Anda di halaman 1dari 14

Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

AUDIT ENERGI DALAM PENGOLAHAN KARET

Energy Audit in the Natural Rubber Processing

Didin Suwardin, Mili Purbaya dan Afrizal Vachlepi

Balai Penelitian Sembawa - Pusat Penelitian Karet


Jl. Raya Palembang – Betung Km. 29.Kotak Pos 1127 Palembang 30001
Email : dsuwardin04@yahoo.com

Diterima 17 Desember 2015/ Direvisi 1 Juni 2016/ Disetujui 17 Juni 2016

Abstrak Abstract

Penggunaan energi di Indonesia dinilai The usage of energy in Indonesia is still


masih belum efisien, hal ini ditunjukkan inefficient, this fact showed with value of elasticity
dengan nilai elastisitas energi dan intensitas and intensity energy was 2.69 and 565 ton-oil-
energi masing-masing sebesar 2,69 dan 565 equivalentper 1 juta USD (International Energy
ton-oil-equivalent per 1 juta USD (International Agency, 2009) respectively. The audit energy is one
Energy Agency, 2009). Audit energi method to evaluate the energy used and identified of
mer upakan salah satu upaya untuk opportunities for energy savings and
mengevaluasi pemanfaatan energi dan recommendations for improving the efficiency of the
mengidentifikasi peluang penghematan energi energy used in order to conserve energy. The
serta rekomendasi peningkatan efisiensi pada implementation of an energy audit conducted for all
pengguna energi dan pengguna sumber energi sectors of industry in Indonesia, including the
dalam rangka konservasi energi. Penerapan rubber processing industry. The crumb rubber
audit energi dilakukan untuk semua sektor factory is an industry which consumes energy in a
industri di Indonesia, termasuk industri large amount, the total energy consumption is
pengolahan karet. Industri pengolahan karet 26,257,005 kWh with 45,240 tonnes of total
remah merupakan industri yang banyak production. The correlation between energy
mengkonsumsi energi, dimana total kosumsi consumption (Y) and production (X) is Y = 455 +
energi sebesar 26.257.005 kWh dengan 154 X where rXY=0.9. The potential of energy
produksi sebesar 45.240 ton. Korelasi savings could be done, including the efficiency of the
konsumsi energi (Y) dengan produksi (X) main equipments of energy users, the efficiency
adalah Y = 455 + 154 X dengan koefisien ofutility equipment, and implementing energy
determinasi (rXY) = 0,9. Potensi penghematan management system. In addition, the conversion of
energi yang dapat dilakukan, diantaranya fossil energy to renewable energy and environmental
adalah efisiensi pada peralatan utama friendly energy can also be applied in order to
pengguna energi, efisiensi pada peralatan conserve energy.
utilitas dan pelaksanaan sistem manajemen
energi. Selain itu, konversi bahan bakar fosil ke Keywords: audit, energy, processing, crumb rubber
sumber energi terbarukan dan ramah
lingkungan juga dapat diterapkan dalam Pendahuluan
rangka konservasi energi.
Indonesia memiliki sumber daya energi
Kata kunci: audit, energi, karet remah, fosil utama seperti batubara, minyak dan gas
pengolahan bumi, tetapi sejak 2012 terjadi penurunan
sumber daya energifosil tersebut. Sumber daya

167
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

energi batubara mengalami penurunan Selain itu akan disampaikan juga peluang-
menjadi 119 milliar ton dengan cadangan peluang penghematan energi dan konversi
sebesar 29 milliar ton. Sedangkan minyak energi fosil dengan energi terbarukan.
bumi memiliki cadangan sebesar 7,41 milyar
barel yang terdiri atas 3,74 milyar barel Audit Energi
cadangan terbukti dan 3,67 milyar barel Langkah awal pelaksanaan manajemen
cadangan potensial. Sementara itu, gas bumi energi adalah audit energi. Audit energi
memiliki cadangan sebesar 151 TSCF yang merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi
terdiri atas 103 TSCF cadangan terbukti dan 47 titik-titik pemborosan energi yang terjadi pada
TSCF cadangan potensial (Anindhita, 2014). suatu sistem pemanfaatan energi,
Berdasarkan rasio cadangan terhadap merencanakan, menganalisis dan
produksi untuk masing-masing sumber energi merekomendasikan langkah-langkah dalam
fosil tersebut, sumber energi batubara memiliki meningkatkan efisiensi energi (Ayuni, 2012).
potensi yang paling tinggi, yaitu sekitar 75
tahun, sedangkan sumber energi gas dan Kebijakan- kebijakan audit energi adalah :
minyak bumi, masing-masing memiliki 1. Inpres No. 9 tahun 1982 tentang Konservasi
potensi 33 dan 12 tahun, jika tidak ditemukan Energi
cadangan baru (Anindhita, 2014). Dengan 2. Keppres No. 43 tahun 1991 tentang
semakin terbatasnya ketersediaan sumber Konservasi Energi
energi fosil di Indonesia maka perlu dilakukan 3. Inpres No.10 tahun 2005 tentang
upaya pemanfaatan energi secara bijak dan Penghematan Energi
efisien, serta pemanfaatan sumber energi baru 4. Permen ESDM No. 31 tahun 2005 tentang
dan terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, Tata Cara Pelaksanaan Penghematan
surya, angin, samudera maupun biomassa. Energi
Menurut data dari International Energy 5. Rencana Induk Konservasi Nasional
Agency (IEA), pada tahun 2009, Indonesia (RIKEN) tahun 1995 dan Revisinya tahun
memiliki intensitas energi (jumlah konsumsi 2005
energi/produksi domestik bruto) yang tinggi 6. Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan
yaitu 565 TOE (ton-oil-equivalent) per 1 juta Energi Nasional
USD, sedangkan elastisitas energi Indonesia 7. Inpres No. 1 tahun 2006 tentang
adalah 2,69. Sebagai perbandingan negara- Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar
negara maju memiliki intensitas 164 TOE/juta Nabati (Biofuel)
USD dan elastisitas berkisar dari 0,1 – 0,6 8. UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi
(Save Energy, 2012). Angka intensitas dan 9. PP No. 70 tahun 2009 tentang konservasi
elastisitas energi di Indonesia relatif tinggi jika energi
dibandingkan dengan negara-negara maju, ini
menunjukkan bahwa pemakaian energi di Dalam pelaksanaan audit energi terdapat
Indonesia masih belum efisien. beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :
Dalam rangka pemanfaatan energi yang 1. Menurunnya intensitas penggunaan energi
efisien di Indonesia, terutama untuk industri di industri.
pengolahan karet diperlukan suatu kegiatan 2. Meningkatkan peran serta industri dalam
audit energi untuk mengevaluasi pemanfaatan program konservasi energi.
energi dan identifikasi peluang penghematan 3. Pengurangan ketergantungan terhadap
energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi BBM.
pada industri. Tulisan ini akan membahas 4. Pengurangan pencemaran yang dapat
mengenai manajemen energi, audit energi dan merusak kualitas lingkungan.
aplikasinya dalam industri pengolahan karet, 5. Peningkatan daya saing produk.
terutama pabrik pengolahan karet remah, 6. Peningkatan efisiensi penggunaan energi
karena industri karet remah mendominasi dalam berproduksi.
industri pengolahan karet alam di Indonesia. Hasil audit energi memberikan dampak

168
Audit energi dalam pengolahan karet

nyata dalam usaha penghematan energi, 2. Survei energi (teknis)


seperti pada hasil audit energi pada bangunan Bagian ini mengulas kondisi dan operasi
dimana potensi penghematan energi dapat peralatan dari pemakai energi yang penting
dilakukan diantaranya dengan penggantian (misalnya boiler dan sistem uap) serta
AC konvensional dengan AC inverter, instrumentasi yang berkaitan dengan efisiensi
penggunaan lampu hemat energi (LHE) energi.
seperti lampu LED (Marzuki dan Rusman, b. Audit Energi Terinci (AET)
2012; Raharjo et al., 2014). Sedangkan peluang AET dilakukan setelah AEA. Audit ini
penghematan energi dari hasil audit energi dilakukan dengan cara mengumpulkan data
pada kelistrikan, diantaranya pemasangan pabrik dari catatan yang ada, mengukur
filter aktif maupun pasif pada alat-alat listrik parameter operasi yang penting dengan
non-linier, peningkatan faktor daya (Mulyadi instumentasi portable untuk mengaudit energi
et al., 2013; Palaloi, 2005). dalam neraca material dan panas pada
Audit energi memberi banyak manfaat, peralatan proses. Jenis uji yang dijalankan
diantaranya : mencangkup uji efisiensi pembakaran,
a. Saving money pengukuran suhu dan aliran udara pada
Dengan adanya manajemen energi, dapat peralatan utama yang menggunakan bahan
mengurangi biaya operasional. Dengan bakar, penentuan penurunan faktor daya yang
demikian keuntungan yang diperoleh disebabkan oleh berbagai peralatan listrik dan
perusahaan akan meningkat. uji sistem proses untuk operasi yang masih di
b. Environmental protection dalam spesifikasi.
Dengan adanya penggunaan energi yang
efisien maka akan memberikan kontribusi bagi Metode Audit Energi
dunia dalam hal membantu pelestarian alam Untuk mencapai sasaran-sasaran audit
dengan menjaga dan mempertahankan energi, terdapat beberapa metode yang dapat
cadangan minyak bumi dunia agar tidak segera digunakan dalam pelaksanaan audit energi,
habis. yaitu :
c. Sustainable development a. Goal Seek Method
Dengan adanya penggunaan energi yang Intensitas Konsumsi Energi (IKE)
efisien maka akan memberikan kontribusi bagi merupakan parameter utama yang harus dicari
perusahaan di bidang pertumbuhan yang dan ditentukan, baik pada sistem proses
berkelanjutan baik di sisi finansial maupun produksi maupun pada peralatan utility
penggunaan peralatan industri yang memiliki (boiler, chiller, compressor, pompa, dll).
lifetime maksimum/optimum. Dengan besaran/nilai IKE tersebut dapat
dikembangkan menjadi formulasi dan
Jenis Audit Energi simulasi analisis peluang penghematan energi.
a. Audit Energi Awal (AEA) b. Pareto Chart
AEA sangat berguna untuk mengenali Grafik Pareto dapat digunakan untuk
sumber-sumber pemborosan energi dan menentukan permasalahan utama atau
tindakan-tindakan sederhana yang dapat identifikasi masalah inti. Mekanisme
diambil untuk meningkatkan efisiensi energi pendekatan masalah menggunakan grafik ini
dalam jangka pendek. adalah :
1. Menentukan karakteristik mutu,
AEA terdiri dari dua bagian, yaitu : misalnya teknologi pengguna energi
1. Survei manajemen energi terbesar sebagai kunci untuk diasumsikan
Auditor energi mencoba untuk memahami bahwa persentase penghematan yang akan
kegiatan manajemen yang sedang berlangsung diperoleh memiliki nilai energi yang besar,
dan kriteria putusan investasi yang meskipun untuk sementara belum
mempengaruhi proyek konservasi. diketahui berapa persen potensi hemat
energi yang akan didapat. Apabila

169
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

prosentase potensi yang diperoleh kecil, Hasil pengukuran yang diambil


dikalikan dengan kapasitas yang besar, berdasarkan pertimbangan peningkatan
maka nilai yang diperoleh cukup signifikan. efektifitas dan efisiensi peralatan (menghindari
2. Untuk memperoleh bobot pengguna terjadinya penurunan performa akibat efek
energi terbesar, maka dilakukan stratifikasi kegiatan efisiensi energi).
objek peralatan.
3. Dari hasil stratifikasi diperoleh Tahapan Audit Energi
sebaran objek (peralatan pengguna energi) Pelaksanaan audit energi dapat ditempuh
mulai pengguna energi terbesar hingga ke melalui enam tahapan kegaiatan seperti yang
peralatan pengguna energi yang terkecil. disajikan pada Gambar 1.
c. Metode 5W + 1H a. Perencanaan dan Organisasi
Metode ini digunakan untuk mencari akar Pada tahap ini dilakukan beberapa
permasalahan (sumber pemborosan yang tindakan yang terdiri dari : penentuan tujuan
dapat dikonversi menjadi potensi/peluang audit, pemilihan anggota tim audit serta
hemat energi) pada peralatan pengguna energi pemberian tanggung jawabnya, dan pemilihan
yang telah ditentukan dari hasil Pareto chart. instrumen yang diperlukan, serta penyiapan
Mekanisme pendekatan masalah proposal kajian. Setelah dilakukan
menggunakan metode 5W dan 1H adalah : perencanaan yang matang, kemudian
1. Where. Untuk menemukan dimana dilakukan pertemuan dengan Manajemen
sumber yang berpotensi terjadinya Puncak untuk mengumpulkan informasi
pemborosan energi. umum, pemilihan area fous dan pembagian
2. What. Untuk mengidentifikasi apa fasilitas pabrik menjadi bagian pelaksanaan
yang menyebabkan hingga terjadinya atau cost center.
pemborosan energi. b. Pengkajian
3. W hy. U n t u k m e n g i d e n t i f i k a s i Pengamatan singkat lapangan (walk through
penyebab hal itu terjadi. survey) yang sekaligus dapat melakukan in
4. Who. Untuk mengidentifikasi siapa house training terhadap tim pendamping
yang menjadi trigger (aktor utama) i n d u s t r i o b ye k . A n g g o t a t i m h a r u s
terjadinya potensi pemborosan energi pada menyiapkan diagram alir proses area focus dan
peralatan yang sedang diteliti. mengumpulkan data pemakaian energi dan
Analisa berdasarkan 5M (Man/Manpower, data produksi yang diambilkan dari bagian
Machine, Material, Method, Mother atau cost center tertentu (form data sheet, data
Nature/lingkungan kerja). historis dan lain-lain) untuk menghitung losses
5. When. Untuk mengidentifikasi waktu melalui neraca massa dan energi.
terjadinya masalah, dapat didiskusikan c. Identifikasi Opsi
dengan operator apakah kejadiannya Penentuan penyebab kehilangan (losses)
bersifat siklus, tidak menentu ataukah ada energi dilakukan pada tahap ini melalui
pengaruh dari proses operasi peralatan. pengolahan data dan evaluasi awal untuk
6. How. Bagaimana mengatasi akar mendapatkan neraca energi, neraca massa,
masalah (sumber pemborosan yang dapat intensitas energi serta mengidentifikasi
dikonversi menjadi potensi/peluang hemat peluang penghematan energi (PPE/opsi).
energi) tersebut. d. Analisis Kelayakan Opsi
d. Metode Pengamatan dan Pengukuran Hasil identifikasi PPE/opsi selanjutnya
Untuk melihat efektifitas, dan performasi dianalisis secara teknis, ekonomi dan
operasi peralatan yang ada. Data-data primer lingkungan untuk menghasilkan daftar
(pengamatan langsung dan hasil pengukuran) PPE/opsi berdasarkan besaran penghematan
dan data sekunder (log-sheet dan hasil yang mungkin diperoleh. Kemudian
wawancara) sangat diperlukan untuk menyiapkan proposal penerapan dan
membantu di dalam analisa neraca massa dan pemantauan untuk memperoleh persetujuan
energi. Manajemen Puncak.

170
Audit energi dalam pengolahan karet

PERENCANAAN DAN
ORGANISASI

PENGKAJIAN

IDENTIFIKASI OPSI

ANALISIS
KELAYAKAN OPSI

PENERAPAN&
PEMANTAUAN OPSI

PERBAIKAN
BERKELANJUTAN

Gambar 1. Diagram alir tahapan kegiatan audit energi

e. Penerapan dan Pemantauan Opsi Konsumsi Energi Pada Pengolahan Karet


Presentasi dan diskusi dengan Manajemen
Puncak terhadap berbagai temuan dan hasil 1. Pengolahan lateks pekat
daftar PPE/opsi awal yang diperoleh. Pada prinsipnya pengolahan lateks pekat
Langkah ini dilakukan sekaligus untuk hanya memerlukan satu tahapan proses yaitu
klarifikasi berbagai data dan informasi memisahkan air dari par tikel karet.
sehingga pada saat pelaksanaan analisis rinci Pengolahan lateks pekat yang paling umum
dilakukan dengan basis data dan informasi diterapkan adalah teknik sentrifugasi dengan
yang benar dan juga diterima oleh kedua sebagian besar konsumsi energi berupa energi
pihak. Rekomendasi PPE (Opsi) selanjutnya listrik. Peralatan utama dalam pengolahan
diterapkan dan dipantau pelaksanaannya. Tim lateks pekat adalah mesin sentrifugal dengan
kemudian melakukan evaluasi dan analisis motor induksi berkecepatan tinggi yang
rinci terhadap penerapan PPE (opsi) yang memerlukan energi lebih dari 90% dari energi
diperoleh, serta menyusun laporan audit yang digunakan. Mesin-mesin lain adalah
energi mencangkup rekomendasi PPE dan pompa air, kipas listrik, pengaduk dan
manajemen energi yang disampaikan kepada peralatan untuk pengolahan limbah. Hasil
Manajemen Puncak. sur vei pada 31 pabrik di Thailand
f. Perbaikan berkelanjutan (Kementerian Energi Thailand, 2007)
Tim kemudian menyiapkan proposal menunjukkan bahwa sebagian besar energi
lanjutan untuk memperoleh persetujuan yang diperlukan adalah energi listrik
manajemen puncak dan selalu melakukan (Gambar2).
perbaikan yang berkelanjutan.

171
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

(a) (b)
Gambar 2. a) Konsumsi energi listrik dan energi panas dalam produksi lateks pekat
b) komposisi konsumsi energi berdasarkan jenis bahan bakar.

2. Pengolahan sit pembakaran kayu bakar. Energi listrik


Pengolahan sit angin tidak memerlukan digunakan untuk sistem penerangan dan
banyak energi, cukup energi angin untuk proses pumping. Hasil survei pada 18 pabrik sit
mengeringkan sit, sedangkan Ribbed Smoked di Thailand menunjukkan bahwa konsumsi
Sheet (RSS) atau Air Dried Sheet (ADS) energi terbesar adalah dari bahan bakar kayu
memerlukan energi panas baik yang berasal karet untuk menghasilkan energi panas pada
dari udara panas untuk karet ADS maupun kamar pengering (Gambar 3).
energi panas dari hasil pembakaran kayu karet Werapun et al. (2014) telah mendesain
untuk karet RSS.Pada pengolahan karet sit kamar pengering untuk sit asap dengan
jenis ADS di Thailand, konsumsi energi menggunakan kombinasi energi matahari dan
spesifik (SEC/specific energy consumption) untuk listrik di Thailand. Konsumsi energi matahari
pengeringan sit ADS yang menggunakan pada kamar pengering ini sebesar 15 – 32 %
o
udara panas pada suhu 40 – 70 C adalah 5,31 – (Tabel 2). Sistem pengering menggunakan
12,10 MJ/kg air yang diuapkan (Tabel 1) kombinasi energi pengering sinar matahari
(Ekphon et al., 2013). dan listrik dapat menghemat penggunaan
Pada pengolahan sit jenis RSS memerlukan energi listrik tetapi sistem ini memiliki
energi panas dan energi listrik untuk kelemahan karena tergantung dengan kondisi
produksinya. Energi panas digunakan untuk cuaca sehingga sistem ini sulit untuk dikontrol.
kamar pengering yang biasanya berasal dari

Tabel 1. Konsumsi energi spesifik pada pengolahan ADS


Suhu Relative Lama Kecepatan SEC
pengeringan Humidity (RH) pengeringan pengeringan (MJ/ kg
(oC) (%) (jam) (kg/jam) penguapan air)
Pengeringan dengan udara panas
40 68 117,1 0,2954 5,31
50 79 89,1 0,3616 11,45
60 73 48 0,4736 12,10
70 66 30 0,8635 9,85
Pengeringan konvensional (kontrol)
29 70 226 0,1019 -
30 66 152,1 0,1821 -
30 67 154,0 0,1996 -
S
umber: Ekphon et al., 2013

172
Audit energi dalam pengolahan karet

a b
Gambar 3. a) Konsumsi energi listrik dan energi panas dalam produksi sit asap, dan
b) komposisi konsumsi energi berdasarkan jenis bahan bakar   

Tabel 2. Persentase penggunaan energi dalam sistem pengeringan 


Energi Energi Persentasi Persentase
Rck ncp_rs p Total
o listrik matahari penggunaan energi penggunaan energi
( C) (kWh)
(kWh) (kWh) listrik (%) matahari (%)
Kamar pengering menggunakan energi matahari dan listrik
40 12,55 5,00 71,50 28,50 17,55
50 11,66 5,59 67,58 32,42 17,25
60 20,05 3,80 84,05 15,95 23,85
Kamar pengering hanya menggunakan energi listrik
50 288 0 100 0 288
Sumber:
Werapun et al. (2014)
Sementara itu pada pengolahan sit asap di 3. Pengolahan karet remah
Indonesia, penggunaan energi pada ruang Karet remah adalah karet kering yang
pengering (menggunakan bahan bakar kayu proses pengolahannya melalui tahap
karet dengan nilai heating value 27,667 kJ/kg peremahan. Bahan baku berasal dari lateks
dan moisture 23,8% wb) menunjukkan input yang telah diolah menjadi koagulum atau sleb.
energi 100 %, hanya 24 % energi yang Pengolahan karet remah memerlukan energi
termanfaatkan, sedangkan 7 % energi listrik dan energi panas. Energi listrik
tersimpan pada dinding, pintu, lantai dan atap. diperlukan untuk proses mesin milling,
Energi yang hilang ke lingkungan melalui compressing dan shredding, sedangkan energi
kontruksi dinding, pintu dan atap sebanyak panas digunakan untuk tahap pengeringan
48%. Sisanya 20% energi yang tidak terukur dimana diesel dibakar untuk menghasilkan
yang hilang melalui ventilasi, cerobong asap udara panas yang memiliki suhu 100 – 120 oC.
dan lain-lain. Efisiensi penggunaan energi Hasil survey pada 34 pabrik di Thailand
kamar pengering sangat rendah karena menunjukkan bahwa komposisi konsumsi
konstruksi bahan bangunan. Konstruksi energi listrik dan energi panas untuk
bangunan kamar pengering umumnya terdiri menghasilkan karet remah memiliki jumlah
dari dinding dari batu-bata, atap dari asbes, yang hampir sama. Energi listrik adalah energi
pintu dari baja dan tungku dari batu-bata, serta yang paling banyak digunakan selain heavy oil,
tidak ada sistem isolasi. Padahal konstruksi LPG, diesel, gasoline dan benzene.
bangunan memberikan konstribusi dalam Hasil survei pengolahan karet remah di
penggunaan energi yang optimal karena Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
perpindahan panas konduksi, konveksi dan Konsumsi energi terbesar adalah energi listrik
radiasi (Ediati dan Jajang, 2010).

173
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

dimana energi ini sebagian besar digunakan Audit Energi Dalam Pengolahan Karet
untuk proses membersihkan dan memperkecil Remah
ukuran bokar, serta proses penggilingan
dengan menggunakan hammer mill (175 HP) Intensitas Energi
dengan kapasitas mesin 4000 kg/jam. Intensitas energi merupakan indikator yang
Konsumsi energi total pada produksi karet menggambarkan hubungan antara konsumsi
remah adalah 3,06272 MJ/kg karet energi dan ekonomi, serta konsumsi energi
kering(Utomo et al., 2010). dan penduduk. Intensitas energi dapat

Tabel 3. Konsumsi energi dalam produksi SIR 20


Energy
Persentase
Jenis energi (per ton karet kering)
(%)
MJ kWh
1. Man-power
1. Transportasi bokar 1,22 0,339 7,67
2. Down-sizing dan
2,57 0,714 16,16
pembersihan
3. Penggilingan (milling) 2,94 0,817 18,49
4. Pengeringan awal (pre-drying) 2,57 0,714 16,16
5. Shredding 2,45 0,681 15,41
6. Pengeringan (drying) 1,22 0,339 7,67
7. Bale pressing 1,71 0,475 10,75
8. Pendeteksi logam (metal
0,73 0,203 4,59
detecting)
9. Pengemasan dan
0,49 0,136 3,08
penyimpanan
Total 15,90 4,417 100,00

2. Energi listrik
1. Down-sizing dan pembersihan
660,73 183,536 35,59
(cleaning)
2. Penggilingan (milling) 547,62 152,117 29,49
3. Pengeringan awal (pre-drying) 32,04 8,900 1,73
4. Shredding 161,55 44,875 8,70
5. Pengeringan (Drying) 250,85 69,681 13,51
6. Bale pressing 182,88 50,800 9,85
7. Pendeteksi logam (Metal
21,03 5,842 1,13
detecting)
Total 1.856,70 515,750 100,00

3. Energi bahan bakar


1. Transportasi bokar 23,05 6,403 1,94
2. Pengeringan 1.167,07 324,186 98,06
Total 1.190,12 330,589 100,00

Total konsumsi energi 3.062,72 850,756


Sumber: Utomo et al.(2010), diolah

174
Audit energi dalam pengolahan karet

digunakan sebagai suatu ukuran efisiensi 1) Pola operasi peralatan, 2) Pola pemakaian
energi dari ekonomi suatu negara. Semakin motor listrik dengan efisiensi rendah, 3)
tinggi intensitas energi menunjukkan suatu Pemilihan bahan baku, dan 4) Penerapan
harga atau biaya yang tinggi untuk mengubah sistem manajemen energi.
energi kepada Produk Domestik Bruto (PDB),
sedangkan semakin rendah intensitas energi Potensi penghematan energi dalam
menunjukkan suatu harga atau biaya yang pengolahan karet remah
rendah untuk mengubah energi kepada PDB
(Kementerian energi dan sumber daya a. Peralatan utama penggunaan energi
mineral, 2012). Nilai intensitas energi juga Peralatan utama dalam pengolahan karet
dapat menggambarkan pengaruh atau dampak remah seperti mesin breaker, hammermill,
penggunaan energi terhadap lingkungan (eco- macerator dan creper, dapat dilakukan
efficiency), dimana semakin tinggi nilai penghematan dengan cara :
intensitas energi maka semakin kurang nilai 1. Menjaga KVAmaks< 361 KVA
efisiensi lingkungan (eco-efficiency) dan KVA adalah satuan bagi daya yang
kerusakan sumber daya alam seperti bahan dihasilkan oleh tenaga listrik, yaitu hasil
bakar fosil (Maulina, 2009). kali tegangan listrik (volt) dengan kuat arus
Kebutuhan energi untuk memproduksi (ampere)
karet remah dengan kapasitas produksi 45.240 2. Perbaikan daya listrik
ton adalah 26.257.005 kWh. Terdapat korelasi Daya didefinisikan sebagai laju energi
antara konsumsi energi (Y) dan produksi (X), yang dibangkitkan atau dikonsumsi.
korelasi tersebut adalah :Y = 455 + 145 X; rXY = Perbaikan faktor daya dapat diartikan
Besarnya intensitas energi pada suatu industri sebagai usaha untuk membuat faktor
berfluktuatif. Suatu industri dikatakan efisien daya/cos mendekati 1 (satu). Untuk
jika intensitas energi maksimum adalah 179 memperbaiki faktor daya dari suatu beban
kWh/ton atau 153 Mcal/ton, intensitas yang mempunyai faktor daya yang rendah,
minimum adalah 126 kWh/ton atau 108 perlu dipasang kapasitor pada masing-
Mcal/ton, dan rataan intensitas adalah 136 masing beban atau secara tersentralisir
kWh/ton atau 116 Mcal/ton. Jika nilai melalui kapasitor bank. Dengan
intensitas suatu industri melebihi intensitas pemasangan kapasitor tersebut, selain
energi maksimum maka ini menunjukkan untuk memperbaiki faktor daya juga dapat
bahwa penggunaan energi pada industri memperbaiki pengaturan tegangan dan
tersebut tidak efektif sehingga memiliki meningkatkan efisiensi transformator
potensi untuk penghematan energi. (S.P. Purbaningrum, 2014). Perbaikan
Berdasarkan hasil audit energi pada salah faktor daya juga dapat mengunakan filter
satu pabrik karet remah SIR 20 di Indonesia harmonisa (Supri Hardi dan Yaman, 2013)
(Utomo et al., 2010), dimana besarnya 3. Efisiensi pada sistem pengering dapat
konsumsi energi adalah 3062,72 MJ/ton karet dilakukan dengan penggunaan sistem
kering atau 850,756 kWh/ton karet kering. pengering bertingkat dan menggabungkan
Nilai konsumsi energi ini juga menunjukkan berbagai tipe pengering (Law dan
intensitas energi dari pabrik karet remah Mujumdar, 2009).
tersebut. Besarnya intensitas pabrik karet
remah tersebut ternyata lebih tinggi (850,756 > b. Peralatan utilitas
179 kWh/ton). Ini menunjukkan bahwa P eralatan utilitas berfungsi untuk
pabrik karet remah tersebut belum efisien menunjang kegiatan produksi seperti pompa,
dalam pengolahan energi. boiler, dan conveyer juga berpotensi dilakukan
Faktor –faktor yang mempengaruhi nilai penghematan dengan cara :
intensitas energi adalah : (1) Menyeimbangkan beban, dan
(2) Pemasangan filter

175
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

c. Sistem manajemen energi Act : Mengambil tindakan untuk terus


Manajemen energi merupakan program meningkatkan kinerja energi dan sistem
terpadu yang direncanakan dan dilaksanakan manajemen energi.
secara sistematis untuk memanfaatkan Pelaksanaan sistem manajemen energi
sumberdaya energi secara efektif dan efisien harus diimplementasikan secara konsisten dan
dengan melakukan perencanaan, pencatatan, berkesinambungan.
pengawasan dan evaluasi secara kontinu tanpa
mengurangi kualitas produksi/pelayanan Konversi Energi
(Purbaningrum, 2014). Potensi energi baru dan terbarukan di
Sistem Manajemen Energi (SME) telah Indonesia terdiri dari panas bumi, tenaga air,
digunakan secara global dan menjadi standar biomassa, energi angin, surya, uranium, gas
sertifikasi internasional bagi usaha metana batubara dan shale gas (Tabel 4).
pengelolaan energi melalui ISO 50001. Proses Pemanfaatan energi baru seperti panas bumi,
SME menurut ISO 5001 mengikuti Plan-Do- tenaga air dan penggunaan biomassa limbah
Check-Act (PDCA) kelapa sawit terbukti juga dapat menurunkan
- Plan: Melakukan review energi dan emisi rumah kaca (Juniah, 2008).
menetapkan landasan, indikator kinerja Penggunaan bahan bakar minyak (BBM)
energi (Energy performance indicator), tujuan, sebagai sumber energi di Indonesia saat ini
sasaran dan rencana aksi yang diperlukan masih cukup dominan. Bahan bakar minyak
untuk memberikan hasil yang sesuai yang termasuk dalam energi tidak terbarukan
dengan peluang untuk meningkatkan ini ketersediaannya akan semakin terbatas dan
cenderung semakin mahal. Dengan investasi
kinerja energy (energy performance) dan
dan biaya operasi yang juga cukup mahal,
kebijakan energi organisasi. walaupun sudah didukung teknologi dan
- Do : Mengimplementasikan rencana aksi infrastruktur yang sangat baik, untuk masa
pengelolaan energi. mendatang penggunaan bahan bakar minyak
- Check : Memonitor dan mengukur proses diduga akan semakin kurang ekonomis. Selain
dan karakteristik proses operasi yang itu, penggunaan bahan bakar minyak juga
menentukan kinerja energi terhadap menjadi salah satu penyebab polusi dan
kebijakan energi dan tujuan dari timbulnya efek gas rumah kaca yang ditandai
manajemen energi organisasi, serta dengan meningkatnya suhu di permukaan
melaporkan hasil. bumi.
Tabel 4. Sumber energi baru dan terbarukan di Indonesia
Sumber energi Potensi Kapasitas terpasang
16.502 MW 1.341 MW
Panas bumi (geothermal)
(cadangan) (sampai mei 2013)
75.000 MW
Tenaga air (hydro) 7.059 MW
(sumberdaya)
Mini-mikrohidro 769,7 MW
512 MW
(mini-micro hydro) (sumberdaya)
13.662 Mwe 1.364 Mwe
Biomassa (biomass)
(cadangan) (75,5 Mwe (on grid)
Energi surya (solar energy) 4,80 kWh/m2/hari 42,78 MW
Energi angin (wind energi) 3-6 m/s 1,33 MW
Uranium 3000 MW 30 MW
Gas metana batubara 453 TSCF
(coal bed methane) (sumberdaya)
574 TSCF
Shale gas
(sumberdaya)

Sumber: Sugiyono et al., 2014

176
Audit energi dalam pengolahan karet

Untuk mengurangi ketergantungan dan batubara dan tidak terlalu tergantung dengan
dampak negatif penggunaan bahan bakar negara luar. Berbeda seperti bahan bakar
minyak, perlu dilakukan konversi sumber minyak dan gas alam, biaya investasi dan biaya
energi. Pemerintah Republik Indonesia saat ini operasinya dinilai masih relatif lebih murah.
sudah melakukan konversi sumber energi Akibatnya harga batubara juga masih lebih
terutama untuk rumah tangga dari bahan murah dibandingkan bahan bakar minyak dan
bakar minyak ke gas bumi. Beberapa jenis gas gas alam. Penggunaan batubara sebagai
yang banyak digunakan sebagai sumber energi sumber energi memberikan dampak negatif
antara lain Liquified Petroleum Gas (LPG) dan bagi lingkungan. Batubara termasuk salah satu
Compressed Natural Gas (CNG) atau yang sumber polusi dan menjadi penyebab
dikenal sebagai bahan bakar gas (BBG). timbulnya efek rumah kaca.
Komposisi BBG terdiri atas 85% CH4, 10% N2 Selain ketiga sumber energi di atas, di
dan CO2 serta etana,propana dan butana. Gas Indonesia masih terdapat sumber energi baru
alam di Indonesia memiliki cadangan sebesar dan terbarukan yang ketersediaan cukup
151 TSCF yang terdiri atas 103 TSCF berlimpah. Potensi energi baru dan terbarukan
cadangan terbukti dan 47 TSCF cadangan di Indonesia terdiri dari panas bumi, tenaga air,
potensial. Angka ini menunjukkan bahwa biomassa, energi angin, surya, uranium, gas
potensi gas alam di Indonesia masih cukup metana batubara dan shale gas (Tabel 4).
potensial. Tetapi dengan eksploitasi secara Pemanfaatan energi baru seperti panas bumi,
besar-besaran cadangan gas alam diprediksi tenaga air dan penggunaan biomassa limbah
akan terus mengalami penurunan. kelapa sawit terbukti juga dapat menurunkan
Penggunaan gas alam sebagai sumber emisi rumah kaca (Juniah, 2008). Bahkan
energi saat ini cenderung mengalami penerapan Clean Development Mechanism
peningkatan seiring dengan semakin (CDM) oleh PT. Pupuk Kaltim melalui proyek
mahalnya harga bahan bakar minyak. Dalam desalination unit dengan teknologi reverse
kegiatan eksploitasi dan produksinya, sumber osmosis yang memanfaatkan air laut telah
energi gas alam di Indonesia sudah didukung berhasil mendapatkan Certified emission
oleh teknologi dan infrastruktur yang relatif reduction (CER) berpotensi untuk penjualan
baik walaupun teknologinya masih tergantung carbon dari pengurangan emisi Co 2
dengan luar. Selain itu, nilai investasi dan biaya (Juniah,2008).
operasinya juga relatif mahal. Hal ini akan Sejak tahun 2006, Pemerintah Indonesia
berakibat pada nilai jual gas alam yang akan telah menerbitkan peraturan dan kebijakan
semakin mahal. Dampak penggunaan bahan untuk penyediaan dan pemanfaatan Bahan
bakar gas relatif lebih baik dibandingkan Bakar Nabati (bio-oil) sebagai bahan bakar
bahan bakar minyak karena lebih bebas polusi pengganti minyak. Bio-oil merupakan bahan
dan bersifat reduktif terhadap efek rumah bakar cair yang berasal dari biomassa seperti
kaca. kayu, limbah pulp dan kertas, serbuk gergaji,
Sumber energi alternatif yang saat ini juga tandan kelapa sawit kosong dan limbah
sudah banyak digunakan terutama untuk pertanian jagung yang dapat diproses secara
pembangkit listrik adalah batubara. Sayangnya pyrolisis (Dahlan, 2008). Selain limbah
batubara yang termasuk sumber energi fosil pertanian, bio-oil juga dapat diproleh dari hasil
(energi tidak terbarukan) juga mempunyai perkebunan seperti singkong dan tebu yang
keterbatasan. Dengan eksploitasi besar- akan menghasilkan bioetanol (Priyanto, 2009).
besaran seperti sekarang, cadangan batubara Selain bahan bakar cair, biomassa dapat
di Indonesia terus menipis. Teknologi untuk dikonversi menjadi bahan bakar gas melalui
memproduksi batubara (eksploitasi) dan proses gasifikasi yang biasa disebut dengan
menggunaan batubara sudah cukup baik. biogas. Biomassa yang dapat digunakan
Sebagai salah satu negara produsen, Indonesia sebagai sumber bahan bakar gas diantaranya
sudah mampu menguasai teknologi eksploitasi tempurung kelapa sawit, limbah perkebunan

177
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

karet seperti tunggul, kayu, ranting, scrap dan Kesimpulan


tatal, serta limbah pabrik karet (Vidian dan
Fikri, 2008 ; Suwardin, 2011).Penggunaan Audit energi perlu dilakukan untuk setiap
biomassa dalam pengolahan karet oleh pabrik produksi sebagai upaya untuk meningkatkan
karet remah di beberapa pabrik di Indonesia efisiensi melalui aplikasi opsi penghematan.
sudah diimplementasikan sebagai mana Dalam implementasi audit energi diperlukan
dilaporkan Vachlepi dan Suwardin (2014). komitmen dari manajemen puncak dengan
Ketersediaan sumber energi terbarukan di aplikasi sistem manajemen energi yang
Indonesia yang berlimpah ini sayangnya masih konsisten dan berkesinambungan. Nilai
belum diikuti oleh penyediaan infrastruktur intensitas energi pada pengolahan karet belum
yang baik. Untuk kegiatan produksi sumber efektif sehingga perlu dilakukan penghematan
energi ini infrastruktur pendukungnya relatif energi dengan cara penghematan energi pada
masih sangat kurang. Padahal teknologi peralatan utama pengguna energi,
produksinya sudah bisa dikembangkan sendiri penghematan energi pada peralatan utilitas,
dan tidak tergantung dengan negara luar. dan penerapan sistem manajemen energi.
Tidak seperti bahan bakar minyak dan gas Konversi bahan bakar minyak (BBM) kepada
alam, biaya investasi dan biaya operasionalnya penggunaan sumber energi yang terbarukan
juga terbilang cukup murah. Penggunaan dan ramah lingkungan pada pengolahan karet
sumber energi baru dan terbarukan ini juga (karet remah) dapat dilakukan dalam rangka
tidak memberikan dampak negatif terhadap penghematan energi. Konversi ini dapat
lingkungan. Sumber energi ini tidak berupa bahan bakar gas (BBG) yang
menimbulkan polusi dan efek rumah kaca bersumber dari biomassa (limbah) atau bahan
yang tidak baik bagi lingkungan. Penggunaan bakar cair seperti bioetanol atau biofuel.
energi hubungannya dengan parameter
pertimbangan pemilihannya ditampilkan pada
Tabel 5.

Tabel 5. Hubungan jenis energi dan parameter pilihan sumber energi


Jenis Energi
Parameter Biofuel
BBM LNG LPG Batubara Biogas Biomassa
biosolar
Ketersediaan Volume terbatas cukup cukup terbatas potensial potensial berlimpah
Infrastruktur baik baik baik baik kurang kurang Kurang

Teknologi Kehandalan baik baik baik baik baik cukup baik


Kemandirian dependen dependen dependen mandiri mandiri mandiri Mandiri

Finansial Investasi mahal mahal mahal sedang murah murah murah


Biaya Operasi mahal mahal mahal sedang murah murah Murah

Lingkungan Polusi polutif bebas bebas polutif bebas bebas bebas


Efek rumah kaca negatif reduksi reduksi negatif reduksi reduksi reduksi

178
Audit energi dalam pengolahan karet

Daftar Pustaka Kementerian Perindustrian. (2011). Pedoman


teknis audit energi dalam implementasi
Adiprama, T.R. dan Ciptomulyono, U. (2012). konservasi energi dan pengurangan emisi CO2 di
Audit energi dengan pendekatan metode sektor industri (Fase 1). Jakarta : Kementerian
MCDM PROMETHEE untuk konservasi Perindustrian.
serta efisiensi listrik di rumah sakit haji Kementerian Energi dan Sumber Daya
Surabaya. Jurnal Teknik POMITS, 1(1), 1-6. Mineral. (2012). Kajian Indonesia energi
Anindhita, A.S., Sidik Boedoyo, M.S., dan outlook. Jakarta : Pusat Data dan Informasi
Adiarso. (2014). Outlook energy Indonesia Energi dan Sumber Daya Mineral.
2014 : Pengembangan energi untuk mendukung Kementerian Energi Thailand. (2007). Project
program substitusi BBM. Jakarta : Pusat on studying of energy efficiency index in rubber
Teknologi Pengembangan Sumberdaya industry. Departemen Pengembangan
Energi – Badan Pengkajian dan Penerapan Energi Alternatif dan Efisiensi. Bangkok :
Teknologi. Kementerian Energi Thailand.
Ayuni, M. (2012). Kebijakan konservasi Law, C.L., dan Mujumdar, A.S. (2009).
energi. Workshop Efisiensi Energi di Sektor Energy issue in industrial drying.
Industri Kecil dan Menengah (IKM), Jakarta, Procceeding Sriwijaya International Seminar on
Maret 2012. Science and Technology (SISSET 2009). The
Dahlan, M.H. (2008). Konversi biomassa National Strategic Prime Research (New &
menjadi bio oil sebagai sumber energi. Renewable Energy Development). Palembang,
Prosiding Seminar Nasional AVOER Fakultas 2009.
Teknik Universita Sriwijaya. Palembang, Mei Marzuki, A. dan Rusman. (2012). Audit energi
2008. pada bangunan direksi PT Perkebunan
Ediati, R. dan Jajang. (2010). Mathematical Nusantara XIII (Persero). Vokasi, 8(3), 186-
model of smoking time temperature effect 196.
on ribbed smoke sheet quality. World Maulina, S. (2009). Eco-efficiency indicators
Academy of Science, Engineering and in latex concentrate processing : Energy
Technology, 4(21), 644-648. intensity. Procceeding Sriwijaya International
E k p h o n , A . , N i n c h u e w o n g , T. , Seminar on Energy Science and Technology
Tirawanichakul, S., and Tirawanichakul, SISSET 2009. Palembang, 2009.
Y. (2013). Drying model, shrinkage and Mulyadi, Y., Rizki, A., dan Sumarto. (2013).
energy consumption evolution of air dried Analisis audit energi untuk pencapaian
sheet rubber drying system for small efisiensi penggunaan energi di gedung
enterprise. Advanced materials research, 622- FPMIPA JICA Universitas Pendidikan
623, 1135-1139. Indonesia. Electrans, 12(1), 81-88.
Fukushima, N. (2002). Technologies to improve Palaloi, S. (2005). Audit energi sistem
energy efficiency and energy management kelistrikan di pabrik gula. Jurnal ilmiah
methods in factories. Tokyo : Energy Purbaningrum, S. P. (2014). Audit energi
Conservation Center Japan (ECCJ). dan analisis peluang penghematan
Hardi, S. dan Yaman. (2013). Peredaman konsumsi energi listrik pada rumah tangga.
harmonisa dan pebaikan faktor daya Media Mesin, 15(1), 26-33.
aplikasi beban rumah tangga. Jurnal Litek, Priyanto, U. (2000). Development and
10(1), 35-42. prospect of biofuel in Indonesia.
Juniah, R. (2008). Alternatif pemanfaatan Proceedings. Sriwijaya international seminar on
sumber energi terbarukan dalam skema energy science and technology (SISEST).
clean development mechanism : Suatu Palembang, 2000.
Kajian Pustaka. Prosiding Seminar Nasional Raharjo, B. A., Wibawa, U., dan Suyono, H.
AVOER Fakultas Teknik Universita Sriwijaya. (2014). Studi analisis konsumsi dan
Palembang, Mei 2008. penghematan energi di PT. Krebet Baru I.
Jurnal Mahasiswa TEUB, 1(1), 1-6.

179
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180

Utomo, T.P., Hasanudin, U., and Suroso, E. Vidian, F dan Fikri. (2008). Pemanfaatan
(2010). Comparative study of low and high- tempurung kelapa sawit menjadi bahan
grade crumb rubber processing energy. bakar gas melalui teknologi gasifikasi.
Proceedings of the world cogress on engineering Prosiding Seminar Nasional AVOER Fakultas
2010, vol III, London, June – July 2010. Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang,
Save Energy. (2012, Maret 12). 2 kategori Mei 2008.
indikator energi. Diakses dari Werapun, W., Pianroj, Y., Jumrat, S., and
http://saveenergy-info.blogspot.com Kongchana, P. (2014). Drying kinetics of
Suwardin, D. (2011). Pemanfaatan limbah natural rubber sheets by using a hybrid
perkebunan karet dan pabrik karet remah solar-electric dryer with force convection.
sebagai sumber bioenergi. Warta Perkaretan, The Journal of Industrial Technology, 10(3),
30(2), 88-94. 85-95.
Vachlepi, A dan Suwardin, D. (2014).
Pengeringan karet remah berbasis sumber
energi biomassa. Warta Perkaretan, 33(2),
103-112.

180

Anda mungkin juga menyukai