Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Ilmu Pengetahuan, Teknologi & Seni dalam Islam


Dosen pembimbing:

bapak Sulaiman, S. Pd. I, M. Pd

Disusun oleh kelompok 6 :


1. Deska dwi rahma anggraini (20003058)

2. Azila Salsabila 20003052

3.Nining pragesti 20003082

4.Sherly Luthfia Rosa 20043121

5. Fani Mutiara Aprilla 20003062

6. Fanisha Yulianti (20003063)

7. Anggesti Ramadhani (20060002)

8.Dinda firnianti putri(20003007)

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Ilmu Pengetahuan, Teknologi
& Seni dalam Islam ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas dari bapak Sulaiman, S. Pd. I, M. Pd pada mata kuliah pendidikan
agama islam . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ilmu
Pengetahuan, Teknologi & Seni dalam Islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Sulaiman, S. Pd. I, M. Pd selaku
dosen pen didikan agama islam yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sekarang ini. Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Terlepas dari semua itu saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala kritik dan saran dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ini.

Pasaman ,Mei , 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………...ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………………………..iii

B. Rumusan Masalah …………………………………………………………………….…iii

C. Tujuan Penulisan ………………………………………………………………………...iii

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni…………………………...………......1

B. Klasifikasi ilmu menurut Islam……….………………………….……………….……..4

C. Hubungan ilmu pengetahuan. Teknologi dan seni……………...……….………..……..8

D. Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni …………………….13

E. Tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap IPTEKS ………………………………….15

BAB III PENUTUP

A. Simpulan ……………………..……………………….………………………………...17

B. Saran …………………………………………………………………………………....17

DAFTAR PUSTAKA ………………….…………………………………………………..…18

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Manusia pada dasarnya memiliki akal dan fikiran untuk memahami fenomena alam
dalam ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Namun, keadaan manusia saat ini
menyebabkan iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) semakin terpisah dari Islam. Oleh
karena itu, manusia perlu diingatkan bahwa saat ini Iptek telah jauh dari Islam,
penggunaannya telah disalahgunakan dan tidak dipergunakan dengan bijak. Ilmuan-
ilmuan Islam telah banyak muncul dalam peradaban ilmu pengetahuan, hanya saja
keberadaan mereka kurang diketahui atau bahkan teori-teorinya diakui Oleh ilmuan non
Islam.

Perkembangan Sains dan Teknologi di zaman ini semakin terasa pesat dan diperlukan
manusia. Manusia modern sudah sangat bergantung kepada produk-produk sains dan
teknologi. Sukar untuk dibayangkan manusia modern hidup tanpa menggunakan produk-
produk sains dan teknologi. Keperluan hidup harian manusia modern mulai dari makan,
minum, tidur, tempat tinggal, tempat bekerja, alat-alat transportasi, sampai alat-alat
komunikasi, alat-alat hiburan,kesehatan dan semua aspek kehidupan manusia tidak terlepas
daripada menggunakan produk sains dan teknologi.

Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting
dalam pembangunan tamadun atau peradaban material manusia. Penemuan-penemuan sains
dan teknologi telah memberikan bermacam-macam kemudahan pada manusia.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana Pengertian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ?


2. bagaimana Klasifikasi ilmu menurut Islam ?
3. Bagaimana Hubungan ilmu pengetahuan. Teknologi dan seni ?
4. Bagaimana Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni ?
5. Bagaimana Tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap IPTEKS ?
C. Tujuan penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari bapak
Sulaiman, S. Pd. I, M. Pd pada mata kuliah pendidikan agama islam . Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Ilmu Pengetahuan,
Teknologi & Seni dalam islam bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

iii
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ilmu pengetahuan, teknologi dan seni


1. Pengertian iptek
Kata ilmu berasal dari bahasa Arab “’ilmu” yang berarti pengetahuan. Kata “ilmu”
sekalipun berbeda, tetapi memiliki kemiripan dengan kata “ma’rifah”, “fiqh”, “hikmah”,
dan ‘’syu’ur”. Dari segi bahasa, ilmu berarti jelas, baik dalam arti, proses, maupun
obyeknya. Ilmu yang berarti pengetahuan yang jelas itu ada 2 macam, yaitu pengetahuan
biasa dan pengetahuan ilmiah. Pengetahuan biasa diperoleh dari keseluruhan bentuk
upaya kemanusiaaan, seperti perasaan, pikiran, pengalaman, pancaindra, dan intuisi untuk
mengetahui sesuatu tanpa memperhatikan obyek, cara, dan kegunaanya.
Dalam bahasa Inggris, jenis ilmu ini disebut “knowledge”. Sedangkan ilmu dalam
pengertian pengetahuan ilmiah sekalipun juga merupakan keseluruhan bentu upaya
kemanusiaan untuk mengetahui sesuatu, tetapi disertai memperhatikan obyek yang
ditelaah, cara yang dipergunakan, dan kegunaannya. Dengan demikian, pengetahuan
ilmiah memperhatikan obyek ontologis, landasan epistemologis, dan aksiologis. Dalam
bahasa inggris, jenis pengetahuan ilmiah disebut “science”, dan diIndonesiakan dengan
sains.
Definisi IPTEK sebagai singkatan dari Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah
sesuatu yang sangat berkaitan dengan teknologi. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, ilmu
dengan pengetahuan sangat berbeda maknanya. Ilmu adalah pengetahuan yang sudah
diklasifikasikan, disistemasi dan di interpretasikan sehingga menghasilkan kebenaran
obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan Pengetahuan adalah
apa saja yang diketahui oleh manusia baik melalui panca indra, instuisi, pengalaman
maupun firasat. Jadi Ilmu pengetahuan adalah himpunan pengetahuan manusia yang
dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar serta diterima oleh akal.
(Saifulloh,2009).
Teknologi adalah pengembangan dan aplikasi
dari alat, mesin, material dan proses yang menolong manusia menyelesaikan
masalahnya. Teknologi dibuat atas dasar ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk
mempermudah pekerjaan manusia. Kata teknologi sering menggambarkan penemuan dan
alat yang menggunakan prinsip dan proses penemuan saintifik yang baru ditemukan.
Dalam dunia ekonomi, teknologi dilihat dari status pengetahuan kita yang sekarang
dalam bagaimana menggabungkan sumber daya untuk memproduksi produk yang
diinginkan( dan pengetahuan kita tentang apa yang bisa diproduksi).

1
Oleh karena itu, kita dapat melihat perubahan teknologi pada saat pengetahuan
teknik kita meningkat. Dalam sudut pandang budaya, teknologi merupakan salah satu
unsur budaya sebagai hasil penerapan praktis dari ilmu pengetahuan. Meskipun pada
dasarnya teknologi juga memiliki karakteristik obyektif dan netral. Dalam situasi tertentu
teknologi tidak netral lagi karena memiliki potensi untuk merusak dan potensi
kekuasaan. Di sinilah letak perbedaan ilmu pengetahuan dengan teknologi. Teknologi
dapat membawa dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga
sebaliknya dapat membawa dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam
kehidupan manusia dan lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta.
Dalam pemikiran Islam, ada dua sumber ilmu yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak
boleh dipertentangkan. Manusia diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budinya
berdasarkan tuntunan Al-Qur’an dan sunnah rasul. Atas dasar itu, ilmu dalam pemikiran
Islam ada yang bersifat abadi (perennial knowledge) tingkat kebenarannya bersifat
mutlak, karena bersumber dari Allah. Ada pula ilmu yang bersifat perolehan (aquired
knowledge) tingkat kebenarannya bersifat nisbi, karena bersumber dari akal pikiran
manusia.
Islam, agama yang sesuai dengan fitrah semula jadi manusia,maka syariatnya bukan
saja mendorong manusia untuk mempelajari sains dan teknologi, kemudian membangun
dan membina peradaban, bahkan mengatur umatnya ke arah itu agar selamat dan
menyelamatkan baik di dunia terlebih lagi di akhirat kelak. Ilmu sangat penting dalam
kehidupan. Rasulullah pernah bersabda bahwa untuk hidup bahagia di dunia ini manusia
memerlukan ilmu dan untuk hidup bahagia di akhirat pun manusia memerlukan ilmu.
Untuk bahagia di dunia dan di akhirat, manusia juga memerlukan ilmu. Jadi kita harus
menuntut ilmu, baik ilmu untuk keselamatan dunia, terlebih lagi ilmu yang membawa
kebahagiaan di akhirat. Atas dasar itulah Islam mewajibkan menuntui Ilmu. Bahkan
dalam Islam menuntut ilmu itu dilakukan tanpa batasan atau jangka waktu tertentu, ilmu
mesti dilakukan sejak dalam buaian hingga ke liang lahad. Ini diberitahu oleh Rasulullah
dengan sabdanya : “Tuntutlah ilmu dari dalam buaian hingga ke liang lahad”
Pesatnya perkembangan Sains dan Teknologi semakin terasa dari hari ke hari.
Banyak hasil dari perkembangan Sains dan Teknologi yang tadinya diluar angan-angan
manusia sudah menjadi keperluan harian manusia. Contohnya : penyampaian informasi
yang dahulu memerlukan waktu hingga berbulan-bulan, kini dengan adanya telepon,
handphone, internet dapat sampai ke tujuan hanya dalam beberapa detik saja,
bahkan pada masa yang (hampir) bersamaan.
Melalui TV, satelit dan alat komunikasi canggih lainnya, kejadian di satu tempat di
permukaan bumi atau di angkasa dekat permukaan bumi dapat diketahui oleh umat
manusia di seluruh dunia dalam masa yang bersamaan. Selain dalam bidang komunikasi,
perkembangan dalam bidang lain pun seperti material, alat-alat transportasi, alat-alat
rumah tangga, bioteknologi, kedokteran dan lain-lain begitu maju dengan pesat.
2
Kita mengakui bahwa sains dan teknologi memang telah mengambil peranan penting
dalam pembangunan peradaban material atau lahiriah manusia.

2. Pengertian seni
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni
yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa
nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi
orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
Seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang. Hasil ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi
bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan. Keindahan yang hakiki
identik dengan kebenaran. Keduanya memiliki nilai yang sama yaitu keabadian. Seni
yang lepas dari nilai-nilai keTuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa
nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi
orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.

Seni adalah sebuah keindahan yang dapat mengungkap rasa sampai jauh kedalam
jiwa seseorang. Jadi, apabila pernah merasakan sebuah getaran keindahan yang begitu
dalam dan membuat kita tidak dapat lagi melupakannya maka artinya kita sudah dapat
menangkap arti kata seni dalam arti yang sebenarnya. Kata “seni” adalah sebuah kata
yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang
berbeda. Konon kata seni berasal dari kata “SANI” yang kurang lebih artinya “Jiwa Yang
Luhur/ Ketulusan jiwa”. Namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan “ART”
(artivisial) yang artinya kurang lebih adalah barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.
Pandangan Islam tentang seni.Seni merupakan ekspresi keindahan. Dan keindahan
menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya ini. Allah
melalui kalamnya di Al-Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat raya dengan
segala keserasian dan keindahannya.

Allah berfirman dalam surat Al-Qaaf ayat 6 :

ٍ OُP Rْ Tِ UَWَX UTَ ‫ َو‬Uَ‫ھ‬U‫ َوزَ \ﱠ[ﱠ‬Uَ‫ھ‬Uَ[^ْ َ[_َ َ`^ْ aَ bْ ُWَc ْdَP ‫ ِء‬Ufَ g‫ ﱠ‬X‫ ا‬iَXِ‫ُوا إ‬Oُk[ْ َ\ bْ َlَPَ‫أ‬
‫ُوج‬

Artinya: “Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka,
bagaimana Kami meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun
retak-retak?” [QS 50: 6].
3
B. Klasifikasi ilmu menurut Islam

Klasifikasi ilmu berawal dari keterbatsan potensi yang dimiliki rasio


(pemikiran,nalar). Pun demikian proses pencariannya di butuhkan pembatasan-
pembatasan yang berkaitan dengan ilmu itu sendiri.
Menurut imam Abi Abdillah Muhammad bin Muhammad ar-Ru’ainy dalam kitabnya
Qurrotul ‘ain li syarhi al waroqot di sebutkan bahwa klasifikasi ilmu itu ada dua:
a. ilmu dhoruriy

Ilmu dhoruriy adalah pengetahuan yang tidak memerlukan pemeriksaan dan


pembuktian. Dalam arti lain, ilmu dhoruriy adalah ilmu yang bersifat pasti. Secara umum,
dapat di katakan bahwa setiap manusia pasti memiliki pengetahuan tentang hal itu tanpa
menggunakan bukti maupun dalil. Seperti pengetahuan yang di hasilkan oleh panca indra,
seperti halnya bahwa garam itu asin, bahwa gula itu manis, bahwa api itu panas dan lain
sebagainya

b. ilmu mukstasab
Ilmu muktasab adalah ilmu yang sudah baku hukumnya atau sesuatu yang
didapatkan atau dihasilkan melalui proses pemikiran/kajian dan penggunaan
dalil/pembuktian. Seperti pengetahuan bahwa alam ini adalah baru, pengetahuan ini di
dasarkan atas pemikiran atau kajian terhadap alam dan hal-hal yang di kajikan di alam
ini, berupa pergantian dan perubahan.

Nabi Muhammad SAW berasabda:


"Adapun perkara yang berkenaan dengan urusan dunia kalian, maka terserah kalian.
Namun mengenai perkara agama kalian, maka kembalikanlah padaku.”
Dalam redaksi yang lain menyebutkan: (as-silsilah as-shohihah ;juz 10 halaman 214;
maktabah syamilah)
“Adapun untuk urusan dunia maka kalian lebih tau, namun masalah agama
kembalikanlah padaku”.

Dari hadits yang telah dituturkan, maka klasifikasi ilmu dapat di golongkan menjadi
dua macam, yaitu ilmu duniawi dan ilmu din(agama).
Menyerahkan semua urusan dunia kepada manusia dan menjadikannya sebagai hak
mereka baik dari sisi kajian, penelaahan, eksperimen, maupun penerapan, yaitu dari sisi
ilmu teoritis yang didapat dari fitrah pemberiaan Allah pada manusia berupa perasaan dan
akal. Dan dari sisi penerapan praktis dalam hal keahlian, profesi, industri, prosedur dan
sarana prasarana. Semua itu hukumnya boleh (mubah) terserah manusia, halal bagi
mereka. Mereka bisa melakukannya sekehendak mereka kapan saja dan dengan cara apa
saja.
4
Namun, dalam persoalan agama, maka harus mentaati dan menjalani semua perintah
Allah dan larangan-Nya. Karena agama bukan sekedar sekumpulan tentang hal-hal ghaib,
syiar-syiar ibadah, moral dan adab, tetapi yang benar itu mencakup pengaturan seluruh
hubungan yang ada.

Menurut Muhammad bin Idris ilmu itu ada dua jenis:


a. ilmu abdan
Ilmu abdan atau arti lainnya adalah ilmu duniawi, yaitu segala macam ilmu yang
dapat memberikan mashlahat (kebaikan) didunia dan kehidupan manusia serta makhluq
lainnya, seperti halnya ilmu kedokteran, ilmu perdagangan, ilmu kelautan dan
sebagainya. Secara umum ilmu abdan atau duniawi ini hukumnya fardlu kifayah.

b. ilmu adyan
Ilmu adyan atau dalam makna lain adalah ilmu agama, ilmu ini terbagi menjadi dua
bagian:
1. Yang hukumnya fardlu ‘ain, seperti: Ilmu tentang pemahaman akidah dan ibadah
yang benar seperti rukun iman dan rukun islam.
2. Yang hukumnya fardlu kifayah, seperti: Ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu faraidl, ilmu
balaghoh dan sebagainya.
Sedangkan ilmu yang tergolong dalam ilmu Fardhu Khifayah adalah: segala ilmu yang
digunakan untuk tegaknya perkara-perkara dunia,seperti ilmu kedokteran perikanan,
pertanian dll. Karena hal itu merupakan hajat yang pokok bagi seluruh cakupan tentang
keadaan sehari-hari. Termasuk ilmu hitung, itu juga ilmu yang sangat penting dalam
mu’amalat, pembagian wasiat, warisan dll. Apabila Negara tidak ada orang yang
menegakkannya, maka berdosalah seluruh warga Negara tersebut, bila salah seorang
menegakannya, maka dapat mencakupi dan gugurlah kewajiban yang lain.

Menurut CA. Qadir, para pemikir Islam yang pertama –dengan mengikuti pendapat
Aristoteles—mengklasifikasikan ilmu ke dalam 3 bagian, yakni: ilmu teoretis, praktis dan
produktif. al-Kindi merupakan filosof Muslim pertama yang menyajikan klasifikasi
seperti itu, yang kemudian difganti oleh al-Farabi (870-901 M) dalam bukunya Ihshâ’ al-
‘Ulûm (Daftar Klasifikasi Ilmu) .Klasifikasi yang dibuat oleh al-Fârabi dapat
ditabulasikan sebagai berikut:
No. Klasifikasi Ilmu Cabang-cabang Ilmu
1 Ilmu Bahasa
• Sintaksis
• Gramatika (Tata Bahasa)
• Lafal dan Penuturan
• Puisi
5
2 . Logika
• Definisi dan Penyusunan Ide-ide
• Silogisme dan Bukti-bukti Dialektis
• Validitas Penalaran
• Silogisme Pidato dan Diskusi

3 . Ilmu-ilmu Pendahuluan/ Dasar


• Ilmu Hitung –praktis dan teoretis
• Ilmu Ukur –praktis dan teoretis
• Ilmu Optika
• Ilmu tentang langit
• Musik
• Ilmu Mebeler

4. Fisika (Ilmu Alam)


• Ilmu Mineral
• Ilmu Hewan
• Ilmu Tumbuhan

5. Metafisika

• Ilmu Wujud
• Ilmu-ilmu yang menggunakan pengamatan
• Ilmu Masyarakat
• Ilmu Hukum
• Retorika

Sesudah al-Farabi, Ibn Sina (980-1037 M), Ikhwân al-Shafâ dan al-Razi (865-925
M) juga membuat klasifikasi ilmu, namun tidak jauh berbeda dengan al- Farabi. Adalah
Ibn Khaldûn (1332-1406 M), yang memprakarsai penyusunan klasifikasi ilmu ke dalam:
1) Ilmu-ilmu rasional (al-‘ulûm al-‘aqliyyah) dan 2) ilmu- ilmu yang
diturunkan/diwariskan (al-‘ulûm al-Naqliyyah). Klasifikasi yang lebih sederhana dan
tampaknya berdasarkan sumbernya ini dapat diringkaskan sebagai berikut:
No. Klasifikasi Ilmu Cabang-cabang Ilmu
1. Ilmu-ilmu Rasional
• Logika
• Fisika (ilmu-ilmu alam)
• Ilmu Kedokteran
• Ilmu Pertanian
6
• Metafisika (ilmu-ilmu tentang di luar alam)
• Ilmu Sihir
• Ilmu Ghaib
• Kimia
• Ilmu-ilmu tentang kuantitas: ilmu ukur, bidang, ruang
• Musik
• Ilmu Hitung (matematika)
• Astronomi

2. Ilmu-ilmu yang Diturunkan/diwariskan (tradisional)


• al-Qur‘an & Ilmu al-Qur‘an
• Hadis & Ilmu Hadis
• Ilmu Hukum
• Teologi
• Ilmu Tasawuf
• Ilmu-ilmu bahasa: tata bahasa, perkamusan dan sastra

Lebih lanjut, dalam konfrensi Internasional II mengenai pendidikan Islam di


Islamabad, Maret 1980, telah disepakati klasifikasi ilmu sebagai berikut. Landasan
epistemologinya adalah pandangan bahwa pengetahuan itu menyangkut hal-hal yang
kekal abadi atau yang diperoleh kemudian.
No. Klasifikasi Ilmu Cabang-cabang Ilmu
1 Ilmu-ilmu tentang yang kekal- abadi
• al-Qur‘an: studi dan penafsirannya
• Hadis/Sunnah Nabi
• Sirah (biografi) Nabi, para sahabat dan tabi‘in
• Keesaan Allah (tauhid)
• Prinsip-prinsip ilmu hukum
• Bahasa Arab al-Qur‘an
• Ilmu-ilmu tambahan/penunjang –metafisika Islam, perbandingan agama
dan kebudayaan Islam
2.Ilmu-ilmu Perolehan
• Seni imajinatif –seni arsitektur dan seni-seni Islam lainnya; bahasa dan
sastra
• Ilmu-ilmu intelektual –ilmu-ilmu sosial (teoretis), filsafat, pendidikan,
ekonomi, politik, sejarah, kebudayaan Muslim, teori-teori Islam tentang
politik, ekonomi, sosial, ilmu bumi, sosiologi, linguistik, psikologi,
antropologi.
7
• Ilmu-ilmu fisika (teoretis) –filsafat ilmu pengetahuan, fisika, matematika,
statistik, kimia, ilmu biologi, astronomi, ilmu-ilmu tentang angkasa luar;
• Ilmu-ilmu terapan –rekayasa dan teknologi (sipil dan mesin), ilmu
kedokteran, ilmu pertanian, dan kehutanan
• Ilmu-ilmu praktis –perdagangan, ilmu administrasi, administrasi bisnis,
administrasi negara, ilmu-ilmu perpustakaan, ekonomi rumah tangga,
ilmu-ilmu komunikasi.

C. Hubungan ilmu pengetahuan. Teknologi dan seni

1. Ilmu Pengetahuan dan Seni dalam Islam

Kata ilmu dan pengetahuan ialah sekumpulan pengetahuan manusia yang


dikumpulkan melalui suatu proses pengkajian dan dapat diterima oleh akal sehat. Dalam
pemikiran sekuler, pengetahuan mempunyai tiga karakteristik yaitu obyektif, netral dan
bebas nilai. Sedangkan dalam islam, pengetahuan tidak boleh bebas.Pada zaman sekarang
ilmu pengetahuan berkembang pesat sehingga teknologi bermunculan di kehidupan
manusia. Teknolgi itu sendiri juga mempunyai dampak positif dan dampak negatif
tersendiri.

2. Ilmu Pengetahuan dan Seni dalam Islam

Teknologi dan seni merupakan produk ilmu pengetahuan. Teknologi merupakan hasil
penerapan praktis dari ilmu pengetahuan yang berkarakteristik obyetif dan netral.
Teknologi mempunyai dampak positif berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia
dan mempunyai dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan.
Sedangkan seni adalah hasil ungkapan akal dan budi manusia dengan segala prosesnya
yang merupakan ekspresi jiwa seseorang.

3. Sumber Ilmu Pengetahuan

Akal dan wahyu adalah sumber ilmu dalam Islam. Keduanya tidak boleh bertentangan.
Namun, manusia tetap diberi kebebasan dalam mengembangkan akal budi selama masih
berada dalam tuntunan Quran dan Sunah Rasul. Berdasarkan itu, ilmu dalam pemikiran
Islam memiliki sifat:
1. abadi (perennial knowledge) Berarti bahwa tingkat kebenarannya bersifat mutlak
karena bersumber dari wahyu Allah.
2. perolehan (acquired knowledge) Berarti bahwa tingkat kebenaranya relatif karena
berasal dari pemikiran manusia.

8
4. Seni adalah hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya

Seni adalah hasil ungkapan akal budi manusia dengan segala prosesnya.Seni merpkn
ekspresi jiwa seseorang yang identik dengan keindahan.Keindahan yg hakiki adalah
kebenaran.Keduanya memiliki nilai yg sama yaitu keabadian. Benda-benda yg diolah
secara kreatif sehingga muncul keindahan itulah karya seni.Seni yg lepas dari nilai-nilai
ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal budi.Agama
dan ilmu harus sejalan tdk boleh dipertentangkan.Memang demikian adanya karena
hakikat agama adalah membimbing dan mengarahkan akal.

5. Teknologi dapat membawa dampak positif

berupa kemajuan dan kesejahteraan bagi manusia juga sebaliknya dapat membawa
dampak negatif berupa ketimpangan-ketimpangan dalam kehidupan manusia dan
lingkungannya yang berakibat kehancuran alam semesta. Netralitas teknologi dapat
digunakan untuk kemanfaatan sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia dan atau
digunakan untuk kehancuran manusia itu sendiri. Oleh sebab itu kebenaran ipteks sangat
relatif. Sumber ipteks dalam islam adalah wahyu allah. Ipteks yang islami selalu
mengutamakan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan manusia.
Untuk itu ipteks dalam pandangan islam tidak bebas nilai.

6. Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam

Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa nasihat
langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang akidah.
Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan bahasa yang
indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang keindahan
wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang mengantar
menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.

7. Integrasi Iptek, iman, dan amal

Integrasi ipteks dengan agama merupakan suatu keniscayaan untuk menghindari


terjadinya proses sekularisasi yaitu pemisah antara doktrin - doktrin agama dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Para sarjana muslim berpandangan
bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan (knowledge) dan
ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil mahfudz yang
disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah. Ilmu Allah itu melingkupi
ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri. Jadi bila diikuti jalan pikiran
ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu merupakan sumber pengetahuan dan
ilmu pengetahuan manusia (knowledge and science).

9
Ada beberapa kemungkinan hubungan antara agama dan iptek:

• Berseberangan atau bertentangan.


• Bertentangan tapi dapat hidup berdampingan secara damai
• Tidak bertentangan satu sama lain

Saling mendukung satu sama lain, agama mendasari pengembangan iptek atau iptek
mendasari penghayatan agama.

Pola hubungan pertama adalah pola hubungan yang negatif, saling tolak. Apa yang
dianggap benar oleh agama dianggap tidak benar oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.
Demikian pula sebaliknya. Dalam pola hubungan seperti ini, pengembangan iptek akan
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran agama dan pendalaman agama dapat
menjauhkan orang dari keyakinan akan kebenaran ilmu pengetahuan. Orang yang ingin
menekuni ajaran agama akan cenderung untuk menjauhi ilmu pengetahuan dan teknologi
yang dikembangkan oleh manusia. Pola hubungan pertama ini pernah terjadi di zaman
Galileio-Galilei. Ketika Galileo berpendapat bahwa bumi mengitari matahari sedangkan
gereja berpendapat bahwa matahari lah yang mengitari bumi, maka Galileo dipersalahkan
dan dikalahkan. Ia dihukum karena dianggap menyesatkan masyarakat.

Pola hubungan ke dua adalah perkembangan dari pola hubungan pertama. Ketika
kebenaran iptek yang bertentangan dengan kebenaran agama makin tidak dapat disangkal
sementara keyakinan akan kebenaran agama masih kuat di hati, jalan satu-satunya adalah
menerima kebenaran keduanya dengan anggapan bahwa masing-masing mempunyai
wilayah kebenaran yang berbeda. Kebenaran agama dipisahkan sama sekali dari
kebenaran ilmu pengetahuan. Konflik antara agama dan ilmu, apabila terjadi, akan
diselesaikan dengan menganggapnya berada pada wilayah yang berbeda. Dalam pola
hubungan seperti ini, pengembangan iptek tidak dikaitkan dengan penghayatan dan
pengamalan agama seseorang karena keduanya berada pada wilayah yang berbeda. Baik
secara individu maupun komunal, pengembangan yang satu tidak mempengaruhi
pengembangan yang lain. Pola hubungan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat
sekuler yang sudah terbiasa untuk memisahkan urusan agama dari urusan
negara/masyarakat.

Pola ke tiga adalah pola hubungan netral. Dalam pola hubungan ini, kebenaran ajaran
agama tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan tetapi juga tidak saling
mempengaruhi. Kendati ajaran agama tidak bertentangan dengan iptek, ajaran agama
tidak dikaitkan dengan iptek sama sekali. Dalam masyarakat di mana pola hubungan
seperti ini terjadi, penghayatan agama tidak mendorong orang untuk mengembangkan
iptek dan pengembangan iptek tidak mendorong orang untuk mendalami dan menghayati
ajaran agama.

10
Keadaan seperti ini dapat terjadi dalam masyarakat sekuler. Karena masyarakatnya sudah
terbiasa dengan pemisahan agama dan negara/masyarakat, maka. ketika agama
bersinggungan dengan ilmu, persinggungan itu tidak banyak mempunyai dampak karena
tampak terasa aneh kalau dikaitkan. Mungkin secara individu dampak itu ada, tetapi
secara komunal pola hubungan ini cenderung untuk tidak menimbulkan dampak apa-apa.

Pola hubungan yang ke empat adalah pola hubungan yang positif. Terjadinya pola
hubungan seperti ini mensyaratkan tidak adanya pertentangan antara ajaran agama dan
ilmu pengetahuan serta kehidupan masyarakat yang tidak sekuler. Secara teori, pola
hubungan ini dapat terjadi dalam tiga wujud: ajaran agama mendukung pengembangan
iptek tapi pengembangan iptek tidak mendukung ajaran agama, pengembangan iptek
mendukung ajaran agama tapi ajaran agama tidak mendukung pengembangan iptek, dan
ajaran agama mendukung pengembangan iptek dan demikian pula sebaliknya.

Dalam wujud pertama, pendalaman dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan penghayatan ajaran agama akan mendukung
pengembangan iptek walau pengembangan iptek tidak akan mendorong orang untuk
mendalami ajaran agama. Sebaliknya, dalam wujud ke dua, pengembangan iptek akan
mendorong orang untuk mendalami dan menghayati ajaran agama walaupun tidak
sebaliknya terjadi. Pada wujud ke tiga, pengembangan iptek akan mendorong orang
untuk lebih mendalami dan menghayati ajaran agama dan pendalaman serta penghayatan
ajaran agama akan mendorong orang untuk mengembangkan iptek.

Adapun alasan mengapa kita harus menguasai IPTEK, terdapat tiga alasan pokok,
yakni:

• Ilmu pengetahuan yang berasal dari dunia Islam sudah diboyong oleh negara-
negara barat. Ini fakta, tidak bisa dipungkiri.
• Negara-negara barat berupaya mencegah terjadinya pengembangan IPTEK di
negara-negara Islam. Ini fakta yang tak dapat dipungkiri.
• Adanya upaya-upaya untuk melemahkan umat Islam dari memikirkan kemajuan
IPTEK-nya, misalnya umat Islam disodori persoalan-persoalan klasik agar umat
Islam sibuk sendiri, ramai sendiri dan akhirnya bertengkar sendiri.

Pentingnya Umat Beragama Mengikuti Perkembangan IPTEK Para sarjana muslim


berpandangan bahwa yang disebut ilmu itu tidak hanya terbatas pada pengetahuan
(knowledge) dan ilmu (science) saja, melainkan ilmu oleh Allah dirumuskan dalam lauhil
mahfudz yang disampaikan kepada kita melalui Alquran dan As-Sunnah.Ilmu Allah itu
melingkupi ilmu manusia tentang alam semesta dan manusia sendiri.

11
Jadi bila diikuti jalan pikiran ini, maka dapatlah kita pahami, bahwa Alquran itu
merupakan sumber pengetahuan dan ilmu pengetahuan manusia (knowledge and
science).

Seandainya penggunaan satu hasil teknologi telah melalaikan seseorang dari zikir dan
tafakur serta mengantarkannya kepada keruntuhan nilai-nilai kemanusiaan maka ketika
itu bukan hasil teknologinya yang mesti ditolak, melainkan kita harus memperingatkan
dan mengarahkan manusia yang menggunakan teknologi itu. Jika hasil teknologi sejak
semula diduga dapat mengalihkan manusia dari jati diri dan tujuan penciptaan sejak dini
pula kehadirannya ditolak oleh islam.

Karena itu menjadi suatu persoalan besar bagi martabat manusia mengenai cara
memadukan kemampuan mekanik demi penciptaan teknologi dengan pemeliharaan nilai-
nilai fitrahnya.Kesenian Islam tidak harus berbicara tentang islam. Ia tidak harus berupa
nasihat langsung, atau anjuran berbuat kebajikan,bukan juga penampilan abstrak tentang
akidah. Seni yang islami adalah seni yang dapat menggambarkan wujud ini dengan
bahasa yang indah serta sesuai dengan cetusan fitrah. Seni islam adalah ekspresi tentang
keindahan wujud dari sisi pandangan islam tentang alam, hidup, dan manusia yang
mengantar menuju pertemuan sempurna antara kebenaran dan keindahan.

Ada 4 hal pandangan Islam dalam etos kerja yaitu: Niat (komitmen) sebagai dasar
nilai kerja, Konsep ihsan dalam bekerja, Bekerja sebagai bentuk keberadaan manusia, dan
Orang mukmin yang kuat lebih disukai. Secara lebih spesifik, integrasi pendidikan iptek
dan imtaq ini diperlukan karena empat alasan:

Pertama, iptek akan memberikan berkah dan manfaat yang sangat besar bagi
kesejahteraan hidup umat manusia bila iptek disertai oleh asas iman dan taqwa kepada
Allah SWT. Sebaliknya, tanpa asas imtaq, iptek bisa disalahgunakan pada tujuan-tujuan
yang bersifat destruktif. Iptek dapat mengancam nilai-nilai kemanusiaan. Jika demikian,
iptek hanya absah secara metodologis, tetapi batil dan miskin secara maknawi.

Kedua, pada kenyataannya, iptek yang menjadi dasar modernisme, telah


menimbulkan pola dan gaya hidup baru yang bersifat sekularistik, materialistik, dan
hedonistik, yang sangat berlawanan dengan nilai-nilai budaya dan agama yang dianut
oleh bangsa kita.

Ketiga, dalam hidupnya, manusia tidak hanya memerlukan kebutuhan jasmani, tetapi
juga membutuhkan imtaq dan nilai-nilai sorgawi (kebutuhan spiritual). Oleh karena itu,
penekanan pada salah satunya, hanya akan menyebabkan kehidupan menjadi pincang dan
berat sebelah

12
Keempat, imtaq menjadi landasan dan dasar paling kuat yang akan mengantar
manusia menggapai kebahagiaan hidup. Tanpa dasar imtaq, segala atribut duniawi,
seperti harta, pangkat, iptek, dan keturunan, tidak akan mampu alias gagal mengantar
manusia meraih kebahagiaan. Kemajuan dalam semua itu, tanpa iman dan upaya mencari
ridha Allah SWT, hanya akan menghasilkan fatamorgana yang tidak menjanjikan apa-apa
selain bayangan palsu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam al-Qur’an :

Artinya : “Dan orang – orang yang kafir amal – amal mereka adalah laksana fatamorgana
di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang – orang yang dahaga, tetapi bila
didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun. Dan didapatinya (ketetapan)
Allah disisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal – amal dengan
cukup dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya”. (Q.S An-Nur : 39)

Dengan demikian integrasi iptek dan imtaq harus diupayakan dalam format yang tepat
sehingga keduanya berjalan seimbang dan dapat mengantar kita meraih kebaikan dunia
dan kebaikan akhirat seperti do’a yang setiap saat kita panjatkan kepada Allah.

bُْ W[ْ Tِ ‫ َو‬Rْ Tَ ‫ ُل‬dُwَ\ Uَ[‫ َر_ﱠ‬Uَ[ِy‫ِ{ آ‬P Uَ^|ْ ~‫ ﱡ‬X‫ً ا‬€َ[gَ •َ {ِP‫ ِة َو‬Oَ ƒِ „‫ً ْا‬€َ[gَ •َ Uَ[ِc‫اب َو‬
َ †َ ‡َ ‫ر‬U‫[ﱠ‬X‫ا‬

Artinya : “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan
peliharalah kami dari siksa neraka”. (Q.S. Al-Baqarah : 201)

Sehubungan dengan alasan yang disebutkan di atas, maka perlu dikembangkan usaha
perbaikan yang lebih mendasar terhadap pendekatan dan metode pembelajaran misalnya
usaha-usaha yang berhubungan dengan psikologi belajar, mengintensifkan program imtaq
di sekolah-sekolah salah satunya dapat dilakukan dengan mengintegrasikan nilai-nilai
agama (imtaq) ke dalam setiap mata pelajaran. Dengan kata lain model pembelajaran
harus memadukan antaraIptek dengan imtaq.

D. Pandangan Islam terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

Pandangan Islam terhadap IPTEK Ilmu dalam Islam diartikan sebagai : Segala
pengetahuan yang bersifat dapat menjelaskan/memberi kejelasan terhadap segala sesuatu
yang dihadapi atau dibutuhkan oleh manusia baik dalam kapasitasnya sebagai hamba
ataupun khalifah Allah. Sumber ilmu dalam pandangan Islam adalah berasal dari wahyu,
pemikiran (akal), serta pengalaman manusia. Ilmu yang berasal dari wahyu bersifat
perennial/abadi, mutlak, dan berfungsi sebagai pedoman hidup manusia. Sedangkan ilmu
yang berasal dari akal ataupun pengalaman manusia itu bersifat aquired/ perolehan,
relatif, dan berfungsi sebagai sarana dalam kehidupan manusia.

13
Dalam pandangan Islam, Ipteks itu bersifat terikat nilai (tidak bebas nilai), yaitu harus
disesuaikan dengan nilai-nilai ajaran islam. Ipteks merupakan hasil olah pikir dan rasa
manusia, karenanya harus dikembangkan sesuai dengan perkembangan akal budi
manusia. Pengembangan ipteks merupakan bagian dari pelaksanaan kewajiban manusia
sebagai makhluk Allah yang berakal. Ipteks merupakan pedoman dan sarana bagi
manusia dalam melaksanakan tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah, agar kualitas
ibadah dan kesejahteraannya meningkat. Islam sangat mendorong pengembangan ipteks,
terbukti dengan banyaknya ayat Al- Qur’an atau Hadits Nabi yang memerintahkan untuk
memperhatikan penciptaan atau keberadaan alam semesta, bahkan ayat yang pertama
adalah perintah untuk membaca (dalam arti luas) bukan perintah tentang ibadah ritual
tertentu. Sesungguhnya manusia diutus ke bumi untuk dua hal berikut:
1. Sebagai hamba Allah “Tidak Aku jadikan jin dan manusia itu melainkan agar mereka
beribadah kepadaKu” (Ad Dzariat: 56)
2. Sebagai khalifah Allah “Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di
muka bumi ini.” (Al Baqarah: 30)

Pandangan Islam terhadap Seni Manusia terbentuk dari jiwa dan raga, dimana
keduanya memiliki kebutuhan yang berbeda.Hukum asal dari seni adalah mubah /boleh,
akan tetapi bisa menjadi makruh atau haram apabila seni tersebut menyimpang dari
prinsip tauhidullah . Pandangan Islam tentang seni. Seni merupakan ekspresi keindahan.
Dan keindahan menjadi salah satu sifat yang dilekatkan Allah pada penciptaan jagat raya
ini. Allah melalui kalamnya di Al- Qur’an mengajak manusia memandang seluruh jagat
raya dengan segala keserasian dan keindahannya. Allah berfirman:
“Maka apakah mereka tidak melihat ke langit yang ada di atas mereka, bagaimana Kami
meninggikannya dan menghiasinya, dan tiada baginya sedikit pun retak- retak?” [QS 50:
6]
Seni berkembang di islam pada masa Bani Umayyah, terutama seni bahasa, seni
suara, seni rupa, dan seni bangunan (Arsitektur). Ilmu pengetahuan dan teknologi
merupakan sosok yang tidak dapat di pisahkan satu sama lain. Ilmu adalah sumber
teknologi yang mampu memberikan kemampuan munculnya berbagai penemuan
rekayasa dan ide-ide. Adapun teknologi adalah terapan atau aplikasi dari ilmu yang dapat
ditunjukan dalam hasil nyata yang lebih canggih dan dapat mendorong manusia untuk
berkembang lebih maju lagi. Sebagai umat islam kita harus menyadari bahwa dasar-dasar
filosofis untuk mengembangkan ilmu dan teknologi itu bias dikaji dan digali dalam Al-
Quran sebab kitab suci ini banyak mengupas keterangan-keterangan mengenai ilmu
pengetahuandan teknologi.

Seperti kita ketahui, teknologi kini telah merembet dalam kehiduppan kebanyakan
manusia bahkan dari kalangan atas hingga menengah kebawah sekalipun.
14
Dimana upaya tersebut merupakan cara atau jalan di dalam mewujudkan kesejahteraan
dan meningkatkan harkat dan martabat manusia. Atas dasar kreatifitas, akalnya, manusia
mengembangkat iptek dalam rangka untuk mengolah SDA yang diberikan oleh Tuhan
Yang MahaEsa. Dimana dalam pengembangan iptek harus didasari moral dan
kemanusian yang adil dan beradap, agar semua masyarakat merasakan IPTEK secara
merata. Disatu sisi telah terjadi perkembangan yang sangat baik sekai di aspek
telekomunikasi, namun pelaksanaan pembangunan IPTEK belum merata.

Seni merupakan satu proses pendidikan yang bersifat positif mengikut kaca mata
islam,menggerakan semangat,memimpin batin dan membangunkan akhlak. Artinya seni
mestilah bersifat “Al-Amar bil Ma’ruf dan An-Nahy’an munkar”(menyuruh berbuat bak
dan mencegah kemungkaran)serta membangunkan akhlak masyarakat,bukan membawa
kemungkaran dan juga bukan sebagai perusak akhlak ummat. Seni islam merupakan
sebagian daripada kebudayaan islam dan perbedaan antara seni islam dengan bukan islam
ialah darisegi niat atau tujuan dan nilai akhlak yang terkandung dalam hasil seni islam.
Kesenian dalam islam diwujudkan dalam seni bangunan,arsitektur,lukis,ukir,suara,tari
dan lain-lain. Hadist nabawi yang diriwayatkan didalam shahih Bukhori dan muslim
pandangan ulama islam tentang seni musik. Para ulama sepakat bahwa bentuk seni musik
(nyanyian) yang memanglingkan dari dzikrullah hukumnya haram,namun berbeda
dengan pandangan mengenai seni music yang tidak memanglingkan dzikrulloh. Pendapat
pertama yang menyatakan bahwa nyanyian dan seni music merupakan seruling syaitan
yang dilarang.
Secara harfiah seni merupakan bentuk dari karya manusia yang mengandung
keindahan,mengandung pesona karya dan rasa jika diamati dan dinikati. Secara
filsafat,kalau segala sesuatu yang baik dan buruk dapat dinilai dangan dimensi etika,maka
seni dan keindahan ini selalu dibahas dengan dimensi estetika yaitu melalui penghayatan
dan pengalaman-pengalaman indra manusia.

E. Tanggung jawab ilmuwan muslim terhadap IPTEKS


Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi
religious atau etis dan social. Pada intinya, dimensi religious atau etis seorang ilmuwan
hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan
etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial pengembangan ilmu
mewajibkan ilmuwan berlaku jujur, mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya,
mengakui temuan orang lain, menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati
dalam dunia keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau
kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi, menjelaskan hasil-hasil
temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain

15
sebagaimana ia juga memperoleh bahan-bahan dari orang lain guna mendukung teori-teori
yang dikembangkannya.
Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan
tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu. Yang harus
menjadi fokus utama dari seorang ilmuwan dalam menetapkan konteks mana yang penting
dan harus diperhatikan adalah dengan melihat beberapa aspek dari konsekuensi setiap
konteks. Namun yang paling harus diperhatikan oleh ilmuwan adalah context of discovery
karena dalam konteks ini, diperhitungkan apakah ilmu itu berguna atau tidak. Sedangkan
dalam context of justification, segala kriteria kebenarannya tidak bisa dibantah dan
dianggap benar.

Manusia, sebagaimana makhluk lainnya, memiliki ketergantungan terhadap alam.


Namun, di sisi lain, manusia justru suka merusak alam. Bahkan tak cukup merusak, juga
menhancurkan hingga tak bersisa. Tiap sebentar kita mendengar berita menyedihkan
tentang kerusakan baru yang timbul pada sumber air, gunung atau laut. Para ilmuwan
mengumumkan ancaman meluasnya padang pasir, semakin berkurangnya hutan,
berkurangnya cadangan air minum, menipisnya sumber energi alam, dan semakin
punahnya berbagai jenis tumbuhan dan hewan.
Sayangnya, meski nyata terasa dampak akibat kerusakan tersebut, sebagian besar
manusia sulit menyadarinya. Mereka berdalih apa yang mereka lakukan adalah demi
kepentingan masa depan. Padahal yang terjadi justru sebaliknya; tragedi masa depan itu
sedang berjalan di depan kita. Dan, kitalah sesungguhnya yang menjadi biang kerok dari
tragedi masa depan tersebut. Manusia telah diperingatkan Allah SWT dan Rasul-Nya agar
jangan melakukan kerusakan di bumi. Namun, manusia mengingkari peringatan tersebut.
Allah SWT menggambarkan situasi ini dalam Al-Qur’an: “Dan bila dikatakan kepada
mereka, ‘Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi’, mereka menjawab,
‘Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan.” (QSAl-Baqarah:11)
Allah SWT juga mengingatkan manusia: “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut
disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)’.
Katakanlah, ‘Adakan perjalanan di muka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan
orang-orang dahulu. Kebanyakan dari mereka itu adalah orang-orang yang
mempersekutukan (Allah).’’ (QS Ar-ruum: 41-42)
Pada masa sekarang pendidikan lingkungan menjadi mutlak diperlukan. Tujuannya
mengajarkan kepada masyarakat untuk menjaga jangan sampai berbagai unsur lingkungan
menjadi hancur, tercemar, atau rusak. Untuk itu manusia sebagai khalifah di bumi dan
sebagai ilmuwan harus bisa melestarikan alam. Mungkin bisa dengan cara
mengembangkan teknologi ramah lingkungan, teknologi daur ulang, dan harus bisa
memanfaatkan sumber daya alam dengan bijak

16
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN

Jadi dapat disimpulkan bahwa Islam sangat mendukung ipteks selagi hal tersebut sesuai
dengan syariat Allah Azza Wa Jalla. Ketika perkembangan dan bentuk ilmu pengetahuan
teknologi dan seni ini melanggar hukum Allah, sudah sepatutnya kita mengikuti syariat
Allah, Tuhan semesta alam.

Ilmu, sains, atau ilmu pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki,
menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam
alam manusia.Ilmu bukan sekadar pengetahuan (knowledge), tetapi merangkum sekumpulan
pengetahuan berdasarkan teori-teori yang disepakati dan dapat secara sistematik diuji dengan
seperangkat metode yang diakui dalam bidang ilmu tertentu. Ilmuwan ialah orang yang
bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sungguh. . Ilmuwan
adalah sebuah profesi atau gelar dalam cakupan professional karena sudah mengabdiakn
dirinya pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih
komprehensif tentang alam semesta, fenomena fisika, matematis dan kehidupan sosial.

Diantara tanggung jawab ilmuan, yaitu: Pertama, Bertanggung jawab dalam


menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu semakin luas. Kedua,
Menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataaan-pernyataan ilmiah yang dibuatanya dan
dapat dibuat oleh ilmuwan yang lainnya.

B. SARAN

Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, sangat besar harapan kami kepada para
pembaca mendapat tambahan pengetahuan mengenai ilmu pengetahuan teknologi dan seni
dalam islam dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menjadi
seorang manusia yang bersyukur akan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.
Demikianlah makalah yang dapat kami paparkan, semoga bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan pada kami pada khususnya. Dan tentunya makalah ini tidak lepas dari
kekurangan, untuk itu saran dan kritik yang bersifat konstruktif sangat kami butuhkan, guna
memperbaiki makalah selanjutnya.

17
DAFTAR PUSTAKA

Samantho, Y.Ahmad.IPTEK dari Sudut PandangIslam.http://ahmadsamantho.wordpress.com

Taher, Tarmizi.Ummatan Wasathan.www.republika.co.id.

Mita. 2012. IPTEK dan Seni Manurut Pandangan Islam.

Rochmah, dkk. 2004. Islam untuk Disiplin Ilmu Teknologi. Jakarta : Departemen Agama RI.

Kosim, M. (2008). ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM (Perspektif Filosofis-Historis).


Jurnal TADRIS, 3, 121–140.

http://tadris.stainpamekasan.ac.id/index.php/jtd/article/download/55/110

18

Anda mungkin juga menyukai