Disaster Planning, 3(1), 14–31.
Housing Reconstruction in Indonesia: https://doi.org/10.36574/jpp.v3i1.56
Review and Lessons from Aceh, Horney, J. A., Dwyer, C., Chirra, B.,
Yogyakarta, West Java and West McCarthy, K., Shafer, J., & Smith, G.
Sumatera Earthquakes. 8(1), 78–85. (2018). Measuring Successful Disaster
https://doi.org/10.1007/978-4-431- Recovery. International Journal of Mass
54255-1 Emergencies and Disasters, 36(1), 1–22.
https://www.researchgate.net/publi
Baytiyeh, H. (2019). Why School Resilience cation/325155344
Should Be Critical for the Post- Joakim, E. P., & Wismer, S. K. (2015).
Earthquake Recovery of Communities Livelihood recovery after disaster.
in Divided Societies. Education and Development in Practice, 25(3), 401–418.
Urban Society, 51(5), 693–711. https://doi.org/10.1080/09614524.20
https://doi.org/10.1177/0013124517 15.1020764
747035 Kholil, Setyawan, A., Ariani, N., & Ramli,
Christ, Samekto, D., & Nuh, M. (2017). S. (2019). Bencana Gempa Bumi Di
Journal of Public Administration Studies Lombok Propinsi Nusa Tenggara Barat
Evaluation of community-based ( Disaster Commuication in 4 . 0 Era  :
settlement reconstruction program  : Review Earthquake Disaster Mitigation
Case study in post-disaster recovery of in Lombok West Nusa Tenggara ). 11(1),
2010 Merapi volcano eruption in 0–3.
Cangkringan district. 1(3), 64–70. https://doi.org/10.9734/AJEE/2019
Coffey, M. (2017). The role of Post Disaster /v11i130128
Needs Assessments in adressing Kurnia, M. L. (2017). Pelaksanaan
vulnerability of Internally Displaced Kebijakan Rehabilitasi dan
Persons in the Post Disaster Recovery Rekonstruksi Perumahan Pasca
Process. Review, 85(6), 1–22. Gempa 30 September 2009 di
https://doi.org/10.20955/r.85.67 Sumatera Barat. Pagaruyuang Law
Daswati, D., Samad, M. A., & Wekke, I. S. Journal, 1(1), 76–91.
(2019). Collaborative Governance Dalam http://joernal.umsb.ac.id/index.php
Pengelolaan Integrated Community /pagaruyuang/index
Shelter Pasca Bencana Di Kota Palu Ong, J. M., Jamero, M. L., Esteban, M.,
Collaborative Governance in the Honda, R., & Onuki, M. (2016).
management of Integrated Community

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 150


DOI: 10.24114/jg.v12i02.16750
e-ISSN: 2549–7057 | p-ISSN: 2085–8167

Challenges in Build-Back-Better Sagala, S. Am. R. P. B. G. B. J. B. 2009, &


Housing Reconstruction Programs for Lutfiana, D. (2015). Manajemen
Coastal Disaster Management: Case of Rekonstruksi Pasca Bencana Gempa
Tacloban City, Philippines. Coastal Bumi Jawa Barat 2009. 1–13.
Engineering Journal, 58(1). Tim Seismologi Teknik BMKG. (2018).
https://doi.org/10.1142/S057856341 Ulasan Guncangan Tanah Akibat Gempa
6400106 Bumi Lombok Utara.
Ophiyandri, T., Amaratunga, D., UNDP. (2015). Supporting Nepal in Building
Pathirage, C., & Keraminiyage, K. Back Better: Livelihoods and Community
(2013). Critical success factors for Infrastructure. May.
community-based post-disaster Wekke, I. S., Rajindra, R., Pushpalal, D.,
housing reconstruction projects in the Samad, M. A., Yani, A., & Umam, R.
pre-construction stage in Indonesia. (2019). Educational Institution on
International Journal of Disaster Responding Disasters in Palu of
Resilience in the Built Environment, 4(2), Indonesia. INA-Rxiv Papers.
236–249. https://doi.org/10.31227/osf.io/drc
https://doi.org/10.1108/IJDRBE-03- 8q
2013-0005 Ziqiang Han. (2017). Recovering from
Pascapurnama, D. N., Murakami, A., Catastrophic Disaster in Asia.
Chagan-Yasutan, H., Hattori, T., https://doi.org/https://doi.org/10.
Sasaki, H., & Egawa, S. (2018). 1108/S2040-726220160000018001
Integrated health education in
disaster risk reduction: Lesson
learned from disease outbreak
following natural disasters in
Indonesia. International Journal
of
Disaster Risk Reduction, 29(July), 94–
102.
https://doi.org/10.1016/j.ijdrr.2017.
07.013

Jurnal Geografi Vol 12 No. 02 – 2020 P e m u l i h a n P a s c a B e n c a n a| 151

Anda mungkin juga menyukai