Abstrak Abstract
167
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
energi batubara mengalami penurunan Selain itu akan disampaikan juga peluang-
menjadi 119 milliar ton dengan cadangan peluang penghematan energi dan konversi
sebesar 29 milliar ton. Sedangkan minyak energi fosil dengan energi terbarukan.
bumi memiliki cadangan sebesar 7,41 milyar
barel yang terdiri atas 3,74 milyar barel Audit Energi
cadangan terbukti dan 3,67 milyar barel Langkah awal pelaksanaan manajemen
cadangan potensial. Sementara itu, gas bumi energi adalah audit energi. Audit energi
memiliki cadangan sebesar 151 TSCF yang merupakan kegiatan untuk mengidentifikasi
terdiri atas 103 TSCF cadangan terbukti dan 47 titik-titik pemborosan energi yang terjadi pada
TSCF cadangan potensial (Anindhita, 2014). suatu sistem pemanfaatan energi,
Berdasarkan rasio cadangan terhadap merencanakan, menganalisis dan
produksi untuk masing-masing sumber energi merekomendasikan langkah-langkah dalam
fosil tersebut, sumber energi batubara memiliki meningkatkan efisiensi energi (Ayuni, 2012).
potensi yang paling tinggi, yaitu sekitar 75
tahun, sedangkan sumber energi gas dan Kebijakan- kebijakan audit energi adalah :
minyak bumi, masing-masing memiliki 1. Inpres No. 9 tahun 1982 tentang Konservasi
potensi 33 dan 12 tahun, jika tidak ditemukan Energi
cadangan baru (Anindhita, 2014). Dengan 2. Keppres No. 43 tahun 1991 tentang
semakin terbatasnya ketersediaan sumber Konservasi Energi
energi fosil di Indonesia maka perlu dilakukan 3. Inpres No.10 tahun 2005 tentang
upaya pemanfaatan energi secara bijak dan Penghematan Energi
efisien, serta pemanfaatan sumber energi baru 4. Permen ESDM No. 31 tahun 2005 tentang
dan terbarukan seperti tenaga air, panas bumi, Tata Cara Pelaksanaan Penghematan
surya, angin, samudera maupun biomassa. Energi
Menurut data dari International Energy 5. Rencana Induk Konservasi Nasional
Agency (IEA), pada tahun 2009, Indonesia (RIKEN) tahun 1995 dan Revisinya tahun
memiliki intensitas energi (jumlah konsumsi 2005
energi/produksi domestik bruto) yang tinggi 6. Perpres No. 5 tahun 2006 tentang Kebijakan
yaitu 565 TOE (ton-oil-equivalent) per 1 juta Energi Nasional
USD, sedangkan elastisitas energi Indonesia 7. Inpres No. 1 tahun 2006 tentang
adalah 2,69. Sebagai perbandingan negara- Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar
negara maju memiliki intensitas 164 TOE/juta Nabati (Biofuel)
USD dan elastisitas berkisar dari 0,1 – 0,6 8. UU No. 30 tahun 2007 tentang Energi
(Save Energy, 2012). Angka intensitas dan 9. PP No. 70 tahun 2009 tentang konservasi
elastisitas energi di Indonesia relatif tinggi jika energi
dibandingkan dengan negara-negara maju, ini
menunjukkan bahwa pemakaian energi di Dalam pelaksanaan audit energi terdapat
Indonesia masih belum efisien. beberapa sasaran yang ingin dicapai, yaitu :
Dalam rangka pemanfaatan energi yang 1. Menurunnya intensitas penggunaan energi
efisien di Indonesia, terutama untuk industri di industri.
pengolahan karet diperlukan suatu kegiatan 2. Meningkatkan peran serta industri dalam
audit energi untuk mengevaluasi pemanfaatan program konservasi energi.
energi dan identifikasi peluang penghematan 3. Pengurangan ketergantungan terhadap
energi serta rekomendasi peningkatan efisiensi BBM.
pada industri. Tulisan ini akan membahas 4. Pengurangan pencemaran yang dapat
mengenai manajemen energi, audit energi dan merusak kualitas lingkungan.
aplikasinya dalam industri pengolahan karet, 5. Peningkatan daya saing produk.
terutama pabrik pengolahan karet remah, 6. Peningkatan efisiensi penggunaan energi
karena industri karet remah mendominasi dalam berproduksi.
industri pengolahan karet alam di Indonesia. Hasil audit energi memberikan dampak
168
Audit energi dalam pengolahan karet
169
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
170
Audit energi dalam pengolahan karet
PERENCANAAN DAN
ORGANISASI
PENGKAJIAN
IDENTIFIKASI OPSI
ANALISIS
KELAYAKAN OPSI
PENERAPAN&
PEMANTAUAN OPSI
PERBAIKAN
BERKELANJUTAN
171
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
(a) (b)
Gambar 2. a) Konsumsi energi listrik dan energi panas dalam produksi lateks pekat
b) komposisi konsumsi energi berdasarkan jenis bahan bakar.
172
Audit energi dalam pengolahan karet
a b
Gambar 3. a) Konsumsi energi listrik dan energi panas dalam produksi sit asap, dan
b) komposisi konsumsi energi berdasarkan jenis bahan bakar
173
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
dimana energi ini sebagian besar digunakan Audit Energi Dalam Pengolahan Karet
untuk proses membersihkan dan memperkecil Remah
ukuran bokar, serta proses penggilingan
dengan menggunakan hammer mill (175 HP) Intensitas Energi
dengan kapasitas mesin 4000 kg/jam. Intensitas energi merupakan indikator yang
Konsumsi energi total pada produksi karet menggambarkan hubungan antara konsumsi
remah adalah 3,06272 MJ/kg karet energi dan ekonomi, serta konsumsi energi
kering(Utomo et al., 2010). dan penduduk. Intensitas energi dapat
2. Energi listrik
1. Down-sizing dan pembersihan
660,73 183,536 35,59
(cleaning)
2. Penggilingan (milling) 547,62 152,117 29,49
3. Pengeringan awal (pre-drying) 32,04 8,900 1,73
4. Shredding 161,55 44,875 8,70
5. Pengeringan (Drying) 250,85 69,681 13,51
6. Bale pressing 182,88 50,800 9,85
7. Pendeteksi logam (Metal
21,03 5,842 1,13
detecting)
Total 1.856,70 515,750 100,00
174
Audit energi dalam pengolahan karet
digunakan sebagai suatu ukuran efisiensi 1) Pola operasi peralatan, 2) Pola pemakaian
energi dari ekonomi suatu negara. Semakin motor listrik dengan efisiensi rendah, 3)
tinggi intensitas energi menunjukkan suatu Pemilihan bahan baku, dan 4) Penerapan
harga atau biaya yang tinggi untuk mengubah sistem manajemen energi.
energi kepada Produk Domestik Bruto (PDB),
sedangkan semakin rendah intensitas energi Potensi penghematan energi dalam
menunjukkan suatu harga atau biaya yang pengolahan karet remah
rendah untuk mengubah energi kepada PDB
(Kementerian energi dan sumber daya a. Peralatan utama penggunaan energi
mineral, 2012). Nilai intensitas energi juga Peralatan utama dalam pengolahan karet
dapat menggambarkan pengaruh atau dampak remah seperti mesin breaker, hammermill,
penggunaan energi terhadap lingkungan (eco- macerator dan creper, dapat dilakukan
efficiency), dimana semakin tinggi nilai penghematan dengan cara :
intensitas energi maka semakin kurang nilai 1. Menjaga KVAmaks< 361 KVA
efisiensi lingkungan (eco-efficiency) dan KVA adalah satuan bagi daya yang
kerusakan sumber daya alam seperti bahan dihasilkan oleh tenaga listrik, yaitu hasil
bakar fosil (Maulina, 2009). kali tegangan listrik (volt) dengan kuat arus
Kebutuhan energi untuk memproduksi (ampere)
karet remah dengan kapasitas produksi 45.240 2. Perbaikan daya listrik
ton adalah 26.257.005 kWh. Terdapat korelasi Daya didefinisikan sebagai laju energi
antara konsumsi energi (Y) dan produksi (X), yang dibangkitkan atau dikonsumsi.
korelasi tersebut adalah :Y = 455 + 145 X; rXY = Perbaikan faktor daya dapat diartikan
Besarnya intensitas energi pada suatu industri sebagai usaha untuk membuat faktor
berfluktuatif. Suatu industri dikatakan efisien daya/cos mendekati 1 (satu). Untuk
jika intensitas energi maksimum adalah 179 memperbaiki faktor daya dari suatu beban
kWh/ton atau 153 Mcal/ton, intensitas yang mempunyai faktor daya yang rendah,
minimum adalah 126 kWh/ton atau 108 perlu dipasang kapasitor pada masing-
Mcal/ton, dan rataan intensitas adalah 136 masing beban atau secara tersentralisir
kWh/ton atau 116 Mcal/ton. Jika nilai melalui kapasitor bank. Dengan
intensitas suatu industri melebihi intensitas pemasangan kapasitor tersebut, selain
energi maksimum maka ini menunjukkan untuk memperbaiki faktor daya juga dapat
bahwa penggunaan energi pada industri memperbaiki pengaturan tegangan dan
tersebut tidak efektif sehingga memiliki meningkatkan efisiensi transformator
potensi untuk penghematan energi. (S.P. Purbaningrum, 2014). Perbaikan
Berdasarkan hasil audit energi pada salah faktor daya juga dapat mengunakan filter
satu pabrik karet remah SIR 20 di Indonesia harmonisa (Supri Hardi dan Yaman, 2013)
(Utomo et al., 2010), dimana besarnya 3. Efisiensi pada sistem pengering dapat
konsumsi energi adalah 3062,72 MJ/ton karet dilakukan dengan penggunaan sistem
kering atau 850,756 kWh/ton karet kering. pengering bertingkat dan menggabungkan
Nilai konsumsi energi ini juga menunjukkan berbagai tipe pengering (Law dan
intensitas energi dari pabrik karet remah Mujumdar, 2009).
tersebut. Besarnya intensitas pabrik karet
remah tersebut ternyata lebih tinggi (850,756 > b. Peralatan utilitas
179 kWh/ton). Ini menunjukkan bahwa P eralatan utilitas berfungsi untuk
pabrik karet remah tersebut belum efisien menunjang kegiatan produksi seperti pompa,
dalam pengolahan energi. boiler, dan conveyer juga berpotensi dilakukan
Faktor –faktor yang mempengaruhi nilai penghematan dengan cara :
intensitas energi adalah : (1) Menyeimbangkan beban, dan
(2) Pemasangan filter
175
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
176
Audit energi dalam pengolahan karet
Untuk mengurangi ketergantungan dan batubara dan tidak terlalu tergantung dengan
dampak negatif penggunaan bahan bakar negara luar. Berbeda seperti bahan bakar
minyak, perlu dilakukan konversi sumber minyak dan gas alam, biaya investasi dan biaya
energi. Pemerintah Republik Indonesia saat ini operasinya dinilai masih relatif lebih murah.
sudah melakukan konversi sumber energi Akibatnya harga batubara juga masih lebih
terutama untuk rumah tangga dari bahan murah dibandingkan bahan bakar minyak dan
bakar minyak ke gas bumi. Beberapa jenis gas gas alam. Penggunaan batubara sebagai
yang banyak digunakan sebagai sumber energi sumber energi memberikan dampak negatif
antara lain Liquified Petroleum Gas (LPG) dan bagi lingkungan. Batubara termasuk salah satu
Compressed Natural Gas (CNG) atau yang sumber polusi dan menjadi penyebab
dikenal sebagai bahan bakar gas (BBG). timbulnya efek rumah kaca.
Komposisi BBG terdiri atas 85% CH4, 10% N2 Selain ketiga sumber energi di atas, di
dan CO2 serta etana,propana dan butana. Gas Indonesia masih terdapat sumber energi baru
alam di Indonesia memiliki cadangan sebesar dan terbarukan yang ketersediaan cukup
151 TSCF yang terdiri atas 103 TSCF berlimpah. Potensi energi baru dan terbarukan
cadangan terbukti dan 47 TSCF cadangan di Indonesia terdiri dari panas bumi, tenaga air,
potensial. Angka ini menunjukkan bahwa biomassa, energi angin, surya, uranium, gas
potensi gas alam di Indonesia masih cukup metana batubara dan shale gas (Tabel 4).
potensial. Tetapi dengan eksploitasi secara Pemanfaatan energi baru seperti panas bumi,
besar-besaran cadangan gas alam diprediksi tenaga air dan penggunaan biomassa limbah
akan terus mengalami penurunan. kelapa sawit terbukti juga dapat menurunkan
Penggunaan gas alam sebagai sumber emisi rumah kaca (Juniah, 2008). Bahkan
energi saat ini cenderung mengalami penerapan Clean Development Mechanism
peningkatan seiring dengan semakin (CDM) oleh PT. Pupuk Kaltim melalui proyek
mahalnya harga bahan bakar minyak. Dalam desalination unit dengan teknologi reverse
kegiatan eksploitasi dan produksinya, sumber osmosis yang memanfaatkan air laut telah
energi gas alam di Indonesia sudah didukung berhasil mendapatkan Certified emission
oleh teknologi dan infrastruktur yang relatif reduction (CER) berpotensi untuk penjualan
baik walaupun teknologinya masih tergantung carbon dari pengurangan emisi Co 2
dengan luar. Selain itu, nilai investasi dan biaya (Juniah,2008).
operasinya juga relatif mahal. Hal ini akan Sejak tahun 2006, Pemerintah Indonesia
berakibat pada nilai jual gas alam yang akan telah menerbitkan peraturan dan kebijakan
semakin mahal. Dampak penggunaan bahan untuk penyediaan dan pemanfaatan Bahan
bakar gas relatif lebih baik dibandingkan Bakar Nabati (bio-oil) sebagai bahan bakar
bahan bakar minyak karena lebih bebas polusi pengganti minyak. Bio-oil merupakan bahan
dan bersifat reduktif terhadap efek rumah bakar cair yang berasal dari biomassa seperti
kaca. kayu, limbah pulp dan kertas, serbuk gergaji,
Sumber energi alternatif yang saat ini juga tandan kelapa sawit kosong dan limbah
sudah banyak digunakan terutama untuk pertanian jagung yang dapat diproses secara
pembangkit listrik adalah batubara. Sayangnya pyrolisis (Dahlan, 2008). Selain limbah
batubara yang termasuk sumber energi fosil pertanian, bio-oil juga dapat diproleh dari hasil
(energi tidak terbarukan) juga mempunyai perkebunan seperti singkong dan tebu yang
keterbatasan. Dengan eksploitasi besar- akan menghasilkan bioetanol (Priyanto, 2009).
besaran seperti sekarang, cadangan batubara Selain bahan bakar cair, biomassa dapat
di Indonesia terus menipis. Teknologi untuk dikonversi menjadi bahan bakar gas melalui
memproduksi batubara (eksploitasi) dan proses gasifikasi yang biasa disebut dengan
menggunaan batubara sudah cukup baik. biogas. Biomassa yang dapat digunakan
Sebagai salah satu negara produsen, Indonesia sebagai sumber bahan bakar gas diantaranya
sudah mampu menguasai teknologi eksploitasi tempurung kelapa sawit, limbah perkebunan
177
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
178
Audit energi dalam pengolahan karet
179
Warta Perkaretan 2016, 35 (2), 167-180
Utomo, T.P., Hasanudin, U., and Suroso, E. Vidian, F dan Fikri. (2008). Pemanfaatan
(2010). Comparative study of low and high- tempurung kelapa sawit menjadi bahan
grade crumb rubber processing energy. bakar gas melalui teknologi gasifikasi.
Proceedings of the world cogress on engineering Prosiding Seminar Nasional AVOER Fakultas
2010, vol III, London, June – July 2010. Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang,
Save Energy. (2012, Maret 12). 2 kategori Mei 2008.
indikator energi. Diakses dari Werapun, W., Pianroj, Y., Jumrat, S., and
http://saveenergy-info.blogspot.com Kongchana, P. (2014). Drying kinetics of
Suwardin, D. (2011). Pemanfaatan limbah natural rubber sheets by using a hybrid
perkebunan karet dan pabrik karet remah solar-electric dryer with force convection.
sebagai sumber bioenergi. Warta Perkaretan, The Journal of Industrial Technology, 10(3),
30(2), 88-94. 85-95.
Vachlepi, A dan Suwardin, D. (2014).
Pengeringan karet remah berbasis sumber
energi biomassa. Warta Perkaretan, 33(2),
103-112.
180