Anda di halaman 1dari 30

Technical Spesification Proto Type III

SPESIFIKASI TEKNIS
A. SYARAT-SYARAT TEKNIS UMUM PELAKSANAAN &
PENYELESAIAN PEKERJAAN

PASAL 1. LINGKUP PEKERJAAN & PERSYARATAN

1.1. LINGKUP PEKERJAAN

a. Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada proyek ini adalah: Proyek Pembangunan
Konstruksi Latrines/Kakus Proto Type III, yang berlokasi di Desa Besikama di
Kecamatan Malaka Barat, Kabupaten Malaka di Nusa Tenggara Timur. Adapun jenis
kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Jenis kegiatan yang dilakukan adalah 6 unit kakus yang dilengkapi dengan 2 unit
bak septictank dan 2 unit bak peresapan, serta 2 unit sumur gali.
b. Pekerjaan Tanah, Pekerjaan Pasangan, Pekerjaan Pintu dan Pekerjaan lain-lain.

Pekerjaan tersebut di atas harus selesai tepat waktu dengan kualitas yang memenuhi
ketentuan-ketentuan sebagaimana disyaratkan dalam Surat Perjanjian Pemborongan
dan pelaksanaannya harus berdasarkan:
 Peraturan dan syarat-syarat (Bestek) dan Spesifikasi Teknis
 Gambar-gambar rencana dan detail
 Penjelasan pekerjaan (Aanwijzing) dan penjelasan tambahan lainnya
 Petunjuk Direksi Pekerjaan
 Peraturan-peraturan umumnya lainnya yang berlaku.

1.2. PERSYARATAN & PERATURAN UMUM

1.2.1. Pelaksanaan pekerjaan ini berpedoman terhadap peraturan dan ketentuan seperti
tercantum di bawah ini, termasuk semua perubahan-perubahannya hingga saat ini,
seperti:
a. Peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan pemerintah Republik Indonesia.
b. Standard Industri Indonesia (SII).
c. Peraturan-peraturan umum (Algemene Voorwaarden) disingkat A.V.41.
d. Peraturan Beton Indonesia PBI-NI-2/1971.
e. Peraturan Konstruksi Kayu Indonesia disingkat PKK-NI-5 1961.
f. Peraturan Direktorat Jenderal Perawatan Departemen Tenaga Kerja tentang
penggunaan tenaga, Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
g. Persyaratan Umum dari Dewan Teknik Pembangunan Indonesia disingkat DTPI
1969.
h. Peraturan perencanaan tahan gempa Indonesia untuk gedung 1987 beserta
pedomannya.
i. American society for Testing Materials (ASTM).
j. Peraturan Umum Bahan Bangunan Indonesia disingkat PUBI-1982.
k. Peraturan Semen Portland (NI-8).
l. Tata cara Pembuatan Rencana Campuran Beton Normal (SK-SNIT-15-1990-03).
m. Peraturan-peraturan lain yang dibutuhkan.

1
Technical Spesification Proto Type III

1.2.2. Untuk pelaksanaan pekerjaan tersebut di atas, kontraktor harus menyediakan:


a. Tenaga-tenaga ahli dan tenaga-tenaga kerja yang memadai, baik kualitas maupun
kuantitasnya untuk semua jenis pekerjaan.
b. Alat-alat yang cukup untuk setiap jenis pekerjaan.
c. Kelalaian dan kekurangtelitian kontraktor dalam mengevaluasi keadaan lapangan
yang pada pelaksanaan pekerjaan berdampak pada penambahan biaya pelaksanaan,
maka segala sesuatunya akan menjadi tanggung jawab kontraktor dan tidak dapat
dijadikan alasan untuk mengajukan klaim.

PASAL 2. URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB


PELAKSANAAN

2.1. Sebelum mulai pelaksanaan, Kontraktor wajib mempelajari terlebih dahulu dengan
seksama Gambar Kerja, Rencana Kerja dan Syarat-syarat beserta Berita Acara Penjelasan
Pekerjaan. Kontraktor diwajibkan mempresentasekan metode dan rencana kerja secara
keseluruhan kepada pihak Direksi Pekerjaan. Kemudian Kontraktor juga diwajibkan
melapor kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas setiap ada perbedaan ukuran dari
gambar-gambar, termasuk antara gambar dan RKS untuk mendapat persetujuan; bila
tidak, maka akibat dari kelalaian tersebut, dalam hal ini menjadi tanggung jawab
sepenuhnya dari Kontraktor.

2.2. Penyerahan Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan.


Lapangan/Area/Tempat Pekerjaan akan diserahkan kepada Kontraktor segera sesudah
dikeluarkan Surat Keputusan Penunjukan (SPK), dalam keadaan seperti waktu pemberian
penjelasan pekerjaan.
Kontraktor dianggap sudah memahami benar benar mengenai:
a. Letak bangunan yang akan dibangun.
b. Batas-batas persil/kaveling maupun keadaan pada waktu itu.
c. Keadaan kontur tanah.
d. Segala sesuatu yang ada di lokasi pekerjaan.

Yang termuat di dalam berita acara MC-0.

2.3. Kontraktor wajib menyerahkan hasil pekerjaannya hingga selesai dengan lengkap, yaitu
membuat, memasang serta memesan maupun menyediakan bahan-bahan bangunan, alat-
alat kerja dan pengangkutan, membayar upah kerja dan lain-lain yang bersangkutan
dengan pelaksanaan.

2.4. Kontraktor wajib menyediakan minimal 1 (satu) salinan Dokumen Kontrak (gambar-
gambar, RKS kontrak, Berita Acara) ditempat pekerjaan untuk dapat digunakan setiap
saat oleh Direksi Pekerjaan/Konsultan Pengawas.

2.5. Atas perintah Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dapat membuat gambar-gambar


penjelasan (soft drawing) dan perincian bagian-bagian khusus dengan semua biaya atas
beban Kontrak.

2.6. Setiap pekerjaan yang akan dimulai pelaksanaannya maupun yang sedang dilaksanakan,
agar diketahui Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas. Tanda tangan pada gambar
pengesahan/persetujuan atas pekerjaan tersebut agar dibuktikan.

2
Technical Spesification Proto Type III

2.7. Setiap usul perubahan dari Kontraktor ataupun persetujuan pengesahan dari Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas dianggap berlaku sah serta mengikat jika dilakukan secara
tertulis.

2.8. Semua bahan yang akan dipergunakan untuk pelaksanaan pekerjaan proyek ini harus
benar-benar baru dan teliti mengenai mutu, ukuran dan lain-lain yang disesuaikan dengan
standard/peraturan-peraturan yang dipergunakan di dalam RKS ini. Semua bahan-bahan
tersebut harus mendapat pengesahan/ persetujuan dari Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas sebelum dimulai pelaksanaannya.

2.9. Pengawasan terus-menerus terhadap pelaksanaan penyelesaian/perapihan, harus


dilaksanakan oleh tenaga-tenaga dari Pihak Pelaksana yang benar-benar ahli.

2.10. Semua barang-barang yang tidak berguna selama pelaksanaan pembangunan harus
dikeluarkan dari lapangan pekerjaan.

2.11. Cara-cara menyimpan bahan di lapangan dan di gudang harus memenuhi syarat teknis,
dan dapat dipertanggung jawabkan.

PASAL 3. URAIAN PENJELASAN UMUM TENTANG TATA TERTIB JADWAL


PELAKSANAAN

Paling lambat 1 (satu) minggu setelah diterimanya surat Penunjukan, Kontraktor diharuskan
mengajukan:
3.1. Jadwal waktu (time schedule) pelaksanaan secara terperinci yang digambarkan secara
Diagram (Network Planning) dan diagram balok (barchart).

3.2. Jadwal Pengadaan Tenaga Kerja.

3.3. Jadwal Pengadaan Bahan dan Peralatan Kerja.

3.4. Gambar Pelaksanaan Lapangan bila dianggap perlu.

Bagian-bagian yang disebutkan di atas (3.1. sampai dengan 3.3.) harus mendapat persetujuan dari
Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, sebagai dasar/patokan Kontraktor dalam melaksanakan
pekerjaan.

PASAL 4. LETAK BANGUNAN

Keterangan mengenai letak bangunan ditentukan dalam gambar SITUASI dan untuk awal
pelaksanaan harus diadakan pengukuran ulang di bawah pengawasan direksi.

PASAL 5. PENENTUAN PEIL DAN UKURAN (PEMATOKAN)

5.1. Kontraktor wajib memberitahukan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, bagian


pekerjaan yang akan dimulai untuk dicek terlebih dahulu ketentuan peil-peil dan ukuran-
ukurannya.

5.2. Kontraktor bersama-sama dengan pihak Direksi & Tenaga Pengawas menentukan titik
ikat (BM / Bench Mark) sebagai dasar penentuan peil dan letak / posisi masing-masing

3
Technical Spesification Proto Type III

bangunan dan kegiatan pematokan secara keseluruhan. Kemudian hasil dari penentuan
titik ikat ini dituangkan dalam Berita Acara.

5.3. Kontraktor diwajibkan senantiasa mencocokkan ukuran-ukuran satu sama lain dalam tiap
pekerjaan dan segera melaporkan secara tertulis kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas, setiap mendapat selisih/perbedaan ukuran untuk diberikan keputusan
pembetulannya. Tidak dibenarkan Pelaksana Kontraktor membetulkan sendiri kekeliruan
tersebut tanpa persetujuan Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas.

5.4. Kontraktor bertanggung jawab atas tepatnya pelaksanaan pekerjaan menurut peil-peil dan
ukuran-ukuran yang ditetapkan dalam gambar kerja.

5.5. Mengingat setiap kesalahan selalu akan mempengaruhi bagian-bagian pekerjaan


selanjutnya, maka ketetapan peil dan ukuran tersebut mutlak perlu diperhatikan sungguh-
sungguh.

5.6. Peil Dasar:


Lantai dasar bangunan hulu dianggap sebagai peil + 0,00 yang diambil berdasarkan titik
ikat yang telah ditentukan bersama (lihat point 5.2).

PASAL 6. PEMAKAIAN UKURAN

6.1. Ukuran yang tercantum dalam gambar adalah ukuran yang mengikat dan mutlak harus
ditepati. Kontraktor tetap bertanggung jawab dalam menepati semua ketentuan yang
tercantum dalam Rencana Kerja dan Syarat-syarat Gambar-gambar berikut tambahan dan
perubahannya.

6.2. Kontraktor wajib memeriksa kebenarannya dari ukuran-ukuran keseluruhan maupun


bagin-bagian dan memberitahukan Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas tentang setiap
perbedaan yang ditemukannya didalam RKS dan Gambar-gambar maupun dalam
pelaksanaan. Kontraktor baru diijinkan membetulkan kesalahan gambar dan
melaksanakannya setelah ada persetujuan tertulis dari Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas.

6.3. Pengambilan ukuran-ukuran yang keliru dalam pelaksanaan, didalam hal apapun menjadi
tanggung jawab Kontraktor. Oleh karena itu sebelumnya kepadanya diwajibkan
mengadakan pemeriksaan menyeluruh terhadap semua gambar-gambar yang ada.

6.4. Semua ukuran yang dicantumkan dalam gambar dinyatakan dalam:


a. Milimeter (mm)
b. Centimeter (cm)
c. Meter (m)
d. Kecuali untuk hal khusus satuan dinyatakan sesuai kebutuhan.

PASAL 7. PENYERAHAN SKEMA ORGANISASI PROYEK

7.1. Bersamaan waktunya dengan penyerahan Rencana Kerja, Kontraktor wajib pula
menyerahkan suatu bentuk Skema Organisasi yang akan digunakan dalam pelaksanaan
proyek ini, untuk diperiksa dan mendapatkan persetujuan Direksi Pekerja/Tenaga
Pengawas.

4
Technical Spesification Proto Type III

7.2. Sebagai lampiran dari Skema Organisasi tersebut, Kontraktor harus menyerahkan suatu
daftar usulan-usulan nama-nama petugas yang akan ditugaskan di proyek ini lengkap
dengan jabatan dan daftar riwayat hidup/pengalaman.

PASAL 8. PENYERAHAN WEWENANG KEPADA KUASA KONTRAKTOR

8.1. Kontraktor wajib menetapkan seorang petugas yang akan bertindak sebagai wakil atau
kuasanya untuk mengatur dan memimpin pelaksanaan pekerjaan di lapangan (untuk
selanjutnya disebut Pelaksana).

8.2. Pemberian kuasa ini sama sekali tidak mengurangi tanggung jawab Kontraktor terhadap
pelaksanaan pekerjaan baik sebagian ataupun keseluruhan.

PASAL 9. TENAGA AHLI

9.1. Kontraktor wajib menyediakan tenaga ahli untuk mengawasi, memeriksa dan menyetel
pemasangan bahan, peralatan hingga bahan/peralatan tersebut bisa berfungsi dengan
sempurna.

9.2. Kontraktor wajib menugaskan tenaga ahli sesuai dengan jenis pelaksanaan/tahapan
pelaksanaan pekerjaan.

PASAL 10. PEMBERHENTIAN PELAKSANA/PETUGAS

10.1. Bila dikemudian hari Pelaksana dan Petugas yang ditunjuk Kontraktor, oleh Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas dianggap kurang atau tidak mampu menunjukan
kecakapannya maka Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berhak memerintahkan
Kontraktor untuk mengganti Pelaksana/Petugas tersebut.

10.2. Dalam waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sesudah Surat Perintah Direksi Pekerjaan
tersebut keluar, Kontraktor harus sudah menunjukan seorang Pelaksana/Petugas yang
baru yang memenuhi persyaratan yang diminta.

PASAL 11. PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DAN SUMBER AIR

11.1. Setiap pembangkit tenaga listrik sementara untuk penerangan pekerjaan bila dianggap
perlu, harus diadakan oleh Kontraktor termasuk pemasangan sementara kabel-kabel,
meteran, upah dan tagihan serta pembersihannya kembali pada waktu pekerjaan selesai,
adalah beban Kontraktor.

11.2. Air untuk keperluan pekerjaan harus diadakan dan bila memungkinkan didapatkan dari
sumber air yang sudah ada di lokasi pekerjaan tersebut. Kontraktor harus memasang
sementara pipa-pipa dan lain-lain pekerjaan untuk mengalirkan air dan mencabutnya
kembali pada waktu pekerjaan selesai.

11.3. Kontaktor tidak diperbolehkan menyambung dan menghisap air dari saluran induk dan
sebagainya tanpa terlebih dahulu mendapatkan izin tertulis dari Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas.

5
Technical Spesification Proto Type III

PASAL 12. IKLAN

Kontraktor tidak diijinkan memasang iklan dalam bentuk apapun di lapangan kerja atau di tanah
yang berdekatan tanpa ijin dari Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

PASAL 13. JALAN MASUK DAN JALAN KELUAR

13.1. Pembuatan jalan masuk ke tempat pekerjaan menjadi tanggung jawab pihak Proyek.

13.2. Kontraktor diwajibkan membersihkan kembali jalan masuk pada waktu penyelesaian dan
memperbaiki segala kerusakan yang diakibatkannya dan menjadi beban Kontraktor.

PASAL 14. PAGAR PENGAMAN PEKERJAAN

Apabila dianggap perlu, sebelum melaksanakan pekerjaan pokok Kontraktor harus membuat
pagar pengamanan proyek, sesuai kondisi lapangan. Untuk item ini menjadi beban Kontraktor.

PASAL 15. KECELAKAAN DAN KESEHATAN

15.1. Kecelakaan-kecelakaan yang timbul selama pekerjaan berlangsung menjadi beban


Kontraktor.

15.2. Kontraktor diwajibkan menyediakan kotak PPPK terisi menurut kebutuhan.

15.3. Kontraktor diwajibkan memperhatikan kesehatan karyawan-karyawannya.

15.4. Sejauh yang tidak disebutkan dalam RKS ini, maka Kontraktor harus mengikuti semua
ketentuan umum lainnya yang dikeluarkan oleh Jawatan Instansi Pemerintah CQ Undang-
undang kesehatan kerja dan lain sebagainya termasuk semua perubahan-perubahannya yang
hingga kini tetap berlaku.

PASAL 16. PENGAMANAN

16.1. Kontraktor bertanggung jawab penuh atas segala sesuatu yang ada di daerahnya mengenai:

a. Kerusakan-kerusakan yang timbul akibat kelalaian/ kecerobohan yang disengaja


ataupun tidak.

b. Penggunaan sesuatu yang keliru/salah.

c. Kehilangan-kehilangan bagian alat-alat/bahan-bahan yang ada di daerahnya.

16.2. Terhadap semua kejadian sebagaimana tersebut di atas, Kontraktor harus melaporkan
kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas dalam waktu paling lambat 24 jam untuk
diusut dan diselesaikan persoalannya lebih lanjut.

16.3. Untuk mencegah kejadian-kejadian tersebut di atas, Kontraktor harus menyediakan


pengamanan, antara lain penjagaan, penerangan malam, pemagaran sementara dan lain
sebagainya.

6
Technical Spesification Proto Type III

16.4. Setiap pekerja memakai alat-alat pengaman, seperti : helm, dan lain-lain yang dianggap
perlu.

PASAL 17. PENGAWASAN

17.1. Setiap saat Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas harus dapat dengan mudah mengawasi,
memeriksa dan menguji setiap bagian pekerjaan, bahan dan peralatan. Kontraktor harus
mengadakan fasilitas-fasilitas yang diperlukan.

17.2. Bagian-bagian pekerjaan yang telah dilaksanakan tetapi luput dari pengawas Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas menjadi tanggung jawab Kontraktor. Pekerjaan tersebut jika
diperlukan harus segera dibuka sebagian atau seluruhnya.

17.3. Jika Kontraktor perlu melaksanakan pekerjaan di luar jam kerja normal sehingga
diperlukan pengawasan oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, maka segala biaya untuk
itu menjadi beban Kontraktor. Permohonan oleh Kontraktor untuk mengadakan
pemeriksaan tersebut harus dengan surat disampaikan kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas.

17.4. Wewenang dalam memberikan keputusan yang berada ditangan petugas-petugas Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas adalah terbatas pada soal-soal yang tercantum/dimasukan
dalam gambar-gambar, RKS dan risalah penjelasan. Penyimpangan dari padanya haruslah
seizin Pemilik Proyek.

PASAL 18. PEMERIKSAAN DAN PENYEDIAAN BAHAN DAN BARANG

18.1. Bila dalam RKS disebutkan nama dan pabrik pembuatan dari suatu bahan dan barang,
maka ini dimaksudkan menunjukan standard minimal mutu/kualitas bahan dan barang yang
digunakan (atau yang setara).
18.2. Setiap barang dan bahan yang akan digunakan harus disampaikan kepada Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas oleh Kontraktor untuk mendapatkan persetujuan. Waktu
menyampaikan dilaksanakan jauh sebelum pekerjaannya dimulai.

18.3. Setiap usulan yang tidak sesuai petunjuk RKS, serta gambar-gambar dan Risalah
Penjelasan harus terlebih dahulu mendapat persetujuan Pemberi Tugas/Pemilik Proyek.

18.4. Contoh-contoh dari barang yang akan digunakan dalam pekerjaan harus diajukan dan
diadakan Pelaksana/Kontraktor atas biaya Pelaksanan dan setelah disetujui oleh Pemilik
Proyek, maka sesuai contoh bahan dan barang tersebut yang sudah disetujui akan dipakai
dalam pelaksanaan pekerjaan nanti.

18.5. Contoh bahan dan barang tersebut disimpan oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas
untuk dijadikan dasar penolakan bila ternyata bahan dan barang yang dipakai tidak sesuai
dengan contoh baik kualitas maupun sifatnya.

18.6. Dalam mengajukan harga penawaran, Pelaksana harus sudah memasukan biaya untuk
pengujian berbagai bahan dan barang. Tanpa mengingat jumlah tersebut, Kontraktor tetap
bertanggung jawab pula atas biaya pengujian bahan dan barang yang tidak memenuhi
syarat atas perintah Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

7
Technical Spesification Proto Type III

PASAL 19. RENCANA KERJA, SYARAT-SYARAT DAN GAMBAR KERJA

19.1. Gambar-gambar detail merupakan bagian-bagian yang tidak terpisahkan pada RKS ini.

19.2. Jika terdapat perbedaan-perbedaan antara gambar-gambar dengan RKS, Kontraktor


diwajibkan mengajukan pernyataan tertulis kepada Pengawas Proyek yang ditunjuk oleh
Pemberi Tugas dan Kontraktor diwajibkan pula mentaati dan mengikuti keputusan Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

19.3. Ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar disajikan dalam bentuk angka dan apabila
kurang jelas dapat diukur dengan skala gambar, hal ini harus mendapat persetujuan Pemilik
Proyek/Tenaga Pengawas.

19.4. Jika terdapat kekurangan penjelasan-penjelasan dalam gambar atau diperlukan gambar
tambahan/gambar detail untuk membesarkan gambar-gambar atau untuk memungkinkan
Kontraktor melaksanakan dan menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan ketentuan, maka
Kontraktor harus dapat membuat gambar atas biaya Kontraktor.

19.5. Apabila ada hal-hal yang disebutkan berulang pada gambar-gambar, RKS atau Dokumen
Kontrak lainnya yang berlainan dan atau penjelasan-penjelasannya bertentangan, maka
harus diartikan bukan untuk menghilangkan satu terhadap yang lain, tetapi untuk lebih
menegaskan masalahnya. Kalau hal yang menyangkut kelainan harus diinformasikan
kepada Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas untuk mendapatkan keputusannya.

19.6. RKS, daftar volume pekerjaan (BoQ), Gambar serta Berita Acara Penjelasan Pekerjaan
adalah bagian yang saling melengkapi satu sama lain.

PASAL 20. PENYEDIAAN PERALATAN KERJA

20.1. Kontraktor wajib menyediakan segala peralatan yang diperlukan untuk pelaksanaan
pekerjaan dengan baik dan sempurna, termasuk membongkar/merapihkan/membawa keluar
segala peralatan tersebut setelah tidak diperlukan lagi.

20.2. Peralatan-peralatan tersebut harus sudah diperhitungkan bentuk, ukuran kapasitas dan
sebagainya untuk bisa melayani kebutuhan pelaksanaan pekerjaan ini.

20.3. Peralatan-peralatan tersebut harus dalam keadaan baik dan selalu siap untuk digunakan.
Peralatan yang tidak bisa berfungsi dengan baik harus segera diperbaiki atau kalau tidak
mungkin harus segera diganti dengan yang masih berfungsi dengan baik.

20.4. Peralatan yang harus disediakan minimal terdiri dari:


 Genset untuk penerangan.
 Alat pemadat sesuai kebutuhan.
 Teodolite dan Waterpasss.
 Stamper.
 Scaffolding.
 Mesin pengaduk beton (Molen).
 Peralatan pengujian mutu beton di lapangan, seperti kubus beton, hammer test, core test
dll.
 Peralatan pokok lainnya yang diperlukan.

8
Technical Spesification Proto Type III

Kontraktor wajib menyediakan tenaga operator yang mampu melayani peralatan tersebut
di atas.

20.5. Segala biaya yang diperlukan untuk penyediaan peralatan dan operatornya menjadi
tanggungan Kontraktor, termasuk biaya perawatan, perbaikan dan pembongkaran.

PASAL 21. PENYEDIAAN BAHAN

21.1. Kontraktor wajib menyediakan bahan bangunan yang diperlukan sesuai dengan syarat-
syarat yang ditentukan dalam AV dan PUBB. Untuk beton bertulang syarat-syarat dalam
PBI-1971 / SNI atau aturan yang terbaru.

21.2. Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas berwenang meminta keterangan mengenai asal-usul


bahan dan Kontraktor wajib menjelaskannya.

21.3. Bahan-bahan yang akan digunakan, sebelumnya harus dimintakan persetujuan terlebih
dahulu pada Direksi Pekerja/Tenaga Pengawas dan Perencana untuk itu Kontraktor wajib
menyerahkan contoh-contoh bahan yang diusulkan disertai brosur-brosur spesifikasi bahan
yang dikeluarkan oleh produsen.

21.4. Bahan-bahan yang sudah didatangkan ke tempat pekerjaan tetapi ditolak pemakaiannya
oleh Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, harus segera disingkirkan dari tempat kerja
selambat-lambatnya 24 jam sesudah penolakan tersebut. Bagian pekerjaan yang telah
dimulai tapi masih menggunakan bahan yang telah ditolak, harus segera dihentikan dan
dibongkar.

PASAL 22. TATA CARA UNTUK MEMULAI SUATU JENIS PEKERJAAN

22.1. Untuk jenis-jenis pekerjaan yang apabila dikerjakan akan mengakibatkan gangguan pada
pekerjaan lain yang tidak dapat diperiksa/tertutup oleh pekerjaan tersebut, maka Kontraktor
wajib meminta kepada Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis, untuk
memeriksa bagian pekerjaan yang akan ditutup itu. Setelah pekerjaan tertutupi dan
dinyatakan baik, baru Kontraktor diperkenankan melaksanakan pekerjaan selanjutnya.

22.2. Apabila permohonan tertulis pemeriksaan tersebut di atas tidak dijawab oleh Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas dalam waktu 2 x 24 jam sejak jam diterimanya permohonan
tersebut (tidak dihitung hari libur resmi), maka Kontraktor boleh melanjutkan pekerjaan
tersebut. Kecuali apabila Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas meminta perpanjangan
waktu pemeriksaan dan Kontraktor menyetujuinya.

22.3. Apabila ketentuan-ketentuan tersebut di atas dilanggar oleh Kontraktor, maka Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas berhak menginstruksikan untuk membongkar bagian-bagian
yang sudah dikerjakan baik sebagian maupun seluruhnya untuk keperluan pemeriksaan atau
perbaikan. Biaya pembongkaran dan pemasangan kembali akan dibebankan kepada
Kontraktor.

PASAL 23. TATA CARA PENILAIAN PRESTASI PEKERJAAN

9
Technical Spesification Proto Type III

Pekerjaan-pekerjaan yang sudah terpasang dengan baik dan sudah diterima oleh Direksi
Pekerjaan/Tenaga Pengawas dapat dihitung prestasi dengan nilai 100%.

Akan tetapi setiap kemajuan dan kegiatan pelaksanaan pekerjaan harus didokumentasikan dengan
foto, slide dan video kaset sekurang-kurangnya :
 Kemajuan fisik 0%.
 Kemajuan fisik 50%.
 Kemajuan fisik 100%.
 Setelah masa pemeliharaan berakhir/penyerahan kedua.

Setiap pengambilan foto dibidik dari 3 arah dengan titik pengambilan yang tetap. Foto tersebut
dicetak dengan ukuran 3R dalam rangkap 5 dan ditata dalam satu album.

PASAL 24. KOORDINASI DENGAN SUB KONTRAKTOR

Apabila ada bagian-bagian pekerjaan yang diserahkan kepada pihak Ketiga (Sub Kontraktor)
sesuai dengan ketentuan yang ada dalam kontrak, maka untuk ini Kontraktor wajib mengatur
koordinasi kerja dengan Pihak Ketiga tersebut. Tanggung jawab kualitas pekerjaan yang telah
diserahkan pada pihak Ketiga ini tetap berada ditangan Kontraktor. Segala hal yang berkaitan
dengan pelaksanaan pekerjaan yang disub-kontrakkan akan diatur lebih lanjut di dalam Kontrak.

PASAL 25. PERLINDUNGAN TERHADAP HASIL PEKERJAAN

Kontraktor wajib mengadakan perlindungan yang diperlukan pada hasil pekerjaan yang sedang
dan sudah selesai dilaksanakan terhadap hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan. Semua
perlindungan tersebut harus didasarkan pada spesifikasi masing-masing jenis pekerjaan.

PASAL 26. TANGGUNG JAWAB DALAM MASA PEMELIHARAAN

26.1. Dalam masa pemeliharaan, kontraktor tetap bertanggung jawab memelihara pekerjaan yang
telah selesai dilaksanakan. Apabila dalam masa pemeliharaan tersebut ada pekerjaan-
pekerjaan yang rusak dan tidak berfungsi dengan baik sesuai dengan dokumen pelaksanaan,
maka Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan tersebut.

26.2. Apabila dalam masa pemeliharaan, Kontraktor tidak melaksanakan perbaikan-perbaikan


seperti yang diminta Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas, maka prestasi pekerjaan akan
dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan akan dikurangi sesuai dengan nilai pekerjaan yang
belum diperbaiki tersebut dan penyerahan kedua tidak dapat dilaksanakan.

PASAL 27. GAMBAR-GAMBAR YANG SESUAI DENGAN KENYATAAN

27.1. Kontraktor pada akhir pekerjaannya harus membuat gambar-gambar terakhir sesuai dengan
yang terpasang atau yang telah dilaksanakan (as built drawing).Gambar yang sesuai dengan
kenyataan tersebut harus disetujui Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas.

27.2. Gambar tersebut harus diserahkan dalam rangkap 3 (tiga) berikut gambar aslinya dan
semua biaya pembuatannya ditanggung oleh Kontraktor.

10
Technical Spesification Proto Type III

PASAL 28. KERUSAKAN BAGIAN PEKERJAAN OLEH PELAKSANA/


KONTRAKTOR

28.1. Setiap bagian pekerjaan yang berhubungan dengan Kontraktor diwajibkan memperbaiki
bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan disetujui Pemilik Proyek atau
Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis.

28.2. Bila kerusakan bagian bangunan tidak bisa dihindari, Kontraktor yang bersangkutan
diwajibkan memperbaiki bagian yang rusak tersebut seperti keadaan semula dinilai dan
disetujui Pemilik Proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga Pengawas secara tertulis.

PASAL 29. PENYERAHAN PERTAMA

Pada akhir pekerjaan menjelang penyerahan pertama:

29.1. Semua bangunan sementara termasuk tanggul penahan banjir dan titik ikat (BM) tidak
boleh dibongkar serta diserahkan seperti kondisi awal kepada pihak Pemilik Proyek.

29.2. Tiap bagian pekerjaan harus dalam keadaan baik, bersih utuh tanpa cacat.

29.3. Pelaksana diwajibkan menyerahkan kepada pemilik proyek atau Direksi Pekerjaan/Tenaga
Pengawas berupa:

a. 3 (tiga) set gambar “as built drawing” dan seluruh pekerjaan yang dilaksanakannya
termasuk gambar perubahan dari rencana.

b. 3 (tiga) album photo berwarna beserta CD-Dokumentasi pelaksanaan.

29.4. Membersihkan atau membuang sisa-sisa bahan, sampah dan lain-lain yang tidak berguna
pada pelaksanaan pembangunan.

B. PEKERJAAN SIPIL
B.1. PEKERJAAN PERSIAPAN
PASAL 30. PEKERJAAN PERSIAPAN

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun hal-hal yang dilakukan dalam pekerjaan persiapan adalah berupa:
 Pembersihan lokasi
 Penyediaan air kerja
 Uitzet dan pemasangan bouwplank
 Biaya administrasi dan dokumentasi.

b. Standar / Rujukan
Tidak ada.

c. Bahan-Bahan
Tidak ada.

11
Technical Spesification Proto Type III

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


Pembersihan lokasi dapat dilakukan secara manual, sedangkan uitzet dan pemasangan
bouwplank dilakukan dengan menggunakan papan dan material lain guna memudahkan
pekerjaan di lapangan. Sedangkan semua kegiatan di lapangan sebelum dan setelah selesai
dilaksanakan harus disiapkan dan didokumentasikan secara baik dan diserahkan kepada
pihak Pemberi Pekerjaan di akhir kegiatan dan dikerjakan secara lumpsum. Penyediaan air
kerja dilakukan secara lumpsum.

B.2. LATRINE PROTO TYPE III


B.2.1. PEKERJAAN TANAH
PASAL 31. PEKERJAAN GALIAN, PEKERJAAN URUGAN TANAH BEKAS GALIAN,
PEKERJAAN URUGAN TANAH PUTIH, & URUGAN PASIR

1. PEKERJAAN GALIAN

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penggalian tanah biasa
untuk pembuatan pondai menerus pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Galian.

c. Bahan-Bahan
Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah besi galing dan alat lain
yang dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pekerjaan galian dapat dianggap selesai bila dasar galian telah mencapai elevasi yang
ditentukan dalam Gambar Kerja atau telah disetujui Direksi.
 Semua bahan galian harus dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi,
sehingga bila dibutuhkan dapat digunakan untuk bahan urugan atau dibuang sesuai
petunjuk Direksi.
 Bila terjadi kelebihan penggalian di luar garis batas dan elevasi yang ditentukan dalam
Gambar Kerja atau petunjuk Direksi yang disebabkan karena kesalahan Kontraktor,
kelebihan galian tersebut tidak dapat dibayar dan kontraktor harus memperbaiki daerah
tersebut sesuai Gambar Kerja atas biaya Kontraktor.
 Penggalian harus dilakukan dengan cara sedemikian rupa agar tidak merusak patok-
patok pengukuran atau pekerjaan lain yang telah selesai. Semua kerusakan yang
disebabkan karena pekerjaan penggalian menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus
diperbaiki oleh Kontraktor tanpa biaya tambahan atau waktu.
 Kontraktor harus menyingkirkan setiap batuan yang ditemukan pada daerah elevasi
akhir pada kedalaman minimal 15 cm di bawah elevasi akhir rencana. Batuan dapat
berupa batu atau serpihan keras dalam batuan dasar asli, dan batu besar dengan volume

12
Technical Spesification Proto Type III

lebih dari 0,5 cm3 atau berukuran lebih besar dari 1 m, yang harus disingkirkan dengan
alat khusus dan/atau diledakan.

2. PEKERJAAN URUGAN TANAH BEKAS GALIAN PONDASI

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan bekas galian
tanah biasa untuk pengisian pada pondai menerus pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan.

c. Bahan-Bahan
Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang
dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


Semua bahan galian dikumpulkan pada tempat tertentu sesuai petunjuk Direksi, kemudian
ditimbun kembali sebagai bahan urugan pada sisi pondasi menerus yang telah selesai
dikerjakan di lapangan.

3. PEKERJAAN URUGAN PASIR DI BAWAH PONDASI

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan pasir di
bawah pondai menerus pada lokasi kegiatan.
b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan.

c. Bahan-Bahan
Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang
dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Setelah pekerjaan galian tanah pondasi selesai dilakukan, maka sebelum
dilaksanakannya pekerjaan pemasangan pondasi menerus, pengurugan pasir dengan
ketebalan minimal 10 cm harus dilakukan.
 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan
kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus
segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan
ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.
 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan
bagian dari pekerjaan ini.

13
Technical Spesification Proto Type III

4. PEKERJAAN URUGAN PENINGGIAN PEIL LANTAI (TANAH PUTIH)

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan tanah putih
di bawah lantai rabat beton pada lokasi kegiatan.

b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Galian, Urukan Kembali dan Pemadatan.

c. Bahan-Bahan
Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang
dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Setelah pekerjaan pemasangan pondasi menerus selesai dilakukan, maka sebelum
dilaksanakannya pekerjaan urugan pasir di bawah lantai dan pemasangan lantai rabat
beton, maka pengurugan tanah putih dengan ketebalan minimal 30 cm harus dilakukan.
 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan
kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus
segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan
ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.
 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan
bagian dari pekerjaan ini

5. PEKERJAAN URUGAN PASIR DI BAWAH LANTAI

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan pengurugan pasir di
bawah di bawah lantai rabat beton atau di atas urugan tanah putih pada lokasi kegiatan.
b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan.

c. Bahan-Bahan
Adapun peralatan kerja yang digunakan untuk kegiatan ini adalah sekop dan alat lain yang
dianggap perlu untuk digunakan di lapangan.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Setelah pekerjaan tanah putih selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya
pekerjaan pemasangan lantai rabat beton, pengurugan pasir dengan ketebalan minimal
20 cm harus dilakukan.
 Ketebalan urugan harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila dilakukan
kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja, maka harus
segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan atas pekerjaan
ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

14
Technical Spesification Proto Type III

 Semua material yang telah diurug harus dipadatkan, dan pekerjaan ini merupakan
bagian dari pekerjaan ini.

B.2.2. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN


PASAL 32. PEKERJAAN PASANGAN & PLESTERAN

1. PEKERJAAN PASANGAN BATU KOSONG/AANSTAMPING

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penyusunan/pemasangan
batu kosong di atas urugan pasir sebelum pemasangan pondasi menerus dilakukan.

b. Standar / Rujukan
 American Association of State Highway and Transportation Officials (AASHTO).
 American Society for Testing and Materials (ASTM).
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.
 Spesifikasi Teknis Urugan Kembali dan Pemadatan.

c. Bahan-Bahan
Tidak ada.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Setelah pekerjaan urugan pasir selesai dilakukan, maka sebelum dilaksanakannya
pekerjaan pemasangan pondasi menerus, pemasangan batu kosong dengan ketebalan
minimal 15 cm harus dilakukan.
 Ketebalan pemasangan batu kosong harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan
apabila dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar
Kerja, maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan
perbaikan atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

2. PEKERJAAN PASANGAN BATU KALI/PASANGAN BATU

a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan batu kali/pasangan batu pada bangunan kakus/latrines
dengan komposisi campuran/mutu adukan 1 PC : 5 Psr.

b. Standar / Rujukan
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
c.1. Peralatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:
a. Mesin pengaduk (molen)
Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas,
berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang
terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton.

15
Technical Spesification Proto Type III

b. Peralatan penakar campuran


a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran
volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang
sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan
tahan lama.
b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang
terbuat dari plastik atau pelat besi.
c.2. Portland Cement
Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M.
“memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar
mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki
kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.
c.3. Pasir
a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam,
kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.
b. Ukuran butir pasir
Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir
maksimum 5mm.
c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm.
c.4. Air
Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :
a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang
dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.
b. Ph = 7
c. Kadar SO4 maksimum 5g/l
d. Kadar CL maksimum 15g/l
e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh
lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran
bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.
 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan
antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.
 Pencampuran dan Pengadukan:
a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar
volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),
b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas
serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk
adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.
c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.
 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas
Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut
harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.
 Tanggul / dinding penahan yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari
pasangan batu karang/batu kali.
 Semua pekerjaan pasangan tanggul baru boleh dikerjakan bila galian tanah sudah
diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Pengawas.
 Batu karang/kali/gunung yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus
dibersihkan dari kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.

16
Technical Spesification Proto Type III

 Pasangan tanggul batu karang/kali ini dibuat dengan adukan 1pc : 5psr.
 Semua bidang permukaan tanggul bagian luar di atas tanah yang kelihatan harus
diplester/diberaben dengan adukan 1pc : 3psr kemudian diaci dengan saus semen.
 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.
 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut
dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya,
maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan
pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan
untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.
 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

3. PEKERJAAN PASANGAN DINDING TRASTRAM

a. Lingkup Pekerjaan
Pekerjaan ini meliputi pemasangan dinding batako kedap air yang dipasang pada bak
penampung air dalam kakus komposisi campuran/mutu adukan 1 PC : 3 Psr.

b. Standar / Rujukan
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
c.1. Peralatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:
a. Mesin pengaduk (molen)
Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas,
berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang
terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton.
b. Peralatan penakar campuran
a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran
volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang
sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan
tahan lama.
b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang
terbuat dari plastik atau pelat besi.
c.2. Portland Cement
Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M.
“memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar
mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki
kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.
c.3. Pasir
a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam,
kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.
b. Ukuran butir pasir

17
Technical Spesification Proto Type III

Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir
maksimum 5mm.
c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm.
c.4. Air
Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :
a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang
dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.
b. Ph = 7
c. Kadar SO4 maksimum 5g/l
d. Kadar CL maksimum 15g/l
e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh
lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran
bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.
 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan
antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.
 Pencampuran dan Pengadukan:
a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar
volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),
b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas
serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk
adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.
c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.
 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas
Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut
harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.
 Dinding trastram yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari pasangan
batako dengan ukuran rata-rata tinggi 20 cm, panjang 40 cm, dan tebal 10 cm.
 Batako yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari
kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.
 Pasangan dinding trastram ini dibuat dengan adukan 1PC : 3 Psr.
 Adapun ketebalan spesi kurang lebih 1.50 cm.
 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.
 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut
dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya,
maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan
pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan
untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.
 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

4. PEKERJAAN PASANGAN DINDING BATAKO

a. Lingkup Pekerjaan

18
Technical Spesification Proto Type III

Pekerjaan ini meliputi pemasangan dinding batako/tembok biasa yang dipasang dalam
kakus dan sekitarnya selain dinding trastram, serta komposisi campuran/mutu adukan 1 PC
: 5 Psr.

b. Standar / Rujukan
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
c.1. Peralatan
Kontraktor harus menyediakan peralatan-peralatan pokok untuk pelaksanaan pekerjaan
tersebut di atas, peralatan tersebut antara lain:
b. Mesin pengaduk (molen)
Mesin pengaduk campuran semen pasir khusus dibuat untuk maksud tersebut di atas,
berbentuk tabung terbuka pada bagian atasnya, mempunyai bilah-bilah pengaduk yang
terdapat di dalamnya seperti layaknya mesin pengaduk untuk beton.
b. Peralatan penakar campuran
a) Untuk pekerjaan dengan volume besar, peralatan penakarnya dibuat dengan ukuran
volume minimal untuk 1zak semen, terbuat dari kayu (papan) atau bahan lain yang
sesuai dan memadai berfungsi sebagai penakar semen dan pasir, kokoh, kuat dan
tahan lama.
b) Untuk pekerjaan dengan volume kecil penakaran dapat menggunakan ember yang
terbuat dari plastik atau pelat besi.
c.2. Portland Cement
Semen yang digunakan dari Portland Cement jenis II N.I.8 type I menurut A.S.T.M.
“memenuhi S 400” dan standar dari Assosiasi Cement Indonesia atau memenuhi standar
mutu dalam SNI. Penggunaan semen abu-abu/bosowa/tiga roda atau sejenis dan memiliki
kualitas yang sama/serupa disarankan untuk dipergunakan dalam pekerjaan ini.
c.3. Pasir
a. Pasir yang digunakan adalah pasir beton, mempunyai karakter fisik keras dan tajam,
kandungan lumpur tidak lebih dari 5%.
b. Ukuran butir pasir
Pekerjaan yang memerlukan adukan semen pasir yang bersifat kasar, ukuran butir pasir
maksimum 5mm.
c. Untuk plester halus di atas plester kasar, ukuran butir pasir maksimum 1mm.
c.4. Air
Air yang dapat dipakai untuk pelaksanaan pekerjaan Adukan Semen Pasir adalah :
a. Air bebas dari bahan-bahan: organis, asam alkali, garam, atau bahan-bahan lain yang
dapat mempengaruhi daya ikatan maupun mutu kekuatan adukan.
b. Ph = 7
c. Kadar SO4 maksimum 5g/l
d. Kadar CL maksimum 15g/l
e. Daya oksidasi terhadap bahan organis dengan memakai larutan KMnO4 tidak boleh
lebih dari 1mg/l.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pasir sebelum digunakan harus disaring/ayak terlebih dahulu dengan ayakan ukuran
bukaan 5 mm atau 1mm yaitu sesuai dengan keperluan pemakaiannya.

19
Technical Spesification Proto Type III

 Bahan pasir yang akan dipakai harus dikumpulkan pada tempat tertentu dan dipisahkan
antara pasir halus dengan pasir kasar agar memudahkan pemakaiannya.
 Pencampuran dan Pengadukan:
a) Semen, pasir dicampur dalam keadaan kering dengan menggunakan penakar
volume dan diaduk hingga merata dengan alat pengaduk (molen),
b) Selanjutnya, ditambahkan air ke dalam campuran semen dan pasir tersebut di atas
serta diaduk kembali hingga merata dan dicapai konsistensi adukan dalam bentuk
adukan lembab atau plastis sesuai dengan kebutuhan pemakaian.
c) Lama pengadukan setelah dicampur air, minimum 1.5 menit.
 Jika tidak digunakan air dari PAM, Air yang akan dipakai menurut Pengawas
Pekerjaan diragukan (tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas), maka air tersebut
harus diuji terlebih dahulu di laboratorium PDAM.
 Dinding batako/tembok biasa yang dimaksud di sini adalah bangunan yang terbuat dari
pasangan batako dengan ukuran rata-rata tinggi 20 cm, panjang 40 cm, dan tebal 10
cm.
 Batako yang dipakai tidak keropos dan sebelum dipasang harus dibersihkan dari
kotoran dan tanah yang mengandung bahan organis.
 Pasangan dinding tembok ini dibuat dengan adukan 1PC : 5 Psr.
 Ketebalan speci kurang lebih 1.50 cm.
 Pasir yang dipakai adalah pasir lokal yang telah dicuci.
 Kontraktor wajib memperbaiki pekerjaan yang rusak/cacat, perbaikan tersebut
dilaksanakan hingga sempurna dan tidak mengganggu pekerjaan finishing lainnya.
 Kerusakan yang bukan disebabkan oleh tindakan pemilik pada waktu pelaksanaannya,
maka Kontraktor diwajibkan memperbaiki kembali dan biaya yang ditimbulkan dengan
pekerjaan perbaikan tersebut menjadi tanggung jawab Kontraktor.
 Kontraktor harus melakukan perlindungan terhadap pekerjaan yang telah dilaksanakan
untuk dapat dihindarkan dari kerusakan.
 Biaya yang ditimbulkan oleh pengamanan pekerjaan tersebut menjadi tanggung jawab
Kontraktor.

5. PEKERJAAN PASANGAN BATU ROSTER

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penyusunan/pemasangan
batu roster pada bagian tembok di dalam kakus yang berfungsi sebagai lubang angin/udara
guna menjaga terjaminnya sirkulasi udara yang baik.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Adapun bahan material yang digunakan adalah batu roster dengan ukuran yang ditentukan
akan tetapi dapat memenuhi persyaratan fungsi dari pemasangan batu roster di dalam kakus
di lapangan. Adapun material batu roster ini harus dibuat dari campuran semen dan pasir
dengan mutu sedang hingga tinggi.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum

20
Technical Spesification Proto Type III

 Pemasangan batu roster dilakukan bersamaan dengan pemasangan dinding


batako/tembok biasa.
 Posisi pemasangan batu roster harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

6. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING TRASTRAM

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan plesteran speci pada
bagian tembok trastram di dalam kakus guna menjaga bak air dalam kakus menjadi kedap
air. Dan mutu adukan dari pekerjaan ini adalah 1 PC : 2 Psr.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Adapun bahan material yang digunakan adalah campuran 1 PC : 2 Psr dengan persyaratan
mutu sesuai dengan pekerjaan tembok trastram sebelumnya.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Permukaan dinding trastram yang hendak diplester harus disiram/dibasahi hingga
merata.
 Permukaan dinding beton yang hendak diplester harus dikasarkan (dibuat kasar) agar
plesterannya dapat merekat.
 Pemasangan plesteran transtram dilakukan bersamaan dengan pemasangan plesteran
dinding batako/tembok biasa.
 Plesteran bidang dinding yang membentuk sudut siku, baik sudut luar maupun dalam
harus dilaksanakan secara sempurna, tegak lurus dan siku, khusus untuk sudut luar
dibuat tumpul.
 Tebal speci plesteran 1.50 cm.
 Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2(dua) lapis.
 Lapisan pertama adalah lapis plester setebal + 10mm, merupakan lapis plester untuk
membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran kasar.
 Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding yang
direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan datar, meng-
gunakan bahan untuk plesteran halus.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

7. PEKERJAAN PLESTERAN DINDING BIASA

a. Lingkup Pekerjaan

21
Technical Spesification Proto Type III

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan plesteran speci pada
bagian tembok biasa (bukan trastram) pada kakus. Dan mutu adukan dari pekerjaan ini
adalah 1 PC : 5 Psr.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Adapun bahan material yang digunakan adalah campuran 1 PC : 5 Psr dengan persyaratan
mutu sesuai dengan pekerjaan tembok trastram sebelumnya.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Permukaan dinding tembok yang hendak diplester harus disiram/dibasahi hingga
merata.
 Permukaan dinding beton yang hendak diplester harus dikasarkan (dibuat kasar) agar
plesterannya dapat merekat.
 Pemasangan plesteran tembok dilakukan bersamaan dengan pemasangan plesteran
dinding trastram.
 Plesteran bidang dinding yang membentuk sudut siku, baik sudut luar maupun dalam
harus dilaksanakan secara sempurna, tegak lurus dan siku, khusus untuk sudut luar
dibuat tumpul.
 Tebal speci plesteran 1.50 cm.
 Jumlah lapisan plester pada tiap bidang permukaan adalah 2(dua) lapis.
 Lapisan pertama adalah lapis plester setebal + 10mm, merupakan lapis plester untuk
membentuk permukaan yang rata dan datar, menggunakan bahan untuk plesteran kasar.
 Lapisan kedua adalah lapis plester akhir guna mencapai permukaan dinding yang
direncanakan, harus membentuk permukaan dinding yang halus, rata dan datar, meng-
gunakan bahan untuk plesteran halus.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

8. PEKERJAAN ACIAN DINDING

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan penghalusan dinding
tembok yang telah diplester dengan acian.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan

22
Technical Spesification Proto Type III

Adapun bahan material yang digunakan adalah semen dan air dengan ketebalan kurang
lebih 2.5 mm.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pekerjaan ini dilakukan segera setelah pelaksanaan plesteran dilakukan.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.3. PEKERJAAN BETON


PASAL 33. PEKERJAAN BETON

a. Lingkup Pekerjaan
a.1. Adapun jenis pekerjaan beton yang dikerjakan dalam proyek ini terdiri dari:
a. Struktur beton sloof dengan ukuran 15/20
b. Struktur beton kolom praktis dengan ukuran 15/15
c. Struktur beton ring balk dengan ukuran 15/20.
a.2. Kontraktor harus melakukan penyediaan dan persiapan-persiapan serta melakukan semua
pekerjaan yang perlu untuk menerima atau ikut serta dengan pekerjaan lain.
a.3. Kontraktor harus bertanggung jawab atas instalasi semua alat-alat yang terpasang,
selubung-selubung dan sebagainya yang tertanam di dalam beton. Syarat-syarat umum
pada pekerjaan ini berlaku penuh Peraturan Beton Indonesia 1971 (P.B.I. 1971) atau
aturan beton yang terakhir.

a.4. Ukuran-ukuran (dimensi) dari bagian-bagian beton bertulang yang tidak termasuk pada
gambar-gambar rencana pelaksanaan arsitektur adalah ukuran-ukuran dalam garis besar.
Ukuran-ukuran yang tepat, begitu pula besi penulangannya ditetapkan dalam gambar-
gambar struktur konstruksi beton bertulang. Jika terdapat selisih dalam ukuran antara
kedua macam gambar itu, maka ukuran yang berlaku harus dikonsultasikan terlebih dahulu
dengan Perencana atau Direksi Pekerjaan, guna mendapatkan ukuran yang
sesungguhnya yang disetujui oleh Perencana.
a.5. Pelaksanaan pekerjaan struktur:
 Kontraktor dapat memulai pekerjaan struktur setelah mendapat persetujuan dari Direksi
Pekerjaan.
 Sebelum pekerjaan struktur dimulai, Kontraktor wajib mengajukan usulan Rencana
Kerja yang akan ditempuh minimal menyebutkan:
a. Urut-urutan pekerjan struktur.
b. Metode atau skema pelaksanaan pekerjaan struktur.
c. Peralatan yang digunakan, penempatan peralatan, penempatan/penumpukan
bahan/materiil struktur.
d. Jadwal waktu pelaksanaan.
e. Dan lain-lain yang berhubungan dengan pekerjaan struktur.

b. Persyaratan Bahan
b.1. Mutu Semen
Semen portland harus memenuhi persyaratan standard Internasional atau NI-8 untuk butir
pengikat awal, kekekalan bentuk, kekuatan tekan aduk dan susunan kimia. Semen yang

23
Technical Spesification Proto Type III

cepat mengeras hanya boleh dipergunakan dimana jika hal tersebut dikuasakan tertulis
secara tegas oleh pihak Direksi Pekerjaan.
b.2. Penyimpanan Semen
Penyimpanan semen harus dilaksanakan dalam tempat penyimpanan dan dijaga agar semen
tidak lembab, dengan lantai terangkat bebas dari tanah dan ditumpuk sesuai dengan syarat
penumpukan semen dan menurut urutan pengiriman. Semen yang telah rusak karena
terlalu lama disimpan sehingga mengeras ataupun tercampur bahan lain, tidak
boleh dipergunakan dan harus disingkirkan dari tempat pekerjaan. Semen harus dalam zak-
zak yang utuh dan terlindung baik terhadap pengaruh cuaca, dengan ventilasi
secukupnya dan dipergunakan sesuai dengan urutan pengiriman.
b.3. Pasir agregat halus dan koral/batu pecah agregat kasar ex-quarry yang telah disetujui
Direksi.
Jenis dan syarat campuran agregat harus memenuhi PBI-71 Bab 3 / SNI atau aturan
sejenis:
a. Mutu pasir:
butir-butir tajam, keras, bersih, dan tidak mengandung lumpur dan bahan-bahan
organis.
b. Ukuran:
Sisa di atas ayakan 4 mm harus minimum 2% berat; sisa di atas ayakan 2 mm
harus minimum 10% berat; sisa ayakan 0,25 mm harus berkisar antara 80% dan 90%
berat.
c. Mutu Koral:
Butir-butir keras, bersih dan tidak berpori, batu pecah jumlah butir-butir pipih
maksimum 20% bersih, tidak mengandung zat-zat aktif alkali.
d. Ukuran:
Sisa di atas ayakan 31,5 mm, harus 0% berat; sisa di atas ayakan 4 mm, harus berkisar
antara 90% dan 98% berat, selisih antara sisa-sisa kumulatif diatas dua ayakan yang
berurutan, adalah maksimum 60% dan minimum 10% berat.
e. Penyimpanan:
Pasir dan kerikil atau batu pecah harus disimpan sedemikian rupa sehingga
terlindung dari pengotoran oleh bahan-bahan lain.
b.4. Mutu Air
Air untuk pembuatan dan perawatan beton tidak boleh mengandung minyak, asam alkali,
garam-garam, bahan organis atau bahan-bahan lain yang dapat merusak beton serta baja
tulangan atau jaringan kawat baja. Untuk mendapatkan kepastian kelayakan air yang akan
dipergunakan, maka air harus diteliti pada laboratorium yang disetujui oleh Direksi
Pekerjaan.
b.5. Mutu Beton
Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan beton adalah sebagai
berikut beton struktural K 225.

c. Tebal Penutup Beton Minimum


c.1. Bila tidak disebutkan lain tebal penutup beton harus sesuai dengan persyaratan PBI 1971
atau aturan yang terbaru.
c.2. Perhatian khusus perlu dicurahkan terhadap ketepatan tebal penutup beton, untuk itu
tulangan harus dipasang dengan penahan jarak yang terbuat dari beton dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor.

Bila tidak ditentukan lain, maka penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok persegi
atau gelang-gelang yang harus dipasang sebanyak minimum 8 buah setiap meter cetakan
atau lantai kerja. Penahan-penahan jarak tersebut harus tersebar merata.

24
Technical Spesification Proto Type III

d. Pengecoran
d.1. Beton harus dicor sesuai persyaratan dalam PBI 1971 atau aturan yang terbaru.
d.2. Tinggi jatuh dari beton yang dicor jangan melebihi 2 m bila tidak disebutkan lain atau
disetujui Direksi Pekerjaan.
d.3. Bila pelaksanaan pengecoran akan dilakukan dengan cara atau metoda diluar ketentuan
yang tercantum didalam PBI'71 atau aturan yang terbaru termasuk pekerjaan yang
tertunda ataupun penyambungan pengecoran, maka Kontraktor harus membuat usulan
termasuk pengujiannya untuk mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan paling
lambat 3 minggu sebelum pelaksanaan dimulai.

e. Perawatan Beton
e.1. Secara umum harus memenuhi persyaratan didalam PBI 1971 NI-2 Bab 6.6 atau aturan
yang terbaru.
e.2. Beton setelah dicor harus dilindungi terhadap proses pengeringan yang belum saatnya
dengan cara mempertahankan kondisi dimana kehilangan kelembaban adalah minimal dan
suhu yang konstan dalam jangka waktu yang diperlukan untuk proses hydrasi semen serta
pengerasan beton.
e.3. Perawatan beton dimulai segera setelah pengecoran beton selesai dilaksanakan dan harus
berlangsung terus-menerus selama paling sedikit dua minggu jika tidak ditentukan lain.
Suhu beton pada awal pengecoran harus dipertahankan tidak melebihi 32 ° C.
e.4. Dalam jangka waktu tersebut cetakan dan acuan betonpun harus tetap dalam keadaan
basah. Apabila cetakan dan acuan beton dibuka sebelum selesai masa perawatan maka
selama sisa waktu tersebut pelaksanaan perawatan beton tetap dilakukan dengan
membasahi permukaan beton terus menerus dengan menutupinya dengan karung-karung
basah atau dengan cara lain yang disetujui Direksi Pekerjaan.

f. Cacat pada Beton


Meskipun hasil pengujian benda-benda uji memuaskan, Direksi Pekerjaan mempunyai
wewenang untuk menolak konstruksi beton yang cacat seperti berikut:
f.1. Konstruksi beton yang keropos.
f.2. Konstruksi beton tidak sesuai dengan bentuk yang direncanakan atau posisinya tidak
sesuai dengan gambar.
f.3. Konstruksi beton yang tidak tegak lurus atau rata seperti yang direncanakan.
f.4. Konstruksi beton yang tidak berisikan kayu atau benda lain.
f.5. Semua pekerjaan yang dianggap cacat tersebut pada dasarnya harus dibongkar dan diganti
dengan yang baru, kecuali Konsultan Pengawas/Direksi Pekerjaan atau konsultan
menyetujui untuk diadakan perbaikan atau perkuatan dari cacat yang ditimbulkan
tersebut. Untuk itu kontraktor harus mengajukan usulan-usulan perbaikan yang kemudian
akan di teliti/diperiksa dan disetujui bila perbaikan tersebut dianggap memungkinkan.

g. Baja Tulangan
g.1. Mutu Baja : Kecuali ditentukan lain pada gambar kerja, kekuatan dan penggunaan baja
adalah sebagai berikut :
- Baja polos : BJTP 24
g.2. Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak dan karat serta bahan-bahan lain yang
mengurangi daya lekat.
g.3. Untuk pembuatan tulangan untuk batang-batang lurus atau dibengkokan, sambungan kait-
kait dan pembuatan sengkang disesuaikan dengan dengan persyaratan yang tercantum
pada P.B.I. 1971 atau aturan yang terbaru. Kecuali ada petunjuk yang lain dari perencana.

25
Technical Spesification Proto Type III

g.4. Pemasangan tulangan harus sedemikian rupa sehingga posisi dari tulangan sesuai dengan
rencana dan tidak mengalami perubahan bentuk maupun tempat selama pengecoran
berlangsung.
g.5. Toleransi pembuatan dan pemasangan tulangan disesuaikan dengan persyaratan P.B.I. 1971
atau aturan yang terbaru.

Toleransi baja tulangan:

Diameter, ukuran sisi atau Variasi dalam berat yang Toleransi


jarak antara sisi permukaan diperbolehkan. Diameter
yang berlawanan

< 10 mm 7% 0.4 mm
10 < d < 16 mm 5% 0.4 mm
16 - 28 mm 5% 0.5 mm
29 - 22 mm 4% -

g.6. Batang-batang baja lunak yang bulat harus mempunyai keluluhan bawah tekan / tarik
minimum = 1400 kg/cm2 (pembebanan tetap) dan 2000 kg/cm2 (pembebanan sementara).
g.7. Sambungan tulangan dan penjangkaran harus dilaksanakan sesuai persyaratan untuk itu
yang tercantum dalam PB.I. 1971 atau aturan yang terbaru.
g.8. Untuk mendapatkan jaminan atas kualitas atau mutu baja tulangan, maka pada saat
pemesanan baja tulangan kontraktor harus menyerahkan sertifikat resmi dari laboratorium
khusus ditujukan untuk keperluan proyek ini.
g.9. Setiap jumlah pengiriman 20 ton baja tulangan harus diadakan pengujian periodik
minimal 4 contoh yang terdiri dari 3 benda uji untuk uji tarik, dan 1 benda uji untuk uji
lengkung untuk setiap diameter batang baja tulangan. Pengambilan contoh baja tulangan,
akan ditentukan oleh Direksi Pekerjaan.
g.10. Semua pengujian tersebut diatas meliputi uji tarik dan lengkung, harus dilakukan di
laboratorium yang direkomendasi oleh Direksi Pekerjaan dan minimal sesuai dengan
SII-0136-84 salah satu standard yang dapat dipakai adalah ASTM A-615. Semua biaya
pengetesan tersebut ditanggung oleh Kontraktor.

h. Kawat Ikat
Dibuat dari baja lunak dan tidak disepuh seng.

i. Cetakan dan Acuan


Kontraktor harus terlebih dahulu mengajukan perhitungan-perhitungan, gambar-
gambar rancangan cetakan dan acuan mendapatkan persetujuan Tenaga Pengawas /
Direksi Pekerjaan sebelum pekerjaan tersebut dilaksanakan. Dalam gambar-gambar
tersebut harus secara jelas terlihat Konstruksi cetakan/acuan, sambungan-sambungan serta
kedudukan sistem rangkanya.

B.2.4. PEKERJAAN LANTAI


PASAL 34. PEKERJAAN LANTAI

a. Lingkup Pekerjaan

26
Technical Spesification Proto Type III

Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah pekerjaan lantai rabat beton
dengan komposisi campuran 1 PC : 3 Psr : 5 Krl, dan pekerjaan lantai keramik dengan
ukuran 30 x 30.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Buku Pedoman Perencanaan untuk Struktur Beton Bertulang Biasa dan Struktur
Tembok Bertulang untuk Gedung 1983.
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Adapun bahan material yang digunakan adalah sebagaimana disebutkan dalam pasal 33
berkenaan dengan pekerjaan lantai rabat beton, sedangkan untuk pekerjaan lantai keramik
terbuat dari material dengan kualitas baik dan kuat (ukuran 30 x 30).

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pekerjaan lantai rabat beton dikerjakan untuk seluruh bidang lantai kakus yang
didisain, dan dilaksanakan setelah pengurugan pasir di bawah lantai selesai dilakukan.
Sedangkan pelaksanaan lantai keramik dilakukan setelah pemasangan lantai rabat beton
selesai dilakukan.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.5. PEKERJAAN PINTU, GANTUNGAN, & PENGUNCI


PASAL 35. PEKERJAAN PINTU, GANTUNGAN, & PENGUNCI

a. Lingkup Pekerjaan
Adapun yang dimaksudkan dengan pekerjaan ini adalah:
 Kusen pintu dengan kualitas kayu kelas I/Jati.
 Pasangan daun pintu tripleks double aluminium dengan kualitas papan kelas I/Jati.
 Pemasangan engsel pintu.
 Pemasangan grendel pintu.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Adapun bahan material yang digunakan khususnya bahan kayu adalah kayu kelas I/Jati.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Rangka kusen pintu harus disiapkan sebelumnya, dan pada saat pemasangan dinding
tembok biasa, pemasangan kusen pintu dapat dilakukan.
 Setelah pekerjaan kusen pintu selesai dilaksanakan, serta semua pekerjaan dinding dan
lantai selesai dilakukan, pemasangan daun pintu dapat dilakukan beserta semua
kelengkapannya yakni engsel dan grendel.

27
Technical Spesification Proto Type III

 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.6. PEKERJAAN ATAP


PASAL 36. PEKERJAAN ATAP

a. Ruang Lingkup
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pemasangan atap yang terdiri dari pekerjaan
kuda-kuda kayu kelas II, gording kayu kelas II, atap seng BJLS 0.30, dan lisplank papan
kelas II.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Bahan yang dipakai di dalam pekerjaan ini adalah:
 Atap seng BJLS 0.30.
 Kayu kelas II untuk kuda-kuda, gording, dan papan lisplank.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Pemasangan kuda-kuda dan gording dilakukan setelah pekerjaan dinding selesai
dilakukan..
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.7. PEKERJAAN PENGECATAN


PASAL 37. PEKERJAAN PENGECATAN

a. Ruang Lingkup
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pengecatan kayu, dinding, dan
atap.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Bahan yang dipakai di dalam pekerjaan ini adalah:
 Semua bahan cat adalah dari kwalitas yang terbaik dan yang telah disetujui oleh
Direksi/Tenaga Pengawas. Plamur yang dipakai harus dari merk yang sama dengan
catnya, dan pemakaiannya harus menuruti peraturan dari pabrik pembuat.

28
Technical Spesification Proto Type III

 Penyedia Barang/Jasa harus membuat percobaan pengecetan pada bidangbidang


contoh yang ditentukan oleh Direksi/Pengawas, selambat-lambatnya 1 (satu) minggu
sebelum pekerjaan cat dimulai.
 Semua permukaan yang akan dicat hams betul-betul dalam keadaan kering, rata, licin
dan bersih. Demikian pula sekitamya harus bebas dari debu dan kotoran-kotoran lain.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Semua kayu dan sambungan kayu yang dihubungkan dengan beton atau pasangan
harus dimeni 2 kali, demikian pula dengan bagian-bagian pekerjaan besi (angkur dan
sebagainya ) yang berhubungan dengan kayu. Pada sambungan-sambungan kayu harus
menggunakan meni kayu, dan untuk bagian pekerjaan kuda-kuda kayu harus
menggunakan teer.
 Semua daun pintu, kosen, jendela, dicat dengan mengkilat.
 Cat yang dipakai tidak boleh mengandung endapan yang sudah membatu bila diaduk
keras menjadi homogen dapat dicatkan dengan mudah/menggunakan merk MATEX
atau yang setara kualitasnya.
 Warna harus asli dari kalengnya dan tidak dibenarkan menggunakan warna campuran.
 Semua kayu yang akan dicat terlebih dahulu harus diamplas sampai halus dicat dengan
meni 2 (dua ) kali diplamur dan dihaluskan, kemudian dicat dengan cat dasar satu kali
kemudian dengan cat penutup dengan cat warna sebanyak 3 (tiga) kali sampai baik.
 Semua kosen dicat warna ditentukan kemudian.
 Tembok mempergunakan cat dengan mutu yang baik / dengan merk Decolith atau yang
setara kualitasnya.
 Semua dinding tembok bagian dalam yang akan dicat sebelumya harus diplamur
dengan plamur tembok, semua bidang permukaan dinding-dinding diplamur sampai
halus dan rata. Sedangkan semua dinding luar tidak perlu diplamur tetapi langsung
dicat minimal 3x pengecatan sampai rata.
 Warna cat tembok dinding sebelah dalam dan sebelah luar akan ditentukan kemudian
(sesuai petunjuk dari Direksi).
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.2.8. PEKERJAAN SANITAIR


PASAL 38. PEKERJAAN SANITAIR

a. Ruang Lingkup
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan pembuatan 2 unit septictank
lengkap dengan bak kontrol, 2 unit peresapan lengkap dengan bak kontrol, pemasangan
kloset jongkol, pemasangan floor drain, pemasangan kran air pada bak penampung air
dalam kakus, pemasangan instalasi tinja (pipa PVC diameter 4”), dan pemasangan instalasi
air kotor (pipa PVC diameter 4”).

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

29
Technical Spesification Proto Type III

c. Bahan-Bahan
Bahan yang dipakai di dalam pekerjaan ini adalah:
 Semua bahan cat adalah dari kwalitas yang terbaik dan yang telah disetujui oleh
Direksi/Tenaga Pengawas.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Untuk WC menggunakan kloset jongkok INA atau sejenis.
 Bak mandi dari pasangan batako yang diplester dan diberi acian.
 Septictank merupakan base beton berbentuk segi empat dengan 2 ruang pembagi
(bentuk dan ukuran sesuai dengan gambar).
 Saluran air kotor dari closet WC/KM memakai pipa PVC ukuran diameter 4”,
sedangkan pipa udara menggunakan pipa galvanis diameter 2”.
 Drainasi dari kamar mandi menggunakan pipa PVC diameter 4” dilengkapi dengan bak
kontrol dimana dimensi dan bahannya dapat dilihat dari gambar kerja.
 Di setiap kakus dipasang floor drain dan minimal 1 buah kran di bak penampung.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

B.3. PEMBUATAN SUMUR DANGKAL


PASAL 39. PEKERJAAN PEMBUATAN SUMUR DANGKAL

a. Ruang Lingkup
Yang termasuk di dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan tanah, pekerjaan pasangan,
plesteran dam lantai, serta pekerjaan lain-lain, sebagaimana tertera dalam gambar kerja.

b. Standar / Rujukan
 American Society for Testing and Materials (ASTM)..
 Semua standar dan peraturan nasional yang berlaku.

c. Bahan-Bahan
Bahan yang dipakai di dalam pekerjaan ini adalah:
 Semen, pasir dan, kerikil, untuk pekerjaan lantai rabat.
 Semen, pasir, dan batu kali untuk pemasangan batu kali.
 Pipa beton bertulang dengan diameter 80 cm. tinggi 50 cm, dan tebal 10 cm.
 Semen dan pasir untuk pemasangan plesteran.
 Urugan tanah putih untuk urugan lantai.
 Pipa galvanis diameter 1” yang akan digunakan sebagai penopang katrol dan
digunakan sebagai pipa distribusi ke dalam bak penampung dalam kakus.

d. Pelaksanaan dan Prosedur Umum


 Semua pekerjaan dapat dilakukan secara terpisah dari pekerjaan kakus dan
kelengkapannya.
 Pelaksanaan pekerjaan ini harus disesuaikan dengan Gambar Kerja, dan apabila
dilakukan kurang dari atau tidak sesuai dengan yang disebutkan dalam Gambar Kerja,
maka harus segera diperbaiki. Kesalahan pelaksanaan yang menyebabkan perbaikan
atas pekerjaan ini menjadi tanggung jawab pihak Kontraktor.

30

Anda mungkin juga menyukai