KOMUNITAS
Pelayanan kebidanan komunitas merupakan pelayanan yang diberikan oleh bidan secara
komprehensif dalam memberikan asuhan komunitas kepada keluarga dan masyarakat di wilayah binaan
yang telah ditetapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan setempat. Dalam praktiknya, seorang bidan
komunitas selalu dihadapkan dengan permasalahan yang tidak terlepas dari gender maupun hak asasi
manusia.
Permasalahan gender dalam masyarakat acapkali dibicarakan terkait dengan kesenjangan gender
maupun kesetaraan gender dan masih menjadi salah satu topik yang menarik untuk didiskusikan.
Sebagai seorang bidan yang memiliki kewenangan dalam peningkatan kesejahteraan dalam bidang
kesehatan di masyarakat, diharapkan memiliki pemahaman yang baik sehingga dapat menyikapi
Konsep gender adalah hasil konstruksi sosial yang diciptakan oleh manusia, yang sifatnya
tidak tetap, berubah-ubah serta dapat dialihkan dan dipertukarkan menurut waktu, tempat dan
budaya setempat dari satu jenis kelamin kepada jenis kelamin lainnya. Konsep gender juga
termasuk karakteristik atau ciri-ciri laki-laki dan perempuan yang diciptakan oleh keluarga
dan atau masyarakat, yang dipengaruhi oleh budaya dan interpretasi agama. Misalnya, secara
umum, pekerjaan memasak, mengurus anak, mencuci selalu disebutkan hanya sebagai
pekerjaan perempuan. Pandangan seperti ini merupakan ciptaan masyarakat dari budaya
tertentu, padahal pekerjaan tersebut dapat juga dipertukarkan dengan laki-laki atau dapat
dikerjakan oleh laki-laki. Namun pandangan ini bisa saja berbeda dari satu budaya dengan
budaya yang lain. Karakteristik atau ciri-ciri ini menciptakan pembedaan antara laki-laki dan
perempuan yang disebut pembedaan gender. Ini sering mengakibatkan peran sosial yang
berbeda antara laki-laki dan perempuan. Peran ini dipelajari dan berubah-ubah dari waktu ke
waktu dan dari suatu tempat ke tempat lain. Peran sosial atau yang sering disebut peran gender
ini berpengaruh terhadap pola relasi kuasa antara perempuan dan laki-laki yang sering disebut
seks dapat diibaratkan sebagai dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Artinya jika
berbicara mengenai gender tidak terlepas dari jenis kelamin. Namun kedua konsep ini sangat
berbeda makna dan pengertiannya. Konsep jenis kelamin adalah kenyataan secara biologis
yang membedakan antara manusia dimana lebih diidentikkan dengan perbedaan tubuh laki-
Untuk lebih jelas perbedaan gender dan jenis kelamin adalah sebagai berikut:
sebagai ibu rumah tangga dapat berubah Sekali menjadi perempuan dan
sebaliknya.
3. Peran sosial dapat dipertukarkan: Untuk Peran reproduksi tidak dapat
saat-saat tertentu, bisa saja suami tidak dipertukarkan: tidak mungkin laki-laki
luar negeri.
4. Peran sosial bergantung pada masa dan Peran reproduksi kesehatan berlaku
laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksi secara sosial maupun kultural. Misalnya
bahwa perempuan itu lemah lembut, cantik, emosional, dan sebagainya. Sementara laki-laki
dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa, dan tidak boleh menangis. Ciri dan sifat itu sendiri
merupakan sifat-sifat yang dapat dipertukarkan. Perubahan ciri dan sifat tersebut dapat terjadi
dari waktu ke waktu dan dari tempat ketempat yang lain, juga perubahan tersebut bisa terjadi
dari kelas ke kelas masyarakat yang berbeda. Semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat
perempuan dan laki-laki yang bisa bisa berubah, baik itu waktu maupun kelas.
Masih dalam buku yang sama, Mansour Faqih mengungkapkan bahwa sejarah perbedaan
gender terjadi melalui proses yang sangat panjang. Perbedaan Gender terbentuk oleh banyak
baik secara sosial maupun kultural. Melalui proses panjang tersebut pada akhirnya diyakini
sebagai sesuatu yang kodrati baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, hal ini kemudian
direfleksikan sebagai sesuatu yang dianggap alami dan menjadi identitas gender yang baku.
Identitas gender adalah definisi seseorang tentang dirinya, sebagai laki-laki atau perempuan,
yang merupakan interaksi kompleks antara kondisi biologis dan berbagai karakteristik perilaku
Pengertian gender yang lebih kongkrit dan lebih operasional dikemukakan oleh Nasarudin
Umar bahwa gender adalah konsep kultural yang digunakan untuk memberi identifikasi
perbedaan dalam hal peran, perilaku dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan yang
Lebih lanjut Nasarudin Umar menjelaskan bahwa penentuan peran gender dalam berbagai
sistem masyarakat, kebanyakan merujuk kepada tinjauan biologis atau jenis kelamin.
Masyarakat selalu berlandaskan pada diferensiasi spesies antara laki-laki dan perempuan.
Organ tubuh yang dimiliki oleh perempuan sangat berperan pada pertumbuhan kematangan
Sementara laki-laki yang mampu memproduksi dalam dirinya hormon testosterone membuat
Istilah gender menurut Oakley (1972) berarti perbedaan atau jenis kelamin yang bukan
biologis dan bukan kodrat Tuhan. Sedangkan menurut Caplan (1987) menegaskan bahwa
gender merupakan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan selain dari struktur
biologis, sebagian besar justru terbentuk melalui proses sosial dan kultural. Gender dalam ilmu
sosial diartikan sebagai pola relasi lelaki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial
masing-masing.
Menurut para ahli lainnya seperti Hilary M. Lips mengartikan gender sebagai harapan-
harapan budaya terhadap laki-laki dan perempuan (cultural expectations for women and men).
H. T. Wilson mengartikan gender sebagai suatu dasar untuk menentukan perbedaan
sumbangan laki-laki dan perempuan pada kebudayaan dan kehidupan kolektif yang sebagai
akibatnya mereka menjadi laki-laki dan perempuan. Sedangkan Linda L. Lindsey menganggap
bahwa semua ketetapan masyarakat perihal penentuan seseorang sebagai laki-laki dan
perempuan adalah termasuk bidang kajian gender (What a given society defines as masculine
or feminim is a component of gender). Elaine Showalter menegaskan bahwa gender lebih dari
Dari pengertian gender menurut para ahli di atas dapat diambil kesimpulan bahwa gender
adalah seperangkat sikap, peran, tanggung jawab, fungsi, hak, dan perilaku yang melekat pada
diri laki-laki dan perempuan akibat bentukan budaya atau lingkungan masyarakat tempat
manusia itu tumbuh dan dibesarkan. Artinya perbedaan sifat, sikap dan perilaku yang
dianggap khas perempuan atau khas laki-laki atau yang lebih populer dengan istilah feminitas
dan maskulinitas, terutama merupakan hasil belajar seseorang melalui suatu proses sosialisasi
Beberapa bentuk ketidakadilan gender yang terjadi di masyarakat antara lain sebagai
berikut:
A. Sterotype
Bentuk ketidakadilan gender sebenarnya berpangkal dari satu sumber kekeliruan yang
sama, yaitu sterotype gender laki-laki dan perempuan. Sterotype itu sendiri berarti
pemberian citra baku atau label cap kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan
B. Kekerasan
Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang di
lakukan oleh satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyrakat atau negara
terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan
laki-laki. Perempuan di anggap feminin dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian
diwujudkan dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan
dianggap peran yang statis dan permanen. Hal ini dapat dilihat dari adanya peningkatan
jumlah perempuan yang bekerja di wilayah publik yang tidak diiringi dengan
D. Marjinalisasi
seorang atau kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender.
maka ketika mereka bekerja di luar rumah seringkali dinilai dengan anggapan tersebut
E. Subordinasi
Subordinasi artinya suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang di lakukan
oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Telah diketahui, nilai-nilai yang
laki dan perempuan. Perempuan di anggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam
urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan publik atau domestik.
Dari kasus yang saya ambil yaitu kasus seorang nenek yang bernama Asyani dari
mengambil tujuh batang kayu milik perum perhutani. Dalam kasus tersebut sudah
menjelaskan bahwa membiarkan seorang perempuan tua dalam penjara selama itu dari sisi
kemanusiaan tentu sulit untuk di terima.di mata hukum islam, semua orang memiliki
kedudukan yang setara, muslim atau non muslim pria atau wanita, kaya atau miskin,
berkedudukan tinggi atau rakyat biasa. Jadi, dalam kasus tersebut menganggap bahwa
semua tidak setara karena menganggap wanita terlalu lemah menanggapi kasus tersebut.
Kesetaraan gender tidak harus di pandang sebagai hak dan kewajiban yang sama
mengenai isu kesetaraan gender apabila kita artikan segala sesuatunya harus mutlak
sama dengan laki-laki. Karena pada dasarnya, perempuan tentunya tidak akan siap jika
3. Teori Gender
Teori-teori yang digunakan untuk melihat permasalahan gender ini diadopsi dari teori-
teori yang dikembangkan oleh para ahli dalam bidang-bidang yang terkait dengan
permasalahan gender, terutama bidang sosial kemasyarakatan dan kejiwaan. Karena itu teori-
teori yang digunakan untuk mendekati masalah gender ini banyak diambil dari teori-teori
antropologi, sosiologi dan psikologi. Cukup banyak teori yang dikembangkan oleh para ahli,
terutama kaum feminis, untuk memperbincangkan masalah gender, tetapi dalam kesempatan
ini akan dikemukakan beberapa saja yang dianggap penting dan cukup populer.
karakteristik yang diciptakan bersama yang membentuk kehidupan pria dan wanita.
Pengertian ini bertentangan dengan ide-ide maskulinitas dan femininitas yang berarti laki-
perempuan untuk mandiri, bahkan tanpa perlu keberadaan laki-laki dalam kehidupan
perempuan. Elsa Gidlow mengemukakan teori bahwa menjadi lesbian adalah telah
terbebas dari dominasi laki-laki, baik internal maupun eksternal. Martha Shelley
perempuan mandiri (Ratna Megawangi, 1999: 226). Karena keradikalannya, teori ini
mendapat kritikan yang tajam, bukan saja dari kalangan sosiolog, tetapi juga dari
kalangan feminis sendiri. Sedangkan yang dimaksud dengan Maskulin adalah sifat-sifat
yang dipercaya dan dibentuk oleh budaya sebagai ciri-ciri yang ideal bagi pria.
Bagi sebagian orang, gagasan "sejarah gender" merupakan istilah lain untuk sejarah
perempuan, tetapi bagi yang lain teori gender mengubah cara mereka memaknai
pengertian dan konsep tentang laki-laki dan perempuan. Sampai batas tertentu dapat
dihipotesiskan bahwa perubahan besar yang dibawa oleh teori g ender adalah bahwa hal
itu mempersulit studi tentang laki-laki, yang menjadikan perempuan sebagai subyek
sejarah gender.
mulai membahas "peran gender." Latar belakang konsep ini terletak pada penelitian
disebut "feminim" dan sebaliknya. Mead menggambarkan banyak variasi dalam tugas-
tugas pria dan wanita dalam peran seksualnya (seperti Coming of Age di Samoa; 1928).
Bagi para ilmuwan menilai kembali perilaku yang tampaknya tetap antara pria dan wanita
dan untuk melihat stereotip sebagai pengkategorisasian antara perempuan dan laki-laki .
Sumber lain teori gender adalah filosofis dan sastra. "Sesuatu bukan dilahirkan,
sesuatu yang menjadikan seorang wanita," menurut para filsuf dan novelis Prancis Simone
de Beauvoir dalam bukunya tahun 1949, The Second Sex. Deskripsi yang padat dan
Dalam pandangannya wanita, berbeda dengan pria, bertindak sesuai dengan pandangan
pria tentang mereka dan tidak sesuai dengan mereka sendiri. Analisis ini didasarkan pada
individu atau dalam diri, hubungannya dengan suatu objek atau lainnya. Dengan
demikian, sebagaimana Beauvoir mengekstrapolasi dari teori ini, bagaimana seorang pria
pergantian identitas diri sendiri dengan menciptakan gambar seseorang atau sesuatu yang
bukan dirinya. Alih-alih membangun diri secara paralel bahwa wanita menerima pria
sebagai identitas mereka. Dengan pandangan ini, feminitas seperti yang dijalani
kebanyakan wanita itu adalah identitas yang tidak autentik yang ditentukan bukan sebagai
kondisi alamiah, tetapi sebagai hasil dari pilihan yang salah arah. Wawasan ini memiliki
implikasi luas untuk peluang masa depan, terutama dalam menyarankan aspek peran atau
Ekstrapolasi kedua dari eksistensialisme dalam buku berjudul The Second Sex,
biologi dan bertindak dalam dunia kontingensi. Dari kepercayaan ini, Beauvoir
sejauh mereka melakukan pengajaran dengan anak dan membesarkan mereka. Mereka
harus mencari kebebasan dan keaslian melalui tindakan bermakna yang tidak
berhubungan dengan biologis. Penegasan bahwa perempuan dapat melarikan diri dari
takdir biologis untuk memalsukan keberadaan selain dari keluarga juga membuka jalan
Amerika Gayle Rubin menguraikan Lévi-Strauss dalam "The Traffic in Women" (1975),
sebuah artikel yang mengembangkan teori gender lebih lanjut. Mengutip kekurangan
Marxis dan Freudian dalam memikirkan perempuan dan laki-laki. Rubin pada dasarnya
sebagai unsur dari apa yang diperoleh para antropolog dan sosiolog yang disebut gender:
"Subordinasi perempuan dapat dilihat sebagai produk dari hubungan di mana seks dan
gender diatur dan diproduksi. "Poin kedua Rubin diekstrapolasi dari Levi-Strauss
mengatakan bahwa hal yang tabu dan paling penting dalam semua masyarakat adalah
menjadikan "semua bentuk nyata jenis kelamin dan gender," yang dengan demikian
"merupakan pembagian jenis kelamin yang dipaksakan secara sosial." Ini memaksakan
perbedaan seksual. "Pada tahun 1980, frasa" konstruksi sosial gender "sudah biasa di
kalangan antropolog, sosiolog, dan beberapa psikolog. Mengutip buku teks 1978:
"Menurut teoretis kami adalah bahwa gender adalah konstruksi sosial, dimana dua 'jenis
kelamin' adalah cara yang digunakan secara sosial dan diterima bersama yang digunakan
Foucault
orang, konsep-konsep yang diambil dari psikoanalisis juga berkontribusi pada teori gender,
menghasilkan sejarah yang terbatas pada tahun 1990-an. Rubin melihat momen Oedipal,
sebagaimana ditunjukkan pertama kali oleh Sigmund Freud, sebagai momen ketika norma
sosial tentang perbedaan seksual pada setiap jiwa. Artikelnya mempublikasikan psikoanalis
Freudianism yang diperbarui. Rubin mengakui bahwa Freud, Levi-Strauss, dan Lacan dapat
dilihat sebagai advokat psikologi gender dalam masyarakat, namun dia juga menghargai
mereka dan mendesak para ilmuwan untuk menghargai mereka untuk deskripsi yang
mereka berikan tentang perbedaan peran dan tanggungjawab laki-laki dan perempuan
sebagai psikososial.
Publikasi Freud antara tahun 1899 dan 1939 menyentuh pertanyaan tentang seksualitas
perempuan dan pembentukan identitas. Formulasinya pada jenis kelamin wanita dengan
melihat perkembangan psikoseksual sesuai dengan wanita namun perilaku seperti pria.
Keistimewaan seperti halnya anak lelaki dan perempuan memahami "kekurangannya" dan
sebagai suatu devaluasi feminitas. Ini mendorong untuk menghargai kelebihan laki-laki
dengan memberikan dukungan semangat kepada seorang pria (pertama ayahnya dan
dalam perkawinan dan peran sebagai ibu bukan karier sebagai tujuan. Sebaliknya anak laki-
laki menjadi takut pada ayah mereka dengan menekan rasa cintayang normal dari anak-
anak mereka dan membangun ego dan rasa moral berdasarkan pada identifikasi pencapaian
maskulinitas. Namun, pada anak laki-laki dan perempuan, ada banyak jalan menuju
identitas orang dewasa berdasarkan sejumlah cara menafsirkan biologi dan imago orangtua.
Dengan demikian, dalam dua hal, Freudianisme menjadi unsur penting teori gender:
bergantung pada imajinasi biologi dalam hubungannya dengan identitas orang tua
wanita.
Lacanianisme menambahkan pada teori gender rasa lebih lanjut tentang sifat terjalin
dari maskulinitas dan feminitas, dimulai dengan identitas yang didasarkan pada imago ibu
sewenang-wenang. Ketiga, sifat fantasi diri gender dan memang semua identitas dan
dorongan manusia menerima penekanan yang menjadi penting bagi beberapa praktisi
sejarah gender.
Kemudian dikenal sebagai "feminisme Prancis," ahli teori Prancis berasal dari teori
Lacanian, strukturalis, dan wawasan lainnya untuk merumuskan posisi yang berkontribusi
pada teori gender. Bagi para teoretikus ini, seperti Luce Irigaray, universalisme maskulin
maskulinitas lagi pada proyeksi diri pria. Wanita itu adalah diri yang terpecah-pecah, tidak
menyatu, dan terfragmentasi. Hasil dari penulisan sejarah sosial adalah kompendia yang
Filsuf Perancis Michel Foucault menentang interpretasi standar kekuatan sosial dan
politik sebagai kekuatan yang berasal dari satu sumber. Dalam History of Sexuality (1977)
yang terkenal itu, Foucault menyatakan bahwa berbicara tentang seks atau berperilaku
dengan cara yang sangat seksual bukan dengan sendirinya merupakan tindakan pembebasan
melainkan artikulasi aturan sosial tentang seks dan dengan demikian partisipasi dalam
kekuasaan dan hukum. Foucault melihat di negara modern sebagai implikasi yang semakin
tidak terlihat dari orang-orang dalam pelaksanaan kekuasaan biopower dalam kegiatan
dokter, pendeta, pejabat pemerintah, dan reformis biasa. Mengecilkan atau bahkan
sebenarnya sesuai dengan beberapa teori yang ada dalam sejarah sosial pada tahun 1970-an,
subjektivitas mereka.
Hubungan antara pria dan wanita dengan demikian dalam menghasilkan bentuk-bentuk
baru gender dan politik gender. Bagi Kent masalah yang muncul dari perang adalah
tahun, sementara wanita pada dasarnya menjalani kehidupan yang sangat berbeda,
membayangkan perang. Bergantung pada apakah mereka berada di garis depan atau tinggal
di rumah, perempuan memiliki pandangan yang berbeda tentang tentara dan dengan
demikian hubungan gender pada masa damai. Mereka yang tetap tinggal di rumah secara
implisit atau eksplisit melihat tentara sebagai pembunuh, dan kaum feminis di antara
mereka mendukung wilayah yang terpisah setelah perang. Beberapa wanita yang benar-
benar melihat prajurit yang cacat, histeris, dan infantil memiliki pandangan yang lebih
simpatik terhadap laki-laki dan hubungan di antara mereka. Dengan demikian, perang
memperumit gender, dengan para seksolog dan pakar sosial lainnya memainkan peran besar
memungkinkan masyarakat secara keseluruhan untuk mengatasi rasa sakit luar biasa yang
diderita oleh orang Prancis dalam Perang Dunia I, sedangkan tanggung jawab untuk perang
dan kehilangan yang tak tertahankan tidak. Jadi alih-alih peradaban diancam oleh perang,
peradaban justru diancam oleh hilangnya tradisi feminitas. Orang-orang yang mengikuti
paradigma ini dalam teori gender menunjukkan catatan mereka tentang masyarakat secara
jelas terhadap sejarah budaya, meskipun sejarah sosial sering membentuk latar belakang
Aspek sejarah sosial yang berfokus pada gerakan sosial dan protes dipengaruhi dalam
berbagai cara oleh perubahan-perubahan ini. Protes dan kerusuhan modern berawal datang
untuk mengahapus perbedaan gender, menghasilkan perempuan dan laki-laki sebagai aktor
sosial. Revolusi Perancis (terutama dalam karya Joan Landes dan Lynn Hunt) dipandang
sebagai pemetaan hubungan keluarga dan fantasi ke lanskap politik. Pernyataan baru yang
mengatakan bahwa “Perempuan dan Perlawanan Yunani, 1941–1964 (1996) oleh Jane Hart
melihat gender identitas nasional dalam gerakan sosial juga”. Karya Atina Grossman dan
Donna Karsch melihat pembangunan agen sosial dalam protes gender yang berpusat pada
aborsi, pengendalian kelahiran, dan hak-hak sosial lainnya. Frekuensi Feminin Kate Lacey:
Jenis Kelamin, Radio Jerman, dan Ruang Publik, 1923–1945 (1996) mengeksplorasi
Satu aliran teori gender telah mencoba untuk membedakan antara gender dan jenis
kelamin, dan ini bertepatan dengan minat pada seksualitas dan tubuh sebagai komponen
gender dan sejarah sosial. Beberapa sejarah seksualitas dan tubuh telah menggunakan
bidang-bidang ini untuk menunjukkan pertumbuhan birokrasi seputar seks dan gender.
Otoritas dan Seksualitas, James Farr dalam Early Modern Burgundy (1995)
patriarki yang menciptakan dan mempertahankan tatanan gender dan kekuatannya sendiri.
Sebuah pendampingan penting untuk teori gender adalah studi tentang maskulinitas
sebagai kuantitas yang dibangun secara sosial, dan tidak dialami. Pembukaan teori gender,
dan khususnya yang berkaitan dengan maskulinitas, memungkinkan terobosan dalam studi
fasisme dan Nazisme. Totalitarianisme kemudian dipahami sebagai seperangkat praktik dan
kebijakan gender yang beroperasi pada tingkat tertinggi dan memengaruhi kehidupan
Teori gender telah digunakan untuk mempertanyakan praktik-praktik dasar sejarah itu
sendiri. Dikombinasikan dengan sejarah sosial, teori gender yang diterapkan pada
historiografi dan filosofi sejarah mempertimbangkan kembali obyektifitas dan standar
profesi yang telah berkembang sejak abad ke-19. Dengan menggunakan garis argumen
psikoanalitik dan antropologis, teori gender melihat praktik sejarah dengan cara yang
paralel dengan studi sains dari sudut pandang sosial dan dengan demikian menemukan
celah dalam sejarah sosial. Dengan kata lain, ia mengeksplorasi nilai-nilai profesi dengan
menyelidiki praktik sebenarnya. Praktik-praktik ini menilai orang yang bukan berkulit putih
lebih rendah dalam hal berpikir secara objektif dan rasional dan menempatkan perempuan
dalam kategori yang sama. Profesi modernisasi sejarah, sebagai lembaga sosial, juga
menurunkan perempuan untuk melakukan banyak pekerjaan yang tidak diakui, bahkan
sampai pada tingkat penulisan sejarah bagi laki-laki yang kemudian mendapat pujian.
Dengan praktik-praktik ini, profesi ini digender, menjadikan laki-laki sebagai kategori
profesional dan perempuan yang unggul sebagai yang lebih rendah dari penyalin, pencatat,
dan kadang-kadang pembaca karya pria. Teori gender juga memungkinkan untuk
memahami secara subjek materi tentang laki-laki yang ditampilkan secara hierarki dari
laki-laki ke perempuan yang telah ditetapkan. Karena laki-laki itu penting, sejarah laki-laki
itu sendiri lebih "signifikan" daripada sejarah perempuan, yang sudah ditetapkan sebagai
tidak penting dalam hierarki gender. Seiring dengan obyektifitas dan kesetaraan
kesempatan dalam profesi muncul bias gender konstitutif. Teori gender juga
Teori gender hanya menarik bagi sebagian kecil sejarawan. Banyak sejarawan sosial
juga menemukan nilai yang kecil, sehingga sejarah gerakan sosial, pekerjaan, perilaku
keagamaan, kejahatan, pendidikan, kematian, profesi, kelompok etnis, olahraga, dan aspek
kehidupan sosial lainnya tidak menyebutkan gender. Sebagian besar dari karya-karya ini
penting atau yang dapat berarti dari pengalaman setiap orang. Yang lain tidak membahas
gender karena mereka ingin fokus pada kelas, ras, atau masalah lain, dan tidak melihat
kategori yang berkembang seiring dengan perkembangan gender, seperti yang diyakini oleh
banyak teori gender. Namun, semua pencemaran nama baik bahwa dimana kelas dan ras
dipandang sebagai kategori maskulin superior, sedangkan gender dipandang lebih rendah.
Tidak semua sejarah yang secara eksplisit berhubungan dengan wanita, akhirnya,
menggunakan teori gender dengan cara sadar diri apa pun. Mereka dapat melanjutkan
secara empiris, dengan sedikit referensi sejarah yang lebih luas. Multiplisitas dan
kompleksitas teori gender dapat mendorong kesenjangan ini. Tetapi sejak pertengahan
1980-an penggunaan teori dalam berurusan dengan wanita (dan kadang-kadang pria) dalam
sejarah telah meningkat, memberikan kerangka kerja konseptual yang lebih kaya dan cara
baru untuk menghubungkan topik-topik sejarah spesifik dengan masalah dan perbandingan
4. Peran Gender
Peran gender dalam masyarakat berarti bagaimana kita diharapkan untuk bertindak,
berbicara, berpakaian, merawat, dan melakukan diri kita sendiri berdasarkan jenis kelamin
yang ditugaskan kepada kita. Misalnya, anak perempuan dan perempuan pada umumnya
diharapkan untuk berpakaian dengan cara yang feminin dan sopan, akomodatif, dan
Setiap masyarakat, kelompok etnis, dan budaya memiliki harapan peran gender, tetapi
mereka bisa sangat berbeda dari kelompok ke kelompok lainnya. Mereka juga dapat berubah
dalam masyarakat yang sama seiringnya waktu. Misalnya, merah muda dulu dianggap
Stereotip adalah penilaian atau bias yang diterima secara luas tentang seseorang atau
kelompok meskipun terlalu disederhanakan dan tidak selalu akurat. Stereotip tentang gender
dapat menyebabkan perlakuan yang tidak adil dan tidak adil karena jenis kelamin seseorang.
emosional, sementara pria biasanya diharapkan untuk percaya diri dan agresif.
b. Berdasarkan perilaku rumah tangga - Misalnya, beberapa orang berharap bahwa wanita
c. Berdasarkan pekerjaan - Beberapa orang cepat berasumsi bahwa guru dan perawat
d. Berdasarkan penampilan fisik - Misalnya, wanita diharapkan menjadi kurus dan anggun,
sementara pria diharapkan tinggi dan berotot. Pria dan wanita juga diharapkan untuk
berpakaian dan berpakaian dengan cara yang stereotip dengan jenis kelamin mereka
(pria mengenakan celana dan gaya rambut pendek, wanita mengenakan gaun dan make-
up.
orang hyperfeminine melebih-lebihkan kualitas yang mereka yakini feminin. Ini mungkin
termasuk menjadi pasif, naif, tidak berpengalaman secara seksual, lembut, genit, anggun,
yakini sebagai maskulin. Mereka percaya bahwa mereka seharusnya bersaing dengan pria
lain dan mendominasi orang-orang feminin dengan menjadi agresif, duniawi, berpengalaman
secara seksual, tidak peka, secara fisik mengesankan, ambisius, dan banyak menuntut.
Stereotip gender yang berlebihan ini dapat membuat hubungan antar orang sulit. Orang-
orang hyperfeminine lebih cenderung menanggung pelecehan fisik dan emosional dari
dan emosional kepada pasangan mereka. Stereotip gender yang ekstrim berbahaya karena
tidak mengizinkan orang mengekspresikan diri dan emosi mereka sepenuhnya. Misalnya,
berbahaya bagi orang-orang maskulin untuk merasa bahwa mereka tidak diizinkan menangis
atau mengekspresikan emosi sensitif. Dan berbahaya bagi orang-orang feminin untuk merasa
bahwa mereka tidak diizinkan untuk mandiri, cerdas, atau tegas. Meruntuhkan stereotip
gender memungkinkan setiap orang untuk menjadi diri terbaik mereka. Ada beberapa cara
untuk menantang stereotip ini untuk membantu semua orang - tidak peduli gender atau
5. Isu Gender
a. Politik
Politik adalah unsur yang penting dalam pemerintahan suatu Negara. Politik
merupakan sebuah aspek utama yang memegang pengaruh terhadap bidang – bidang
lainnya. Baik itu pendidikan, ekonomi, keamanaan, kini semua ditentukan oleh politik.
Negara yang maju adalah Negara yang berhasil dalam politiknya. Melalui politik inilah
nantinya jalan menuju kesejahteraan dan keberhasilan suatu Negara ditentukan, tinggal
Di Indonesia berkaitan gender sudah sejak lama dibicarakan. Berbagai cara telah
Dasar Tahun 1945 Pasal 27 ayat 1 yang mengatakan bahwa setiap warga Negara
memiliki kedudukan yang sama dihadapan hukum dan pemerintahan. Setiap warga
Negara berarti baik laki-laki maupun perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa tidak
adanya perbedaan kedudukan atau peran antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya
terkait isu politik, dalam UU RI No. 2 Tahun 2011 tentang perubahan atas UU No. 2
Tahun 2008 tentang Partai Politik pada pasal 2 ayat 2 yang berbunyi “Pendirian dan
pembentukan Partai Politik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyertakan 30% (tiga
perempuan dapat berpartisipasi dalam dunia politik yang banyak didominasi oleh kaum
laki-laki
perpolitikan Indonesia. Tidak hanya itu saja dapat menghindari adanya ketimpangan
social antara peran perempuan dan peran laki-laki. Dimana selama ini di Masyarakat
saja. Padahal banyak potensi perempuan yang dapat dikembangkan untuk kemajuan
Negara.
Sejatinya sudah sejak dulu peran perempuan terlihat dalam dunia politik seperti RA
Kartini, sebelum Kartini ada 4 perempuan yang menjabat sebagai Sultan di Kerajaan
Aceh Darussalam yaitu Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin (memerintah tahun 1050-1086
H), Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (1086-1088 H), Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah
(1088-1098 H), dan Sri Ratu Kamalat Syah (1098-1109 H), dan masih banyak lagi yang
Bagaimana dengan Perempuan indonesia saat ini ? Inilah yang menjadi isu gender
dalam politik di Indonesia. Dapat kita lihat bahwasanya kesetaraan gender belum
seutuhnya terwujud dalam hal keberadaan perempuan baik itu dalam legislative (DPR &
perempuan sudah dialokasikan untuk menempati kursi legislative, nyatanya hal ini
perempuan, hal ini dirasa sudah cukup. Padahal mereka lupa dan terlena bahwa
Memang untuk berbaur dalam Dunia Politik bagi perempuan tidaklah seperti
tidak hanya melulu mengurus urusan politik, mengurus keluarga misalnya adalah
merupakan tugas terpenting perempuan. Oleh karena itu caleg perempuan tidak akan
dapat berkonsentrasi penuh seperti caleg laki – laki untuk memenangkan pemilu melalui
Dimana dalam pemilu 2009 tidak lagi menggunakan sistem nomor urut yang digunakan
Konstitusi, Sistem suara terbanyak yang dikenal dengan nama tarung bebas digunakan
dalam menentukan calon anggota legislative. Mengahadapi hal ini, perempuan kembali
menghadapi masalah gender. Mereka merasa hal ini jutru akan semakin mematikan
Bukan tanpa alasan mereka berpikiran seperi itu. Cara berpikir orang – orang
secara otomatis orang – orang akan lebih banyak memilih Caleg Pria ketimbang Caleg
Wanita. Inilah sebenarnya paradigma yang harus diubah oleh orang – orang Indonesia,
bahwa tak selamanya anggapan bahwa Laki – laki itu selalu lebih baik dari perempuan
adalah benar. Sebagai Contoh adalah ditunjuknya beberapa menteri dalam kabinet kerja
Perlindungan Anak, Yohana Yembise dan Menteri Keuangan, Sri Mulyani yang
Kita tak bisa pungkiri memang ada pendeskriminasian perempuan dalam politik di
Indonesia. Sekarang hal yang bisa dilakukan oleh perempuan adalah menunjukkan
kemampuan maksimal mereka agar para pemilih memberikan suara mereka untuk Caleg
Perempuan. Perempuan tidak hanya bisa menunggu dan mengharapkan keajaiban agar
Pemilih memberikan suaranya. Caleg perempuan harus bersikap lebih aktif dan aktraktif
Perempuan tidak boleh lagi terjebak dalam Paradigma kuno, yang menganggap laki
– laki lebih baik dari perempuan dalam segala hal, apalagi hal politik. Sehingga
Perempuan terkesan “malas” untuk berubah, dan cenderung mengikuti arus yang sudah
terbentuk. Padahal yang dapat merubah nasib perempuan adalah perempuan itu sendiri
bukan laki – laki. Dan Politik sebenarnya adalah langkah yang paling riil yang harus
diikuti oleh perempuan bila ingin mengubah nasibnya, dikarenakan politik mencakup
setaraan antara laki-laki dan perempuan di Indonesia, hal ini dapat terlihat dari gambaran
sifat, peran, dan posisi tidak menjadi masalah sepanjang tidak melahirkan ketidakadilan..
Namun pada kenyataannya perbedaan gender telah melahirkan berbagai ketidak adilan,
bukan saja bagi kaum perempuan, tetapi juga bagi kaum laki-laki.
Berbagai pembedaan peran, fungsi, tugas dan tanggung jawab serta kedudukan
antara laki-laki dan perempuan baik secara langsung maupun tidak langsung, dan
berbagai ketidakadilan karena telah berakar dalam adat, norma ataupun struktur
masyarakat. Gender masih diartikan oleh masyarakat sebagai perbedaan jenis kelamin.
Masyarakat belum memahami bahwa gender adalah suatu konstruksi budaya tentang
peran fungsi dan tanggung jawab sosial antara laki-laki dan perempuan. Kondisi
demikian mengakibatkan kesenjangan peran sosial dan tanggung jawab sehingga terjadi
subordinasi, pandangan stereotipe, kekerasan dan adanya beban banda sebagai pengurus
c. Pendidikan
Pendidikan tidak hanya dianggap dan dinyatakan sebagai unsur utama dalam upaya
pencerdasan bangsa, melainkan juga sebagai produk atau konstruksisosial, maka dengan
demikian pendidikan juga memiliki andil bagi terbentuknya relasi gender di masyarakat.
Pendidikan harus menyentuh kebutuhan juga harus relavan dengan tuntutan zaman.
menjawab isu tersebut melalui perubahan kurikulum sejak kurikulum 2004 tinggal
ekonomi, politik, agama dan lainnya, dapat dilihat bagaimana ketimpangan gender
antara jenis kelamin laki-laki dan perempuan masih banyak dalam realita. Salah satu
aspek yang menunjukkan adanya bias gender dalam pendidikan dapat dilihat pada
perumusan kurikulum dan juga rendahnya kualitas pendidikan. Dalam UUD 1945Pasal
Walaupun pernyataan pasal tersebut mengandung arti bahwa baik laki-laki maupun
perempuan mempunyaihak yang ama dalam mengecap pendidikan formal, namun dalam
kenyatannya masih ada anggapan yang menghambat wanita untuk tidak ikut serta dalam
pendidikan formal.
ataupun umum) masih terdapat banyak hal yang menonjolkan laki-laki berada pada
sektor publik sementara perempuan berada pada sektor domestik. Dengan kata lain,
kurikulum yang memuat bahan ajar bagi siswa belum bernuansa netral gender, baik
dalam gambar ataupun ilustrasi kalimat yang dipakai dalam penjelasan materi. Dalam
buku ajar, banyak ditemukan gambar maupun rumusan kalimat yang tidak
mencerminkan kesetaraan gender. Misalnya gambar seorang pilot selalu laki-laki karena
pekerjaan sebagai pilot memerlukan kecakapan dan kekuatan yang hanya dimiliki oleh
laki-laki. Bias gender juga dapat dilihat dalam gambar guru yang sedang mengajar di
kelas selalu perempuan karena guru selalu diidentikkan dengan tugas mengasuh atau
mendidik. Ironisnya siswa pun melihat bahwa meski guru-gurunya lebih banyak berjenis
adanya diskriminasi gender dalam dunia pendidikan. Setidaknya ada tiga aspek
permasalahan gender dalam pendidikan yaitu akses, partrisipasi dan manfaat dan
penguasaan.
Akses merupakan fasilitas pendidikan yang sulit dicapai. Banyak sekolah dasar di
tiap-tiap kecamatan namun untuk jenjang pendidikan selanjutnya seperti SMP dan SMA
tidak banyak, terutama di daerah kabupaten diluar Pulau Jawa, tidak setiap wilayah
memiliki sekolah tingkat SMP dan seterusnya, hingga banyak siswa yang harus
yang jauh karena mengkhawatirkan kesejahteraan mereka. Oleh karena itu banyak anak
perempuan yang ‘terpaksa’ tinggal di rumah. Belum lagi beban tugas rumah tangga yang
banyak dibebankan pada anak perempuanmembuat mereka sulit meninggalkan rumah.
pendidikan. Dalam masyarakat kita di Indonesia, dimana terdapat sejumlah nilai budaya
tradisional yang meletakkan tugas utama perempuan di arena domestik, seringkali anak
perempuan agak terhambat untuk memperoleh kesempatan yang luas untuk menjalani
keluarga terbatas, maka yang harus didahulukan untuk sekolah adalah anak laki-laki. Hal
ini umumnya dikaitkan dengan tugas pria kelak apabila sudah dewasa dan berumah-
tangga, yaitu bahwa ia harus menjadi kepala rumah tangga dan pencari nafkah.
salah satu ”narasumber” bagi segala pengetahuan karenanya ia instrumen efektif transfer
nilai termasuk nilai yang berkaitan dengan isu gender. Dengan demikian pendidikan
juga sarana sosialisasi kebudayaan yang berlangsung secara formal termasuk di sekolah.
Perilaku yang tampak dalam kehidupan dalam kehidupan sekolah interaksi guru-guru,
guru-murid, dan murid-murid, baik di dalam maupun luar kelas padasaat pelajaran
terbangun selama ini. Selain itu penataan tempat duduk murid, penataan barisan,
pelaksanaan upacara tidak terlepas dari hal tersebut. Siswa laki-laki selalu ditempatkan
dalam posisi yang lebih menentukan, misalnya memimpin organisasi siswa, ketua kelas,
pendapat. Hal ini menunjukkan kesenjangan gender muncul dalam proses pembelajaran
di sekolah.
gender dalam pendidikan menjadi semakin mendesak. Perempuan dan laki-laki harus
tinggi. Gender di era global berkaitan dengan kesadaran, tanggung jawab laki-laki,
pendidikan, sekolah secara kelembagaan dan terutama guru. Dalam hal ini diperlukan
standardisasi buku ajar yang salah satu kriterianya adalah berwawasan gender. Selain
itu, guru akan menjadi agen perubahan yang sangat menentukan bagi terciptanya
kesetaraan gender dalam pendidikan melalui proses pembelajaran yang peka gender.
d. Agama
Konstruksi gender yang melahirkan bipolaritas sifat, peran dan posisi laki-laki dan
perempuan yang berbeda dan bermuara pada munculnya ketidakadilan sosial. Salah
satunya karena mendapatkan legitimasi teologis dari paham agama yang bias gender.
Salah satu kritik feminis terhadap agama terkait dengan peran agama dalam memperkuat
dan melanggengkan budaya yang patriarkhal. Kritik dan tantangan dari feminis terhadap
fenomena agama pada dasarnya berakar pada tiga hal, yaitu persoalan patriakhi,
agama dikonstruksi, dikembangkan oleh laki-laki dari perspektif laki-laki, dan oleh
karenanya yang menjadi fokus utamanya adalah pengalaman lakilaki. Sementara itu,
patriarkhi menunjukkan adanya dominasi dan superioritas laki-laki dalam wacana dan
sejarah agama. Agama atau pemahaman agama, pada akhhimya menjadi sexis, artinya
pengalaman laki-laki serta menempatkan laki-laki sebagai superior, dan pada saat yang
sama menempatkan perempuan lebih rendah dan menganggapnya sebagai pihak yang
inferior.
Dalam hegemoni paham dan kultur agama yang androsentris, sexis dan patrarkhi
ini, pengalaman dan konstribusi perempuan terhadap agama tidak mendapatkan tempat
dalam sejarah dan wacana agama. Perempuan seakan tidak bersuara dan terpingirkan
dari proses formulasi doktrindoktrin dan kepercayaan agama, dan dengan demikian
lenyap dari sejarah agama. Paham agama yang patriarkhal, androsentris dan sexis pada
seharusnya.
Dengan kesadaran baru feminis, kesalahan tatanan realitas yang penuh dengan
ketidakadilan ini secara radikal dipertanyakan dan sebuah tata baru yang lebih adil dan
egaliter diupayakan. Dalam upaya membangun tatanan baru dunia, pejuang feminis
Yahudi dan Kristen, misalnya, berusaha melakukan koreksi terhadap dominasi laki-laki
atas teologi dan marginalisasi serta eksklusi perempuan dari wilayah agama. Mereka
mengembangkan apa yang disebut dengan teologi feminis, sebagaimana yang muncul di
Inggris sejak abad 17. Teologi feminis berupaya membaca ulang teks suci dari
perspektifperempuan dan mencari dasar teologis bagi pengakuan harkat dan martabat
perempuan.
Permasalahan gender dalam kekristenan tidak terlepas dari konteks tradisi dan
ini menciptakan ketidakadilan gender. Ketika suatu perbuatan itu dilakukan oleh
laki-laki, maka dianggap sebagai suatu kebenaran. Ada saja pandangan dan sikap
yang membeda-bedakan kedua jenis kelamin itu. Ini memang dipengaruhi oleh
budaya atau adat istiadat di mana umat itu berada. Ini yang perlu dipahami oleh kita.
Di dalam alkitab pada Kejadian 1:27 "Maka Allah menciptakan manusia itu
manusia baik perempuan dan laki-laki dengan derajat yang sama dan menurut
gambar Allah, disamping itu juga menekankan bahwa manusia itu sama hakekat
Alkitab juga menyatakan ada hak dan kewajiban yang berbeda namun saling
wajib menurutisuaminya, dan suami pun wajib mengasihi istrinya (Efesus 5: 22-25).
Dalam budaya diIndonesia, istri harus tunduk kepada suaminya, sama seperti yang
terhadap istri. !idak ada larangan bagiistri atau wanita untuk bekerja di luar rumah
untuk mencari nafkah. Terlebih lagi, tidak ada pernyataan di dalam Alkitab yang
membedakan hak antara perempuan dan laki-laki. Semua orang, laki-laki atau pun
Hal tersebut berarti bahwa Allah menciptakan manusia sebagai makluk yang
mulia, kudus dan berakal budi, sehingga manusia bisa berkomunikasi dengan Allah,
dan layak untuk menerima mandat dari Allah untuk menjadi pemimpin dari segala
ciptaan Allah. Dari ungkapan "segambar" dengan Allah ini yang berarti dimiliki
tidak hanya laki-laki saja akan tetapi juga perempuan, dan keduanya mempunyai
status yang sama. Oleh karena itu tidak dibenarkan adanya diskriminasi atau
sepenuh hati oleh masyarakat Arab. Pandangan mereka ini telah direkam oleh Al
Qur’an, mulai dari sikap yang paling ringan yaitu bermuka masam, sampai pada
sikap yang paling parah yaitu membunuh bayi-bayi mereka yang perempuan.
Informasi ini dapat dibaca dalam Qur’an Surat An-Nahl (16) : 58 yang artinya,
“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak
perempuan, hitamlah (merah padamlah) mukanya, dan Dia sangat marah”. Nabi
diberikan porsi waris yang tetap (faraidh). Islam mendudukkan perempuan sebagai
makhluk Allah sederajat dengan pria dengan hak dan tanggung jawabnya yang adil
Islam didasarkan atas kekokohan pribadi muslim dan solidnya lembaga keluarga
yang dibangun dalam prinsip kemitraan cinta-kasih (jawz) dan resiprositas luhur
dan rahmah.
Rasulullah inilah yang dicatat sebagai suatu revolusi kultural pada saat itu.
Brahman, kemaskulinan dan tradisi India utara, perempuan dalam tradisi Hinduisme
memiliki posisi yang tidak setara dengan laki-laki. Hal ini misalnya tergambar
dalam kehidupan anak-anak ahli Weda. Ia hanya diajari beberapa himne dan detail
ritual untuk mempersiapkan peranannya sebagai isteri. Seorang Ibu juga hanya akan
dalam hal pendidikan, sehingga akses laki-laki dan perempuan sangat senjang.
dalam ritual kelahiran anak atau pemberkatan cucu. Kendati Hinduisme menghargai
perempuan sebagai ibu, namun perempuan secara umum terutama di abad pertama
sebelum masehi, seperti diposisikan sebagai kasta sudra, yang identik dengan
Kondisi masyarakat India pada masa pra-Buddha diwarnai oleh perlakuan yang
diskriminatif atas kasta dan gender. Salah satu ajaran Brahmanisme yang sangat
ritual penyucian pada saat upacara kematian orang tua mereka (baca = ayah), dan
akan mengangkat ayah mereka masuk ke alam surga. Perempuan tidak berhak dan
perempuan diberi hak dan kesempatan yang hampir sama dengan laki-laki dalam
menjalani kehidupan religius maupun sosial. Totalitas sikap Buddha yang adil
menentukan pilihan atas jalan hidupnya sendiri: menjadi perumah-tangga biasa, atau
Buddha Gautama telah mewujudkan keadilan gender yang hampir setara, yang
pada konteks jaman tersebut merupakan hal yang sangat radikal. Pembaharuan yang
dibawa oleh Buddha tersebut bertolak dari Hukum Karma yang diajarkannya:
Kemuliaan seseorang tidak berasal pada kelahirannya yang berjenis kelamin atau
batin dan membebaskan seseorang dari samsara; oleh karenanya, salah satu
menyucikan orang tuanya setelah mereka meninggal adalah tidak benar. Buddha
menegaskan potensi pencapaian spiritual yang sama antara kaum laki-laki dan
Samadhi (konsentrasi), dan Pañña (kebijaksanaan). Tidak ada bias gender atau
seksisme dalam ‘ajaran Buddha yang fundamental dan universal.’ Setelah Buddha
dengan semangat ajaran Buddha yang egaliter. Pendapat lain mengklaim bahwa
e. Kesehatan
Perempuan memiliki hak untuk menikmati standar tertinggi yang dapat dicapai
dalam hal kesehatan fisik dan mental. Kenikmatan atas hak ini penting untuk kehidupan
dan kebaikan mereka serta kemampuan mereka untuk berpartisipasi dalam seluruh
kegiatan masyarakat dan kehidupan pribadi. Karena perempuan menonjol dalam sistem
perawatan kesehatan, baik sebagai pemberi perawatan dan sebagai klien, maka terdapat
kesalahan persepsi yang meluas bahwa proyek-proyek kesehatan secara otomatis telah
kesehatan yang terjangkau. Keadaan ini tidak hanya secara langsung mempengaruhi
tanggung jawab secara tidak proporsional di atas punda kaum perempuan. Peran
berganda mereka, termasuk peran mereka dalam keluarga dan masyarakat seringkali
tidak diakui; sehingga mereka sering tidak mendapatkan dukungan sosial, psikologis dan
Baik laki-laki maupun perempuan sama-sama terkena dampak dan gender steriotipi
masing-masing. Misalnya saja sesuai dengan pola perilaku yang diharapkan sebagai
laki-laki, maka laki-laki dianggap tidak pantas memperlihatkan rasa sakit atau
pencarian pengobatan, terutama dalam situasi social ekonomi yang kurang dan harus
Isu-isu gender dalam di berbagai siklus kehidupan terdapat 4 (empat) isu gender
Isu gender pada anak-anak laki-laki, misalnya: pada beberapa suku tertentu,
kelahiran bayi laki-laki sangat diharapkan dengan alas an, misalnya laki-laki adalah
penerus atau pewaris nama keluarga; laki-laki sebagai pencari nafkah keluarga yang
handal; laki-laki sebagai penyanggah orang tuanya di hari tua., Dan perbedaan
perlakuan juga berlanjut pada masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, sifat
agresif anak laki-laki serta perilaku yang mengandung resiko diterima sebagai suatu
kewajaran, bahkan didorong kearah itu, karena dianggap sebagai sifat anak laki-laki.
Sehingga data menunjukkan bahwa anak laki-laki lebih sering terluka dan
mengalami kecelakaan.
Secara biologis bayi perempuan lebih tahan daripada bayi laki-laki terhadap
memperlihatkan kematian bayi perempuan lebih tinggi dan bayi laki-laki, patut
dicurigai sebagai dampak dari isu gender. Di masa balita, kematian karena
kecelakaan lebih tinggi dialami oleh balita laki-laki, karena sifatnya yang agresif
dan lebih banyak gerak. Data Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 1991-
2002/2003) menunjukkan : tren kematian bayi lebih tinggi pada bayi laki-laki
daripada bayi perempuan, trend kematian anak balita lebih tinggi pada balita laki-
Isu gender yang berkaitan dengan remaja perempuan, antara lain : kawin muda,
kehamilan remaja, umumnya renmaja puteri kekurangan nutrisi, seperti zat besi,
remaja putri. Gerakan serta interaksi social remaja puteri seringkali terbatasi dengan
datangnya menarche. Perkawinan dini pada remaja puteri dapat member tanggung
jawab dan beban melampaui usianya. Belum lagi jika remaja puteri mengalami
putreri juga berisiko terhadap pelecehan dan kekerasan seksual, yang bisa terjadi di
dalam rumah sendiri maupun di luar rumah. Remaja putri juga bisa terkena isu
kecelakaan lalu lintas, ekplorasi seksual sebelum nikah yang berisiko terhadap
masalah kesehatan yang berbeda, yang disebabkan karena factor biologis maupun
(“tiga terlambat”). Sebagai perempuan, dia juga rentan terpapar penyakit yang
berkaitan dengan IMS dan HIV/AIDS, meskipun mereka sering hanya sebagai
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Namun umur panjang
kehidupan social biasanya mereka lebih terlantar lagi, terutama yang berkaitan
dengan kebutuhan yang semakin banyak dan semakin tergantung terhadap sumber
daya. Osteoporosis banyak diderita oleh perempuan di masa tua, yaitu delapan kali
lebih banyak dari pada laki-laki. Depresi mental juga lebih banyak diderita orang
f. Pelayanan Kesehatan
berdasarkan peran dan norma gender yang dikonstruksi secara social yang mencegah
seseorang untuk menikmati HAM secara penuh. Deskriminasi gender dalam hal kesehatan
yang sudah terbangun memang sudah menempatkan perempuan sebagai the second class
contoh yang sudah sedikit disinggung di atas tentang program KB, perempuan selalu
Atas permintaan laki-laki yang hanya menginginkan 1-2 anak saja, perempuan harus
berjuang dan „menyiksa‟ diri mereka dengan berbagai macam alat kontrasepsi. Anggap
saja pil KB yang harus senantiasa mereka minum untuk mencegah kehamilan. Selain itu
ada juga suntik dan sebuah alat yang ditanamkan ke dalam alat kelamin perempuan
sehingga mencegah dia untuk hamil. Hal ini tidak hanya menyebabkan pada terganggunya
Bentuk diskriminasi yang lainnya adalah dari IMS (Infeksi Menular Seksual).
Penyakit seperti HIV/AIDs, Hepatitis, sipilis, dan lain sebagainya seringkali dianggap
penyebabnya dalah dari kaum hawa. Padahal faktanya tidak demikian, adanya penularan
penyakit seperti itu lebih rawan kepada laki-laki yang sering “jajan” dan gonta-ganti
pasangan seks. Hal yang paling memprihatikan adalah ketika seorang perempuan
melahirkan dan anaknya terkena HIV/AIDs, maka seseorang yang pertama kali menjadi
sorotan utama adalah perempuan sebagai orang yang melahirkan padahal penyakit
menular seperti itu tidak mesti dari pihak perempuan tetapi juga lebih banyak pada pihak
laki-laki.
Adanya ketidakadilan, kekerasan, beban kerja ganda, dan lainnya juga menyebabkan
kematian ibu (AKI) menunjukkan bahwa AKI mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun. Hal ini bisa saja disebabkan karena adanya beban kerja ganda, kekerasan baik itu
dalam bentuk fisik maupun non fisik, ketidakadilan dan lain sebagainya. Dampak lainnya
indonesia, konstruk tentang laki-laki dan perempuan sangat berbeda, laki-laki dipahami
sebagai pemenuh kebutuhan dalam suatu rumah tangga sehingga pendidikannya harus
juga lebih diutamakan sedangkan perempuan lebih pada ranah domestik saja sehingga
tidak perlu belajar sampai ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi karena ujung-ujungnya
mereka hanya akan mengurus rumah, memasak, merawat anak dan suami, mencuci dan
dengan banyak perempuan yang tidak mengenali gizi yang baik untuk dirinya sendiri,
pemilihan pembalut yang sembarangan yang bisa menyebabkan terjadinya kanker serviks,
tidak tahunya perempuan tentang apa itu penyakit menular sehingga mereka gampang
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender adalah sebagai berikut:
2) Keluarga berencana.
Hal-hal yang sering dianggap sebagai isu gender adalah sebagai berikut:
(SDKI,1997).
b) Perempuan tidak mempunya kekuatan memutuskan metode kontrasepsi yang
diinginkan.
permasalahan.
c) Perempuan (istri) tidak kuasa menawarkan kondom jika suami terserang infeksi
menular seksual.
Upaya penanganan terhadap isu Gender dalam kesehatan reproduksi harus menjadi
perempuan.
6) Kesehatan reproduksi lebih banyak dikaitkan dengan urusan gender tertentu dalam
Analisis gender merupakan proses menganalisis data dan informasi secara sistematis
fungsi, peran dan tanggung jawab laki-laki dan perempuan, serta factor- factor yang
mempengaruhi.
Analisis gender sebagai langkah awal dalam rangka penyusunan kebijakan program dan
kegiatan yang responsif gender. Untuk analisis gender diperlukan data gender, yaitu data
kuantitatif maupun kualitatif yang sudah terpilah antara laki-laki dan perempuan. Data gender
pemecahannya
c. Mengidentifikasi kesenjangan gender dari aspek peran, akses, control dan manfaat, guna
kebijakan, program serta rencana kegiatan yang dimungkinkan untuk dapat direalisasikan
Dengan analisis gender diharapkan kesenjangan gender dapat diidentifikasi dan dianalisis
gender sangat penting khususnya bagi para pegambil keputusan dan perencana disetiap sector,
kaena dengan analisis gender diharapkan masalah gender dapat diatasi atau dipersempit
program yang berwawasan gender dapat diwujudkan (UNFPA, Kantor Meneg PP.RI,
Ada beberapa model teknis analisis gender yang pernah dikembangkan para ahli, antara
lain :
a. Model Harvard
Analisis model Harvard yang dikembangkan oleh Harvard Institute for International
merupakan kerangka analisis gender dan perencanaan gender yang paling awal.
1) Untuk menunjukan bahwa ada suatu invetasi secara ekonomi yang dilakukan kaum
2) Untuk membantu para perencana merancang proyek yang lebih efisien dan
3) Mencari informasi yang lebih rinci sebagai dasar untuk mencapai tujuan efisiensi
4) Untuk memetakan pekerjaan laki-laki dan perempuan dalam masyarakat dan melihat
Model Moser didasarkan pada pendapat bahwa perencanaan gender bersifat “teknis
polities”, kerangka ini mengasumsikan adanya konflik dalam perencanaan dan proses
Alat yang digunakan kerangka ini dalam perencanaan untuk semua tingkatan dari
3) Alat Pemisahan Kontrol atas Sumber Daya dan Pengambilan Keputusan dalam Rumah
Tangga
5) Alat Matriks Kebijakan WID (Women In Development) dan GAD (Gender and
Development)
Perencanaan Pembangunan.
Teknik ini merupakan suatu analisis manajemen dengan cara mengidentifikasi secara
internal mengenai kekuatan dan kelemahan dan secara eksternal mengenai peluang dan
ancaman. Aspek nternal dan Eksternal tersebut dipertimbangkan dalam kaitan dengan
mencapai sasaran maupun tujuan kegiatan dengan cara memaksimalkan kekuatan dan
peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman sehingga dapat mengurangi resiko
Metode GAP adalah alat analisis gender yang dikembangkan oleh BAPPENAS yang
gender dalam perencanaan kebijakan, program, proyek dan atau kegiatan pembangunan.
Dari beberapa model teknik analisis yang telah dikembangkan tersebut di atas
disarankan untuk menggunakan teknik analisis gender dengan metode Gender Analysis
Pathway (GAP).
Dengan menggunakan GAP para perencana kebijakan program, proyek kegiatan dapat
yang harus dilakukan dalam 3 (tiga) tahap, yaitu Tahap I Analisis Kebijakan Responsif
Gender; Tahap II Formulasi Kebijakan yang responsif Gender; Tahap III Rencana Aksi
pembangunan kehutanan yang ada dengan menggunakan data pembuka wawasan yang
dipilah menurut jenis kelamin (lelaki dan perempuan) dan data gender digunakan untuk
(gender issues).
Analisis kebijakan responsif gender dilakukan melalui tiga tahap yaitu, tahap yang
pertama diperlukan karena secara umum kebijakan, program, proyek dan kegiatan
pembangunan selama ini masih netral gender (didasarkan pada asumsi bahwa
pembangunan memberikan manfaat dan berdampak sama kepada perempuan dan laki-laki),
tahap kedua yang merupakan formulasi kebijakan responsif gender, dan tahap ketiga
b) Menyajikan data kuantitatif dan atau kualitatif yang terpilah menurut jenis kelamin
kesenjangan atau perbedaan yang cukup berarti antara perempuan dan laki-laki.
gender (gender gap); (a). akses yang sama terhadap sumber-sumber daya
(d). manfaat yang sama dari hasil pembangunan kehutanan atau sumber daya
analisis gender yang dilakukan pada langkah 1 sampai 4 tahap pertama, sehingga
gender.
Seluruh rencana aksi yang disusun sesuai dengan tujuan kebijakan yang telah
b) Mengidentifikasi sasaran secara (kuantitatif dan atau kualitatif) bagi setiap rencana
aksi butir ketujuh. Hasil identifikasi memastikan bahwa dengan rencana aksi
dan UNFPA ditingkat pusat, propinsi dan kabupaten/koya. Teknik ini sedikit berbeda
dengan GAP.
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam Model PROBA adalah sebagai berikut :
1) Analisis Masalah Gender
instansi atau wilayah masing-masing, dan jelaskan sumber data tersebut diambil.
kesenjangan gender tersebut tetapkan masalah gender dalam bentuk kalimat yang
jelas.
dari beberapa faktor yag menimbulkan bias atau berbagai bentuk diskriminasi antara
a) Analisis kebijakan, tulis kembali kebijakan, program, kegiatan yang ditulis dalam
Kebijakan, program, kegiatan yang diambil dan ditulis hendaknya berkaitan dengan
tujuan dari kebijakan, program, kegiatan yang ada di Propenas, Renstra, Repeta,
Kebijakan baru yang responsif Gender. Kebijakan, program, kegiatan strategis yang
ternyata bias dan netral gender direformulasikan menjadi kebijakan, program, kegiatan
yang responsif gender. Tujuan kebijakan, program, kegiatan baru yang responsif gender
harus dituliskan dan bandingkan dengan tujuan yang lama. Program, kegiatan pokok
yang responsif gender, tuliskan dan pilih program dan kegiatan pokok yang responsif
dilakukan. Didalam uraian kegiatan intervensi, tetapkan pula target, sasaran, pelaksana
5) Pembentukan Gender Focal Point dan Pengembangan Kelompok Kerja (Pokja) PUG.
PUG dapat dilaksanakan dengan lancar kalau ada sekelompok orang yang
PUG dan membantu mengatasi masalah yang terjadi. Anggota GFP adalah mereka yang
pernah mendapatkan informasi gender baik melalui jalur formal maupun informal,
sedangkan anggota pokja diambil dari anggota GFP. Kemampuan yang dibutuhkan
untuk GFP :
b) Pengambilan keputusan
c) Meyakinkan
d) Mengatasi resistensi
e) Bekerja sama
f) Membangun jaringan
7. Pengarustamaan Gender
merupakan suatu strategi untuk mencapai kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan
dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh
keputusan,
gender maupun pemenuhan kebutuhan strategis gender. Kebutuhan praktis gender adalah
dan/atau laki-laki guna menjalankan peran-peran sosial masing-masing, seperti perbaikan taraf
kehidupan, perbaikan pelayanan kesehatan, penyediaan lapangan kerja, penyediaan air bersih,
Kebutuhan strategis gender adalah kebutuhan perempuan dan/atau laki-laki yang berkaitan
dengan perubahan pola relasi gender dan perbaikan posisi perempuan dan/atau laki-laki, seperti
perubahan di dalam pola pembagian peran, pembagian kerja, kekuasaan dan kontrol terhadap
sumberdaya. Pemenuhan kebutuhan strategis ini bersifat jangka panjang, seperti perubahan hak
Gender dalam Pembangunan, yang diterbitkan oleh Kantor Menteri Negara Pemberdayaan
Perempuan, dikemukakan sejumlah kondisi awal dan komponen kunci yang diperlukan rangka
penunjang PUG.
3 Struktur dan mekanisme pemerintah, Struktur organisasi pemerintah dalam rangka
terbentuknya:
Unit PUG
Focal point
Kelompok Kerja
Forum
unitnya.
Perencanaan
Penganggaran
dan evaluasi.
Pengarusutamaan gender dilakukan dalam seluruh rangkaian kegiatan pembangunan mulai dari
tahapan dan alur kerja analisis gender. Dalam perencanaan yang responsif gender, terdapat tiga
tahap utama, yaitu (1) melakukan analisis kebijakan gender, (2) memformulasi kebijakan yang
responsif gender.
Tahap pertama dalam perencanaan, yaitu Analisis Kebijakan Gender, perlu dilakukan karena
pada umumnya kebijakan pemerintah hingga saat ini masih netral gender (gender neutral) dan
kadang-kadang, secara tidak sengaja, mempunyai dampak kurang menguntungkan bagi salah satu
jenis kelamin. Dengan menggunakan data pembuka wawasan kita dapat melihat bagaimana
kebijakan dan program yang ada ssat ini memberikan dampak berbeda kepada laki-laki dan
perempuan.
Tahap kedua, formulasi kebijakan gender, dilakukan untuk menyusun Sasaran Kebijakan
Kesetaraan dan Keadilan Gender yang menggiring kepada upaya mengurangi atau menghapus
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Selanjutnya, tahap ketiga, Rencana Aksi Kebijakan
Kesetaraan dan Keadilan Gender disusun sebagai suatu rencana aksi berupa
kesenjangan antara laki-laki dan perempuan. Seluruh kegiatan dalam rencana aksi harus sesuai
dengan tujuan yang telah diidentifikasi dalam tahap Formulasi Kebijakan Kesetaraan dan Keadilan
Gender di atas. Rencana aksi kebijakan ini perlu disertai dengan indikator keberhasilan untuk
kelompok kerja, stering commite antar lembaga, dan pembentukan focal point pada masing-
masing sektor.
gender
Konsep atau pengertian dasar hak asasi manusia (HAM) beraneka ragam antara lain dapat
ditemukan dari penglihatan dimensi visi, perkembangan, Deklarasi Hak Asasi Universal/PBB
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki setiap orang semata-mata karena dia adalah
manusia. HAM didasarkan pada prinsip bahwa setiap orang dilahirkan setara dalam harkat dan
hak- haknya.
HAM merupakan hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia seagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahNya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi
dan dilindungi oleh Negara, hukum, pemerintah dan setiap orang demi kehormatan serta
Pengertian HAM menurut Jan Materson dalam ungkapan yaitu Human rights could be
generally defines as those rights which are inherent in our nature and without which we can not
live as human being (HAM adalah hak-hak yang secara inheren melekat dalam diri manusia
dan tanpa hak itu manusia tidak dapat hidup sebagai manusia).
HAM merupakan kodrat yang melekat dalam diri setiap manusia sejak ia dilahirkan
kedunia. Secara kodrati antara lain manusia mepunyai hak kebebasan. Rosevelt mengemukakan,
bahwa dalam hidup bermasyarakat dan bernegara manusia memiliki empat kebebasan ( The
Konsep hak asasi manusia dilihat dari dimensi visi, mencakup visi filsafati, visi yuridis
konstitusional dan visi politik ( Saafroedin Bahar,1994:82). Visi filsafati sebagian besar berasal
dari teologi agama agama, yang menempatkan jati diri manusia pada tempat yang tinggi sebagai
makhluk Tuhan. Visi yuridis¬ konstitusional, mengaitkan pemahaman hak asasi manusia itu
dengan tugas, hak,wewenang dan tanggungjawab negara sebagai suatu nation state. Sedangkan
visi politik memahami hak asasi manusia dalam kenyataan hidup sehari hari, yang umumnya
berwujud pelanggaran hak asasi manusia, baik oleh sesama warga masyarakat yang lebih kuat
Dilihat dari perkembangan hak asasi manusia, maka konsep hak asasi manusia mencakup
generasi I, generasi II, generasi III, dan pendekatan struktural. Generasi I konsep HAM , sarat
dengan hak hak yuridis, seperti tidak disiksa dan ditahan, hak akan equality before the law
(persamaan dihadapan hukum), hak akan fair trial (peradilan yang jujur), praduga tak bersalah
dan sebagainya. Generasi I ini merupakan reaksi terhadap kehidupan kenegaraan yang otoliter
dan fasistis yang mewarnai tahun tahun sebelum Perang Dunia II. Generasi II konsep HAM,
merupakan perluasan secara horizontal generasi I, sehingga konsep HAM mencakup juga
bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Generasi II, merupakan reaksi bagi negara dunia
ketiga yang telah memperoleh kemerdekaan dalam rangka mengisi kemerdekaananya setelah
Perang Dunia II. Generasi III konsep HAM, merupakan ramuan dari hak hukum, sosial,
ekonomi, politik dan budaya menjadi apa yang disebut hak akan pembangunan (the right to
development). Hak asasi manusia di nilai sebagai totalitas yang tidak boleh dipisah pisahkan.
Dengan demikian, hak asasi manusia sekaligus menjadi satu masalah antar disiplin yang harus
Suseno (1987: 125 130) yang mengelompokannva menjadi empat Kelompok yaitu hak asasi
negatif atau liberal, hak asasi aktif atau demokratis, hak asasi positif dan hak asasi sosial.
Kelompok hak asasi pertama ini diperjuangkan oleh liberalisme dan pada hakekatnva mau
melindungi kehidupan pribadi manusia terhadap campur tangan negara dan kekuatan
kekuatan sosial lain. Hak asasi ini didasarkan pada kebebasan dan hak ¬in dividu untuk
mengurus diri sendiri dan oleh karena itu juga disebut hak – hak ¬kebebasan (liberal).
Sedangkan dikatakan negatif, karena prinsip yang dianutnya bahwa kehidupan saya
(pribadi) tidak boleh dicampuri pihak luar. Kehidupan pribadi merupakan otonomi setiap
orang, yang harus dihormati. Otonomi ini merupakan kedaulatan asasinya sendiri
merupakan dasar segala usaha lain, maka hak asasi negatif ini tetap merupakan inti hak
asasi manusia. Macam macam hak asasi manusia negatif antara lain :
3) Kebebasan bergerak
8) Kebebasan beragama
9) Kebebasan untuk mengikuti suara hati sejauh tidak mengurangi kebebasan orang lain
Hak ini adalah keyakinan akan kedaulatan rakyat yang menuntut agar rakyat memerintah
dirinya sendiri dan setiap pemerintah di bawah kekuasaan rakyat. Hak ini disebut aktif
karena merupakan hak atas suatu aktivitas manusia untuk ikut menentukan arah
Kalau hak hak negatif menghalau campur tangan negara dalam urusan pribadi manusia,
maka sebaliknya hak hak positif justru menuntut prestasi prestasi tertentu dari negara.
Paham hak asasi positif berdasarkan anggapan bahwa negara bukan tujuan pada dirinya
untuk memberikan pelayanan pelayanan tertentu (pelayanan publik), Oleh karena itu tidak
boleh ada anggota masyarakat yang tidak mendapat pelayanan itu hanya karena ia terlalu
Hak asasi sosial ini merupakan paham tentang kewajiban negara untuk menjamin hasil
kerja kaum buruh yang wajar dan merupakan hasil kesadaran kaum buruh melawan kaum
burjuasi. Hak asasi sosial mencerminkan kesadaran bahwa setiap anggota masyarakat
berhak atas bagian yang adil dari harta benda material dan cultural bangsanya dan atas
bagian yang wajar dari hasil nilai ekonomis. Hak ini harus dijamin dengan tindakan negara.
2. Tujuan HAM
HAM penting karena melindungi kita untuk hidup dengan harga diri yang meliputi hak
untuk hidup, hak atas kebebasan dan keamanan. HAM adalah alat untuk melindungi orang dari
manusia. HAM mendorong tindakan yang dilandasi kesadaran dan tanggung jawab untuk hidup
bebas dari segala bentuk diskriminasi, tapi disaat yang sama kita memiliki tanggung jawab
untuk menjamin bahwa hak-hak orang ain tidak dilanggar, misalnya, kita memiliki hak untuk
hidup bebas dari segala bentuk diskriminasi, tapi disaat yang sama, kita memiliki tanggung
a. Hakiki, artinya HAM sudah dibawa sejak lahir oleh seluruh makhluk hidup didunia ini.
b. Universal, HAM berlaku umum tanpa memanang status, suku bangsa, gender dan HAM
d. Tidak dapat dibagi, semua orang mendapatkan semua hak, baik politik, ekonomi, sosial dan
budaya.
Berbagai hak asasi diberbagai aspek kehidupan dapat dijelaskan, sebagai berikut :
a. Hak asasi politik ( political right ), yaitu hak untuk ikut serta dalam pemerintahan, hak
b. Hak asasi ekonomi ( Property right ), hak untuk memiliki sesuatu, membeli dan menjual
serta memanfaatkannya.
c. Hak asasi hukum ( right of legal equality ), yaitu hak untuk meendapatkan perlakuan yang
sama dalam hukum dan pemerintahan. Serta hak untuk mendapatkan perlakuan yang sama
d. Hak asasi social dan kebudayaan ( Social and culture right ), misalnya hak untuk memilih
e. Hak atas pribadi ( personal right ), yang meliputi kebebasan menyatakan pendapat,
Tindakan diskriminatif yang langsung ataupun tidak langsng membedakan manusia atas
dasar agama, suku, ras, etnik, kelompok, golongan, status social, status ekonomi, enis kelamin,
bahasa, keyakinan politik, yang berakibat mengurangi/ menghapus pengakuan HAM dan
kebebasan dasar dalam kehidupan baik individual maupun kelompok dalam bidang politik,
Tindakan diskriminatif tersebut diatas merupakan pelanggaran HAM, baik yang bersifat
vertical ( dilakukan aparat Negara terhadap warga Negara atau sebaliknya ) maupun horizontal (
antar warga negara sendiri ) dan tidak sedikit yang masuk kategori pelanggaran HAM berat
c. Penyiksaan
e. Perbudakan
Secara konseptual dapat dikemukakan bahwa yang dimaksud “Pelanggaran HAM adalah
setiap perbuatan orang/ kelompok baik disengaja/ tidak disengaja/ kelalaian melawan hukum,
mengurangi/ menghalangi/ membatasi HAM seseorang atau kelompok yang dijamin oleh
Undang- undang dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
Berdasarkan Undang – Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pasal
1 angka 6, yang dimaksud dengan pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap perbuatan
seseorang atau kelompok orang termasuk aparat negara, baik disengaja maupun tidak disengaja
atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut hak
asasi manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh undang-undang dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyesalan hukum yang adil dan
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia,
Pelanggaran HAM adalah setiap perbuatan seseorang atau kelompok orng termasuk aparat
negara baik disengaja atau kelalaian yang secara hukum mengurangi, menghalangi, membatasi,
dan atau mencabut Hak Asasi Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh
Undang-Undang ini, dan tidak didapatkan, atau dikhawatirksn tidak akan memperoleh
penyelesaian hukum yang adil dan benar, berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku. Dengan
oleh individu maupun oleh institusi negara atau institusi lainnya terhadap hak asasi individu lain
tanpa ada dasar atau alasan yuridis dan alasan rasional yang menjadi pijakanya.
atau tidak lengsung yang didasarkan perbedaan manusia atas Suku, ras, etnis, dan
Agama.
2) Penyiksaan adalah perbuatan yang menimbulkan rasa sakit atau penderitaan baik
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, etnis,
dan agama dengan cara melakukan tindakan kekerasan (UUD No.26/2000 Tentang
Pengadilan HAM)
2) Kejahatan Kemanusiaan
Kejahatan kemanusiaan adalah suatu perbuatan yang dilakukan berupa serangan yang
ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil seperti pengusiran penduduk secara
a. Asas kemanusiaan
HAM itu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Asas kemanusiaan
menjadi substansi dari HAM agar tidak merendahkan derajat dan martabat sebagai
kemanusiaan yang merendahkan harkat dan martabat manusia itu dapat dikategorikan
Asas legalitas menempatkan HAM menjadi salah satu dasar pembentukan supremasi
hukum. Implikasinya setiap warga negara dan penyelenggara negara wajib menghormati
dan melindungi HAM. Adanya asas legalitas itu memberikan legitimasi pada siapapun,
baik warga negara maupun penyelenggara negara untuk menghormati dan melindungi
HAM.
c. Asas Equalitas
Keadilan menjadi sesuatu yang esensial dalam pelaksanaan HAM. Keadilan telah
diperjuangkan manusia sejak lama. Segala bentuk penindasan akan bertentangan dengan
tiga. Pertama, keadilan komutatif, keduakeadilan distributif, dan ketiga, keadilan legalitas.
Ketiga bentuk keadilan itu dari masa kemasa menjadi inspirasi bangsa-bangsa diduni
d. Asas Sosio-Kultural
Kehidupan sosio kultural masyarakat per ludi perhatikan dalam pengembangan HAM..
Asas sosio-kultural ini makin penting agar HAM yang disebarluaskan dari bangsa lain tidak
bertentangan dengan kehidupan budaya bangsa Indonesia. Penegakan HAM jangan sampai
Kesehatan adalah keadaaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan
setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Pasal 1 poin 1 UU No 23/1992 tentang
Kesehatan), karena itu kesehatan merupakan dasar dari diakuinya derajat kemanusiaan. Tanpa
kesehatan, seseorang menjadi tidak sederajat secara kondisional. Tanpa kesehatan, seseorang
tidak akan mampu memperoleh hak-hak lainnya. Sehingga kesehatan menjadi salah satu ukuran
selain tingkat pendidikan dan ekonomi, yang menentukan mutu dari sumber daya manusia
Hak kesehatan adalah hak asasi manusia yang melekat pada seseorang sejak lahir dan
bukan karena pemberian seseorang atau negara, maka oleh sebab itu tidak dapat dicabut oleh
siapa pun. Hak atas kesehatan merupakan sekumpulan standar hak asasi manusia yang
disepakati secara internasional, dan 'tidak dapat dipisahkan' dari hak-hak lain ini. Ini berarti
mencapai hak atas kesehatan adalah realisasi hak asasi manusia lainnya, untuk makanan,
perumahan, pekerjaan, pendidikan, informasi, dan partisipasi. Jaminan pengakuan hak atas
kesehatan tersebut secara eksplisit dapat dilihat dari beberapa instrumen sebagai berikut :
a. Instrumen Internasional
Discrimination (ICERD).
b. Instrumen Nasional
4) UU Nomor 11 tahun 2005 tentang Ratifikasi Kovenan Hak Ekonomi, Sosial dan
Budaya.
sosialnya, pengaturan dan hukumnya, serta ketidak-adilan dalam manajemen sosial yang
Makna dari hak atas kesehatan tersebut yaitu pemerintah harus menciptakan kondisi yang
memungkinkan bagi setiap individu untuk hidup sehat. Berarti pemerintah harus menyediakan
sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan terjangkau untuk semua. Adapun dua asas yang
Hak atas pemeliharaan kesehatan berarti setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan
standar tertinggi dari kesehatan fisik dan mental meliputi akses terhadap jasa pelayanan
kesehatan dan perawatan kesehatan, seperti: akses terhadap nutrisi, air bersih, perumahan
yang sehat, imunisasi, pendidikan, sanitasi, dan akses terhadap informasi terkait kesehatan.
2) Faktor Geografis
3) Faktor Finansial/Keuangan
4) Faktor Kualitas
b. The right of self determination
Sebagai hak dasar atau hak primer individual yang merupakan sumber dari hak-hak
individual terdiri dari Hak atas privacy dan hak atas tubuhnya sendiri.
Right to privacy atau Right to be Let Alone secara sederhana diterjemahkan sebagai
hak untuk tidak diusik dalam kehidupan pribadinya (Cooley, 1888). Hak atas privasi
juga dapat diterjemahkan sebagai hak dari setiap orang melindungi aspek-aspek pribadi
kehidupannya untuk dipergunakan dan dimasuki oleh orang lain (Gillmor, 1990:281).
Merupakan hak pasien memilih dokter, hak atas informed consent, hak menolak
atau perawatan, dan hak atas second opinion serta hak memeriksa rekam medis.
a. Hak yang dimuat dalam UU no 36 thn 2009 pasal 4-8 yang berbunyi setiap orang berhak
atas:
1) Kesehatan.
6) Informasi dan edukasi tentang kesehatan yang seimbang dan bertanggung jawab.
7) Informasi tentang data kesehatan dirinya termasuk tindakan dan pengobatan yang telah
b. Kewajiban yang dimuat dalam UU no 36 thn 2009 pasal 9-13 yang berbunyi setiap
yang setinggi-tingginya.
2) Menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yang sehat,
4) menjaga dan meningkatkan derajat kesehatan bagi orang lain yang menjadi
tanggung jawabnya.
5) Setiap orang berkewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial.
c. Konvenan Ekonomi, Sosial Budaya yang menjadi pedoman dalam HAM dalam
1) Negara Pihak dalam Kovenan ini mengakui hak setiap orang untuk menikmati
standar tertinggi yang dapat dicapai atas kesehatan fisik dan mental.
2) Langkah-langkah yang akan diambil oleh Negara Pihak pada Kovenan ini guna
mencapai perwujudan hak ini sepenuhnya, harus meliputi hal-hal yang diperlukan
untuk mengupayakan:
d. Deklarasi Alma-Ata tahun 1978 tentang peran negara untuk memenuhi hak atas kesehatan
WN :
e. Piagam Majelis Kesehatan Rakyat Tahun 2000 di Bangladesh tentang kesehatan sebagai
HAM
Kesehatan mencerminkan komitmen masyarakat terhadap kesetaraan dan keadilan.
Kesehatan dan HAM seharusnya diprioritaskan diatas kepentingan ekonomi dan politik.
Mengajak:
3) Membangun gerakan masyarakat agar kesehatan dan Ham masuk dalam undang
undang
f. Muatan HAM bidang kesehatan dalam perubahan kedua UUD 1945 BAB XA/Pasal 28 H:
1) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan.
2) Setiap orang berhak mendapat kemudahan dan perlakukan khusus untuk memperoleh
kesempatan dan manfaat yang sama guna mencapai persamaan dan keadilan.
3) Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan pengembangan dirinya
Keahlian medis harus dimiliki tenaga kesehatan agar dapat memberikan pelayanan
kesehatan yang maksimal kepada pasien. Dalam praktiknya, tenaga kesehatan memiliki
Hak tenaga kesehatan yang dimuat dalam pasal 57 UU Nomor 36 Tahun 2014 antara
lain:
b) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari penerima pelayanan kesehatan
dan keluarganya
sesuai dengan harkat dan martabat manusia, moral, kesusilaan, serta nilai-nilai
agama
e) Mendapat kesempatan untuk mengembangkan profesi
Antara Hak Asasi Manusia dan Kesehatan terdapat hubungan yang saling mempengaruhi.
Seringkali akibat dari pelanggaran HAM adalah gangguan terhadap kesehatan demikian
pula sebaliknya, pelanggaran terhadap hak atas kesehatan juga merupakan pelanggaran
terhadap HAM. Hubungan antara kesehatan dan Hak Asasi Manusia (HAM) dapat dilihat
Torture Slavery
Harmful Violence
Traditional against woman
practice & children
HUMAN RIGHTS
VIOLATIONS
RESULTING IN ILL-
HEALTH
Rights to Rights to
helath HEALTH participation
&
REDUCING HUMAN PROMOTION
VULNERABILITY TORIGHT VIOLATION OF
Freedom from
Rights to ILL-HELATH HUMAN RIGHTS
discrimination
education
THROUGH HUMAN THROUGH HEALTH
RIGHTS DEVELOPMENT
Lingkaran kanan bawah dari lingkaran hubungan antara HAM dan Kesehatan
kewajibannya. Sementara itu, lingkaran atas erat kaitannya dengan hak atas kesehatan yang
terlanggar oleh praktik-praktik kekerasan, yang menjadi bagian dari pelanggaran hak sipil
dan politik. Untuk lingkaran kiri bawah menggambarkan hubungan antara HAM dan
Kesehatan yang terjadi akibat kondisi masyarakat yang rentan. Sementara itu juga terdapat
beberapa aspek yang tidak dapat diarahkan secara sendiri dalam hubungan antara Negara
dan Individu. Secara khusus, kesehatan yang baik tidaklah dapat dijamin oleh Negara, dan
penyakit manusia. Oleh karena itu, faktor genetik, kerentanan individu terhadap penyakit
dan adopsi gaya hidup yang tidak sehat atau beresiko, mempunyai peranan yang sangat
penting terhadap kesehatan seseorang. Sehingga, Hak Atas Kesehatan harus dipahami
sebagai hak atas pemenuhan berbagai fasilitas, pelayanan dan kondisi-kondisi yang penting
Untuk itu para ahli, aktivis dan badan-badan PBB mencoba membuat rincian mengenai
core content hak atas kesehatan. Core content terdiri dari seperangkat unsur-unsur yang
harus dijamin oleh negara dalam keadaan apapun, tanpa mempertimbangkan ketersediaan
1) Perawatan kesehatan :
b) Imunisasi;
kecelakaan;
atas belum sepenuhnya dapat menjawab permasalahan. Untuk itu faktor-faktor yang
berhubungan dengan kesehatan yang termasuk dalam hak-hak asasi manusia yang lain,
Hak atas standar kesehatan tertinggi yang dapat dijangkau sesuai bunyi pasal 12
ayat (2) International Covenant on Economic, Social and Cultural Right (ICESCR)
memberikan contoh umum dan spesifik berbagai langkah-langkah yang muncul dari
adanya definisi yang luas dari hak atas kesehatan dalam pasal 12 ayat (1) sehingga
reproduksi.
2) Hak atas lingkungan alam dan tempat kerja yang sehat dan aman.
membahayakan;
b) Perspektif gender
c) Kesehatan anak dan remaja, orang tua, penyandang cacat dan masyarakat adat.
Untuk itu badan kesehatan dunia (WHO) telah membuat indikator-indikator kesehatan
untuk menilai pelaksanaan pembangunan dan pemenuhan hak atas kesehatan tersebut.
Indonesia juga terikat dengan komitmen tersebut dan hal tersebut telah diadopsi dengan
Dalam upaya untuk menghormati (to respect), melindungi (to protect) dan memenuhi
(to fulfil) sebagai kewajiban negara mengimplementasikan norma-norma HAM pada hak atas
2) Aksesibilitas. Fasilitas kesehatan, barang dan jasa, harus dapat diakses oleh tiap orang
tanpa diskriminasi dalam jurisdiksi negara. Aksesibilitas memiliki empat dimensi yang
saling terkait yaitu :tidak diskriminatif, terjangkau secara fisik, terjangkau secara
ekonomi dan akses informasi untuk mencari, menerima dan atau menyebarkan informasi
3) Penerimaan. Segala fasilitas kesehatan, barang dan pelayanan harus diterima oleh etika
kearifan lokal, kaum minoritas, kelompok dan masyarakat, sensitif terhadap gender dan
4) Kualitas. Selain secara budaya diterima, fasilitas kesehatan, barang, dan jasa harus
secara ilmu dan secara medis sesuai serta dalam kualitas yang baik. Hal ini
mensyaratkan antara lain, personil yang secara medis berkemampuan, obat-obatan dan
perlengkapan rumah sakit yang secara ilmu diakui dan tidak kadaluarsa, air minum aman
Sementara itu dalam kerangka 3 bentuk kewajiban negara untuk memenuhi hak atas
Dalam konteks ini hal yang menjadi perhatian utama bagi negara adalah tindakan atau
kebijakan “apa yang tidak akan dilakukan” atau “apa yang akan dihindari”. Negara
wajib untuk menahan diri serta tidak melakukan tindakan-tindakan yang akan
berdampak negatif pada kesehatan, antara lain : menghindari kebijakan limitasi akses
pengobatan tradisional yang aman, tidak mendistribusikan obat yang tidak aman.
tindakan lainnya yang menjamin persamaan akses terhadap jasa kesehatan yang
disediakan pihak ketiga. Membuat legislasi, standar, peraturan serta panduan untuk
Dalam hal ini adalah yang harus dilakukan oleh pemerintah seperti menyediakan
fasilitas dan pelayanan kesehatan, makanan yang cukup, informasi dan pendidikan yang
berhubungan dengan kesehatan, pelayanan pra kondisi kesehatan serta faktor sosial yang
berpengaruh pada kesehatan seperti : kesetaraan gender, kesetaraan akses untuk bekerja,
hak anak untuk mendapatkan. identitas, pendidikan, bebas dari kekerasan, eksploitasi,
Dalam rangka memenuhi hak atas kesehatan negara harus mengambil langkah langkah baik
secara individual, bantuan dan kerja sama internasional, khususnya di bidang ekonomi dan
teknis sepanjang tersedia sumber dayanya, untuk secara progresif mencapai perwujudan penuh
dari hak atas kesehatan sebagaimana mandat dari pasal 2 ayat (1) International Covenant on
5. Hak Pasien
Dalam peraturan menteri kesehatan republik indonesia nomor 4 tahun 2018 pasal 17 :
a. Kewajiban Rumah Sakit untuk menghormati dan melindungi hak Pasien sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf m dilaksanakan dengan memberlakukan peraturan
dan standar Rumah Sakit, melakukan pelayanan yang berorientasi pada hak dan kepentingan
1) Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di Rumah Sakit;
3) memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa diskriminasi; memperoleh
layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan standar prosedur
operasional;
4) memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga Pasien terhindar dari kerugian
6) memilih dokter, dokter gigi, dan kelas perawatan sesuai dengan keinginannya dan
7) meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Izin Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit;
8) mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya;
9) mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis, tujuan
tindakan medis, alternatif tindakan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
10) memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
12) menjalankan ibadah sesuai agama atau kepercayaan yang dianutnya selama hal itu tidak
Sakit;
14) mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya;
15) menolak pelayanan bimbingan rohani yang tidak sesuai dengan agama dan kepercayaan
yang dianutnya;
16) menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga memberikan
pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana; dan
17) mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
c. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data medisnya
sebagaimana diamksud pada ayat (2) huruf i termasuk mendapatkan akses terhadap isi
rekam medis.
d. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan dilakukan oleh Tenaga
Kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf k,
termasuk hak untuk memberikan persetujuan atau menolak menjadi bagian dalam suatu
penelitian kesehatan.
e. Dalam rangka memenuhi hak Pasien untuk menyampaikan keluhan atau pengaduan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f dan huruf r, setiap Rumah Sakit wajib
f. Unit pelayanan pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melakukan pengumpulan
pelayanan yang diberikan oleh Tenaga Kesehatan di Rumah Sakit dan/atau prosedur
g. Keluhan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) tersebut harus ditindaklanjuti
Komunitas adalah kelompok orang yang berada di suatu lokasi tertentu. Sasaran kebidanan
komunitas adalah ibu dan anak balita yang barada dalam keluarga dan masyarakat. Pelayanan
kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit. Kebidanan komunitas dapat juga
merupakan bagian atau kelanjutan pelayanan kebidanan yang diberikan di rumah sakit.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan
komunitas.
Dalam menjalankan praktiknya, seorang bidan telah diatur dalam Pancasila sebagai
landasan idiil, UUD 1945 sebagai landasan konstitusional Permenkes No. 28 tahun 2017
a. Kewenangan Bidan
ibu dan janinnya, salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah adalah mendekatkan
adalah seluruh tugas yang menjadi tanggung jawab dalam praktik kebidanan dalam sistem
pelayanan kesehatan yang bertujuan meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka
diupayakan agar dapat memnuhi standar tertentu agar aman dan efektif. Dengan adanya
standar pelayanan masyarakat akan memiliki rasa kepercayaan yang lebih baik terhadap
1) Penyuluhan dan konseling pada masa sebelum hamil, bimbingan pada kelompok ibu
hamil.
2) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal dan pemberian tablet darah pada ibu
hamil.
luka jalan lahir tingkat I dan II, pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala
4) Pelayanan pada masa nifas dan pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas.
melakukan IMD (Inisiasi Menyusui Dini) dan promosi air susu ibu eksklusif
perawatan tali pusat, pemberian suntikan vit K1, pemberian imunisasi HB0,
pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pemantauan tanda bahaya, pemberian tanda
identitas diri, dan merujuk kasus yang tidak dapat ditangani dalam kondisi stabil, dan
Penanganan awal asfiksia bayi baru lahir melalui pembersihan jalan nafas,
Penanganan awal hipotermi pada bayi baru lahir dengan BBLR melalui
penggunaan selimut atau fasilitas dengan cara menghangatkan tubuh bayi dengan
metode kangguru
Penanganan awal infeksi tali pusat dengan mengoleskan alkohol atau povidone
iodine serta menjaga luka tali pusat tetap bersih dan kering,
Membersihkan dan pemberian salep mata pada bayi baru lahir dengan infeksi
gonore (GO)
Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan nak prasekolah, meliputi
badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang
(KIE) kepada ibu dan keluarga tentang perawatan bayi baru lahir, ASI eksklusif,
tanda bahaya pada bayi baru lahir, pelayanan kesehatan, imunisasi, gizi seimbang,
berencana, dan
berdasarkan:
pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama
organisasi profesi terkait berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai
kulit
(3) Penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang
ditetapkan
(5) Melakukan pebinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
(6) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah
lainnya
(10) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik lainnya
peraturan perundang-undangan.
b) Kewenangan karena tidak adanya tenaga kesehatan lain di suatu wilayah tempat
setempat
dokter, diberikan secara tertulis dan menjadi tanggung jawab oleh dokter pada Fasilitas
a) Tindakan yang dilimpahkan termasuk dalam kompetensi yang telah dimiliki oleh
pelimpahan
Kode etik merupakan suatu ciri profesi yang bersumber dari nilai-nilai internal dan
eksternal suatu disiplin ilmu dan merupakan pernyataan komprehensif suatu profesi yang
melaksanakan praktik kebidanannya, bidan memiliki kewajiban dan hak sesuai dengan
perlindungan hukum sebagai perlindungan hukum sebagai hak asasi manusia. Adalah kewajiban
a. Kewajiban Bidan
dibutuhkan
3) Merujuk kasus yang bukan kewenangannya atau tidak dapat ditangani dengan tepat
waktu
6) Melakukan pencatatan asuhan kebidanan dan pelayanan lainnya yang diberikan secara
sistematis
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang
tugasnya.
b. Hak Bidan
2) Memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau keluarganya
Praktik pelayanan bidan perorangan (swasta), merupakan penyedia layanan kesehatan, yang
memiliki kontribusi cukup besar dalam memberikan pelayanan, khususnya dalam meningkatkan
kesejahteraan ibu dan anak. Agar masyarakat pengguna jasa layanan bidan memperoleh akses
pelayanan yang bermutu dari pelayanan bidan, perlu adanya regulasi pelayanan praktik bidan
secara jelas, persiapan sebelum bidan melaksanakan pelayanan praktik, seperti perizinan,
tempat, ruangan, peralatan praktik, dan kelengkapan administrasi semuanya harus sesuai
dengan standar, diatur dalam: Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang:
Registrasi dan Praktik Bidan. Setiap Bidan harus memiliki STRB untuk dapat melakukan
praktik keprofesiannya dan berlaku selama 5 tahun dan dapat diperpanjang selama memenuhi
Kesehatan merupakan aspek penting dari hak asasi manusia (HAM), sebagaimana
disebutkan dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tertanggal
10 November 1948 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas taraf kehidupan yang
Di sisi lain, Konvensi International tentang Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya yang
ditetapkan PBB pada tahun 1966 juga mengakui hak setiap orang untuk menikmati standar
Sebagai hak asasi manusia, maka hak kesehatan adalah hak yang melekat pada seseorang
karena kelahirannya sebagai manusia, bukan karena pemberian seseorang atau negara, dan oleh
sebab itu tentu saja tidak dapat dicabut dan dilanggar oleh siapa pun.
Sehat itu sendiri tidak hanya sekadar bebas dari penyakit, tetapi adalah kondisi sejahtera
dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara ekonomis.
Maka, sesuai dengan norma HAM, negara berkewajiban untuk menghormati, melindungi, dan
memenuhi hak-hak asasi kesehatan tersebut. Kewajiban menghormati hak-hak asasi itu,
antara lain dilakukan dengan cara menciptakan persamaan akses pelayanan kesehatan,
membuat kebijakan kesehatan, serta menyediakan anggaran dan jasa-jasa pelayanan kesehatan
memungkinkan setiap individu untuk hidup sehat, dan ini berarti pemerintah harus
menyediakan sarana pelayanan kesehatan yang memadai dan pelayanan kesehatan yang
terjangkau untuk semua. Seperti akses terhadap air bersih, nutrisi, imunisasi, perumahan yang
sehat, sanitasi, lingkungan dan tempat kerja yang sehat, pendidikan, dan akses terhadap
Dalam upaya pemenuhan kesehatan sebagai hak asasi manusia, maka pemerintah yang
Aspek kesehatan ini harus dijadikan pertimbangan penting dalam setiap kebijakan
luas.
terutama untuk menjamin terjaganya hak asasi manusia dibidang kesehatan tentu tidak terlepas
dari peran tenaga kesehatan dalam hal ini bidan. Bidan sebagai salah tenaga kesehatan yang
terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat menentukan dalam meningkatkan
status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak di wilayah kerjanya.
izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidang disebutkan bahwa Bidan dalam menjalankan praktik
d. Memberikan informasi tentang masalah kesehatan pasien dan pelayanan yang dibutuhkan;
dan kematian
bertanggung jawab terhadap jumlah, jeda danwaktu untuk mempunyai anak serta hak atas
informasi yang berkaitan dengan hal tersebut. Contohnya bidan memberikan informasi
selengkap - lengkapnya kepada klien saat klien tersebut ingin menggunakan jasa KB dan
bidan memberi hak kepada klien untuk mengambil keputusan sesuai keinginan kliennya.
b. Pemberikan hak kepada masyarakat untuk mendapatkan kehidupan seksual dan kesehatan
reproduksi yang terbaik serta memberikan hak untuk mendapatkan pelayanan dan informasi
agar hal tersebut dapat terwujud. Misalnya, bidan membrikan penyuluhan tentang
c. Pemberikan hak untuk membuat keputusan yang berkenaan dengan reproduksi yang bebas
Penerapan asuhan kebidanan di komunitas dengan perspektif gender tentunya di lakukan dengan
penerapan konsep profesi dalam praktek kebidanan. Aplikasi konsep tersebut meliputi standar praktek
Untuk menerapkan gender dalam asuhan kebidanan komunitas, bidan harus memperhatikan
Prinsip women center care adalah penerapan asuhan kbidanan yang melibatkan perempuan
3) Fokus utama dalam pemberian asuhan adalah dengan cara rosponsif terhadap kebutuhan
1) Continue of care atau continuum of care life – cycle across adalah dalam pemberian
asuhan kebidanan harus berkesinambungan, yaitu asuha kebidanan dilakukan pada daur
siklus kesehatan reproduksi perempuan , sesuai dengan ruang lingkup kebidanan yang di
atur dalam keputusan mentri kesehatan pada 1464/2010, termasuk kesehatan remaja, pra
pelayanan kesehatan sesuai system pelayanan kesehatan sebagai satu kesatuan yang
c. Asuhan yang berbasis bukti dan memperhatikan keamanan pasien( evidence base and
patien safety)
yang merupakan proses yang alamia atau normal dari kehidupan reproduksi perempuan.
2) Asuhan ini menggunakan hasil penelitian tentang keaman sebagai acuan dalam proses
3) Memberikan prioritas kepada keefektifitas dan efisien asuhan yang normal atau
dengan penerapan konsep profesi dalam praktek kebidanan. Aplikasi konsep tersebut meliputi
standar praktek kebidanan yang dikembangkan dari filosofi dan kode etik kebidanan.
sesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, mengatur ruang persalinan seperti kamar atau
Pendekatan secara menyeluru yaitu dalam memberikan asuhan kebidanan tidak hanya
memperhatikan masalah fisik saja, tetapi pemberian asuhan harus dilakukan secara
c. Pendekatan komprehensif
perempuan janin, dan bayi sebagai satu kesatuan, serta ada peran aktif dari individu yang
diberi asuhan dalam proses persalinan . selain itu, pelayanan kebidanan harus dapat di akses
dan masyarakat.
Penerapan sebuah etika dan pendekatan hak asasi manusia pada pelayanan kesehatan harus
menghormati budaya, etnis.ras, gender dan pilihan individu yang tidak membahayakan kesehatan
dan kesejahteraan.
Pengeluaran rata-rata per kapita mereka mudah menurun secara cepat dibawah garis kemiskinan
2003). Dalam kondisi seperti ini, masyarakat biasanya lebih memprioritaskan pengeluaran untuk
kebbutuhan dasar pangan, bukan kebutuhan sandang apalagi kesehatan. Akibatnya masyarakat
mengalami berbagai permasalahan kesehatan yang dampaknya terutama terlihat lebih jelas pada
Bidan desa memainkan peran penting untuk kelangsungan hidup ibu dan anak,terutama di
daerah pedesaan. Masih tinggi kebutuhan perempuan terhadap pelayana persalinan oleh tenaga
bidan. Tren pemanfaatan tenaga bidan desa disejumlah kabupapaten untuk pelayanan masa
(parker dan roestam,2002,p.19). bahkan dibeberapa kabupaten, pemanfaatan bidan untuk ANC
hingga mencapai 100 persen. Hal ini menunjukan bahwa bidan sangat berperan dalam
meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan pengobatan dasar, khususnya pelayanan ibu
dan anak di daerah pedesaaan (UNUCEF, 1997; Center for Health Research,2001). Namun
permasalahan terkait kesehatan reproduksi perempuan tidak hanya mencakup masalah klinis saja,
tetapi non klinis. Sering kali perempuan dihadapkan dengan ketakutan yang bisa berdampak
kepada kondisi kesehatan reproduksinya, misalnya : takut KB, karena takut disuntik, takut punya
anak, karena sudah banyak anak atau baru saja melahirkan, dan lain-lain. Sebagai tokoh penting
di desa, seorang bidan seharusnya tidak hanya berperan dalam hal pemperian pelayanan
kesehatan reproduksi, tetapi juga dalam membantu pemecahan masalah, baik yg terkait maupun
tidak, dengan kesehatan reproduksi yang berkembang di masyarakat. Keterampilan yang mereka
BAB II
INFORMASI DAN TEKNOLOGI DALAM
PELAYANAN KEBIDANAN KOMUNITAS
Kesehatan yang telah diolah atau diproses menjadi bentuk yang mengandung nilai dan
kesehatan.
yang terorganisir dalam bentuk perangkat, obat-obatan, vaksin, prosedur dan sistem yang
Teknologi dalam dunia kesehatan memiliki peranan yang sangat penting dalam
Indonesia. Hal ini membuat setiap istansi kesehatan berlomba-lomba memperbaiki sistem
informasi rekam medis sebagai upaya mengembangkan kualitas pelayanan kesehatan yang
sebagai berikut:
Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat inap/jalan, dan
bedah,obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan mulut, kardiologi,
radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan lain-lain sesuai kebutuhan.
Modul ini juga mencatat diagnose dan tindakan terhadap pasien agar tersimpan di
3) Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien, konsultasi
5) Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat jalan,
rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik), baik secara
langsung maupun melalui jaminan dari pihak ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga
mencatat transaksi harian pasien (laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang,
obatan.
c. Manfaat Informasi dan Teknologi Kesehatan
World Health Organisation (WHO) menilai bahwa Sistem Informasi Kesehatan mempunyai
2) Pemberdayaan individu dan komunitas dengan cepat dan mudah dipahami, serta
Adapun manfaat adanya Sistem Informasi Kesehatan dalam suatu fasilitas kesehatan
kesehatan,
2) Memudahkan fasilitas kesehatan untuk mendaftar setiap pasien yang berobat, dan
3) Semua kegiatan di fasilitas kesehatan terkontrol dengan baik (bekerja secara terstruktur).
1) Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kebidanan, maka masyarakat akan mendapat
2) Teknologi yang ada, dapat membuat kegiatan khususnya di dalam kebidanan akan lebih
Teknologi tepat guna merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi masalah yang
dihadapi masyarakat.
sehingga bisa dimanfaatkan pada saat rentang waktu tertentu . Biasanya dipakai sebagai
istilah untuk teknologi yang terkait dengan budaya lokal. Teknologi tepat guna sebagai
salah satu jalur penting untuk mencapai tujuan yang mendasar, yakni meningkatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dapat diposisikan, tidak hanya sebagai
pendukung, tapi juga sebagai pionir perambah jalan menuju terwujudnya masyarakat
sejahtera berkeadilan bagi semua lapisan masyarakat di Indonesia yang berada di berbagai
penjuru tanah air dengan tingkat kemampuan penguasaan teknologi dan ekonomi yang
terbatas.
Teknologi merupakan suatu metode bersifat ilmiah untuk mencapai tujuan praktis yang
merupakan penerapan dari ilmu pengetahuan yang diperlukan untuk menyediakan barang-
barang yang berguna bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Barang-barang
sebagai alat bantu sudah ada sejak zaman pra sejarah, hanya saja masih bersifat sangat
sederhana seperti alat bantu untuk berburu dan mengolah makanan yang terbuat dari
bambu, batu, kayu mauapaun bahan sederhana lain yang mudah dijumpai di alam bebas.
Menurut (Adib, 2011) pada awalanya teknologi berkembang secara lambat, Namun seiring
Selain dimakanai sebagai sebuah penerapan ilmu pengetahuan dalam bentuk barang,
(Martono, 2012) mengemukakan bahwa teknologi dapat pula diartikan sebagai pengetahuan
kemampuan untuk mengerjakan sesuatu dengan nlai yang tinggi, baik dalam segi manfaat
maupun nilai jualnya. Dalam beberapa konsep yang pragmatis , misalnya secara akademis
Apabila dipelajari lebih mendalam, teknologi memiliki beberpa makna yang lebih
mendalam daripada hanya sebagai suatu peralatan, tergantung dari sudut pandang maupun
disiplin ilmu pengertian teknologi itu dilihat. Menurut Marx, teknologi merupakan alat,
dalam pandangan materialisme historis hanya menunjuk pada sejumlah alat yang dapat
mendefinisikan teknologi sebagai ide atau pikiran manusia itu sendiri. Sementara itu
menurut Durkheim, teknologi merupakan kesadaran kolektif yang bahkan diprediksi dapat
2012) teknologi menetapkan suatu kerangka bagi kebudayaan non material suatu
kelompok. Jika teknologi suatu kelompok mengalami perubahan, maka cara berpikir
manusia juga akan mengalami perubahan. Hal ini juga berdampak pada cara mereka
Sebagiamana halnya sebuah ilmu pengetahuan yang semakin hari semakin berkembang,
Menurut Jacob siklus perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi lima tahapan
siklus kondratif, yaitu: pertama, dimulai dengan revolusi teknologi (tahun 1760); kedua,
ditandai dengan terbentangnya jaringan kereta api (tahun 1848); ketiga, dimulai dengan
ditemukannya ban berjalan (tahun 1895); keempat, ditandai dengan ditemukannya tenaga
atom dan motorisasi massal (tahun 1945); dan kelima, ditandai dengan perkembangan
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa bentuk dan makna dari teknologi bukan hanya
alat dan ilmu pengetahuan, salah satunya informasi. Pada era globalilasasi sekarang ini
kemajuan teknologi informasi berkembang sangat pesat dan merambah di berbagai segi
kehidupan manusia. Teknologi informasi itu sendiri dapat diartikan sebagai penggunaan
Salah satu perkembangan teknologi informasi adalah dalam bidang kesehatan. Begitu
maupun ilmu kesehatan itu sendiri. Dengan adanya janji bahwa teknologi mampu
informasi sangat menunkang ilmu kedokteran baik klinis, dasar, maupun komunitas. Dalam
dunia medis, dokter akan jauh tertinggal apabila tidak memanfaatkan berbagai tool untuk
alat multimedia. Sedangkan, Pelayanan kebidanan adalah seluruh tugas yang menjadi
bertujuan untuk meningkatkan kesehatan kaum perempuan khususnya ibu dan anak. Dalam
teknologi tepat guna itu memiliki pengertian bahwa suatu alat yang sesuai dengan
kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan fungsinya. Teknlogi tepat guna memiliki
Walaupun memberikan manfaat, teknologi tepat guna juga memberikan dampak yang
1) Masyarakat akan mendapat kemudahan dalam menjaga kesehatan yang lebih efisien dan
efektif
2) Dapat membuat kegiatan khususnya didalam kebidanan akan lebih sederhana dan mudah
1) Jika penggunaan teknologi tepat gunanya tidak sesuai dengan lingkup yang memerlukan,
pasien
3) Penggunaan teknologi pada daerah pedalaman dengan tenaga yang tidak ahli, akan
pembaharuan itu tidak mencolok dan masih dalam jangkauan masyarakat, tetapi harus
diserasikan dengan keadaan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat setempat serta alam.
Kalau tidak, maka usaha pembaharuan itu akan mendapat hambatan yang dapat
Usaha pembaharuan itu dirancang sedemikan rupa sehingga seluruh masyarakat merasa
Banyak orang keliru dalam berpendapat kalau orang membawa pompa bambu, biogas,
pengering dengan energi radiasi matahari sederhana kedesa, maka orang itu telah
kesebuah desa belum dapat dikatakan sebagai penerapan teknologi tepat guna, bahkan
dapat menjerumuskan, apabila tidak disertai pendidikan kepada masyarakat desa tersebut,
bagaimana cara membuat dan memperbaiki alat tersebut. Paling ideal penerapan teknologi
tepat guna adalah teknologi yang telah ada pada suatu masyarakat dan perbaikan itu
Penerapan Teknologi Tepat Guna juga harus mempertimbangkan keadaan alam sekitar.
Dapat diartikan bahwa dampak lingkungan yang disebabkan penerapan Teknologi Tepat
Guna (TTG) harus lebih kecil dibandingkan pemakaian teknologi tradisional maupun
teknologi maju. Dengan demikian manfaat dari teknologi tepat guna itu dapat dirasakan
oleh masyarakat tersebut. Sebagai mana manfaat dari teknologi tepat guna adalah:
1) Dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang makin hari makin meningkat, tentu hal itu
(ketidakmampuan skill) maupun materiil (dapat menimbulkan beban biaya yang tidak
3) Teknologi tepat guna dapat mempermudah dan mempersingkat waktu pekerjaan tenaga
tersebut.
Teknologi tepat guna adalah teknologi yang didesain dengan mempertimbangkan aspek
lingkungan, etik budaya, sosial, dan ekonomi bagi komunitas ( sosio kultural ekonomi).
diperlukan bagi kelangsungan dan kenyamanan hidup manusia. Teknologi tepat guna
adalah suatu alat yang sesuai dengan kebutuhan dan dapat berguna serta sesuai dengan
fungsinya. Selain itu, teknologi tepat guna atau yang disingkat dengan TTG adalah
teknologi yang digunakan dengan sesuai (tepat guna). Ada yang menyebutnya teknologi
tepat guna sebagai teknologi yang telah dikembangkan secara tradisional, sederhana dan
proses pengenalannya banyak ditentukan oleh keadaan lingkungan dan mata pencaharian
Hampir semua orang kalau mendengar istilah teknologi, yang terbayangkan adalah
teknologi canggih. Terkesan bahwa peralatan/mesin yang rumit, harga yang mahal,
dihasilkan oleh pabrik yang memiliki modal yang besar. Padahal, kata teknologi tidak
selalu mengacu pada hal-hal yang canggih, rumit, dan mahal. Hal-hal yang sederhana juga
dapat disebut teknologi. Teknologi atau pertukangan memiliki lebih dari satu definisi :
1) Salah satunya, teknologi adalah pengembangan dan aplikasi dari alat, mesin, material
dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan. Akan tetapi, penemuan yang sangat
3) Definisi lainnya (digunakan dalam ekonomi) adalah teknologi dilihat dari status
pengetahuan kita yang sekarang dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk
memproduksi produk yang diinginkan (dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa
teknologi tradisional maupun konvensional dengan teknologi yang lebih maju dan modern.
Oleh sebab itu aspek sosial, budaya, ekonomi merupakan dimensi yang wajib
diperhitungkan dalam menjalankan dan mengelola teknologi tepat guna sehingga dalam
pelaksanaannya tidak terjadi konflik yang dapat menghambat tercapainya tujuan TTG itu
sendiri. Dari utjuan yang inin dicapai, teknologi tepat guna harus menerapkan metode yang
hemat sumber daya, mudah dirawat dan minim polusi dibandingkan teknologi arus utama.
Dengan demikian beberapa kriteria suatu hal dapat dikatakan sebagai teknologi tepat
guna adalah:
2) Apabila teknologi tersebut sesuai dengan keadaan ekonomi dan sosial masyarakat
setempat
perencananya
aspek lingkungan, sosial, etik budaya maupun ekonomi bagi komunitas. Sesuatu dapat
dikatakan sebagai teknologi tepat guna apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Mudah diterapkan
1) Mudah dimodifikasi
2) Untuk kegiatan skala kecil
3) Padat karya
Dengan adanya teknologi tepat guna dalam kesehatan diharapkan dapat menjembatani dan
Peranan informasi dan teknologi saat ini sangatlah besar pengaruhnya, karena dalam
kehidupan sehari-hari informasi dan teknologi ini memiliki peranan yang sangat penting.
Setiap pekerjaan yang kita lakukan sedikit banyak bergantung pada teknologi-teknologi
yang ada. Karena memang pada kenyataannya, dengan adanya informasi dan teknlogi yang
sudah berkembang ini, mempermudah kita dalam melakukan kegiatan sehari-hari. Seperti
contohnya jika kita akan segera mengirimkan data-data kantor yang sangat penting, kita
tidak perlu lagi membutuhkan waktu yang lama dalam proses pengirimannya cukup dengan
menggunakan internet saja maka dalam beberapa detik data-data tersebut sudah dapat
terkirim.
Perkembangan informasi dan teknologi yang pesat telah menyebar ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Banyak rumah sakit menggunakan sistem informasi untuk menangani
transaksi yang berhubungan dengan karyawan, tenaga medis dan pasien. Pemanfaatan
komputer dalam kesehatan ini berawal dari otomatisasi di bidang administratif, dilanjutkan
Selama masa kehamilan tentunya ibu selalu berharap yang terbaik untuk janin
didalam kandungannya. Tak heran jika setiap ibu memeriksan kehamilannya baik itu ke
Pemantauan kesehatan janin didalam kandungan dan kesehatan ibu selama kehamilan
tentu tidak dapat dilihat dengan kasat mata. Oleh sebab itu, diperlukanlah alat-alat
teknologi kebidanan yang berguna untuk memantau keadaaan janin maupun ibu selama
setiap tenaga kesehatan untuk selalu update dan megikuti setiap perkembangannya tidak
terkecuali Bidan. Data informasi yang dicatat oleh bidan yang masih manual dapat
berakibat pada laporan yang dibuat mengalami keterlambatan dan tidak akurat, belum
adanya basis data yang sistematis juga mengakibatkan kesulitan untuk mencari data yang
dibutuhkan terutama untuk kebutuhan pelaksanaan sistem informasi kegiatan program pada
instansi kesehatan, meliputi ketersediaan data dan informasi yang relevan sesuai kebutuhan
organisasi dan harapannya hasil laporan kesehatan ibu dan anak terekap dengan lengkap
Profesi Bidan sebagai ujung tombak tenaga kesehatan memiliki peran penting untuk
mengedukasi masyarakat di lingkup kerjanya akan pentingnya kesehatan terutama pada ibu
dan anak. Dengan edukasi kesehatan pada masyarakat diharapkan terciptanya masyarakat
yang sadar dan peduli akan kesehatan baik itu kesehatan pribadi maupun kesehatan di
lingkungannya.
website, aplikasi/software kebidanan, SMS Gateway, penggunaan alat USG dan lain
maju dan ini memudahkan seorang Bidan dalam mengedukasi masyarakat. Dalam
harapkan Bidan mampu menggunakan komputer untuk meningkatkan kinerjanya agar lebih
fokus pada tugas pokok dalam meningkatkan kesehatan Ibu dan Anak.
Fasilitas dan potensi yang ada di masyarakat, yaitu sumber daya alam atau potensi desa,
dan sumber daya masyarakat/kader kesehatan. Bidan dalam memberi pelayanan kepada ibu
1) Lingkungan sosial
Masyarkat yang berada di dalam komunitas memiliki ikatan sosial dan budaya.
memberi pelayanan. Bidan memberi pelayanan kepada ibu hamil dan bersalin
agama di masyarakat. oleh karena itu, peran masyarakat penting dalam upaya
peningkatan kesehatan ibu, anak balita, keluarga serta keluarga berencana. Peran serta
kesehatan.
pelaksanaannya.
keluarga. Peternakan juga mendukung kondisi gizi keluarga. Bidan yang bekerja
2007).
Masyarakat
Yang perlu kita perkenalkan dan kembangkan pada masyarakat adalah teknologi yang
murah, mudah, ramah lingkungan serta memiliki nilai guna (manfaat/kemaslahatan) yang
tinggi bagi masyarakat. Teknologi Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan
lingkungan, dan dapat dimanfaatkan oleh masyarakat secara mudah serta menghasilkan
nilai tambah dari aspek ekonomi dan aspek lingkungan hidup (Ali, 2009).
1) Ultrasonography (USG)
Dalam sejarah kedokteran pada tahun 1970-an Ultrasonography atau yang lebih terkenal
kemajuan teknologi USG lebih cepat diterima dalam bidang kebidanan, yaitu untuk
diagnosis diantaranya adalah kematian langsung pada ibu misalnya kehamilan ektopik
terganggu dan plasenta previa. Selain itu, penggunaan ultrasonografi medis pada
untuk membuat gambar visual real-time dari embrio atau janin yang sedang berkembang
dalam rahim ibunya. Penggunaan USG dalam pelayanan kebidanan merupakan bagian
standar dari perawatan prenatal dibanyak negara, karena dapat memberikan berbagai
informasi tentang kesehatan ibu, waktu dan perkembangan kehamilan, dan kesehatan
serta perkembangan embrio atau janin. Penelitian menunjukan bahwa USG Obstetrik
rutin sebelum usia kehamilan 24 minggu secara signifikan dapat mengurangi resiko
gagal mengenali kehamilan multiple dan dapat meningkatkan taksiran persalinan untuk
mengurangi resiko induksi persalinan pada kehamilan lewat bulan/ Post Term.
2) Inkubator
Inkubator neonatal adalah alat yang digunakan untuk merawat bayi prematur di unit
a) Melindungi bayi
Bayi diawal kelahiran memiliki kondisi tubuh yang sangat rentan. Tetapi, ada
beberapa diantara mereka yang memiliki kondisi tubuh yang lebih rentan dari bayi
pada umumnya. Untuk itulah inkubator dibuat untuk melindungi si bayi terutama
agar mampu melindungi bayi dari bakteri, kemungkinan terjadinya infeksi, iritasi
dan alergen.
b) Memberikan oksigenasi
Bayi terlahir dengan sangat rentan terhadap apa-apa yang ditawarkan dunia luar
padanya, termasuk soal pernapasan. Oleh sebab itu, inkubator akan sangat
Inkubator memiliki bentuk layaknya boks. Dimana bagian atasnya terdapat 2 boks
jantung, otak, darah, organ vital dan suhu bayi. Sedangkan dibagian bawahnya
3) Fetal Doppler
Fetal Doppler atau Monitor Doppler Janin adalah suatu alat Ultrasound Transducer yang
digunakan untuk mendeteksi detak jantung janin selama kehamilan. Fetal Doppler
ditemukan oleh Dr.Edward H.Hon pada tahun 1958. Alat ini menggunakan efek doppler
untuk memberikan stimulasi yang terdengar dari detak jantung janin. Monitor Janin
Doppler memberikan informasi tentang janin yang serupa dengan stetoskop janin. Fetal
Doppler atau monitor doppler janin efektif digunakan pada usia kehamilan diatas 12
minggu.
4) Cardiotocography (CTG)
Cardiotocography atau yang biasa disebut dengan Monitor Janin Elektronik yang
ditemukan oleh Dokter Alan Bradfield, Orvan Hess dan Edward Hon yang kemudian
disempurnakan oleh Konrad Hammacher adalah suatu alat elektronik yang digunakan
untuk merekam detak jantung janin dan kontraksi uterus selama kehamilan. Berdasarkan
atau intermiten. Denyut jantung janin dan aktifitas otot uterus terdeteksi oleh dua
transduser yang diletakan di perut ibu (satu diatas janin, untuk memantau denyut
jantung janin dan yang lainnya difundus uteri untuk mengukur frekuensi kontraksi).
Tocometry eksternal berguna dalam menunjukan awal dan akhir kontraksi serta
frekuensi, tetapi bukan kekuatan kontraksi. Nilai absolut dari pembacaan tekanan
pada tocometer eksternal tergantung pada posisi dan alat ini tidak sensitif pada
langsung ke kulit kepala janin. Sebuah kawat elektroda melekat pada kulit kepala
janin melalui lubang serviks dan terhubung ke monitor. Jenis elektroda ini kadang-
kadang disebut elektroda spiral atau kulit kepala. Pemantauan internal memberikan
transmisi denyut jantung janin yang lebih akurat dan konsisten daripada pemantauan
internal dapat digunakan ketika pemantauan eksternal dari denyut jantung janin
tidak memadai, atau diperlukan pengawasan yang lebih ketat. Tocometry internal
hanya dapat digunakan jika selaput ketuban telah pecah baik secara spontan atau
artifisial, dan serviks terbuka. Untuk mengukur kekuatan kontraksi, kateter kecil
pembacaan yang lebih tepat dari denyut jantung bayi dan kekuatan kontraksi.
5) Thermometer
Thermometer adalah sebuah alat yang mengukur suhu atau gradien suhu. Termometer
medis atau termometer klinis digunakan untuk mengukur suhu tubuh manusia atau
a) Sensor suhu (misalnya bohlam termometer air raksa atau sensor digital dalam
suhu.
b) Beberapa cara perubahan ini untuk menjadi nilai numerik (misalnya skala yang
terlihat ditandai pada termometer air raksa atau pembacaan digital pada termometer
infra merah).
Termometer medis awalnya ditemukan oleh Galileo Galilei sekitar tahun 1592 –
1593 dengan nama Termoskop air. Termometer yang lama tidak dapat membaca suhu
setelah dipindahkan ketempat yang lain dengan suhu yang berbeda. Dengan
dan gejala fisik penyakit, ia menyimpulkan bahwa catatan suhu seseorang dapat
memberi tahu dokter tentang kesehatan pasien. Suhu dapat diukur di berbagai lokasi
pada tubuh yang mempertahankan suhu yang cukup stabil (terutama sub-bahasa, aksila,
dubur, vagina, dahi, atau arteri temporal). Suhu normal sangat berbeda dengan lokasi;
pembacaan suhu tubuh secara rektal tidak sama dengan pembacaan suhu dirktal, dahi
dan lain-lain. Sebagai contoh, satu penelititan menemukan bahwa bias klinis suhu
rektal lebih besar dibandingkan suhu telinga yang diukur dengan pemilihan termometer
6) Staturmeter
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur tinggi badan, alat ini adalah sangat
sederhana pada desainnya karena hanya ditempelkan pada tembok bagian atas dan ketika
akan digunakan hanya perlu untuk menariknya sampai ke bagian kepala teratas,
Adalah alat bantu yang diigunakan untuk melindungi bagian mata bayi pada saat
dilakukan pemeriksaan dengan menggunakan sinar X-ray atau jenis pemeriksaan lain
yang menggunakan media sinar agar tidak menggangu penglihatan bayi yang akan
diperiksa.
8) Alat Pengukur Panjang Bayi
Adalah merupakan peralatan sederhana yang biasa digunakan oleh bidan dan petugas
posyandu, untuk mengetahui perkembangan tinggi bayi dari waktu ke waktu, terbuat
9) Breast Pump
Biasanya digunakan oleh para ibu yang berkarier diluar rumah, agar ASI tidak terbuang
bundanya, pada umumnya dipakaikan pada bayi dan bundanya di rumah sakit bersalin.
Adalah alat yang digunakan untuk mengukur panjang bayi dengan ketepatan pengukuran
yang tinggi, karena skala yang digunakan pada alat ini lebih detail, sehingga setiap inchi
Sejenis hammer yang dilapisi dengan karet yang digunakan untuk mengetahui respon
Adalah merupakan alat yang digunakan untuk menjepit tali pusar bayi sesaat setelah
bayi dilahirkan.
14) Tourniquet
Adalah alat bantu yang digunakan untuk sarana pendukung pada pengambilan darah,
pada umumnya dilingkarkan pada lengan saat akan dilakukan pengabilan darah segar,
Pelayanan Kesehatan di Posyandu baik balita maupun lanjut usia meliputi pemeriksaan
Kesehatan fisik dan mental emosional (bagi lansia) yang dicatat dan dipantau dengan
Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk mengetahui lebih awal penyakit yang diderita (deteksi
Suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus
18) MTBM
Merupakan suatu pendekatan yang terpadu dalam tatalaksana bayi umur 1 hari – 2
bulan, baik yang sehat maupun yang sakit, baik yang datang ke fasilitas rawat jalan
maupun yang dikunjungi oleh tenaga kesehatan pada saat kunjungan neonatal.
19) Partograf
Partograf adalah alat untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas
20) SDIDTK
Pembinaan tumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan
stimulasi, deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang pada masa 5tahun
pertama kehidupan
Buku yang berisi catatan kesehatan ibu (hamil, bersalin dan nifas) dan anak (bayi baru
lahir sampai anak usia 6 tahun) serta berbagai informasi cara memelihara dan merawat
Kegiatan yang di fasilitasi oleh bidan dalam rangka meningkatkan peran aktif suami,
keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan yang aman dan persiapan
dalam menghadapi kemungkinan terjadinya komplikasi pada saat hamil, bersalin dan
persalinan dengan menggunakan stiker P4K sebagai media pencatatan sasaran dalam
rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu dan bayi baru
lahir
mandiri, cerdas dan produktif serta terwujudnya kesejahteraan lahir dan batin. Upaya yang
telah dilakukan oleh pemerintah daerah melalui pemerataan fasilitas dan peningkatan
pelayanan kesehatan secara merata, mudah dan murah serta dapat menjangkau masyarakat
luas, diarahkan untuk memantapkan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang pada
gilirannya dapat menciptakan sumber daya manusia yang produktif dan pada akhirnya
hanya kepada masyarakat yang berpenghasilan menengah kebawah, tetapi juga kepada
seluruh masyarakat yang ada. Beberapa indikator kesehatan antara lain adalah sarana,
Penyediaan sarana kesehatan yang memadai merupakan salah satu kebutuhan pokok
dalam upaya meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, dan program ini harus terus
berupa Rumah Sakit, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Poliklinik berikut pembinaan dan
penambahan tenaga kesehatan yang memadai. Penyediaan sarana dan prasarana kesehatan
inipun hendaknya dibarengi dengan penyediaan tenaga kerja kesehatan yang professional.
Senada dengan program penyediaan sarana dan prasarana kesehatan, dalam pelaksanaan
penyediaan tenaga kerja professional juga perlu diperhatikannya kualitas, pelayanan dan
kesehatan.
baik berupa manusia maupun mesin yang terpadu (integrated), untuk menyajikan informasi
guna mendukung fungsi operasi, manajemen dan pengmabilan keputusan dalam sebuah
berkumpul bersama-sama dan membentuk satu kesatuan yang saling bekerja sama dengan
cara tertentu untuk melakukan fungsi pengolahan data, menerima data (input) kemudian
mengolahnya (processing), dan mengeluarkan hasil (output) berupa informasi sebagai dasar
bagi pengambilan keputusan yang berguna dan mempunyai nilai nyata yang dapat dirasakan
akibatnya baik pada saat itu juga maupun di masa mendatang, mendukung kegiatan
daya yang ada dan tersedia bagi fungsi tersebut guna mencapai tujuan.
informasi dapat menyediakan tiga macam tipe informasi, masing-masing mempunyai arti
Program Kesehatan Ibu dan Anak betujuan untuk memantapkan dan meningkatkan
jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Adapun beberapa kegiatan
pokoknya adalah:
3) Peningkatan deteksi dini risiko tinggi atau komplikasi kebidanan baik oleh nakes
maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan pengamatannya
5) Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standar dan
kegiatan evaluasi. Dimana salah satu tujuannya adalah untuk memantau perkembangan
KIA, kelahiran dan kematian per desa, penemuan kasus BBLR per desa, penemuan kasus
tetanus neonatorum per desa, kematian ibu, register kematian perinatal (0-7) hari,
indikator ibu, PWS KIA indikator anak serta laporan bulanan Standar Pelayanan Minimal
(SPM) KIA. Laporan bulanan KIA untuk memantau kegiatan kesehatan ibu dan bayi
disuatu wilayah Puskesmas, Laporan kelahiran dan kematian per desa untuk memantau
perkembangan kelahiran dan kematian neonatal dimasing-masing desa dalam suatu wilayah.
Laporan penemuan kasus BBLR dan laporan penemuan kasus tetanus neonatorum per desa
Dalam pelaksanaan evaluasi program KIA terdapat kesulitan yang berkaitan dengan
dengan fungsi manajemen dalam hal monitoring dan evaluasi. Manajemen pelayanan
sehingga bisa melakukan fungsi manajemennya, dimana salah satu fungsi tersebut adalah
monitoring dan evaluasi. Kegiatan tersebut bergantung pada sistem informasi yang berjalan
dimana salah satu aktifitas sistem tersebut adalah pencatatan dan pelaporan. Sistem
monitoring dan evaluasi adalah faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan fungsi
Dalam beberapa literatur diebutkan bahwa data dan informasi yang dikumpulkan
dan dicatat oleh bidan masih banyak yang terlambat dan tidak akurat karena masih
upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat perlu ditunjang dengan
manajemen Puskesmas yang baik. Manajemen Puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang
bekerja secara sistematis untuk menghasilkan luaran Puskesmas yang efektif dan efisien .
tahunan Puskesmas.
yang merupakan suatu penyelenggaraan kegiatan yang harus diikuti secara berkala. Salah
satu kegiatan adalah telaahan internal yaitu telaahan bulanan terhadap penyelenggaraan
kegiatan dan hasil yang dicapai oleh Puskesmas. dibandingkan dengan rencana dan standar
pelayanan. Data yang dipergunakan diambil dari Sistem Informasi Manajemen Puskesmas
Puskesmas dalam mencapai sasaran kegiatannya. Sumber informasi dari SIMPUS adalah :
1) Sistem Pencatatan dan Pelaporan Terpadu Puskesmas atau SP2TP yang terdiri dari:
c) buku register
d) laporan bulanan
2) Survei lapangan
Pada fungsi Pengawasan dilakukan penilaian atau evalusi yaitu proses kegiatan
untuk membandingkan antara hasil yang telah dicapai dengan rencana yang telah
Rancangan sistem informasi pelayanan kesehatan ibu dan bayi untuk mendukung
tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu. Dan dikembangkan juga basis data dinamis
2) Input pengelola data KIA berupa master data Kecamatan, Puskesmas, desa, Proyeksi
penduduk, petugas, vitamin, imunisasi, tempat pelayanan, dan data ibu/calon ibu.
3) Output yang dihasilkan berupa laporan meliputi : Laporan bulanan KIA,. Laporan
bulanan PWS KIA anak , PWS KIA ibu, Laporan bulanan SPM, Laporan bulanan
kelahiran dan kematian, Laporan bulanan penemuan kasus BBLR, Laporan penemuan
kasus Tetanus Neonatorum, Laporan bulanan kematian ibu, Laporan bulanan register
neonatal.
4) Antar muka memberikan bentuk tampilan awal bagi user untuk memulai bekerja
dengan komputer.
BAB III
PELAYANANA KEBIDANAN TERINTEGRASI
LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS
Secara etimologis, kata “Konsep” berasal dari bahasa latin “Conceptum” yang artinya
sesuatu yang bisa dipahami. Konsep dianggap sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah
objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep juga diartikan sebagai suatu abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia
untuk berpikir.
Komunitas adalah satu kelompok yang berada pada uatu tempat atau area tertentu, dalam
hal ini adalah kumpulan dari kelompok kelompokkeluarga yang membentuk masyarakat.
Kebidanan komunitas adalah konsep dasar bidan dalam melaksanakan pelayanan keluarga
dalam masyarakat. Pelayanan kebidanan komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk
pemecahan masalah dalam lingkup kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak serta balita
antaranya yaitu :
a. Bidan
Bidan yang bekerja dalam lingkup komunitas bertugas sebagai tenaga kesehatan yang
membantu keluarga dan masyarakat agar selalu berada dalam kondisi kesehatan yang
optimal. Bidan dalam lingkup komunitas memiliki konsep “continuum of care” dengan
berdasar pada seluruh siklus perempuan mulai dari melakukan konseling pada kelompok
masa nifas, masa perencanaan keluarga, tindakan pertolongan pertama pada kasus
wanita dengan gangguan kesehatan reproduksi, pemeliharaan kesehatan anak balita serta
b. Pelayanan Kebidanan
kesehatan ibu dan anak dalam keluarga sehingga tujuan akhir dari terwujudnya keluarga
sehat dan sejahtera dalam lingkup komunitas masyarakat dapat tercapai. Pelayanan
kebidanan dilakukan oleh bidan untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun sasaran yang
pelayanan kebidanan komunitas ini adalah meliputi individu, keluarga dan kelompok
masyarakat.
upaya pemeliharaan kesehatan dalam usaha promotif dan preventif dalam berbagai masalah
Lingkup dalam pelayana kebidanan berada dalam lingkungan fisik, sosial,flora dan fauna.
Jika keadaan lingkungan ini terganggu akan menimbulkan penyakit di masyarakat. Selain itu
lingkungan sosial juga dapat berpengaruh dalam lingkup pelayanan kebidanan sendiri,
lingkungan sosial yang berkaitan dengan adat atau budaya dapat mempengaruhi masyarakat.
Lingkungan sosial yang sehat dan baik dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat.
Pengembangan keilmuan ini dapat dijadikan sebagai kemajuan dalam pelayanan kebidanan
sesuai dengan kebaruan atau evidence base terbaru.Ilmu kesehatan selalu memiliki kebaruan
kebaruan dalam berbagai hal misalnya saja dalam hal pengobatan atau pencegahan penyakit.
Pelayanan Kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang berbasis
pada kebutuhan kesehatan di masyarakat untuk meningkatkan kesehatan ibu dan anak.
kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat
yang tidak sehat. Ketidakmampuan masyarakat untuk beradaptasi dengan lingkungan internal
intervensi kebidanan yang dapat dilakukan oleh komunitas, melakukan intervensi kebidanan
yang memerlukan keahlian bidan (misalnya konseling pasangan yang akan menikah,
melakukan kerja sama lintas-program dan lintas-sektoral) untuk mengatasi masalah komunitas
menjadi kesatuan yang utuh atau bulat atau penggabungan aktivitas, program, atau komponen
Berdasarkan hal tersebut maka dengan demikian definisi pelayanan kebidanan komunitas
kebutuhan dasar komunitas, yang berkaitan dengan kebiasaan atau pola perilaku masyarakat
yang tidak sehat yang memiliki satu fungsional kesatuan yang utuh atau bulat dalam
pelayanan kebidanan.
Bidan sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup
komunitasmemiliki berbagai peran. Berbagai peran yang dilakukan oleh bidan ini dilakukan
kesehatan ibu dan anak. Berbagai peran yang dilakukan bidan tersebut adalah sebagai pemberi
pelaksana rujukan, sebagai komunikator, konselor dalam memecahkan masalah kesehatan ibu
dan anak, anggota tim dalam keterpaduan program, sebagai supervisi (pembimbing) yang
ditujukan untuk kader atau dukun bayi yang ada di wilayah/daerah, sebagai role model dalam
a. Pancasila
Dalam sila kelima “Keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia” menjadi dasar bagi
bidan dalam memberikan asuhan kebidanan komunitas yang adil dan merata.
Pada akhir tahun 2015 yang merupakan tahun berakhirnya Millenium Development Goals
terselesaikan, diantaranya
4) Tutupan lahan
5) Air minum layak pedesaan
Pembangunan Berkelanjutan). Prinsip utama SDGs adalah kemajuan semua bangsa di dunia.
Dalam SDGs terdapat 17 pilar tujuan pembangunan berkelanjutan, empat diantaranya adalah
pembangunan berkelanjutan ketiga mengenai kesehatan dan kesejahteraan yang baik, dan
kelima mengenai kesetaraan gender. Seluruh isu kesehatan diintegrasikan dalam satu tujuan
yaitu tujuan ketiga, sehingga upaya pencapaian harus terintegrasi. Sedangkan pada tujuan
kelima untuk menjamin kesetaraan gender serta memberdayakan seluruh wanita dan
perempuan.
Diferensiasi tujuan ketiga yaitu menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong
2) Mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, dengan menurunkan Angka
Kematian Neonatal hingga 12 per 1000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1000 KH.
3) Mengakhiri epidemic AIDS, tuberculosis, malaria dan penyakit tropis yang terabaikan,
serta memerangi Hepatitis, penyakit bersumber air dan penyakit menular lainnya
4) Mengurangi 1/3 kematian premature akibat penyakit tidak menular melalui pencegahan
6) Mengurangi setengah jumlah global kematian dan cedera akibat kecelakaan lalu lintas
kepada pelayanan kesehatan dasar berkualitas dan akses kepada obat – obatan dan vaksin
10) Mengacu pada tujuan SDGs ketiga dan kelima, maka pelayanan kebidanan komunitas
balita dan anak sehingga dapat memenuhi target tujuan SDGs ketiga dan kelima.
c. Permenkes RI No.28 Tahun 2017 tentang Izin Dan Penyelenggaran Praktik Bidan.
yaitu Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2017 tentang Izin
peraturan pemerintah yang ada sebelumnya sehingga pelayanan kebidanan komunitas dapat
Dalam Permenkes RI No.28 tahun 2017 mencakup mengenai Ketentuan Umum, Perizinan
Pertama kali penyusunan kode etik bidan di Indonesia yaitu pada tahun 1986 yang
disahkan dalam Kongres Nasional Ikatan Bidan Indonesia ke-X, dengan pengesahan petunjuk
pelaksanaan kode etik dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) IBI tahun 1991.
Penyempurnaan dan pengesahan Kode Etik Bidan dilakukan dalam Kongres Nasional IBI XII
pada tahun 1998. Adapun isi dari Kode Etik Bidan yakni :
tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kebutuhan klien, keluarga dan
masyarakat
menghormati hak klien dan nilai – nilai yang dianut oleh kien
3) Kewajiban bidan terhadap rekan sejawat dan tenaga kesehatan lainnya (2 butir)
a) Setiap bidan wajib menjaga nama baik dan menjunjung tinggi citra profesi
teknologi.
c) Setiap bidan senantiasa berperan serta dalam kegiatan penelitian dan kegiatan
6) Kewajiban bidan terhadap pemerintah, nusa bangsa dan tanah air (2 butir)
7) Penutup (1 butir)
Sesuai dengan wewenang dan peraturan kebijaksanaan yang berlaku bagi bidan, kode
etik merupakan pedoman dalam tata cara keselarasan dalam pelaksanaan pelayanan
kebidanan professional.
Pelayanan kesehatan pada ibu hamil tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan
persalinan, pelayanan nifas, dan pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Kualitas
pelayanan antenatal yang diberikan akan mempengaruhi kesehatan ibu hamil dan
janinnya, ibu bersalin dan bayi baru lahir, serta ibu nifas untuk mewujudkan generasi
berkualitas.
bahwa kehamilan berlangsung normal, mampu mendeteksi dini masalah dan penyakit
yang dialami ibu hamil, melakukan intervensi secara adekuat sehingga ibu hamil siap
penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus dilakukan
minimal 4 kali sesuai standar dan terintegrasi untuk pelayanan antenatal berkualitas.
a) Pemberian pelayanan dan konseling kesehatan termasuk stimulasi dan gizi agar
d) Perencanaan antisipasi dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
e) Penatalaksanaan kasus serta rujukan cepat dan tepat waktu bila diperlukan
f) Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarganya dalam menjaga kesehatan dan gizi ibu
hamil, menyiapkan persalinan dan kesiagaan bila terjadi penyulit dan komplikasi
Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
pertama kali kunjungan dilakukan untuk menapis adanya faktor resiko pada ibu
hamil. Tinggi badan ibu hamil <145 cm meningkatkan resiko terjadinya CPD
mendeteksi adanya hipertensi (tekanan darah >140/90 mmHg). Pada kehamilan dan
preeklamsia (hipertensi disertai oedema wajah dan atau tungkai bawah; dan atau
proteinuria)
Pengukuran LILA hanya dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di
trimester I untuk skrining ibu hamil berresiko KEK. Kurang Energi Kronis adalah
ibu hamil yang mengalami kekurangan gizi dan telah berlangsung lama (beberapa
bulan/tahun) dimana LILA <23,5 cm. Ibu hamil dengan KEK akan dapat
Pengukuran tinggi fundus pada setiap kali kunjungan antenatal dilakukan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak dengan umur kehamilan. Jika tinggi
minggu.
Menentukan presentase janin dilakukan pada trimester II akhir dan setiap kunjungan
antenatal untuk mengetahui letak janin. Jika pada trimester III bagian bawah bukan
kepala atau kepala janin belum masuk ke panggul berarti ada kelainan letak ,
panggul sempit atau ada masalah lain. Jika pada DJJ terdapat kelambatan (<120
kali/menit) atau DJJ cepat (>160 kali/menit) menunjukan adanya gawat janin.
imunisasi TT. Pada saat kontak pertama, melakukan skrining status imunisasi TT.
perlindungan terhadap infeksi tetanus. Ibu hamil dengan status T5 (TT Long life)
darah (tablet zat besi) dan Asam Folat minimal 90 tablet selama kehamilan yang
yang harus dilakukan oleh semua ibu hamil yaitu golongan darah, hemoglobin darah
laboratorium lain atas indikasi pada ibu hamil yang melakukan kunjungan.
Pemeriksaan golongan darah pada ibu hamil tidak hanya untuk mengetahui
kegawatdaruratan
trimester pertama dan sekali pada trimester ketiga. Pemeriksaan ini dilakukan
untuk mengetahui ibu hamil tersebut menderita anemia atau tidak selama
Pemeriksaan protein dalam urin pada ibu hamil dilakukan pada trimester
kedua dan ketiga atas indikasi. Pemeriksaan ini ditujukan untuk mengetahui
adanya proteinuria pada ibu hamil. Proteinuria merupakan salah satu indikator
pertama, sekali pada trimester kedua, dan sekali pada trimester ketiga.
(5) Pemeriksaan darah malaria
malaria dalam rangka skrining pada kontak pertama. Ibu hamil di daerah non
Pemeriksaan test sifilis dilakukan didaerah dengan resiko tinggi dan ibu hamil
pelayanan kesehatan wajib menawarkan test HIV kepada semua ibu hamil
test HIV oleh tenaga kesehatan di prioritaskan pada ibu hamil dengan IMS dan
provider initiated testing and councelling (PITC) atau Test HIV atas Inisiatif
pemeriksaan dengan menggunakan alat deteksi resiko ibu hamil oleh bidan
termasuk bidan desa meliputi alat pemeriksaan laboratorium rutin (golongan darah,
setiap kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai dengan
standar dan kewenangan bidan. Kasus-kasus yang tidak dapat di tangani dirujuk
j) Temuwicara (konseling)
tenaga kesehatan dan menganjurkan ibu hamil agar beristirahat yang cukup
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk menjaga kebersihan badan selama kehamilan
menggunakan sabun, menggosok gigi setelah sarapan dan sebelum tidur serta
(3) Peran suami atau keluarga dalam kehamilan dan perencanaan persalinan
persalianan, kebutuhan bayi, transportasi rujukan dan calon donor darah. Hali
ini penting apabila terjadi koplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar segera
(4) Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta kesiapan menghadapi
selama kehamilan, persalinan dan nifas misalnya perdarahan pada hamil muda
maupun hamil tua, keluar cairan berbau pada jalan lahir saat nifas, dsb.
Mengenal tanda-tanda bahaya ini penting agar ibu hamil segera mencari
Selama hamil, ibu dianjurkan untuk mendapatkan asupan makanan yang cukup
dengan pola gizi yang seimbang karena hal ini penting untuk proses tumbuh
kembang janin dan derajat kesehatan ibu. Misalnya ibu hamil disarankan
minum tablet tambah darah secara rutin untuk mencegah anemia pada
kahamilannya.
Setiap ibu hamil harus tau mengenai gejala-gejala penyakit menular dan
penyakit tidak menular karena dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janinnya.
(7) Penawaran untuk melakukan Test HIV dan Konseling di daerah epidemi meluas
dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS dan TB di daerah epidemik
rendah. Setiap ibu hamil di tawarkan untuk dilakukan test HIV dan segera
Apabila ibu hamil tersebut HIV positif maka dilakukan konseling Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA). Bagi ibu hamil yang negatif diberikan
penjelasan untuk menjaga tetap HIV negatif selama hamil, menyusui dan
seterusnya.
Setiap ibu hamil dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayinya seger
setelah bayi lahir karena ASI mengandung zat kekebalan tubuh yang penting
untuk kesehatan bayi. Pemberian ASI dilanjutkan sampai bayi berusia 6 bulan.
untuk menjarangkan kehamilan dan agar ibu punya waktu merawat kesehatan
(10) Imunisasi
Setiap ibu hamil harus mempunyai status imunisasi (T) yang masih
Untuk dapat meningkatkan integensia bayi yang akan dilahirkan, ibu hamil
Rasa mual dan muntah bisa muncul pada kehamilan muda terutama pada pagi
hari namun kondisi ini biasanya hilang setelah kehamilan kondisi 3 bulan.
Keadaan ini tidak perlu dikhawatirkan kecuali kalau memang cukup berat,
(2) Pusing
Sakit kepala yang hebat atau yang menetap timbul pada ibu hamil mungkin
(4) Perdarahan
Nyeri perut yang hebat dapat membahayakan kesehatan ibu dan janinnya.
(6) Demam
Demam tinggi lebih dari 2 hari atau keluarnya cairan berlebihan dari rahim
Batuk lama lebih dari 2 minggu, perlu ada pemeriksaan lanjut dan dapat
(8) Berdebar-debar
Jantung berdebar-debar pada ibu hamil merupakan salah satu masalah pada
Dalam dua atau tiga bulan pertama kehamilan, biasanya timbul rasa lelah ,
mengantuk yang berlebihan dan pusing, yang biasanya terjadi pada sore hari.
Pada bulan kedelapan ibu hamil sering merasa sedikit sesak bila bernafas
Keputihan yang berbau merupakan salah satu tanda bahaya pada ibu hamil.
Gerakan bayi mulai dirasakan ibu pada kehamilan akhir bulan keempat.
Apabila gerakan janin belum muncul pada usia kehamilan ini, gerakan yang
semakin berkurang atau tidak ada gerakan maka ibu hamil harus waspada.
(13) Perilaku berubah selama hamil , seperti gaduh gelisah , menarik diri, bicara
seringkali sulit untuk digali. Korban kekerasan selalu mau berterus terang
pada kunjungan pertama, yang mungkin disebabkan oleh rasa takut atau
(1) Pola makan ibu selama hamil yang meliputi jumlah, frekuensi, kualitas asupan
(8) Di daerah endemis malaria, tanyakan gejala malaria dan riwayat pemakaian
obat malaria
(9) Di daerah risiko tinggi IMS, tanyakan gejala IMS dan riwayat penyakit pada
(2) Dimana akan bersalin? (Ibu hamil dapat bersalin di Poskesdes, Puskesmas
(3) Siapa yang akan mendampingi ibu saat bersalin? (sebaiknya ibu ditunggu oleh
persalinan ini dapat pula berupa tabulin (tabungan ibu bersalin) atau dasolin
(a) Deteksi dini masalah: ibu hamil, suami dan keluarga mengenal tanda-tanda
bahaya.
(b) Pengambilan keputusan dalam keluarga siapa yang sangat berperan untuk
penyulit/komplikasi.
(c) Siapa yang akan menjadi pendonor darah apabila terjadi pendarahan?
Pada kunjungan pertama ANC, dilakukan skrining status imunisasi TT ibu hamil,
Tujuan :
Skrining imunisasi TT
hamil didapat
lengkap
DPT-Hb2
DPT-Hb3
Anak sekolah
Kelas 1 SD DT T3
Kelas 2 SD Td T4
Kelas 3 SD Td T5
belum terpenuhi
-Perhatikan interval
pemberian
imunisasi pemberian
minimal
TT WUS T1 - -
T1
T2
T3
T4
(b) Pemberian tablet Fe minimal 90 tablet selama kehamilan dimulai dari trimester pertama
kehamilan
Untuk daerah endemis malaria, pada kunjungan 1 ANC semua ibu hamil dilakukan:
pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA), maka disepakati 4 program dalam PPIA:
(2) Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu dengan HIV
(3) Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil dengan HIV pada bayi yang
dikandungnya
(4) Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan
Terapi Antireroviral /ART/HAART (Highly Active Antiretroviral Therapy) dalam PPIA adalah
penggunaan obat antiretroviral jangka panjang untuk mengobati perempuan hamil HIV positif ,
mencegah penularan HIV dari ibu ke anak/MTCT dan diberikan seumur hidup.
Saat ini pengobatan antiretroviral lini 1 sudah tersedia secara luas dan gratis. Perempuan yang
memerlukan layanan PPIA dapat memperoleh di rumah sakit yang menjadi pusat layanan HIV.
Pemberian obat antiretroviral dilakukan dengan kombinasi beberapa rejimen obat (biasanya
diberikan 3 macam obat dalam 1 kombinasi) sesuai dengan pedoman yang berlaku.
Manfaat terapi ARV dalam program PPIA serupa dengan terapi ARV untuk pasien HIV pada
umumnya yaitu:
(including pregnant
women)
(including pregnant
WHO clinical stage 3 Start ART inespektive of
women)
or 4 CD4 cell count
Perempuan mengalami kadar hitung CD 4 yang lebih rendah saat kehamilan dibandingkan
setelah melahirkan/nifas, sebagian dikarenakan hemodilusi terkait kehamilan. Hal ini mempengaruhi
penggunaan ambang batas 350 pada perempuan hamil, khususnya pada stadium klinis 1 dan 2 belum
diketahui
Generik Dagang
Transkriptase Reviral
Inhibitor
(NRTI)
Stavex
Nucleoside Nevirex
Transkripta Evafir
se Inhibitor
(NRTI)
inhibitor Nelvet
ritonavir
500 mg
Duviral
AZT 300mg +
3TC 150 mg
+NPV 200 mg
pada pasien. Efek samping ini dapat membuat kepatuhan berobat ( adherens) Menurun dan
b) Obat ARV juga memiliki potensi toksisitas dan teratogenik terhadap janin dan ibunya, namun
dari rejimen yang dipilih telah diteliti memiliki efek samping minimal atau tidak ada sama
sekali.
c) Obat ARV dapat digunakan selama kehamilan:sebagai terapi kombinasi yang paten untuk ibu
a) Efek samping tersering dari AZT, AZT dan 3TC: muali, sakit kepala, myalgia, insomnia dan
b) Kontra indikasi AZT, AZT dan 3TC : alergi obat, kadar hemoglobin dibawah 7g/dl,
c) Efek toksik pada ibu hamil jarang namun berbahaya : asidosis laktat, hepatic steatosis,
d) Toksisitas jagka pendek pada bayi (AZT) yang penting : anemia (makin lama pajanan makin
e) Efek samping terbesar dari NVP : Hepatotoksis dan ruam kulit (jarang). Jumah CD4 > 250
resiko untuk hepatotoksis adalah 10 kali dari pada CD4 yang rendah.
f) Kontra indikasi NPV : alergi terhadap NPV atau derivate benzodiazepine (dilihat kembali)
g) Pada janin : jika pajanan lama dapat menyebabkan toksissitas, hematologi termasuk netropeni,
h) Efavirens dikontraindikasikan pada usia kehamilan trimester 1, namun dapat diberikan pada
Pemberian obat antiretroviral perlu mengikuti prinsip sebagai berikut untuk menjamin
keberhasilan terapi :
c) Pada masa nifas, ARV dilanjutkan untuk meningkatkan kualitas i=hidp ibu
d) Sebaiknya ada pendamping minum ARV, kaerna tingkat kepatuhan sangat menentukan
I)
dengan rekomendasi)
4 ODHA hamil dengan indikasi ART, tetapi belum ARV muali 14 minggu (rejimen
maka dapat
7 ODHA dating pada masa persalinan Rejimen pada point 1
b) Bila terdapat infeksi oportunistik maka obati terlebih dahulu infeksi oportunistiknya
c) Persiapkan klien/pasien secara fisik dan mental untuk menjalani terapi (dilakukan dengan
BB per 12 jam.
AZT/ZDV ; Zidovudin
3TC : Lamivudin
NVP : Nevirapin
EFV : efavirens
TDF : Tenovofi
a) Skrining IMS-Sifilis/ISK bagi ibu hamil pada tiap kunjungan ANC melalui anamnesis terarah
yang dapat dilanjutkan dengan pemeriksaan fisik dna penunjang (bila sarana tersedia) bila
diperlukan
a) Bahwa ibu dan anak perlu memiliki catatan yang lengkap sejak ibu hamil sampai dengan
selsesai masa nifas, dan anakny sejk lahir hingga berusia 5 tahun.
b) Bahwa untuk mencata dan memantau kesehatan ibu dan anak diperukan Buku Kesehatan Ibu
c) Bahwa buku KIA merupakan alat untuk mendeteksi secara dini adanya gangguan atau
masalah kesehatan ibu dan anak, alat komunikasi dan penyuluhan dengan informasi yang
penting bagi ibu keluarga dan masyarakat mengenai pelayanan ibu dan anak termasuk
rujukannya dan paket (standar) pelayanan KIA, gizi, imunisasi dan tumbuh kembang balita
d) Bahwa sehubungan denngan huruf a, b, dan c diatas perlu ditetapkan Buku Kesehatan Ibu dan
Buku KIA merupakan gabungan kartu-kartu kesehatan ibu dan anak. Dimulai dari KMS ibu
hamil, KMS balita, Kartu Keluarga Berencana, Kartu perkembangan anak, dll. Buku KIA
digunakan juga sebagai alat untuk melakukan penyuluhan dan komunikasi yang efektif kepada
a) Kesehatan Ibu, meliputi informasi ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas dan dilengkapi catatan
pelayanan kesehatan ibu, riwayat ibu bersalin, rujukan serta keterangan lahir.
b) Kesehatan anak, meiputi, informasi kesehatan anak, imunisasi perawatan balita dan KMS anak,
cara merangsang perkembangan ana, dll serta dilampiri catatan pelayanan kesehatan anak.
Dengan buku KIA pemeriksaan dapat dilakukan dimana saja, mulai dari posyandu, poskesdes,
pustu, puskesmas, rumah sakit dan klinik-klinik swasta sesuai dengan registrasi kohort ibu hamil.
Tugas kita sebagai tenaga kesehatan memberikan buku KIA kepada setiap ibu hamil atau setiap anak.
Dan ingatkan untuk membacanya serta meminta pada ibu hamil untuk selalu membawa buku KIA
a) Sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelayanan KIA yang terdiri dari :
(3) Kerjasama petugas dan masyarakat untuk mewujudkan pelayanan KIA yang berkualitas.
Catatan kesehatan berguna dalam pelayanan KIA walaupun diberikan oleh petugas kesehatan
yang berbeda.
a) Ibu hamil
Segera ke dokter atau bidan jika terlambat datang bulan. Periksa kehamilan paling sedikit 4
Dikelas ibu hamil, ibu mendapatkan informasi dan saling bertukar informasi mengenai
kehamilan, persalinan, nifas serta perawatan bayi baru lahir. Ikuti kelas ibu hamil paling
(a) Makan beragam makanan secara proporsional dengan pola gizi seimbang dan lebih banyak
(b) Terasa sakit pada saat kencing atau keluar keputihan atau gatal-gatal di daerah kemaluan
(c) Batuk lama (lebih dari 2 minggu)
b) Ibu bersalin
(5) Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir
(10) Jika muncul salah satu tanda gejala di atas, segera rujuk ibu ke rumah sakit.
c) Ibu Nifas
o Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilaksanakan minimal 3 kali yaitu :
o Hal-hal yang harus dihindari oleh ibu bersalin dan selama nifas
(3) Bengkak di wajah, tangan dan kaki, atau sakit kepala dan kejang-kejang
(6) Ibu terlihat sedih, murung dan menangis tanpa sebab (depresi)
d) Keluarga Berencana
f) Catatan Kesehatan Ibu bersalin, Ibu nifas, dan bayi baru lahir
Untuk meningkatkan pengetahuan orangtua mengenai kesehatan dan pola asuh anak, ikuti
kelas ibu balita dan bina keluarga balita ajak anak ke POS PAUD supaya anak menjadi
(g) Format hasil pemeriksaan Stimulasi Deteksi Intervensi Dini Tumbuh Kembang
(SDIDTK)
Rendahnya akses pelayanan kesehatan ibu dan bayi yang berkuaitas adalah salah satu factor
yang sangat mempengaruhi terjadinya kematian ibu maupun bayi. Namun dengan buku KIA dan
stiker P4(Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi) diharapkan akan tercipta banyak
tenaga kesehatan yang terampil dalam bidang klinis dan komunikasi. Tenaga kesehatan yang
terampil tentu akan dapat membantu ibu dan suami termasuk keuarganya agar mampu membuat
perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi sehingga ibu dan bayi selamat.
a) Pengertian
P4kK dengan stiker adalah kepanjangan dari program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi, yang merupakan suatu kegiatan yang difasilitasi oleh bidan di desa
dalam rangka peningkatan peran aktif suami, keluarga dan masyarakat dalam merencanakan
persalinan yang aman dan persiapan mengahadapi komplikasi bagi ibu hamil, termasuk
notifikasi sasaran dalam rangka meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi
b) Tujuan Umum
Meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan bayi baru lahir
melalui peningkatan peran aktif keluarga dan masyarakat dalam merencanakan persalinan
yang aman dan persiapan menghadapi komplikasi dan tanda bahaya kebidanan bagi ibu
c) Tujuan khusus
(1) Terdatanya status ibu hamil dan terpasangnya stiker P4K di setiap rumah ibu hamil yang
Taksiran persalinan
(3) Terlaksananya pengambilan keputusan yang cepat dan tepat bila terjadi komplikasi
(4) Meningkatkan keterlibatan tokoh masyarakat baik formal maupun non formal,
dan pencegahan komplikasi, dengan stiker, dan KB pasca salin sesuai dengan perannya
masing-masing.
c) Manfaat
d) Indicator program
(3) Persentase ibu hamil berstiker mendapat pelayanan antenatal sesuai standar
(5) Persentase ibu hamil, bersalin dan nifas berstiker yang mengalami komplikasi tertangani
e) Output/Luaran P4K
(3) Ibu hamil dan keluarganya mempunyai rencana persalinan termasuk KB yang dibuat
budaya)
(6) Adaya keterlibatan masyarakat bak formal maupun non formal dalam rencana persalinan
f) Komponen P4K
(2) Dasolin/tubulin
(6) IMD
g) Tahap kegiatan
(2) Sosialisasi
(2) Melakukan pemeriksaan ibu hamil (ANC) sesuai standar minimal 4 kali selama hamil
(3) Melakukan penyuluhan dan konseling pada ibu hamil dan keluarga
Kartu ibu
Kohort ibu
Buku KIA
(7) Membuat laporan PWS-KIA
(8) Memberdayakan unsur-unsur masyarakat termasuk suami, keluarga dan kader untuk
i) Masa persalinan.
Kartu ibu
Kartu bayi
Register persalinan
Buku KIA
j) Masa Nifas
Memberikan asuhan persalinan merupakan salah satu hal yang terpenting bagi bidan dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Masih banyaknya kematian ibu pada proses persalinan menjadi
suatu tantangan bagi bidan dalam mengurangi angka kematian dengan melaksanakan pelayanan
intranatal yang terintegrasi. Pelayanan intranatal terintegrasi tidak hanya menekankan pada
penyelesaian masalah saat ini, tapi menekankan pada tindakan pencegahan sehingga penyulit lebih
3) Pasanger seperti janin, dan plasenta atau hasil konsepsi yang akan di keluarkan
4) Posisi saat persalinan yang dapat menentukan kecepatan kemajuan persalinan, haruslah
5) Penolong Persalinan yang kompeten seperti bidan yang memberikan asuhan sesuai dengan
6) Kehadiran pendamping persalinan yang dapat memberikan dukungan emosional bagi ibu
7) Psikologi ibu diperlukan edukasi untuk mempersiapkan kehadiran anggota keluarga baru
Pelayanan intranatal terintegrasi dalam komunitas disini dimaksudkan, bidan tidak hanya
memberikan pelayanan kebidanan sesuai dengan standar asuhan, namun juga harus memperhatikan
kondisi lingkungan setempat. Salah satu contoh yang harus diperhatikan dalam memberikan
pelayanan intranatal terintegrasi dalam komunitas adalah memperhatikan nilai-nilai atau adat
budaya masyarakat setempat. Beragamnya suku dan adat budaya di Indonesia, menjadi salah satu
hal terpenting yang harus diperhatikan. Contoh kasus yang dapat diambil adalah adat kebiasaan
orang timur yang memiliki kebiasaan, mengungsikan ibu yang akan melahirkan seorang diri ke
hutan, dan ibu baru diperbolehkan kembali, dengan membawa anak yang dilahirkan. Sebagai
seorang bidan yang bertugas memberikan pelayanan intranatal terintegrasi di komunitas, tidak
dibenarkan bila langsung menolak dan menjudge bahwa hal itu salah dan berbaya, namun dengan
melakukan berbagai upaya pendekatan yang kreatif dengan perlahan-lahan memberikan pengertian
dan mencegah hal yang tidak diinginkan, seperti, menemani dan memantau kondisi ibu yang akan
Tindakan menentang secara vulgar kebiasaan yang sudah mendarah daging pada suatu
wilayah akan membuat kehadiran bidan tidak diterima di masyarakat tersebut, sehingga diperlukan
pendekatan yang komprehensif untuk memperbaiki kebiasaan yang dirasa kurang baik untuk
kesehatan.
Bayi baru lahir adalah bayi yang berusia 0 – 28 hari. Pelayanan neonatal yang diberikan oleh
seorang bidan adalah memberikan asuhan neonatus dengan kunjungan baik di rumah maupun di
2) Kunjungan 2 pada hari ke-3 sampai hari setelah bayi lahir, asuhan yang diberikan:
c) Cegah inveksi
3) Kunjungan 3 pada 8 sampai 28 hari setelah bayi lahir, asuhan yang diberikan:
Tingginya resiko kematian neonatal pada hari pertama, minggu pertama dan bulan pertama
kelahiran menjadikan kunjungan neonatal sangat penting dilakukan. Pelayanan asuhan neonatus yang
Pelayanan neonatal terintegrasi dalam komunitas merupakan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dalam komunitas dengan memperhatikan aspek-aspek yang ada di komunitas. Variasi budaya
dalam menyambut bayi baru lahir di Indonesia sangatlah beragam, dari yang mulai mengadakan
syukuran maupun dengan hal-hal ekstream yang mengganggu kesehatan bayi tersebut. Maka bagi
seorang bidan, haruslah dapat menempatkan diri dengan tetap memprioritaskan peningkatan derajat
kesehatan masyarakat.
e. Pelayanan Postnatal terintegrasi dalam komuitas.
Asuhan ibu postpartum adalah suatu bentuk manajemen kesehatan yang dilakukan pada ibu nifas
dimasyarakat. Asuhan kebidanan di komunitas adalah pemberian asuhan secara menyeluruh, tidak
hanya kepada ibu nifas akan tetapi juga melibatkan seluruh keluarga dan anggota masyarakat di
sekitar ibu nifas. Asuhan ini merupakan kelanjutan asuhan dari rumah sakit atau pelayanan kesehatan
lainnya.
Asuhan Postnatal
1) Alat
Alat yang digunakan untuk melakukan pemeriksaan harus steril dan bersih
2) Tempat
Di Rumah Bidan :
b) Setiap bangunan pelayanan minimal mempunyai ruang periksa, ruang administrasi / kegiatan
lain sesuai kebutuhan, ruang tunggu dan kamar mandi / WC masing-masing : 1 buah.
Di Rumah Pasien :
Sesuai dengan keadaan rumah pasien, diusahakan ruangan yang digunakan pasien bersih dan
nyaman.
Standar Pelayanan
Tujuan
Menilai kondisi bayi baru lahir dan membantu dimulainya pernafasan serta mencegah hipotermi,
Bidan memeriksa dan menilai bayi baru lahir untuk memastikan pernafasan spontan mencegah hipoksia
sekunder, menemukan kelainan, dan melakukan tindakan atau merujuk sesuai dengan kebutuhan. Bidan
Prasyarat
1) Bidan sudah dilatih dengan tepat dan terampil untuk mendampingi persalinan dan memberikan
a) Memeriksa dan menilai bayi baru lahir dengan menggunakan skor Apgar.
b) Menolong bayi untuk memulai terjadinya pernafasan dan melakukan resusitasi bayi baru
lahir.
c) Mengenal tanda – tanda hipotermi dan dapat melakukan tindakan yang tepat untuk mencegah
e) Mengenali tanda – tanda hipoglikemia dan melakukan penatalaksanaan yang tepat jika
hipoglikeia terjadi.
3) Tersedianya perlengkapan dan peralatan untuk perawatan yang bersih dan aman bagi bayi baru
lahir, seperti air bersih, sabun , 2 handuk atau kain hangat yang bersih ( satu untuk mengeringkan
bayi, yang lain untuk menyelimuti bayi), gunting steril untuk memotong tali pusat, 2 klem steril ,
benang steril (klem) untuk mengikat tali pusat, sarung tangan bersih/DTT, termometer
bersih/DTT, bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT, timbangan bayi dan pita
6) Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan bayi baru lahir yang efektif
1) Bayi baru lahir dengan kelainan atau kecacatan dapat segera menerima perawatan yang tepat
2) Bayi baru lahir mendapatkan perawatan yang tepat dan dapat bernapas dengan baik
Bidan harus :
2) Memastikan bahwa suhu ruangan hangat (ruangan harus hangat untuk mencegah hiportermia
3) Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi, letakkan diperut ibu, dan segera keringkan bayi.
Dengan handuk bersih yang hangat setelah bayi kering, selimuti bayi termasuk bagian
kepalanya dengan handuk baru yang bersih dan hangat. (Riset menunjukkkan bahwa 90% bayi
baru lahir mengalami perubahan dari kehidupan intrauteriin menjadi ekstrauterine dengan
pengeringan dan stimulasi. Penghisapan lendir rutin tidak perlu dan mungkin membahayakan).
4) Segera menilai bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas/ menangis sebelum menit pertama
nilai APGAR, jika bayi tidak menangis atau tidak bernafas spontan, hisap mulut dan hidung
bayi secara hati – hati menggunakan bola karet penghisap atau penghisap DeLee yang di DTT.
5) Jika bayi mengalami kesulitan memulai pernafasan walaupun sudah dilakukan pengeringan,
stimulasi atau penghisapan lendir dengan hati – hati, mulai lakukan resusitasi bayi baru lahir
6) Jika bayi menangis atau bernafas, lakukan pemeriksaan nilai APGAR pada menit pertama
setelah lahir.
7) Minta ibu memegang bayinya. Tali pusatnya di klem didua tempat menggunakan klem
steril/DTT, lalu potong diantara kedua klem dengan gunting tajam steril/DTT. (Ikuti langkah
9) Bayi harus tetap diselimuti dengan baik, anjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan segera
mulai menyusui. (Riset menunjukkan pemberian ASI dini penting untuk keberhasilan awal
pemberian ASI. Kontak kulit ibu dan bayi juga merupakan teknik yang baik untuk menjaga
pengaturan suhu tubuh bayi pada saat lahir. Pastikan, jika bayi tidak didekap oleh ibunya,
selimuti bayi dengan handuk yang bersih dan hangat. Tutupi kepala bayi dengan baik untuk
10) Sesudah 5 menit lakukan penilaian terhadap keadaan bayi secara umum dengan menggunakan
skor APGAR.
11) Jika kondisi bayi stabil, lakukan pemeriksaan bayi setelah plasenta lahir dan kondisi ibu stabil.
12) Periksa tanda vital bayi. Ukur suhunya dengan menggunakan termometer yang diletakkan
diketiak (Jangan masukkan termometer ke anus bayi, hal ini merupakan prosedur yang tidak
perlu dan dapat membahayakan bayi). Bila suhu bayi kurang dari 36°C atau jika tubuh atau
kaki bayi teraba dingin, maka segera lakukan penghangatan tubuh bayi. Amati suhu tubuh bayi
13) Periksa bayi dari kepala sampai ujung kaki untuk mencari kemungkinan adanya kelainan.
Periksa anus dan daerah kemaluan. Lakukan pemeriksaan ini dengan cepat agar bayi tidak
14) Timbang bayi dan ukur panjangnya. Lakukan dengan cepat agar bayi tidak mengalami
hipotermi.
15) Tetap selimuti bayi pada saat ditimbang, meletakkan bayi pada timbangan yang dingin dapat
menyebabkan kehilangan panas. Berat yang tercatat kemudian dapat disesuaikan dengan
16) Setelah memeriksa dan mengukur bayi, selimuti dengan baik, pastikan bahwa kepala bayi
tertutup dan berikan bayi kembali untuk dipeluk ibu. Hal ini merupakan teknik yang sangat
17) Cuci tangan lagi dengan sabun, air dan handuk yang bersih. Dalam waktu satu jam setelah
kelahiran, berikan salep/obat tetes mata pada mata bayi baru lahir, untuk mencegah oftalia
neonatorum: salep mata tetrasiklin 1%, larutan Perak Nitrat 1% dan Eritromisin 0.5%. Biarkan
obatnya tetap dimata bayi, jangan dibersihkan salep/obat tetes mata yang berada disekitar mata.
18) Jika bayi belum diberi ASI, membantu ibu untuk mulai menyusui. Riset menunjukan bahwa
memulai pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah kelahiran adalah penting untuk
keberhasilan awal pemberian ASI. Kolustrum, ASI pertama, penting karena mengandung zat
kekebalan untuk pencegahan infeksi dan penyakit pada bayi baru lahir. Pemberian ASI dini
19) Hindari pemberian susu formula pada bayi baru lahir, hal ini tidak perlu dan mungkin
membahayakan.
20) Tunggu 6 jam, atau lebih, setelah kelahiran bayi sebelum memandikannya, tunggu lebih lama
jika bayi mengalami kesulitan mempertahankan suhu tubuh bayi sebelum memandikannya,
suhu tubuh bayi baru lahir harus antara 36-37°C. Gunakan air hangat untuk memandikan bayi
dan pastikan ruangan hangat. Mandikan bayi dengan cepat dan segera keringkan bayi dengan
handuk besih, hangat dan kering untuk mencegah kehilangan panas tubuh yang berlebihan.
21) Kenakan baju yang bersih dan selimuti bayi dengan handuh/kain yang hangat dan bersih
22) Periksa apakah bayi baru lahir mengeluarkan urine dan mekonium dalam 24 jam pertama
kehidupannya, catat waktu pengeluaran urine dan mekonium. Mintalah ibu memperhatikannya
bila persalinan berlangsung dirumah. Bila dalam 24 jam bayi tidak mengeluarkan urine dan
23) Lakukan pencatatan semua temuan dan perawatan yang diberikan dengan cermat dan lengkap
24) Rujuk segera ke puskesmas atau rumah sakit yang tepat jika ditemukan kelainan dari normal.
PENTING ..!!
Jaga agar bayi tetap hangat
Jika bayi tidak bernafas atau menangis spontan setelah pengeringan dan
stimulasi, bersihkan jalan nafas bayi dengan hati – hati mengunakan penghisap
DeLee atau bola karet penghisap yang sudah di DTT, jika bayi tetap tidak dapat
bernafas dengan teratur atau menangis, mulai langkah resusitasi bayi baru lahir
( standart 24 ).
Berikan ASI secepatnya, dalam waktu satu jam pertama setelah lahir.
Berikan salep/obat tetes mata pada kedua mata bayi untuk mencegah oftalmia
neonatorum dalam waktu satu jam setelah kelahiran.
Rujuk segera bila dalam 24 jam pertama bayi tidak mengeluarkan urine dan
mekonium.
Tindakan yang tidak dianjurkan dan akibat yang ditimbulkannya:
a) Menepuk bokong menyebabkan Trauma dan melukai
b) Menekan rongga dada menyebabkan fraktur, pneumotoraks, gawat nafas,
dan kematian.
c) Menekan paha ke perut menyebabkan bayi Ruptura hati / limpa, perdarahan
Mendilatasi sfingterani (Robek atau luka pada sfingter)
d) Kompres diingin / panas menyebabkan hipotermi, luka bakar
e) Meniupkan oksigen atau udara dingin ke muka atau tubuh bayi
menyebabkan hipotermi.
Standart 14
Tujuan: Mempromosikan perawatan ibu dan bayi yang bersih dan aman selama persalinan kala empat
untuk memulihkan kesehatan ibu dan bayi. Meningkatan asuhan sayang ibu dan saying bayi. Memulai
pemberian ASI dalam waktu 1 jam pertama setelah persalinan dan mendukung terjadinya ikatan batin
Pernyataan Standar: Bidan melakukan pemantauan ibu dan bayi terhadap terjadinya komplikasi
dalam dua jam setelah persalinan, serta melakukan tindakan yang diperlukan. Di samping itu, bidan
memberikan penjelasan tentang hal-hal yang mempercepat pulihnya kesehatan ibu, dan membantu ibu
Prasyarat
1) Ibu dan bayi dijaga oleh bidan terlatih selama dua jam sesudah persalinan dari jika mungkin bayi
2) Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan untuk ibu dan bayi segera setelah
4) Tersedia alat perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan yaitu air bersih, sabun dan
handuk bersih, handuk / kain bersih untuk menyelimuti bayi, pembalut wanita yang bersih, pakaian
kering dan bersih untuk ibu, sarung atau kain kering dan bersih untuk alas ibu, kain / selimut yang
kering untuk menyelimuti ibu, sarung tangan DTT, tensimeter air raksa, stetoskop dan termometer.
5) Tersedianya obat – obatan oksitosika, obat lain yang diperlukan dan tempat penyimpangan yang
memadai.
6) Adanya sarana pencatatan: partograf, Kartu Ibu, Kartu Bayi, Buku KIA
7) Sistem rujukan untuk perawatan kegawatdaruratan obstetri dan keggawatdaruratan bayi baru lahir
yang efektif.
5) Proses
6) Bidan harus:
7) Selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah memberikan perawatan pada ibu dan bayi baru lahiir.
Menggunakan sarung tangan bersih pada saat melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh.
8) Mendiskusikan semua pelayanan yang diberikan untuk ibu dan bayi dengan ibu, suami dan
keluarganya.
9) Segera setelah lahir, nilai keadaan bayi letakkan diperut ibu dan segera keringkan bayi dengan
handuk bersih yang hangat. Setelah bayi kering, selimuti bayi dengan handuk baru yang bersih dan
hangat. Bila bayi bernafas / menangis tanpa adanya kesulitan, dukung ibu untuk memeluk bayinya
10) Sangat penting untuk menilai keadaan ibu beberapa kali selama 2 jam pertama setelah persalinan.
Bidan berada bersama ibu dan melakukan pemeriksaan ini, jagan pernah meninggalkan ibu
sendirian sampai paling sedikit 2 jam setelah persalinan dan kondisi ibu stabil.
1) Melakukan penilaian dan masase fundus uteri setiap 15 menit selama satu jam pertama setelah
persalinan, kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua persalinan. Pada saat melakukan
masase uterus, perhatikan berapa banyyak darah yang keluar dari vagina. Jika fundus tidak terraba
keras, terus lakukan masase pada daerah fundus agar berkontraksi, periksa jumlah perdarahan yang
keluar dari vagina. Periksa perinieum ibu apakah membengkak, hematoma, dan berdarah dari
tempatnya perlukaan yang ssudah dijahit setiap kali memeriksa perdarahan funddus dan vagina.
2) Jika terjadi perdarahan, segera lakukan tindakan sesuai dengan standar 21. Berbahaya jika
terlambat bertindak.
3) Periksa tekanan darah dan nadi ibu setiap 15 menit selama 1 Jam pertama setelah persalian, dan
setiap 30 menit selama 1 jam kedua setelah persalinan ( jika tekanan darah ibu naik, lihat standar
17 ).
4) Lakukan palpasi kandung kemih ibu 15 menit selama satu jam pertama setelah persalinan dan
kemudian setiap 30 menit selama satu jam kedua setelah persalinan. Bila kandung kemih penuh
dan meregang mintalah ibu untuk b.a.k jangan memasang kateter kecuali ibu tidak bisa
melakukanya sendiri. (retensi urine dapat menyebabkan perdarahan uterus). Mintalah ibu untuk
Jika suhu tubuh ibu > 38°C, minta ibu untuk minum 1 liter cairan , jika suhunya tetap > 38°C
segera rujuk ibu ke pusat rujukan terdekat ( Jika mungkin mual berikan IV RL dan berikan ibu 1 gr
6) Secepatnya membantu ibu agar dapat menyusui. (perhatikan acuan lihat standar 10 & 13). Atur
posisi bayi agar dapat melekat dan menghisap dengan benar. (Semua ibu membutuhkan
pertolongan untuk mengatur posisi bayi, baik untuk ibu yang baru pertama kali menyusui maupun
7) Penggunaan gurita atau stagen harus ditunda hingga 2 jam setelah melahirkan. Kontraksi uterus
dan jumlah perdarahan harus dinilai dan jika ibu mengenakan gurita atau stagen hal ini sulit untuk
dilakukan.
8) Bila bayi tidak memperlihatkan tanda – tanda kehidupan setelah dilakukan resisutasi, maka
beritahu orang tua bayi apa yang terjadi. Berikan penjelasan secara sederhana dan jujur. Biarkan
mereka melihat atau memeluk bayii mereka. Beritahulah dengan bijaksana dan penuh perhatian,
biarkan orang tua melakukan upacara untuk bayi yang meninggal sesuai dengan adat istiadat dan
kepercayaan mereka. Setelah orang tua bayi mulai tenang, bantulah mereka dan perlakukan bayi
9) Bantu ibu membersihkan tubuhnya dan mengganti pakaian. Ingatkan ibu untuk selalu menjaga
kebersihan tubuh dan menganti kain pembalut secara teratur, berikan penjelasan perubahan –
10) Catat semua temuan dan tindakan dengan lengkap dan seksama pada partograf, kartu ibu, dan kartu
bayi
11) Sebelum meninggalkan ibu, bahaslah semua bahaya potensial dan tanda – tandanya dengan suami
dan keluarga.
12) Pastikan bahwa ibu dan keluarganya mengetahui bagaimana dan kapan harus meminta pertolongan
13) Jangan meninggalkan ibu dan bayi sampai mereka dalam keadaan baik dan semua cataatan
lengkap. Jika ada hal yang mengkhawatirkan pada ibu atau janin lakukan rujukan puskesmas atau
rumah sakit.
Ingat !!!
Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada
bersama ibunya
Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan
tidak melewati satu jam setelah persalinan
Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan
untuk melindungi bayi dari infeksi
Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital,
uterus, dan kandung kemih secara teratur
Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka
episiotomi secara teratur
Standart 15
Tujuan
Memberikan pelayanan kepada ibu dan bayi sampai 42 hari setelah persalinan dan memberikan
Pernyataan Standar
Bidan memberikan pelayanan selama masa nifas melalui kunjungan rumah pada hari ketiga, minggu
kedua dan minggu keenam setelah persalinan, untuk membantu proses pemulihan ibu dan bayi melalui
penanganan tali pusat yang benar, penemuan dini penanganan atau rujukan komplikasi yang mungkin
terjadi pada masa nifas, serta memberikan penjelasan tentang kesehatan secara umum, kebersihan
perorangan, makanan bergizi, perawatan BBL pemberian ASI, imunisasi dan KB.
Prasyarat
1) Sistem yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari
bidan terlatih sampai dengan 6 minggu setelah persalinan, baik dirumah, puskesmas atau rumah
sakit.
3) Perawatan nifas, termasuk pemeriksaan ibu dan bayi dengan cara yang benar
5) Mengetahui komplikasi yang dapat terjadi pada ibu dan bayi pada masa nifas
7) Bidan dapat memberikan pelayanan imunisasi atau bekerjasama dengan juru imunisasi di
8) Tersedia vaksin, alat suntik, tempat penyimpanan vaksin dan tempat pembuangan benda tajam
yang memadai.
10) Tersedia alat/perlengkapan, misalnya untuk membersihkan tangan, yaitu sabun, air bersih, dan
11) Tersedia kartu pencatatan, kartu ibu, kartu bayi, kartu KIA
12) Sistem rujukan untuk perawatan komplikasi kegawatdaruratan ibu dan bayi baru lahir berjalan
dengan baik
1) Komplikasi pada masa nifas segera dirujuk untuk penanganan yang tepat
3) Mendorong penggunaan cara tradisional yang berguna dan menganjurkan untuk menghindari
PROSES
Bidan harus:
1) Pada kunjungan rumah, menyapa ibu dan suami/ keluarga nya denagn ramah
2) Menanyakan pada ibu dan suami/ keluarganya jika ada masalah atau kekhawatiran tentang ibu dan
bayinya.
4) Memakai sarung tangan DTT/ bersih bila melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh
5) Periksa tanda – tanda vital ibu (Suhu tubuh, nadi dan tekanan darah). Periksa payudara ibu,
mengamati bila putting retak, dan tanda – tanda atau gejala – gejala saluran ASI yang tersumbat
atau infeksi payudara. Periksa involusi uterus (Pengecilan uterus sekitar 2 cm / hari selama 8 hari
pertama). Periksa lockea, yang ada pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna
coklat, dan pada hari ketiga seharusnya mulai berkurang dan berwarna coklat, dan pada hari ke-8 -
10 menjadi sedikit dan berwarna merah muda. Jika ada kelainan segera rujuk. (Lihat daftar bahaya
dan tanda – tandanya di akhir standar ini) jika dicurigai sepsis puerpuralis gunakan (Standar 23).
6) Tanyakan apakah ibu meminum tablet sesuai ketentuan (Sampai 42 hari setelah melahirkan), dan
7) Bila ibu menderita anemia semasa hamil atau mengalami perrdarahan berat selama proses
persalinan periksakkan Hb pada hari ketiga. Nasehati ibu supaya makan makanan yang bergizi dan
8) Berikan penyuluhan kepada ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri, memakai pembalut
pada hari ketiga, minggu kedua, dan minggu ke-enam). Tali pusat harus tetap kering. Ibu perlu
diberitahu bahayanya membubuhkan sesuatu pada tali pusat bayi. Misalnya: minyak atau bahan
lain. Jika ada kemerahan pada pusat, perdarahan atau tercium bau busuk, bayi segera dirujuk.
10) Perhatikan kondisi umum bayi, tanyakan kepada ibu pemberian ASI, misalnya bayi tidak mau
menyusu, waktu jaga, cara bayi menangis, berapa kali buang air kecil, dan bentuk fesesnya.
11) Perhatikan warna kulit bayi, apakah ada icterus atau tidak. Ikterus pada hari ketiga postpartum
adalah ikterus fisiologis yang tidak memerlukan pengobatan. Namun, bila ikterus terjadi sesudah
hari ketiga/kapan saja, dan bayi malas untuk menyusu dan tampak mengantuk, maka bayi harus
12) Bicarakan pemebrian ASI dan bila mungkin perhatikan apakah bayi menyusu dengan baik (Amati
13) Nasehati ibu tentang pentingnya pemberian ASI ekkslusif sedikit 4 sampai 6 bulan. Bicarakan
bahaya pemberian unsur tambahan (Susu formula, air atau makanan lain) sebelum bayi berumur 4
bulan.
14) Bicarakan tentang KB dan kapan senggama dapat dimulai. Sebaiknya hal ini didiskusikan dengan
kehadiran suaminya
16) Jika ada hal - hal yang tidak normal, segeralah merujuk ibu dan / atau bayi ke puskesmas / rumah
sakit.
17) Jika ibu atau bayi meninggal, penyebab kematian harus diketahui sesuai dengan standar
kabupaten/propinsi/nasional.
2) Ibu yang baru bersalin harus menggunakan pembalut yang bersih atau kain yang bersih yang telah
3) Menggunakan minyak atau bahan–bahan lain untuk tali pusat bayi adalah berbahaya
INGAT !!!!!
o Masa nifas merupakan kesempatan baik untuk memberikan penyuluhan KB /
penjarangan kelahiran, tetapi hal ini harus disampaikan dengan hati– hati ,
ramah dan peka terhadap adat istiadat.
o Ibu dan bayi dalam masa nifas mudah terinfeksi , karena itu kebersihan diri,
makanan bergizi dan istirahat cukup sangatlah penting.
o Kelainan yang memerlukan rujukan harus mendapat perhatian dengan cepat
dan tepat
o Kesehatan generasi berikut dimulai dengan perawatan yang baik bagi anak
perempuan sejak bayi.
o Kelemahan pada massa nifas merupakan gejala anemia.
Tanda-Tanda Bahawa Pada Bayi
2) Tidak buang air kecil beberapa kali sehari ( kurang dari 6 – 8 kali sehari )
3) Bayi kuning
8) Ibu mengalami kesulitan atau nyeri pada saat b.a.k atau pada saat pergerakan usus
9) Tanda – tanda mastitis: bagian yang kemerahan, bagian yang panas , gurat – gurat kemerahan pada
penyebab.
Ingat !!!
1. Jaga bayi agar tubuhnya tetap hangat dan tetap berada bersama ibunya
2. Semua bayi harus segera diberi ASI sesudah lahir dan tidak melewati
satu jam setelah persalinan
3. Kolostrum mengandung zat yang sangat diperlukan untuk melindungi
bayi dari infeksi
4. Periksa perdarahan, perineum, tanda-tanda vital, uterus, dan kandung
kemih secara teratur
5. Jika dilakukan episiotomi maka periksa luka episiotomi secara teratur
Prinsip Kunjungan Rumah Masa Nifas
2) Pemberian asuhan kebidanan di rumah, bidan dan keluarga dilakukan dalam suasana rileks dan
kekeluargaan.
4) Keamanan
1) Kunjungan dilakukan paling sedikit 4 kali selama ibu dalam masa nifas
2) Kegiatan yang dilakukan selama kunjungan meliputi pencegahan, pendeteksian, dan penanganan
3) Dimana hal ini dilakukan untuk menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik,
melaksanakan skirining yang komperhensif, mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan
1) Merencanakan kunjungan rumah dalam waktu tidak lebih dari 24-48 jam setelah kepulangan klien
ke rumah.
2) Pastikan keluarga telah mengetahui rencana mengenai kunjungan rumah dan waktu.
1) Asuhan post partum di rumah difokuskan pada pengkajian, penyuluhan dan konseling.
2) Dalam memberikan asuhan kebidanan di rumah bidan dan keluarga diupayakan dapat berinteraksi
Berikuti ada 7 (tujuh)Tindakan konseling penting dan baik untuk asuhan masa nifas normal pada
ibu di rumah yaitu: Memberikan konseling kebersihan Diri, Menganjurkan untuk Istirahat cukup,
Konseling untuk senam nifas, Konseling gizi ibu nifas, Konseling Perawatan Payudara, Konseling
4) Lakukan hubungan antara ibu dan bayi, motivasi Inisiasi Dini serta jaga bayi dari keadaan
hipotermi
1) Kunjungan ke dua pada ibu nifas dilakukan enam hari setelah persalinan.
2) Bertujuan untuk memastikan involusi berjalan normal, tanda-tanda infeksi dan perdarahan.
4) ASI optimal; bidan mendorong pasien untuk memberikan ASI secara ekslusif, cara menyatukan
mulut bayi dengan puting susu, merubah-rubah posisi, mengetahui cara memeras ASI dengan
tangan seperlunya, atau dengan metode-metode untuk mencegah nyeri puting dan perawatan
puting.
5) Perdarahan; bidan mengkaji warna dan jumlah perdarahan, adakah tanda-tanda yang berlebihan,
yaitu nadi cepat, suhu naik dan uterus tidak keras. Kaji pasien apakah bisa masase uterus dan ajari
pasien bagaimana caranya masase uterus yang benar agar uterus dapet mengeras. Periksa pembalut
6) Involusi uterus; bidan mengkaji invoolusi uterus dan beri pasien penjelasan mengenai involusi
uterus.
7) Pembahasan tentang kelahiran; kaji perasaan ibu dan adakah pertanyaan tentang proses tersebut.
8) Bidan mendorong ibu untuk memperkuat ikatan batin antara ibu dan bayi (keluarga), pentingnya
3) Mengevaluasi kemajuan psikologis ibu terhadap peran baru dan pengalaman persalinan
1) Kunjungan akhir pada ibu nifas, dilakukan pada minggu ke enam setelah ibu melahirkan
1) Definisi
Kelompok post partum merupakan salah satu bentuk kelompok atau organisasi kecil dari ibu
permasalahan yang timbul selama masa nifas. Sebaiknya pembentukan kelompok ibu nifas
dilakukan pada minggu pertama masa nifas, yaitu setelah melakukan kunjungan pertama,
sehingga upaya deteksi dini, mencegah, dan mengatasi permasalahan pada masa nifas dapat
dilakukan sesegera mungkin serta kesejahteraan ibu dan bayi bisa terwujud.
Program untuk ibu nifas yang diberlakukan antara lain adalah kunjungan pada ibu nifas
dan neonates, pemberian ASI eksklusif, pemberian tablet tambah darah, dan pemberian
tablet vitamin A.
b) Kumpulkan Data
Adapun data yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok ibu nifas meliputi jumlah ibu
nifas dan bayi, kebiasaan atau trasisi setempat, permasalahanpermasalahan pada masa nifas dan
atau kepercayaan, patuh kepada orang yang dianggap sebagai contoh, maka pendekatan
dengan keluarga ibu, tokoh masyarakat, tokoh agama, kepala desa, dan kader sebagai
pengambil keputusan dan penentu kebijakan sangat diperlukan untuk mewujudkan suatu
d) Buat Perencanaan
Untuk membuat suatu perencanaan harus melihat data yang telah terkumpul, buat usulan
atau proposal yang didalamnya memuat tentang latar belakang dan tujuan dari
dilakukan dalam pembentukan kelompok post partum, tempat dan waktu, anggaran, serta
peserta.
e) Pelaksanaan
Lakukan diskusi sampai terbentuk susunan organisasi ibu nifas (kelompok postpartum).
f) Evaluasi
Evaluasi dilakukan pada akhir masa nifas, setelah kunjungan ke-4. Pastikan bahwa tujuan
akhir daripembentukan kelompok postpartum benar-benar tercapai, ibu dan bayi sehat,
Sistem Kesehatan Nasional (SKN) diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Pengelolaan kesehatan
diselenggarakan secara terpadu dan saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat
Melalui pendekatan SKN, yang tertuang dalam isu strategis RPJMN 2015-2019, terdapat 7
komponen SKN yaitu Upaya Kesehatan, Sumber Daya Manusia Kesehatan, Obat dan Alat,
pelayanan KB.
harmonisasi berbagai sub-sistem SKN agar efektif, efisien, dan transparan dalam penyelenggaraan
SKN yang meliputi tersedianya Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK); bimbingan dan
pengawasan; pemantauan dan evaluasi; umpan balik (feed back) dan reward bagi yang berprestasi.
Pelayanan KB dalam SKN sejalan dengan komponen – komponen yang ada dalam Sistem
Kesehatan Nasional, khususnya dalam sub sistem upaya kesehatan yang memprioritaskan pada
yang membahayakan jiwa atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas.
c) Mencegah atau memperkecil terjadinya kematian pada seorang perempuan yang mengalami
Peranan KB sangat diperlukan untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan, unsafe
abortion dan komplikasi yang pada akhirnya dapat mencegah kematian ibu. Selain itu, Keluarga
Berencana merupakan hal yang sangat strategis untuk mencegah kehamilan “Empat Terlalu”
(terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering dan terlalu banyak). Mengacu pada Peraturan Menteri
Kesehatan RI Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, upaya yang
diselengggarakan di Puskesmas terdiri dari upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya
Pelayanan Keluarga Berencana merupakan salah satu dari 5 Upaya Kesehatan Masyarakat
kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;pelayanan gizi; dan pelayanan pencegahan dan
pengendalian penyakit. Begitu pula untuk di Rumah Sakit, menurut Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perijinan Rumah Sakit, pelayanan
KB merupakan pelayanan medik umum yang harus ada di RS. Dapat disimpulkan, pelayanan
KB merupakan:
a) Upaya kesehatan masyarakat esensial Puskesmas dan pelayanan medik umum di Rumah
Sakit
b) Upaya pengaturan kehamilan bagi pasangan usia subur untuk membentuk generasi penerus
kesehatan reproduksi pada remaja, konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada ibu
interval.
Sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pelayanan KB 2014-2015, salah satu strateginya
Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling secara sistematis dengan salah satu
program utama adalah memastikan seluruh penduduk mampu menjangkau dan mendapatkan
pelayanan KB. Komunikasi, Informasi dan Edukasi adalah proses yang sangat penting dalam
pelayanan KB.
komunikasi kepada penerima pesan untuk mendapatkan suatu efek. Dalam bidang kesehatan kita
mengenal komunikasi kesehatan yaitu usaha sistematis untuk mempengaruhi perilaku positif
gagasan maupun kenyataan yang perlu diketahui masyarakat (pesan yang disampaikan) dan
Proses yang diberikan dalam KIE, salah satunya adalah konseling. Melalui konseling
pemberian pelayanan membantu klien memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk
terus menggunakan cara tersebut dengan benar. Konseling adalah proses pertukaran informasi
dan interaksi positif antara klien-petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,
memilih solusi terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang
dihadapi. Pelayanan konseling KB memegang peranan yang sangat penting, oleh karena itu untuk
lembar balik Alat Bantu Pengambilan Keputusan (ABPK) - KB. Konseling KB dapat
dilaksanakan bagi wanita dan pasangan usia subur, ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas.
Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional
dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan
Nasional dinyatakan bahwa Pelayanan KB merupakan salah satu manfaat promotif dan preventif.
Selama masa transisi menuju universal health coverage pada tahun 2019, maka pelayanan KB
bagi penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta program JKN, dapat dibiayai dengan
Mengacu pada Permenkes No 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, dalam
Puskesmas dan jejaring fasilitas pelayanan kesehatan. Jaringan pelayanan Puskesmas terdiri atas
Puskesmas pembantu, Puskesmas keliling, dan bidan desa.Sementara Jejaring fasilitas pelayanan
kesehatan terdiri atas klinik, rumah sakit, apotek, laboratorium, dan fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya.
Sesuai dengan Permenkes Nomor 71 tahun 2013, tentang pelayanan kesehatan pada Jaminan
Fasilitas Kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Berdasarkan cara pembayaran
dalam JKN, maka Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan
a) FKTP meliputi:
o Pelayanan konseling;
b) FKRTL meliputi :
o Pelayanan konseling;
Untuk wilayah yang tidak mempunyai fasilitas pelayanan kesehatan, terdapat pelayanan yang
dilaksanakan secara mobile atau bergerak oleh BKKBN. Pembiayaan pelayanan kontrasepsi
bergerak ini di luar skema JKN. Pelayanan KB bergerak ini tetap harus memperhatikan standar
dan kualitas pelayanan, sehingga kejadian efek samping dan komplikasi dapat dikurangi. Selain
itu untuk kecamatan yang tidak ada tenaga dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas
Kesehatan Kab/kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerjasama dengan praktik bidan, dengan
persyaratan praktik bidan tersebut harus membuat perjanjian kerjasama dengan dokter atau
Puskesmas pembinanya.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan 1464/PER/X/ 2010 tentang ijin dan
penyelenggaraan praktik bidan, maka bidan dalam menjalankan praktik, berwenang untuk
memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak dan kesehatan reproduski perempuan dan keluarga
berencana meliputi :
berencana;
Selain kewenangan tersebut, terdapat juga kewenangan bidan yang menjalankan program
Pemerintah yaitu :
a) Pemberian alat kontrasepsi suntikan, AKDR/ IUD, dan memberikan pelayanan AKBK
/implant.
Bagi bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan
a) Daerah yang tidak memiliki dokter ditetapkan oleh Kadinkes Kab/ Kota
2) Pengorganisasian Pelayanan KB
sumber daya manusia dan sumber daya fisik lainnya untuk menjalankan rencana yang telah
ditetapkan guna mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Pelaksanaan program pelayanan KB tidak
sepenuhnya berada dijajaran sektor kesehatan, maka diperlukan upaya untuk mengorganisasi semua
sumber daya di lintas program dan lintas sektor agar mendapatkan hasil yang optimal.
distribusinya.
b) Menjamin tersedianya sarana penunjang pelayanan KB seperti obgyn-bed, IUD kit, implan
removal kit, VTP kit, KIE kit, media informasi, pedoman klinis dan pedoman manajemen.
Pengelola program KB perlu berkoordinasi dengan pengelola program terkait di tingkat pusat,
provinsi dan kabupaten dan kota, baik di sarana pelayanan pemerintah maupun swasta.
alokon.
dan BKKBN) dan APBD dan sumber lain yang tidak mengikat misalnya dana hibah dalam dan
dalam pelayanan klinis, konseling dan manajemen melalui pelatihan yang terakreditasi.
Pengelola program KB perlu mengadakan koordinasi dengan Balai Besar Pelatihan Kesehatan
(BKKBN), Pusat Pelatihan Klinik Sekunder (P2KS) di Provinsi, Pusat Pelatihan Klinik Primer
(P2KP) di kabupaten/kota, Puskesmas, Rumah Sakit, Organisasi Profesi (POGI, IDI dan IBI) dan
lintas sektor terkait yang mengacu kepada pedoman pelatihan yang berlaku
e) Untuk mendapatkan pelayanan KB sesuai standar, maka diperlukan penguatan supply dalam
rangka percepatan revitalisasi program KB untuk pencapaian target penurunan TFR melalui:
revitalisasi KB.
h) Penyiapan supply di kabupaten dan kota untuk memberikan pelayanan komprehensif yang
i) Pendekatan kepada organisasi non pemerintah, seperti LSM, swasta dan asosiasi-asosiasi serta
organisasi profesi.
j) Memperkuat pelayanan statis dengan meningkatkan kapasitas faskes berstatus sederhana menjadi
k) Memastikan ketersediaan sarana prasarana dan alat obat kontrasepsi di semua sarana pelayanan
pelatihan
DAFTAR PUSTAKA
2. J. Guwandi. 2011. Hukum Rumah Sakit dan Corporate Liability. Jakarta: Fakultas
9. Triwibowo, Cecep. 2014. Etika dan Hukum Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika
10. Yunanto, Ari. 2010. Hukum Malpraktik Medik. Yokyakarta: CV. Andi Offset
11. www.rsannisa.co.id/informasi/hak-dan-kewajiban-pasien
13. Brindley, B. “Gender Analysis and Forestry,” dalam How to Use Rapid Rural
15. Yulifah Rita,Johan Agus YuswantoTri . Asuhan kebidanan komunitas edisi 2 2014.Salemba
Medika : Jakarta.
Indicators .
17. Debbie Budlender, Diane Elson, Guy Hewitt and Tanni Mukhopadhyay,2002. Understanding
18. “Gender, Law, and Policy in ADB Operations: A Tool Kit (2006). Asian Development Bank.
19. Fakih. M, 1996. Analisis Gender dan Transformasi Sosial, Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
20. Faraz N.J.,2010. Profil Kegiatan Keluarga Home Industry Kulit di kabupaten bantul provinsi DI
Yogyakarta
21. Handayani T dan sugiarti, 2002. Konsep dan Teknik Penelitia Gender. Penerbitan Universitas
Muhamadiyah Malang
23. Umar, Nazarudin 1998, Argumentasi Ksetaraan Gender Perspektif ALQuran, PT Paramadina,
Jakarta.
24. UNFPA, Kantor Meneg Pemberdayaan Perempuan RI, Baan Koordinasi Keluarga Berencana