Anda di halaman 1dari 13

Nama 

: Hanny Ramadhanti
NPM   : 201510415167
Fakultas Ilmu Komunikasi / 5A3

REVIEW BUKU KOMUNIKASI POLITIK KHALAYAK DAN EFEK

Judul Buku                  : KOMUNIKASI POLITIK Khalayak dan Efek


  / Political Communication and Public Opinion and America
Penulis                         : Dan Nimmo
Penerjemah                  : Tjun Surjaman
Pengantar                     : Drs. Jalaluddin Rakhmat, M.Sc.  
Penerbit                        : Goodyear Publishing Co. / PT REMAJA ROSDAKARYA
Cetakan                        : ke-1 s.d. 4, Tahun 1989 s.d. 2006 Cetakan kelima, Juli 2010
Desainer Sampul          : Haryanto
Jumlah Halaman           : v-xii, 275

Buku ini ditulis oleh Dan Nimmo dalam Bahasa Inggris dan di terjemahkan
oleh Tjun Surjaman kedalam Bahasa Indonesia. Dalam buku ini Dan Nimmo
membahas tentang bagian pertama dari Komunikasi Politik dan yang kedua ini
berbicara tentang Opini Publik.
Didalam buku ini diawali dengan dijelaskannya maksud dan tujuannya
Pengantar buku ini Drs. Jalaludin Rakhmat, M.Sc yang tidak bermaksud memberikan
catatan dalam struktur kalimat yang lengkap seperti yang dilakukan pada buku
Komunikasi Politik yang pertama. Beliau hanya ingin membangkitkan minat baca
meskipun beliau mengetahui akibat yang bisa jadi pembaca malah tidak minat
membaca buku ini, karena beliau tahu jika kita membaca buku ini akan menjadi
seperti layaknya tawanan-tawanan yang memikirkan ‘bagaimana cara kita hidup
sebagai masyarakat’ yang hanya melihat bayangan-bayangan saja, juga bayangan
tentang apa yang kita sebut sebagai komunikasi politik. Bayangan memang
menampilkan sosok yang tidak jelas. Komunikasi Politik di Amerika sekalipun masih
mencari bentuknya.  
Pada bagian pertama dari buku ini berbicara tentang opini publik. Apa yang
disebut opini? Kapan opini pribadi bisa menjadi opini publik? Tahapan – tahapan
mana saja yang harus dilalui dalam membutuk opini publik? Lalu Nimmo, membagi
opini publik berdasarkan pembagiannya: opini publik yang tunggal, opini publik
beberapa orang, dan opini publik banyak orang.
Untuk apa sebenarnya Nimmo berbicara tentang opini publik? Menurut
Nimmo, opini publik adalah abstraksi dari khalayak komunikasi politik. Khalayak
adalah sejumlah orang yang heterogen. Mereka menjadi khalayak komunikasi politik
segera setelah mereka “mengkristal” menjadi opini publik.

Terdapat Enam Bab serta Dua Bagian beserta Lampiran di buku Komunikasi
Politik ini:
§  Bagian III – Khalayak komunikasi politik: Dengan siapa?
§  Bab VII             : Opini Publik
§  Bab VIII            : Distribusi Opini Publik
§  Bagian IV Konsekuesi komunikasi politik : Dengan akibat apa?
§  Bab IX              : Belajar Tentang Politik
§  Bab X               : Berpartisipasi Dalam Politik
§  Bab XI              : Mempengaruhi Pemberian Suara
§  Bab XII             : Mempengaruhi Pejabat
§  Lampiran           : Peneitian Komunikasi Politik dan Opini Publik

Berikut uraian masing-masing bab, akan di uraikan sebagai berikut:


Jadi Bagian III ini dengan judul (Khalayak Komunikasi Politik dengan
siapa?) Yang didalamnya terdapat  Bab VII Opini Publik dan Bab VIII
Distribusi Opini Publik.

Bab VII: Opini Publik. ini telah sampai pada implikasi terakhir dari
pandangan yang diungkapkan dalam bab tentang sifat opini publik ini,
yang mencakup seluruh dimensi personal, sosial, dan politik dari
proses opini. Yang telah disimpulkan bahwa Opini Publik adalah
indikator utama bagi tatanan sosial. Opini publik, sebagai gejala
pluralis yang telah muncul dari ketiga alat untuk menyusun
masyarakat, yakni melalui alat kontrol sosial, termasuk manipulasi
lambang yang menarik, propaganda, hubungan masyarakat, dan
pengelolaan berita,kelompok di dalam dan diluar pemerintah mencoba
dan sering berhasil mempengaruhi sentimen perseorangan dan
organisasi pemerintahannya. Dengan menggunakan komunikasi,
media, dan periklanan massa, keputusan politik ini membantu
menciptakan pengharapan massa dan mitos yang diterima secara luas.
Akan tetapi, opini publik bukan sekedar produk dari rakyat yang secara
pasif dimanipulasi oleh alat kontrol sosial dari komunikasi massa.
Orang mengikuti proses interpretasi yang dipikirkan yang dapat
menggabungkan citra dan opini mereka. Mereka melakukan transaksi
dengan sesama mereka, baik dengan mereka yang berhubungan sehari-
hari maupun dengan orang yang dihadirkan melalui media komunikasi.
Dari tindakan ini mereka menegosiasikan realitas yang bermakna, yang
didalamnya mereka sumbangkan kepercayaan, nilai, dan pengharapan
mereka untuk menyusun opini publik, atau dengan menahannya, tetapi
mereka turut serta dalam merumuskan gambaran tentang opini massa,
opini kelompok, dan opini rakyat. Simpelnya opini publik adalah
kegiatan yang disusun melalui kontrol sosial, sesuai dengan pilihan
personal, dan transaksi personal serta kelompok.

Bab VIII : Distribusi Opini Publik. Filosofi Yunani, Aristoteles,


menguraikan secara rinci salah satu cara yang paling tua dan masih
tetap merupakan salah satu dari yang paling berguna untuk
mengklasifikasikan tipe-tipe pemerintah. Menurut banyaknya orang
yang mengambil bagian dalam pemerintahan, aristoteles membagi
pemerintahan kedalam “yang Satu, yang Sedikit, dan yang Banyak”.
Ketiga ini masing-masing memiliki dua variasi yang menyangkut
sifatnya dalam memerintah, pada hakikatnya apakah rezim itu
memerintah untuk kepentingan penguasa atau untuk kepentingan
seluruh komunitas. Jadi, pemerintahan yang Satu bisa merupakan tirani
atau penindasan (untuk kepentingan penguasa) maupun kerajaan
(untuk kepentingan semua). Dengan mengikuti pola demikian, kita
memberi label ungkapan massa dengan opini yang Satu, ungkapan
kelompok dengan opini yang Sedikit, dan ungkapan rakyat dengan
opini yang Banyak.
Ringkasnya, pokok bahasan bagian III ialah mengemukakan dengan
tegas bahwa khalayak komunikasi politik, yakni publik dan opini
publik, sama sekali terlalu bervariasi bagi saya untuk secara
keseluruhan memnerima pernyataan yang fasih tentang apa yang
diinginkan atau di tolak oleh publik. Bisa saja yang bisa menerima
pernyataan secara keseluruhan dengan fasih itu di keluarkan atau
diakui oleh orang-orang yang tinggi atau berkuasa seperti politikus,
jurnalis, penjaja profesional serta juru bicara kelompok besar, dan atau
mungkin oleh para ilmuawan sosial.
Masuk kedalam Bagian IV, didalam bagian keempat terdapat bab IX
Belajar tentang Politik, bab X Berpartisipasi dalam politik, bab XI
Mempengaruhi pemberian suara , bab XII Mempengaruhi pejabat. 

Bab IX : Belajar Tentang Politik (konsekuensi komunikasi untuk


sosialisasi). Orang tidak dilahirkan dengan kepercayaan, nilai dan
penghargaan politik. Namun, mereka menyusunnya secara sinambung
jika dihadapkan pada rangsangan politik. Salah satu tingkat dalam
tahap penyusunan personal ini terdiri atas segala sesuatu yang dapat
dipelajari orang melalui komunikasi politik. Belajar politik
berlangsung selama hidup manusia normal  melalui proses yang
disebut sosialisasi politik. Pengapdosian pola dan perubahan tanggapan
dalam diri ketika menghadapi pengalaman baru itu adalah yang kita
sebut belajar. Belajar adalah kegiatan yang dipikirkan yang
menyangkut modifikasi dan pengaturan kembali perilaku, termasuk
citra dan interpretasi seseorang serta kepercayaan, nilai, dan
pengharapan yang berkaitan dengannya. Ada dua tipe belajar bagi
orang yang mengontrol sendiri. yang pertama ialah belajar sederhana.
Dalam belajar sederhana orang menyesuaikan tanggapannya untuk
mencapai tujuan yang tetap tak berubah sepanjang hidupnya. Tipe
belajar yang lain yakni bersifat kompleks. Tipe ini melibatkan
perubahan tujuan, bukan berusaha mencapai tujuan yang sederhana.
Dalam merumuskan sintesis untuk melukiskan bagaimana orang
belajar diri politik, adagunanya memperkenalkan gagasan tentang
belajar sebagai proses mengambil peran dan memainkan peran, yaitu
kegiatan simbolik yang keluar dari komunikasi. Dengan demikian
maka belajar politik adalah proses mengadopsi dan menerapkan diri
politik pada tindakan orang lain yang diharapkan dan berlanjut melalui
pengambilan peran dan permainan peran. 

Bab X : Berpartisipasi Dalam Politik (Konsekuensi komunikasi


yang mempolitikan). Dalam bab ini perhatian kita adalah pada
pengikut yang atentif dan berminat mereka yang kita beri label
partisipan politik – bukan pada pemimpin politik atau bukan pada
pengikut. Dalam komunikasi politik, partisipan adalah anggota
khalayak yang aktif yang tidak hanya memperhatikan apa yang
dikatakan oleh para pemimpin politik, tapi juga menanggapi dan
bertukar pesan dengan para pemimpin itu. Ringkasnya partisipan
politik melakukan kegiatan bersama dan bersama – sama dengan para
pemimpin politik, yaitu mereka sama – sama merupakan komunikator
politik. Untuk mendapatkan pengertian yang lebih baik tentang apa
yang dilakukan oleh partisipan yang mengamati dan di mobilisasi ini
dalam politik, mula – mula kita teliti dimensi – dimensi partisipasi
politik, tipe – tipe utama partisipasi, dan faktor – faktor yang
mempengaruhi apakah orang giat dalam politik dan dengan cara
bagaimana. Dimensi partisipasi politik, orang mengambil bagian dalam
politik dengan berbagai cara. Terdapat tiga hal atau dimensi : gaya
umum partisipasi, motif yang mendasari kegiatan mereka, dan
konsekuensi berpartisipasi pada peran seseorang dalam politik.
Tipe dan distribusi partisipasi politik, pada bagian ini terdapat dua tipe
utama partisipasi politik – dalam pemilihan umum dan di luar
pemilihan umum – dan tindakan politik yang khas yang berkaitan
dengan masing – masing. Tipe partisipasi dalam pemilihan umum, tipe
partsipasi rakyat yang di publikasikan dan diteliti paling luas ialah
pengambilan bagian dalam pemilihan umum dengan memberikan
suara. Tipe partisipan bukan dalam pemilihan umum, mencakup segala
kegiatan politik yang melibatkan peran serta orang pada masa dan
diantara tahun – tahun pemilihan, yang sedikit sangkut pautnya dengan
kampanye politik, yaitu seperti pengungkapan opini politik, tetap
mengikuti peristiwa politik, aktif dalam organisasi kepentingan umum
dan organisasi politik, dan menghubungi pejabat – pejabat pemerintah.
Bagaimana partisipan menanggapi komunikasi politik. Dengan cara
adanya, jenis komunikasi, jenis isu, jenis orang dan kondisi dan jenis
akibat. Untuk jenis akibat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu pertama
akibat kognitif, kedua akibat afektif dan yang ketiga akibat partisipasi.

BAB XI : Mempengaruhi Pemilihan Suara (Konsekuensi


komunikasi pemilihan umum). Pada bab ini kita akan menelaah
konvergensi berbagai arah persuasi ini dalam setting politik pemilihan
umum. Tekanannya ada dua: pertama pada karakter pemberian suara
sebagai konstruksi sosial dan personal yang aktif dari opini politik, dan
kedua pada cara pemilih memperhitungkan komunikasi kampanye
dalam bentuk prilaku mereka. Pemberian suara dan tindakan
pemberian suara : Pandangan alternatif, orang yang paling banyak
diterpa komunikasi persuasif kampanye adalah yang paling cenderung
telah sampai kepada putusan pemberian suara, yang paling besar
kemungkinannya dipengaruhi oleh himbauan persuasif adalah yang
paling sedikit minatnya terhadap politik dan, karena itu, paling sedikit
kemungkinannya memperhatikan komunikasi kampanye. Pemberian
suara yang rasional terdiri atas perhitungan cara atau alat yang tepat
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pemberi suara yang reaktif,
gambaran tentang pemberi suara yang reaktif bukan gambaran yang
bersifat memuji. Gambaran itu diturunkan dari asumsi fisikalistik
bahwa manusia beraksi terhadap rangsangan dengan cara pasif dan
terkondisi. Pemberi suara responsif, apabila karakter pemberi suara
yang reaktif (yang oleh pomper disebut pemberi suara yang
“dependen”) itu tetap, stabil, dan kekal, maka karakter pemberi suara
yang responsif adalah impermanen, berubah mengikuti, peristiwa
politik, dan pengaruh yang berubah – ubah terhadap pilihan para
pemberi suara. Pemberi suara yang aktif bila dipandang demikian,
individu yang aktif itu menghadapi dunia yang harus diinterpretasikan
dan diberi makna untuk bertindak bukan hanya lingkungan pilihan
yang telah diatur sebelumnya, yang terhadapnya orang menanggapi
karena sifat atribut dan atau sikap individu atau jangkauan rangsangan
yang terbatas. Memberika suara adalah salah satu tindakan terakhir
dalam kampanye pemilihan umum, suatu rangkaian pertukaran yang
panjang dan kadang – kadang memanas yang membentuk proses
komunikasi. Kampanye politik adalah penciptaan, penciptaan ulang,
dan pengalihan lambang signifikan secara sinambung melalui
komunikasi. Kampanye menggabungkan partispasi aktif yang
melakukan kampanye dan pemberi suara. 

BAB XII : Mempengaruhi pejabat. Tujuan pada bab ini adalah


menskemakan garis – garis komunikasi dua arah menghubungkan
warga negara dan pejabat, yakni apa yang kita sebut komunikasi
politik. Pertama kita lihat hubungan opini – kebijakan sebagai proses
penggambaran penyajian cara – cara alternatif dari opini rakyat, massa,
dan kelompok yang diperhitungkan oleh pemegang jabatan dalam
membentuk kebijakan pemerintah. Kedua, kita meneliti komplikasi
yang berkaitan dengan tipe – tipe utama komunikasi kebijakan. Kita
tutup dengan meninjau masalah – masalah dalam mempertaruhkan
proses kebijakan dalam demokrasi yang pluralis dan terpecah.
Perwakilan : Berkomunikasi tentang kebijakan, perwakilan terjadi jika
garis – garis komunikasi menghubungkan publik dengan pembuat
kebijakan dalam pembuatan kebijakan, garis yang menyalurkan
preferensi kebijakan, keputusan, dan penerimaan atau penolakan.
Penyusunan cita pembuat kebijakan : Sumber opini publik dari pejabat.
Dalam menafsir perasaan rakyat, suasana hati masa, dan tuntutan
kepentingan khusus, pembuat kebijakan mengandalkan berbagai
sumber.
Pembuat kebijakan konvergensi selektif, kontrol sosial, atau negosiasi.
Ketiga pandangan tentang masyarakan ini sejajar dengan tiga model
tentang bagaimana komunikasi kebijakan dapat diorganisasi dan
kebijakan dibuat. Ketiga model itu ialah model plebisit, model rasional
komprehensif, dan model adjustif. Model Plebisit adalah pemilihan
yang di dalamnya orang memberikan suara langsung kepada usul atau
program yang diajukan kepada mereka oleh pemimpin politik. Model
rasional-komprehensif adalah melukiskan suatu cara mengorganisasi
komunikasi kebijakan untuk memperoleh keputusan. Model adjusif
adalah menerima dunia sehari – hari yang mengandung ketidakpastian
dan kemungkinan yang tak tersingkap, dari kecendrungan dan
kepastian yang dipersepsi. 

Komentarnya untuk buku ini, buku ini membawa kita menjadi


memahami pada efek penting komunikasi politik. Efek pentingnya
yakni, kita dapat mengetahui konsekuensi sosialisasi politik,
bagaimana cara berpartisipasi dalam hal menanggapi politik, lalu cara
konsekuensi pengaruhi pemilu, dan mempengaruhi para pejabat yang
mengambil kebijakan politik.  Walaupun buku ini sedikit rumit untuk
dipahami karena buku ini merupakan buku dari terjemahan Bahasa
Inggris ke Bahasa Indonesia sehingga banyak kosa kata yang sulit
dipahami maksudnya. Namun buku ini meninjau semuanya dari aspek
komunikasi politik. Sangat di anjurkan untuk pembaca jika ingin
memahami dunia politikus.
REVIEW BUKU KOMUNIKASI POLITIK PADA ERA MULTIMEDIA

Judul Buku : KOMUNIKASI POLITIK PADA ERA MULTIMEDIA


Penulis : Roni Tabroni, M.Si.
Penerbit : Simbiosa Rekatama Media
Cetakan : ke-1 s.d. 2, Desember Tahun 2012 s.d. Oktober Tahun 2006
Desainer Sampul : Nur Slamet
Jumlah Halaman : iii-x, 186

Buku ini ditulis oleh Roni Tabroni, M.Si. Dalam buku ini penulis menjelaskan bahwa
dalam perkembangan pola kampanye politik saat ini, sebagai bentuk euforia,
kemudian melahirkan kebebasan cara-cara berpolitik yang tidak etis. Untuk meraih
simpati masyarakat tidak sedikit yang menghalalkan segala cara. Dalam praktiknya,
tidak jarang dengan melakukan kampanye negatif, kampanye hitam, atau
menggunakan politik uang.
Fakta itu menginformasikan betapa sesungguhnya proses kampanye politik
saat ini harus ditata, terutama terkait dengan kesadaran dan kedewasaan, baik dari
aktor politik maupun dari masyarakatnya. Dalam konteks inilah sesungguhnya buku
ini dibuat.
Didalam buku ini penulis mengharapkan adanya pengaruh pada pembaca
tentang apa itu komunikasi politik, bagaimana kampanye politik, dan memberikan
pesan etika politik. Sebab dalam pandangan penulis dalam politik, bukan hanya siapa
yang mendapatka apa tetapi juga bagaimana cara kekuasaan itu didapatkan, dan etika
lah yang akan menjadi panduan sebuah proses kampanye politik untuk meraih
kekuasaan tersebut.

Terdapat enam Bab yang akan di rincikan sebagai berikut :


BAB I : Komunikasi politik – Konsep Dasar Komunikasi
BAB II : Etika Dalam Komunikasi Politik
BAB III : Komunikasi politik dan Opini Publik
BAB IV : Media Massa – Sebagai Saluran Komunikasi Politik
BAB V : Pemasaran Politik
BAB VI : Komunikasi Politik Di Era Multimedia

BAB I : Konsep Dasar Komunikasi


Berdasarkan pada asumsi bahwa tidak ada satu orang pun manusia yang tidak
berinteraksi secara sosial. Interaksi merupakan kebutuhan dasar manusia.
Teralienasinya seorang individu dari sebuah komunitas social memungkinkan
hidupnya tidak seperti manusia, tetapi seperti lingkungan yang ia tinggali( selain
manusia). Dalam konteks interaksi ini bagaimana kehidupan antarmanusia dapat
saling memahami. Penyampaian simbol- simbol yang dilakukan satu orang kepada
orang lain memungkinkan mereka akan saling membaca simbol kemudian
memersepsi pesan sehingga dapat merespons atau memberikan feedback.
Para ahli komunikasi mendifinisikam proses komunikasi sebagai"knowing what he
want to communicate and knowing how he should deliver his message to give it the
deepest penetration possible into the minds of his audience." Definisi tersebut
mengindikasikan bahwa karakter komunikator selalu berusaha meraih keberhasilan
semaksimal mungkin dalam menyampaikan pesan "deepest penetration possible”.
Artinya pengertian komunikasi bersumber dari gagasan komunikator yang ingin di
sampaikan kepada pihak penerima mengenal,memahami, dan menerima lewat pesan-
pesan yang di sampaika
Teori komunikasi melibatkan model komunikasi linear, model interaktif sampai
model transakasional( berdasarkan pada interaksi simbolik, yakni komunikasi yang
digambarkan sebagai pembentukan makna, penafsiram - penafsiran pesan atau
perilaku oleh partisipan komunikasi).
Komunikasi dalam ruang sosial
Hampir setiap orang mrmbutuhkan hubungan sosial dengan orang lain. Kebutuhan ini
terpenuhinya melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk
mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi. Pesan-
pesan itu mengemuka lewat perilaku manusia. Semua perilaku itu adalah pesan, dan
setiap pesan itu bagian dari komunikasi itu sendiri. Sebelum dapat disebut.pesan,
perilaku itu harus :
1. Perilaku harus di observasi oleh seseorang
2. Perilaku mungkin disadari ataupun tidak disadari
3. Pesan (message)
4. Saluran ( chanel )
5. Penerima ( receiver)
6. Penyanding balik ( decoding)
7. Respons penerima ( receiver response)
8. Umpan balik ( feedback )
Kompetensi komunikasi antar budaya
Persepsi seseorang atas lingkungannya bersifat subjektif. Semakin besar perbedaan
budaya antara dua orang,semakin besar perbedaan persepsi mereka terhadap realitas.
Tidak ada dua orang yang mempunyai nilai-nilai budaya yang persis sama.
Sebagaimana dikutip Mulyana, Larry A. Samovar dan Richard E. Porter
mengemukakan enam unsur budaya yang secara langsung memengaruhi persepsikita
ketika berkomunikasi dengan orang berbeda budaya, yakni :
1. Kepercayaan ( belief),nilai (values) dan sikap ( attitudes)
2. Pandangan dunia ( wordview)
3. Organisasi sosial( social organization )
4. Tabiat manusia (human nature)
5. Orientasi kegiatan ( activity orientation)
6. Persepsi tentang diri dan orang lain( perception ofi self and other)
Definisi tentang komunikasi politik adalah salah satu fungsi yang selalu ada
dalambsetiap sistem politik. Komunikasi politik merupakan proses penyampaiam
pesan-pesan yang terjadi pada saat enam fungsi lainnya itu di jalankan, yaitu
sosialisasi dan rekrutmen politik, artikulasinya kepentingan,agregasi
kepentingan,membuat peraturan,aplikasi peraturan, dan ajudikasi peraturan. Hal ini
berarti bahwa fungsi komunikasi politik terdapat secara inheren di dalam setiap fungsi
sistem politik ( Gabriel Almond and G Bingham Powell,1976)
Ardial (2010: 44) memandang bahwa tujuan komunikasi politik sangat terkait dengan
pesan politik yang disampaikan komunikator. Sesuai dengan tujuan
komunikasi,tujuan komunikasi politik itu adakalanya sekedar menyampaikan
informasi politik,membentuk citra politik, membentuk opini publik,dan bisa juga
menghendel pendapat atau tuduhan lawan politik. Lebih jauh dari itu,komunikasi
politik juga bertujuan menarik simpati publik untuk meningkatkan partisipasi politik
sesuai dengan kepentingannya.
Saluran komunikasi politik sekurang- kurangnya, ada tiga saluran komunikasi politik .
pertama, media komunikasi massa. Lewat media massa, pesan politik dapat
disampaikan oleh seseorang dengan target masyarakat luas. Bisa menggunakan media
cetak ( koran, majalah, tabloid), radio, televisi maupun media online. Kedua,
komunikasi interpersonal. Pola komunikasi seperti ini dilakukan antara satu orang
terhadap lainnya. Pola ini dianggap masih efektif untuk memberikan pengaruh lewat
pesan-pesan yang di sampaikan secara langsung, tanpa perantara. Ketiga, komunikasi
organisasi. Komunikasi ini dilakukan lewat sebuah komunitas organisasi tertentu,
baik dari personal ke personal laimnya dalam porganisasi maupun dari personal untuk
orang banyak yang ada dalam organisasi tersebut.
E. Petty dan John T. Caciopo dalam bukunya Attitudes and persuasion: Classic and
contemporary Approaches mengatakan, ada empat kompenen yang harus ada pada
diri kominikator politik,yaitu:
1. Communicator credibility
2. Communicator attractiveness
3. Communicator similarity
4. Communicator power

Bab II : Etika Dalam Komunikasi Politik: jika memperhatikan beberapa pengertian


etika dari berbagai sumber, kita akan melihat bahwa pada dasarnya etika itu bersifat
kritis. Karena itu, menurut Darji Darmodiharjo dan Shidarta.( 2014 ) dalam.Mufid,
etika memiliki beberapa tugas, seperti:1) mempersoalkan norma yang dianut yang
dianggap berlaku. Diselidikinya apakah dasar suatu norma itu dan apakah dasar itu
membenarkan ketaatan yang di tuntut oleh norma itu terhadap norma yang dapat
berlaku.2) Mengajukan pertanyaan tentang legitimasinya, artinya norma yang tidak
dapat mempertahankan diri dari pertanyaan kritis dengan sendirinya akan kehilangan
haknya.3) Mempersonalkan hak setiap lembaga, seperti orang tua, sekolah, negara,
dan agama untuk memberikan perintah atau larangan yang harus ditaati.4)
memberikan bekal kepada manusia untuk mengambil sikap yang rasional terhadap
semua norma. 5) Menjadi alat pemikiran yang rasional dan bertanggung jawab bagi
seorang ahli dan bagi siapa aja yang tidak mau di ombang - ambing oleh norma-
norma yang ada.
Unsur-unsur pokok tersebut menjadi bagian dari perilaku kehidupan manusia tanpa
memilah dan memposisioannyq secara parsial. Keberadaan etika dan perilaku,
terlebih dalam dunia.politik, merupakan rambu- rambu dimana aktivitas itu lebih di
sempurnakan sebab pada dasarnya setiap perilaku itu berpotensi untuk cenderung
negatif. Dengan demikian,etika tetap hadir di tengah kebebasan manusia sebagai
makluk sosial politik. Beberapa isme dalam etika adalah 1) Egoisme,2)
Deontologisme,3) Utilitarianisme,4) Pragmatismem.
Menurut Bertens,etika filosofis secara harfiah dapat dikatakan sebagai etika yang
berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir manusia. Dua sifat etika filosofis yaitu
Non-empiris dan praktis.
Dari sekian bahasan pada dasarnya etika dipandang Bertens tidak lain merupakan
ilmu yang sangat terkait dengan moralitas. Karenanya Bertens menjelaskan bahwa
etika adalah ilmu yang membahas tentang moralitas . Cara lain untuk merumuskan hal
yang sama adalah bahwa etika merupakan ilmu yang menyelidiki tingkah laku moral.
Akan tetap, perlu ditekankan ada pelbagai cara untuk mempelajari moralitas atau
pelbagai pendekatan ilmiah tentang tingkah laku moral. Berikut tiga pendekatan yang
dalam konteks ini sering digunakan, yaitu etika deskriptif, etika normatif, dan
metaetika.
Etika media sebagai saluran komunikasi politik, etika kemudian menjadi sangat
penting, persoalannya bukan berawal dari menghindari konflik di tingkat public,
tetapi pada dasarnya bahwa media massa ketika bergumul dalam sebuah aktivitas
politik, berarti ia berfungsi sebagai media pendidikan politik. Di tengah berbagai
kepentingan dan perbedaan pilihan politik, media massa hadir menjadi penyalur
pesan-pesan yang konstruktif dan mencerahkan.

BAB III : Komunikasi Politik dan Opini Publik


Komunikasi politik adalah sangat penting bagi terbentuknya sebuah opini
publik. Pesan-pesan politik disalurkan melalui media massa sehingga cepat
terbentuknya opini publik. Opini publik adalah sebuah pendapat dari masyarakat,
sehingga pendapat tersebut akan mempengaruhi sebuah komunikasi politik.
Di zaman sekarang, kondisi sosial masyarakat semakin maju, juga media massa lebih
terbuka terhadap masukan, kritik, dan opini masyrakat, komunikasi menjadi tidak
sedehana lagi. Proses terbentuknya oini publik, bukan hanya berlangsung melaui
proses komunikasi massa, melainkan juga berlangsung melalui proses komunikasi
antarpribadi.
Semakin longgarnya ikatan emosional dan ideologi sebua institusi politik, pilihan
politik semakin mudah berpindah mengikuti arus opini publik yang dibentuk di
permukaan. Itulah mengapa para komunikator politik memperebutkan popularitas
dam polling. Hasil polling kemudian dijadikan senjata untuk memancing ketertarikan
publik sebab ketika sudah menjadi bagian dari konten media dapat membangun opini
publik tentang kehebatan partai politik atau sorang kandidat tertentu. Karenanya,
tugas seorang pemasran politik adalah bagaimana ia dapat semakin mendekatkan
partai politik atau aktor politik kepada publik.

BAB IV : Media Massa Sebagai Saluran Komunikasi Politik


Media telah menjadi media yang paling utama dalam bidang politik. informasi
mengenai komunikasi politik sudah sangat bisa dijumpai dalam media massa. Media
massa yang sudah memiliki peran penting dalam hal politik membuat media massa
begitu strategis untuk mempersuasif masyarakatnya.
Ardial (2010) berpendapat bahwa media massa mempunyai peran dalam
kehidupan manusia termasuk dalam kaitan komunikasi politik. peran tersebut
dirumuskan antara lain:
Memberikan informasi dan membantu mengetahui secara jelas segala hal tentang
dunia sekelilingnya.
Membantu kita menyusun agenda, berdasarkan apa yang sudah diketahui melalui
medai massa kita bisa mengetahui bahwa harga beras, minyak tanah, akan naik.
Membantu kita berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar
masyarakat kita.
Membantu menyosialisasikan pribadi manusia.
Membuju khalayak dari pesan-pesan yang diterimanya.
Sebagai media hiburan.
Media massa sebagai sumber informasi politik, karena media akan selalu menjadi
corong bagi khalayak yang telah memanfaatkan media yang direfesentasikan oleh
wartawannya dalam menyajikan berita tentang politikus atau partai politik.
Fungsi media massa dalam politik :
· Fungsi informasi
· Fungsi partisipasi
· Fungsi sosialisasi dan pendidikan politik
· Fungsi politisasi
· Fungsi integritas bangsa
Kebebasan media massa ini memberikan kesempatan kepada publik dan elite politik
untuk senantiasa melakukan tukar informasi sekaligus melakukan kontrol sosial
secara terbuka. Media massa memiliki nilai ideal, yaitu ingin memberi layanan
bermutu kepada masyarakat.
Kampanye politik di televisi di mulai pada tahun 1992 dan 1997. Pemerintah maupun
pelaksana pemilu, KPU, melihat bahwa keenderungan perubahan arah kampanye
politik ini harus diantisipasi. Setidaknya, diperlukan aturan main yang jelas agar
kampanye politik tetap ada pada koridir yang sehat. Selain itu, untuk mengantisipasi
kecenderungan adanya keberpihakan media pada kepentingan politik tertentu, dengan
menyelipkannya pada segmen-segmen yang terlihat, seperti berita, KPU juga
berkepentingan membuat regulasi dari sisi media. Sistem penyiaran komersial di
mana kompetisi sengit terjadi antara stasiun televisi adalah sistem yang dominan dan
sudah menjadi tradisi di AS. Sistem penyiaran komersial semacam ini baru
diperkenalkan di negara Eropa Barat pada era 1980an. Meski peran televisi komersial
mulai ada, sistem penyiaran publi di negara-negara Eropa Barat masih berpegang
pada sistem penyiaran social responbility. Sedangkan di negara-negara Eropa Timur,
sistem media dikuasai oleh negara atau partai penguasa. Sistem ini bertahan selama 4
dekade, setelah Perang Dunia II sampai perubahan politik terjadi di negara-negara
tersebut pada tahun 1989 hingga sistem medai mereka pun berubah.

BAB V : Pemasaran Politik, Komunikasi politik juga meminjam banyak konsep


ekonomi khususnya terkait dengan aktivitas pemasaran dalam menjalankan fungsi
(pemasaran) politik. salah satunya terkait dengan proses pengenalan dan pemasaran
produk, yaitu 4Ps. Menurut Firmanzah, 4Ps dalam politik adalah sebagai berikut:

Product (Produk)
Promotion (Promosi)
Price (Harga)
Place (Penempatan)
Segmentasi dan Postioning

Dalam membangun strategi citra politik, firmanzah menganggap ada beberapa hal
penting yang harus diperhatikan.
Membutuhkan waktu yang relatif lama.
Membutuhkan konsistensi dari semua hal yang dilakukan partai politik bersangkutan,
seperti platfrom partai.
Berupaya membangun kesan dan persepsi publik terhadap apa saja yang dilakukan
partai politik.
Pesan yang disampaikan partai dan kandidat harus memiliki diferensiasi yang jelas
dengan partai dan kandidat yang lain. Dengan demikian, masyarakat lebih mudah
memberi alasan mengapa milih partai tertentu atau kandidat tertentu. Karenanya, yang
harus ditekankan dalam proses penyampaian pesan adalah aspek pembeda antara satu
partai dengan yang lainnya. Kalau yang terjadi adalah kemiripin, alasan pilihan
masyarakat bisa jadi diakibatkan oleh alasan yang tidak rasional, seperti persaudaraan,
tetangga, dan satu korp, bukan alasan yang rasional.

BAB VI : Komunikasi Politik Pada Era Multimedia, melampaui media mainstream


yang sudah ada, cetak (koran,tabloid dan majalah) dan elektronik (televisi dan radio),
internet hadir di tengah komunitas sosial masyarakat dunia memberikan pengaruh
secara langsung dalam berbagai aktivitas politik. tidak terhindarkan, proses
komunikasi politik kini tidak bisa mengabaikan internet sebagai saluran paling efektif
karena memiliki kelebihan yang tidak dimiliki media sebelumnya.
Internet mengakibatkan hampir tidak ada kelompok orang atau bagian dunia
yang hidup dalam suatu isolasi yang jelas. Ia telah mendekatkan jarak yang jauh dan
mengecilkan dunia yang besar. Jika dalam kehidupan nyata kita masih melihat
diferensiasi yang mencolok, dalam internet semuanya menjadi sama. Diferensiasi
sosial yang ada dalam masyarakat berdasarkan usia, jenis kelamin, agama, status
sosial, tingkat pendidikan, pendapatan, pengalaman kerja atau tinggi rendahnya
reputasi diterobos tanpa kaidang yang jelas.
Ada dua dampak penggunaan internet sebagai alat pemasaran langsung dalam
politik secara umum yaitu :
Memfasilitasi diskusi ekstensif terhadap isu-isu yang berkembang.
Menawarkan kesempatan bagi kandidat untuk menghabiskan lebih banyak waktu
menyampaikan ide-ide mereka kepada pemilh.
Kini para operator telepon seluler pun berkolaborasi dengan perusahaan HP,
menyediakan berbagai sarana internet khususnya fasilitas media sosial, seperti
Facebook dan Twitter. Hal ini yang juga berkontribusu dalam peningkatan jumlah
pengguna internet, karena dibarengi harga HP yang semakin murah dengan fasilitas
lengkap. Dengan seperti itu, kita dapat memaksimalkan media sosial sebagai untuk
mengkampanyekan politik.
Media sosial pada dasarnya dapat menyajikan informasi yang disuguhkan media
konvensional. Di media sosial, masyarakat juga bisa mendapatkan berbagai macam
informasi. Bahkan, media sosial masyarakat juga bisa mendapatkan berbagai macam
informasi. Bahkan media sosial dapat memberikan kemudahan berinteraksi antara
komunikator olitik dengan komunikan nya.
Dalam pertarungan kandidat Presiden AS Barack Obama dan John McCain pada
pilpres 2008 misalnya, keduanya benar-benar memanfaatkan internet untuk meraih
simpati. Selain kampanye secara langsung, mereka juga berkampanye melalui blog,
situs, e-mail, video internet, YouTube, dan atau Facebook. Di jejaring sosial
Facebook misalnya, Barack Obama punya lebih banyak pendukung daripada John
McCain. Keunggulan di dunia maya ini diduga kuat juga berpengaruh pada perilaku
rill di bilik suara.
Langkah cerda Obama menjalankan strategi kampanyenya ketika ia menunjuk Chris
Hughes salah satu pendiri Facebook. Obama juga memiliki rumus E = wMC2, yakni
E sebagai “ Energi pemasaran yang mahadahsyat”. wM sebagai word of mouth
“promosi mulut ke mulut berupa rekomendasi atau menyampaikan kepada orang lain,
baik secara fisik maupun online. C2 (CxC)=C adalah offline customer Community,
dan C kedua adalah online customer Community.
Bukan hanya di AS, di seluruh negara di dunia, media sosial telah berkembang pesat
dan menjadi kebutuhan sehari-hari masyarakat. Dalam konteks politik AS, media
sosial adalaha alat kunci dalam kampanye calon presiden AS yang berlangsung
berbulan-bulan dimana baik Obama dan Romney sama-sama gencar
memanfaatkannya. Hal ini yang perlu dicermati oleh siapa pun yang berkepentingan
dengan politik untuk menjadikan media sosial sebagai salah satu instrumen dalam
meraih simpati publik.

Komentarnya untuk buku ini, bahwa komunikasi politik tidak dapat dipisahkan
dengan media massa, karena media adalah sebagai salah satu yang paling efektif
untuk menyampaikan informasi dan mempengaruhi khalayak. Sehingga membuat
khalayak tersebut tidak lagi berfikir secara pasif. Buku ini memberikan wacana baru
tentang bagaimana menggabungkan internet dan media sosial sebagai bagian yang
hrus dikembangkan untuk dapat memberikan kontribusi nyata dalam proses
penyampaian pesan politik di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai