Okkkk Revisi
Okkkk Revisi
Okkkk Revisi
B. PENDAHULUAN
B.1. Latar Belakang Masalah
diperlukan untuk mencapai hasil belajar yang baik. Peningkatan kualitas sumber
meningkatkan kualitas dan kuantitas pola pikir peserta didik. Dalam hal
meningkatkan kualitas pola pikir ini, perlu didukung dengan proses pengajaran
yang tepat pula agar kemampuan siswa dapat berkembang dengan baik.
yang dimiliki oleh peserta didik, maka akan lebih mempercepat proses
Penalaran ilmiah merupakan salah satu kemampuan yang perlu dimiliki siswa
kemampuan bernalar merupakan bekal bagi siswa untuk memberikan alasan pada
menggunakan bahasa yang tepat dalam menjelaskan setiap pemikiran dari alasan
atau fakta. Lai & Viening (2012) menyatakan bahwa pembelaran disekolah
1
hendaknya mengembangkan kemampuan penalaran ilmiah yang membantu
generasi muda menghadapi permasalahan dalam dunia nyata untuk berpikir dan
menalar sesungguhnya.
siswa sebagai objek dalam proses pengajaran. Salah satu karakteristik yang
(Nehru & Syarkowi, 2017). Tahap perkembangan kognitif ini dapat dijelaskan
kemampuan penalaran ilmiah ini, guru akan mudah menentukan pendekatan dan
menjadi lima dimensi yaitu dimensi satu sikap dan persepsi yang baik terhadap
Dalam hal ini siswa perlu menganalisis apa yang telah mereka pelajari
2
mengklasifikasi, membuat induksi, membuat deduksi, menganalisis kesalahan,
perspektif.
ilmiah, mampu membawa implikasi edukasi yang penting. Penalaran ilmiah yang
yang dilakukan dengan beberapa guru fisika yang ada di SMA yakni Bapak
ilmiah tersebut. Selain itu, berdasarkan hasil pencarian di internet juga tidak
diketahui data kemampuan bernalar siswa SMA Se-Kota Muara Bungo (belum
bagaimana profil kemampuan bernalar ilmiah siswa SMA Se-Kota Muara Bungo?
3
B.3. Tujuan Penelitian
peserta didik.
belajar peserta didik di sekolah sehingga dapat mencapai tujuan yang lebih
optimal.
tentang beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif
1. Profil adalah Grafik atau ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal
khusus dalam hal ini yang sesuai adalah pengertian terakhir yaitu grafik
4
2. Penalaran ilmiah secara operasional adalah keterampilan yang diperlukan
C. KAJIAN TEORI
C.1 Kemampuan Bernalar Ilmiah
Menurut (Daryanti, Rinanto, & Dwiastuti, 2015) penalaran ilmiah
merupakan salah satu kemampuan yang dimiliki siswa untuk menjadi warga yang
cerdas. Kemampuan penalaran ilmiah (scientific reasoning) menjadi bagian
penting dalam proses pembelajaran untuk mengantarkan siswa menuju masa
depannya. Penalaran ilmiah memiliki dua pola penalaran, yaitu pola penalaran
konkrit dan pola penalaran formal (Daryanti et al., 2015).
5
mengevaluasi hasil eksperimen atau percobaan. Kemampuan ini dapat dinilai
dengan suatu tes yang dikenal dengan classroom test of scientific reasoning
(Anton E Lawson, 1978). Tes pilihan ganda yang berjumlah 24 soal ini
mendefinisikan penalaran ilmiah yang meliputi.
2. Proportional reasoning
Proporsional reasoning adalah kemampuan penalaran sistem dua variabel
yang memiliki hubungan fungsi linear yaitu mengarah ke kesimpulan tentang
simulasi atau fenomena yang dapat ditandai tentang rasio konstan. Kadang-
kadang kecepatan, bentuk, atau karakteristik lainnya yang spesifikasinya
mengarah pada hubungan rasio konstan disebut ‘rate’ atau intensive variable,
untuk membedakannyaseperti panjang, waktu, berat badan, atau deskripsi
kuantitatif lain dari tingkat suatu objek atau kejadian (Shofiyah et al., 2013).
6
Penalaran proportional dapat dikonseptualisasikan dalam langkah-langkah:
identifikasi dua variabel intensif yang meneguhkan penentuan fungsi linier ,dan
aplikasi data dan hubungan yang diberikan untuk menemukan (i) nilai tambahan
untuk satu variabel luas (masalah nilai yang hilang) atau (ii) perbandingan dua
nilai dari variabel intensif dihitung dari data(masalah perbandingan) (karpus et
al,1983).
3. Control of variable
Kemampuan Control of variable adalah kemampuan mengendalikan
variabel-variabeldalam ingatan. Akibatnya, permasalahan yang sering timbul
berupa kesulitan siswa berkaitan dengan penalaran ilmiah yang didokumentasikan
dalam literatur pendidikan secara historis, literatur tentang perkembangan
pemikiran ilmiah telah ditekankan control of variabel, hampir dengan
mengesampingkan setiap aspek lain dari proses penyelidikan ilmiah. Hasil ini
menunjukkan bahwa fokus ini telah salah tempat atau setidaknya telah dibatasi
penyelidikan pengembangan berpikir ilmiah (Kuhn & Dean Jr, 2005).
4. Probability reasoning
Situasi probability adalah situasi dimana kita tertarik fraksi dari jumlah
pengulangan dari suatu proses tertentu yang menghasilkan suatu tertentu pula
yang terjadi ketika proses diulang dalam keadaan identic sejumlah besar kali.
Proses itu sendiri, bersama-sama dengan mencatat hasil, sering disebut percobaan.
Hasil adalah hasil dari sebuah eksperimen. Suatu peristiwa adalah hasil atau
himpunan semua hasil dari jenis yang ditunjuk. Probabilitas peristiwa adalah
sebagian kecil dari suatu peristiwa akan terjadi sebagai hasil dari beberapa proses
berulang ketika proses yang diulang sejumlah besar kali (Han, 2013).
7
probability reasoning pada anak usia 8 bulan. Dalam percobaan mereka, model
utama mencari waktu diperkerjakan untuk mengungkapkan apakah bayi 8 bulan
memiliki kemampuan memahami sesuatu untuk membuat generalisasi dari sampel
ke populasi. Kemudian tahun 2013 dilanjutkan penelitian probability reasoning
pada bayi 6 bulan lebih dapat membuat generalisasi dari sampel ke populasi
sementara untuk usia 4.5 bulan lebih tidak dapat menunjukkan pola ini (Denison,
Reed, & Xu, 2013).
5. Correlation reasoning
Secara harfiah korelasi berasaldari bahasa inggris corelation yaitu hubungan
timbal balik atau sebab akibat. Misalnya mengenai lingkungan yang sama-sama
mempengaruhi kedua sifat kuantitatif yang disebabkan oleh lingkungan yang
sama-sama mempengaruhi kedua sifat. Sehingga bisa dikatakan penalaran korelasi
merupakan kemampuan dalam menentukan apakah dua variabel saling
berhubungan atau tidak (Setiawan, 2017).
6. Hypothetical-deductive reasoning
Menurut (Anton E Lawson et al., 1991) penalaran hypothetical-deductive
reasoning adalah :
8
Definisi diatas menjelaskan bahwa penalaran hipotesis deduktif adalah
suatu pola penalaran yang menghasilkan ide-ide intuitif sebagai hipotesis awal
untuk menyimpulkan dan membandingkan keterangan yang ada untuk
memungkinkan adanya penolakan dan retensi awal. Poal pola penalaran berupa
If,... and,...then,...and/but,...there/for,... yang akan memberikan suatu kesimpulan
(Antone E Lawson, 2004).
9
D. METODOLOGI PENELITIAN
D.1 Desain Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui profil kemampuan bernalar
ilmiah siswa SMA Se Kota Muara Bungo? maka desain penelitian yang
digunakan adalah desain penelitian survey tipe cross sectional.
a. Subjek penelitian
Populasi penelitian ini adalah siswa SMA Se Kota Muara Bungo, karena
banyak populasi maka penelitian ini menggunakan teknik sampel. Adapun teknik
sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik cluster sekolah
mempunyai lebih dari 3 kelas di setiap rombongan belajar. Adapun sampel yang
digunakan adalah 1 kelas disetiap rombongan belajar masing-masing sekolah.
b. Prosedur Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu disusun rancangan penelitian agar
mempermudah proses penelitian. Adapun prosedur penelitian ini adalah sebagai
berikut ini:
Mengidentifikasi pertanyaan
Mengadministrasikan Instrumen
Menulis Laporan
Gambar 1.Bagan Prosedur Penelitian
10
d. Instrumen Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kemampuan bernalar ilmiah
sehingga instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini
adalah soal tes kemampuan penalaran dari, yang telah dialihbahasakan Masing-
masing soal penalaran dikembangkan dari 6 pola penalaran.
e. Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif, statistik yang
digunakan menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan
data yang terkumpul. Adapun cara menganalisisnya sebagai berikut:
1. Jawaban siswa dinilai oleh peneliti, Siswa akan diberi skor 1 apabila
mampu menjawab dengan benar pada soal dan alasan yang ditanyakan
(soal nomor selanjutnya). Apabila siswa hanya menjawab benar pada salah
satunya (pertanyaan benar sedangkan alasan salah atau pertanyaan salah
sedangkan alasan benar) atau keduanya tidak tepat, maka skornya 0.
2. Skor setiap siswa akan dikategorikan pada tiga kategori kemampuan
penalaran ilmiah. Kriteria kategori kemampuan penalaran ilmiah dapat
dilihat pada Tabel 2
11
3. Skor yang diperoleh siswa akan dihitung rata-ratanya kemudian diubah ke
dalam bentuk persentase. Analisis terhadap jawaban siswa dalam setiap
pola penalaran juga dilakukan. Jumlah skor seluruh siswa dalam setiap
pola penalaran dihitung dan diubah ke dalam persentase sehingga dapat
dilihat pola penalaran mana yang memiliki persentase tertinggi dan
persentase terendah.
f. Jadwal Penelitian
Berikut jadwal penelitian ini :
Tabel 3 Jadwal Penelitian
Bulan
Jenis Kegiatan
1 2 3
1. Mengidentifikasi tujuan penelitian
2. Penentuan pertanyaan penelitian
3. Menentukan populasi dan sampel
4. Penentuan instrumen penelitian
5. Seminar proposal
6. Penyebaran instrumen
7. Analisis dan kuantitatif
8. Pengumpulan data kualitatif
9. Analisis data kualitatif
10. Pembuatan laporan
12